Anda di halaman 1dari 6

STEP 7 :

1. Macam-macam jenis luka dan deksripsi luka


Jenis-jenis utama luka yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk:
-lecet
-memar / kontusio
-laserasi
-luka gores
-luka tusukan
-fraktur
-bekas gigitan
-luka pertahanan
a. Lecet (abrasi)
Sebuah abrasi adalah gundulan kulit yang disebabkan oleh gesekan. Sebuah luka
dapat berupa dalam atau dangkal tergantung pada kekuatan dan kekasaran permukaan
yang menyebabkan abrasi. Seseorang yang terseretdi trotoar mungkin memiliki luka
yang lebih dalam dan lebihkasar daripada orang yang terseret di karpet. Sesekali, arah
daya dapat ditentukan. Jika salah satu ujung luka memiliki margin dengan kulit
timbul, misalnya, daya berasal dari sisi berlawanan.
b. Memar (kontusio)
Memar adalah perubahan warna kulit yang disebabkan oleh perdarahan ke dalam
jaringan dari pembuluh darah yang pecah. Secara umum, semakin tua seseorang,
semakin mudah pembuluh darah akan pecah. Tidak ada cara, namun, untuk
menentukan dengan tepat berapa banyak daya yang dibutuhkan untuk menghasilkan
memar. Usia memar sulit untuk menentukan karena variabilitas besar reaksi tubuh
terhadap trauma. Orang dengan kelainan darah dan penyakit hati dapat
mengembangkan lebih kontusio parah daripada orang yang sehat. Apabila terjadinya
penyembuhan, luka memar berubah warna dari biru atau merah, merah-biru, hijau,
coklat, dan akhirnya kuning. Perubahan warna ini, walau bagaimanapun, mungkin
muncul tidak beraturan dan mungkin tumpang tindih. Tidak ada cara untuk
mengetahui berapa lama setiap tahap warna akan berlangsung. Kadang-kadang luka
memar baru-baru ini akan memiliki semburat coklat.
c. Laserasi (Robek)
Kulit robek dari trauma tumpul disebut laserasi. Banyak robekan terkait dengan kedua
luka memar dan lecet. Sebagai contoh, sebuah pukulan ke kepala dengan paludapat
menyebabkan robeknya kulit kepala dengan lecet yang berdekatan. Jika darah
keluarke jaringan sekitarnya, kulit juga bisa memar. Laserasi harus dibedakan dari
luka iris. Laserasi biasanya memiliki jembatan jaringan menghubungkan satu sisi luka
yang lain. Luka iris dan insisi tidak memiliki jembatan jaringan karena benda tajam
memotong luka bersih dari atas ke bawah luka. Kematian akibat trauma tumpul
mungkin memiliki beberapa atau tidak ada tanda-tanda eksternal atas trauma. Hal ini
terjadi terutamapada pukulan fatal di abdomen.
d. Trauma tumpul di kepala
Trauma tumpul kekepala dan wajah dapat menghasilkan memar, luka, dan lecet.
Namun, mungkin tidak ada tanda-tanda eksternal dari trauma kepala jika seseorang
memiliki kepala yang penuh rambut. Lukaeksternal yang jelas tidak diperlukan untuk
menentukan kematian disebabkan oleh trauma kepala. Kadang-kadang, senjata
meninggalkan karakteristik pattern identifikasi pada kulit kepala. Sayangnya, ini
adalah pengecualian daripada aturan.
e. Tanda Battle-perubahan warna kebiruan pada kulit belakang telinga yang
terjadidari darah bocor di bawahkepala setelah patah tulang tengkorak.
f. Perdarahan kacamata(mata rakun)
perubahan warna dari jaringan di sekitar mata biasanya karena frakturtulang
tengkorak. Para perdarahan ini mungkin melibatkan satu atau kedua mata dan dapat
keliru ditafsirkan bahwa orang yg meninggal telah melanda sekitar wajah dan mata.
