Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah mengenai “LANGKAH-LANGKAH PENYELESAIAN
MASALAH INFORM CHOICE DAN INFORM CONCENT ” dapat terselesaikan. Makalah ini
merupakan tugas dalam mata kuliah Etika hukum kesehatan yang bertujuan untuk memberikan
pendekatan belajar agar mahasiswa lebih mudah memahami materi yang terkandung, juga
membangun motivasi mahasiswa untuk dapat mengaitkan suatu materi.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari
itu kami menerima kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.
Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya dan dapat
memenuhi harapan kita semua.
PENDAHULUAN
Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan menunjukan bahwa wanita ingin
membuat pilihan kalau diberikan informasi yang cukup dan justru para bidan yang
enggan memberikan informasi yang lengkap agar wanita dapat membuat keputusan.
Wanita dengan pendidikan tinggi dapat membuat pilihan karena banyak membaca
atau mempunyai bekal untuk membuat keputusan, tetapi untuk sebagian besar masih
sulit karena berbagai alasan, misalnya alasan social ekonomi, kurangnya pendidikan
dan pemahaman masalah kesehatan, kesulitan bahasa dan pemahaman system
kesehatan yang tersedia. Maka dari itu kami mengambil judul “INFORMED
CHOICE” agar ibu dapat menentukan pilihannya sesuai kebutuhan berdasarkan
informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan termasuk bidan. Informed consent
berasal dari hak legal dan etis individu untuk memutuskan apa yang akan dilakukan
terhadap tubuhnya, dan kewajiban etik dokter dan tenaga kesehatan lainnya untuk
meyakinkan individu yang bersangkutan untuk membuat keputusan tentang pelayanan
kesehatan terhadap diri mereka sendiri.
Informed consent berasal dari hak legal dan etis individu untuk memutuskan apa
yang akan dilakukan terhadap tubuhnya, dan kewajiban etik dokter dan tenaga
kesehatan lainnya untuk meyakinkan individu yang bersangkutan untuk membuat
keputusan tentang pelayanan kesehatan terhadap diri mereka sendiri.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
10. Agar pembaca dapat mengetahui dimensi dalam proses informed consent
14. Agar pembaca mengetahui apa saja masalah yang lazim dalam informed
consent
15. Agar pembaca dapat mengetahui contoh informed consent secara tulis
dan lisan
DAFTAR ISI
BAB II
PEMBAHASAN
A. Informed Choice
1. Pengertian Choice
Pengertian informed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan
tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya. Menurut kode etik internasional bidan yang
dinyatakan oleh ICM tahun 1993 bahwa bidan harus menghormati hak wanita setelah
mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima tanggung jawab terhadap
hasil dari pilihannya. Definisi informasi dalam konteks ini adalah meliputi: informasi yang
lengkap sudah diberikan dan dipahami ibu, tentang pemahaman resiko, manfaat, keuntungan,
dan kemungkinan hasil dari tiap pilihannya. Hak dan keinginan wanita harus dihormati,
tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya.
Dari riwayat yang sudah lama berlangsung, petugas kesehatan termasuk bidan sungkan
baik untuk membagikan informasi maupun membuat keputusan bersama dengan klien. Ini
bertentangan dengan aspek hukum dan untuk sikap profesionalisme yang wajib dan bersusah
payah untuk menjelaskan kepada klien semua kemungkinan pilihan tindakan dan hasil yang
diharapkan dari setiap pilihannya.
c) Memberikan informasi obyektif, mudah dimengerti dan diingat serta tidak berlebihan.
d) Membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang sesuai dengan
kondisinya.
3. Tujuannya
untuk mendorong wanita memilih asuhannya. Peran bidan tidak hanya membuat asuhan dalam
manajemen asuhan kebidanan tetapi juga menjamin bahwa hak wanita untuk memilih asuhan dan
keinginannya terpenuhi. Hal ini sejalan dengan kode etik internasional bidan yang dinyatakan
oleh ICM 1993, bahwa bidan harus menghormati hak wanita setelah mendapatkan penjelasan
dan mendorong wanita untuk menerima tanggung jawab untuk hasil dari pilihannya.