Ketika seseorang menerima pukulan signifikan ke kepala akan ada perdarahan di
bawah kepala bahkan dengantidak ada luka eksternal. Tergantung pada jumlah daya,
mungkin terjadipatah tulang tengkorak. Ada berbagai jenis patah tulang tengkorak,
namun jenis tertentu tidak sepenting mengenali pola seperti fraktur sirkular
disebabkan oleh palu.
2. Macam-macam visum et repertum (hidup, mati dan otopsi)
Secara umum terdapat dua jenis Visum et Repertum yaitu Visum et Repertum
untuk korban hidup dan Visum et Repertum untuk orang mati. Untuk korban hidup
dapat berupa Visum et Repertum luka, Visum et Repertum perkosaan/kejahatan
seksual, Visum et Repertum psikiatrik dan sebagainya sesuai dengan kondisi subjek
yang diperiksa. Untuk korban mati akan disusun Visum et Repertum jenazah. Pada
umumnya semua dokter dianggap memiliki kemampuan untuk menyusun Visum et
Repertum dalam bentuk apapun.
Prosedur permintaan visum et repertum korban mati telah diatur dalam pasal
133 dan 134 KUHAP yaitu dimintakan secara tertulis, mayatnya harusdiperlakukan
dengan baik, disebutkan dengan jelas pemeriksaan yang diminta, dan mayat diberi
label yang memuat identitas yang diberi cap jabatan dan dilekatkan ke bagian tubuh
mayat tersebut. Pemeriksaan terhadap mayat harus dilakukan selengkap mungkin dan
hasil pemeriksaan tersebut dituangkan dalam bentuk visum et repertum yang harus
dapat dianggap sebagai salinan dari mayat tersebut.Pemeriksaan kedokteran forensik
terhadap mayat sebenarnya bersifat obligatory atau keharusan dan tidak boleh
dicegah. Pemberian informasi yang jelas tentang maksud, tujuan dan cara
pemeriksaan mayat serta manfaatnya kepada keluarga korban diharapkan akan dapat
menghindari kesalahpahaman antara pihak penyidik dengan pihak keluarga korban.
Namun apabila jalan damai ini tidak dapat ditempuh, maka pemeriksaan mayat tetap
dapat dilaksanakan secara paksa dan dapat dengan menerapkan pasal 222
KUHP.Berbeda dengan prosedur pemeriksaan korban mati, prosedur permintaan
visum et repertum korban hidup tidak diatur secara rinci di dalam KUHAP. Tidak ada
ketentuan yang mengatur tentang pemeriksaan apa saja yang harus dan boleh
dilakukan oleh dokter. Hal ini berarti bahwa pemilihan jenis pemeriksaan yang
dilakukan diserahkan sepenuhnya kepada dokter dengan mengandalkan tanggung
jawab profesi kedokteran. KUHAP juga tidak memuat ketentuan tentang bagaimana
menjamin keabsahan korban sebagai barang bukti. Yang merupakan barang bukti
pada tubuh korban hidup adalah perlukaannya beserta akibatnya dan segala sesuatu
yang berkaitan dengan perkara pidananya. Sedangkan orangnya sebagai manusia tetap
diakui sebagai subyek hukum dengan segala hak dan kewajibannya. Dengan
demikian, oleh karena barang bukti tersebut tidak dapat dipisahkan dari orangnya
maka tidak dapat disegel maupun disita. Yang dapat dilakukan adalah menyalin
barang bukti tersebut ke dalam bentuk visum et repertum.
3. Definisi dan klasifikasi otopsi
a. Definisi
Dalam terminologi ilmu kedokteran otopsi atau bedah mayat berarti suatu
penyelidikan atau pemeriksaan tubuh mayat, termasuk alat-alat atau organ tubuh
dan susunanya pada bagian dalam setelah dilakukan pembedahan dengan tujuan
menentukan sebab kematian seseorang, baik untuk kepentingan ilmu kedokteran
maupun menjawab misteri suatu tindak kriminal.
b. Kalsifikasi
Saat ini dikenal 3 macam autopsi, yaitu : Autopsi Anatomi, Autopsi Klinis dan
Autopsi Forensik.
a) Autopsi Anatomi
Autopsi yang dilakukan untuk keperluan pendidikan mahasiswa fakultas
kedokteran. Bahan yang dipakai adalah mayat yang dikirim kerumah sakit
yang telah disimpan 2 x 24 jam di laboratorium ilmu kedokteran forensik,
tidak ada ahli waris yang mengakuinya. Kemudian diawetkan di laboratorium
anatomi dan disimpan sekurang–kurangnya satu tahun sebelum digunakan
untuk praktek anatomi. Menurut hukum hal ini dapat dipertanggungjawabkan
sebab warisan yang tidak ada mengakuinya menjadi milik Negara setelah tiga
tahun (KUH Perdata pasal 1129). Adakalanya seseorang mewariskan
mayatnya setelah ia meninggal pada Fakultas Kedokteran, hal ini harus sesuai
dengan KUH Perdata pasal 935.
b) Autopsi Klinis
Autopsi yang dilakukan terhadap mayat seseorang yang menderita penyakit,
mendapat perawatan dan kemudian meninggal di rumah sakit. Tujuan
dilakukannya autopsi klinis adalah untuk menentukan sebab kematian yang
pasti. Menentukan apakah diagnosis klinis yang dibuat selama perawatan
sesuai dengan diagnosis post mortem. Mengetahui korelasi proses penyakit
yang ditemukan dengan diagnosis klinik dan gejala–gejala klinik. Menentukan
efektifitas pengobatan. Mempelajari perjalanan lazim suatu proses penyakit.
Autopsi ini dilakukan dengan persetujuan tertulis ahli waris, adakalanya ahli
waris sendiri yang memintanya.
Autopsi klinik dilengkapi dengan pemeriksaan histopatologi, bakteriologi,
serologi dan lain–lain. Hasil autopsi klinik ini dengan persetujuan tertulis ahli
waris dapat diminta untuk dijadikan Visum et Repertum atas permohonan
penyidik.
c) Autopsi Forensik
Autopsi forensik dilakukan atas permintaan penyidik sehubungan dengan
adanya penyidikan suatu perkara pidana. Autopsi dilakukan melalui
pemeriksaan luar dan dalam dari tubuh atau mayat manusia dan hasil yang
didapat dari autopsi tersebut dituangkan dalam Visum et Repertum dan
menjadi barang bukti yang sah didepan sidang pengadilan. Autopsi Forensik
yang dilakukan berdasarkan peraturan undang–undang bertujuan untuk :
Membantu dalam penentuan identitas mayat. Menentukan sebab pasti
kematian, cara kematian, serta saat kematian. Mengumpulkan serta
mengendalikan benda–benda bukti untuk penentuan identitas benda penyebab
kematian serta identitas pelaku kejahatan. Membuat laporan tertulis yang
objektif dan berdasarkan fakta dalam bentuk Visum et Repertum. Melindungi
orang yang tidak bersalah dan membantu dalam penentuan identitas serta
penentuan terhadap orang yang bersalah.
4. Landasan hukum melakukan visum
Autopsi forensik mutlak dilakukan atas dasar pemeriksaan luar dan
pemeriksaan dalam dari penyidik. Aturan pengadaan autopsi ini secara tegas diatur
dalam KUHAP pasal 133, pasal 134. Untuk melakukan autopsi forensik ini,
diperlukan suatu Surat Permintaan Visum ( SPV ) dari yang berwenang dalam hal ini
pihak penyidik. Dalam pelaksanaan autopsi, mayat harus diperlakukan dengan baik
dan tetap harus dihormati.