4. Rekomendasi
2. Bidan wajib memberikan informasi secara rinci dan jujur dalam bentuk yang dapat
dimengerti oleh wanita dengan menggunakan media laternatif dan penerjemah, kalau
perlu dalam bentuk tatap muka secara langsung
3. Bidan dan petugas kesehatan lainnya perlu belajar untuk membantu wanita melatih diri
dalam menggunakan haknya dan menerima tanggung jawab untuk keputusan yang
mereka ambil sendiri
4. Dengan berfokus pada asuhan yang berpusat pada wanita dan berdasarkan fakta,
diharapkan bahwa konflik dapat ditekan serendah mungkin
5. Tidak perlu takut akan konflik tapi menganggapnya sebagai suatu kesempatan untuk
saling memberi dan mungkin suatu penilaian ulang yang objektif, bermitra dengan wanita
dari sistem asuhan dan suatu tekanan positif.
Bentuk Pilihan yang Ada dalam Asuhan Kebidanan
Ada beberapa jenis pelayanan kebidanan yang dapat dipilih oleh pasien, antara lain:
1. Gaya bentuk pemeriksaan ANC dan pemeriksaan laboratorium atau screening antenatal.
2. Tempat melahirkan
13. Episiotomi
Dalam pencegahan konflik etik dikenal ada 4, yang urutannya adalah sebagai berikut :
1) Informed concent
2) Negosiasi
3) Persuasi
4) Komite etik
Informed concent merupakan butir yang paling penting, kalau informed concent gagal,
maka butir selanjutnya perlu dipergunakan secara berurutan sesuasi dengan kebutuhan.
Informed concent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien/walinya yang berhak terhadap
bidan untuk melakukan suatu tindakan kebidanan terhadap pasien sesudah memperoleh
informasi lengkap dan yang dipahaminya mengenai tindakan itu.
B. Pengertian
Pesetujuan yang diberikan pasien atau walinya yang berhak terhadap bidan, untuk
melakukan suatu tindakan kebidanan kepada pasien setelah memperoleh informasi lengkap
dan dipahami mengenai tindakan yang akan dilakukan. Informed consent merupakan suatu
proses. Secara hukum informed consent berlaku sejak tahun 1981 PP No.8 tahun 1981.
Informed consent bukan hanya suatu formulir atau selembar kertas, tetapi bukti jaminan
informed consent telah terjadi. Merupakan dialog antara bidan dan pasien di dasari
keterbukaan akal pikiran, dengan bentuk birokratisasi penandatanganan formulir. Informed
consent berarti pernyataan kesediaan atau pernyataan setelah mendapat informasi
secukupnya sehingga setelah mendapat informasi sehingga yang diberi informasi sudah
cukup mengerti akan segala akibat dari tindakan yang akan dilakukan terhadapnya sebelum
ia mengambil keputusan. Berperan dalam mencegah konflik etik tetapi tidak mengatasi
masalah etik, tuntutan, pada intinya adalah bidan harus berbuat yang terbaik bagi pasien
atau klien.
2. Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat
negatif, karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap tindakan
medik ada melekat suatu resiko (Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 Pasal 3 ).
3. Informasi (Information). Jika pasien tidak tahu atau sulit untuk dapat mendeskripsikan
keputusan. Dalam berbagai kode etik pelayanan kesehatan bahwa informasi yang
lengkap dibutuhkan agar mampu membuat keputusan yang tepat. Kurangnya informasi
atau diskusi tentang resiko,efek samping tindakan, akan membuat pasien sulit
mengambil keputusan, bahkan ada rasa cemas dan bingung.
1. Diatur dalam Registrasi dan Praktik bidan pada Kepmenkes no. 900/2002 Pasal 25
a) Ayat (1) Bidan dalam menjalankan praktik harus sesuai dengan kewenangan yang
diberikan, berdasarkan pendidikan dan pengalaman serta dalam memberikan
pelayanan berdasarkan standar profesi.
2. Diatur dalam Registrasi dan Praktik bidan pada Kepmenkes no. 900/2002 Bab IX, Sanksi
Pasal 42 Bidan yang dengan sengaja : a. melakukan praktik kebidanan tanpa mndapat
pengakuan/adaptasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 dan /atau; b. melakukan
praktik kebidanan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9; c. melakukan praktik
kebidanan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat (1)
ayat (2); dipidana sesuai ketentuan Pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan.
3. Pasal 53 pada UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan menetapkan sebagai berikut:
b) Ayat 4, Ketentuan mengenai standar profesi dan hak pasien sebagaimana dimaksudkan
dalam Ayat (2) ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Penjelasan Pasal 53 UU No.