5. Macam-macam uji lab forensik

Dalam pelaksanaan fungsinya Pusat Laboratorium Forensik Polri di bantuoleh 5 (lima)


Departemen yang masing-masing Departemen tersebut membidangi ilmu-ilmu Forensik
sebagai berikut:
1.Bidang Kimia dan Biologi Forensik (Bid Kimbiofor)-Bidang Kimia Umum Forensik
meliputi pemeriksaan;pemalsuan hasil-hasil industri, makanan/minuman, obat-obatan,
kosmetik, minyak pelumas/oli, bahan bakar minyak dan bahan-bahan yang tidak dikenal
lainnya.-Bidang Biologi Forensik meliputi pemeriksaan; serologi, pemeriksaan cairan dan
jaringan tubuh (darah, sprema,air, ludah, rambut/bulu, kuku, pemeriksaan tumbuhan, hewan
dan sebagainya).
Bidang Taxikologi Forensik meliputi pemeriksaan; peracunan dan keracunan baik melalui
makanan/minuman maupun melalui udara/gas (Monoksida) dan Pencemaran lingkungan (air
limbah).
2.Bidang Fisika dan Komputer Forensik (Bid Fiskomfor)
-Bidang Fisika Umum Forensik meliputi Pemeriksaan sabotasi , berkas kejahatan dan
sebagainya.
-Bidang Komputer Forensik meliputi pemeriksaan suara dan gambar (audio/video), computer
dan telepon genggam (computerdan mobile phones), dan kejahatan jaringan internet/intranet
(cyber network) dan sebaginya.
-Bidang kebakaran Forensik meliputi pemeriksaan kebakaran “on the spot” dan pemeriksaan
barang bukti kebakaran.
-Bidang Fisika khusus meliputi pemeriksaan bekas alat/jejak alat (tool mark),
pemeriksaan/analisa kebohongan melalui Leidetection dan voice detection.
-Bidang instrument Forensik meliputi pemeriksaan barang bukti dengan dukungan instrument
analisis.
3.Bidang Balistik dan Metallurgi Forensik (Bid Balmetfor)-Bidang senjata api dan Peluru
Forensik meliputi pemeriksaan senajata api, selongsong peluru, anak peluru, peluru, sisa
mesium, serta partikel pecahan logam yang diperikrakan dari senjata api dan peluru.
Bidang Bahan Peledak Forensik meliputi pemeriksaan barang bukti bahan peledak komersil
yang di paket/container berbentuk bom serta sumbu ledak.
-Bidang Metallurgi Forensik meliputi pemeriksaan metallurgi umum seperti ; analisa
kerusakan/perpatahan logam, analisa spesifikasi teknis/struktur logam serta pemalsuan nomor
seri yang dicetak diatas permukaan logam (nomor mesin dan nomor rangka/chasis, motor
atau mobil serta peralatan cadangan lainnya).
4.Bidang Dokumen dan Uang Palsu Forensik (Bid Dokupalfor)
-Bidang dokumentasi Forensik meliputi pemeriksaan; tulisan tangan , tanda tangan, dan ketik.
-Bidang produk Cetak dan Uang palsu Forensik meliputi pemeriksaan; bahan cetak, perangko
dan uang palsu.
-Bidang Fotografi Forensik meliputi pemeriksaan; mikro dan makro fotografi.
5.Bidang Narkotika, Psikotropika, dan obat berbahaya Forensik (Bid Narkobafor)
Bidang ini bertugas melakukan pemeriksaan narkotika (narkotika bahan alam, bahan sintesa
dan semi sintesa, dan cairan tubuh), psikotropika (bahan dan sediaan
psikotropika),laboratorium illegal (clandestine labs), bahan psikotropika dan obat (bahan
kimia obat berbahaya, bahan kimia adiktif, dan prekursor) .

Anda mungkin juga menyukai