23/92 Tentang Kesehatan adalah:
c) Ayat 2, Standar profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesi secara baik. Tenaga kesehatan yang berhadapan dengan pasien
dalam melaksanakan tugasnya harus menghormati hak pasien. Yang dimaksud dengan
hak pasien adalah hak atas informasi, hak untuk memberikan persetujuan, hak atas
rahasia kedokteran dan hak atas pendapat kedua.
4. Secara hukum informed consent berlaku sejak tahun 1981, PP No. 8 Tahun 1981.
1. Dimensi yang menyangkut hukum dalam hal ini informed concent merupakan perlindungan
bagi pasien terhadap bidan yang berperilaku memaksakan kehendak, dimana proses
informed concent sudah memuat :
1. Adanya Kata Sepakat. Sepakat dari pihak bidan maupun klien tanpa paksaan, tipuan maupun
kekeliruan setelah diberi informasi sejelas – jelasnya.
2. Kecakapan. Artinya seseorang memiliki kecakapan memberikan persetujuan, jika orang itu
mampu melakukan tindakan hukum, dewasa dan tidak gila. Bila pasien seorang anak, yang
berhak memberikan persetujuan adalah orangtuanya, pasien dalam keadaan sakit tidak dapat
berpikir sempurna shg ia tidak dapat memberikan persetujuan untuk dirinya sendiri,
seandainya dalam keadaan terpaksa tidak ada keluarganya dan persetujuan diberikan oleh
pasien sendiri dan bidan gagal dalam melakukan tindaknnya maka persetujuan tersebut
dianggap tidak sah.
Contoh : Bila ibu dalam keadaan inpartu mengalami kesakitan hebat, maka ia tidak dapat
berpikir dengan baik, maka persetujuan tindakan bidan dapat diberikan oleh suaminya, bila
tidak ada keluarga atau suaminya dan bidan memaksa ibu untuk memberikan persetujuan
melakukan tindakan dan pada saat pelaksanaan tindakan tersebut gagal, maka persetujuan
dianggap tidak sah.
3. Suatu Hal Tertentu. Obyek persetujuan antara bidan dan pasien harus disebutkan dengan
jelas dan terinci. Misal : Dalam persetujuan ditulis dengan jelas identitas pasien meliputi
nama, jenis kelamin, alamat, nama suami, atau wali. Kemudian yang terpenting harus
dilampirkan identitas yang membuat persetujuan
4. Suatu Sebab Yang Halal. Isi persetujuan tidak boleh bertentangan dengan undang – undang,
tata tertib, kesusilaan, norma dan hukum. contoh : abortus provocatus pada seorang pasien
oleh bidan, meskipun mendapatkan persetujuan si pasien dan persetujuan telah disepakati
kedua belah pihak tetapi dianggap tidak sah sehingga dapat dibatalkan demi hukum
1. Implied constructive Consent (Keadaan Biasa). Tindakan yang biasa dilakukan , telah
diketahui, telah dimengerti oleh masyarakat umum, sehingga tidak perlu lagi di buat tertulis
misalnya pengambilan darah untuk laboratorium, suntikan, atau hecting luka terbuka.
2. Implied Emergency Consent (keadaan Gawat Darurat). Secara umum bentuk persetujuan yang
diberikan pengguna jasa tindakan medis (pasien) kepada pihak pelaksana jasa tindakan medis
(dokter) untuk melakukan tindakan medis dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu :
a. Persetujuan Tertulis, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang mengandung resiko
besar, sebagaimana ditegaskan dalam PerMenKes No. 585/Men.Kes/Per/IX/1989 Pasal 3
ayat (1) dan SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88 butir 3, yaitu intinya setiap tindakan medis
yang mengandung resiko cukup besar, mengharuskan adanya persetujuan tertulis, setelah
sebelumnya pihak pasien memperoleh informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan
medis serta resiko yang berkaitan dengannya (telah terjadi informed consent)
b. Persetujuan Lisan, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang bersifat non-invasif
dan tidak mengandung resiko tinggi, yang diberikan oleh pihak pasien
c. Persetujuan dengan isyarat, dilakukan pasien melalui isyarat, misalnya pasien yang akan
disuntik atau diperiksa tekanan darahnya, langsung menyodorkan lengannya sebagai
tanda menyetujui tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya.
Dalam pengertian persetujuan bebas terkandung kemungkinan bagi pasien untuk menerima
atau menolak apa yang ditawarkan dengan disertai penjelasan atau pemberian informasi
seperlunya oleh tenaga medis (Sudarminta, J. 2001). Dilihat dari hal-hal yang perlu ada agar
informed consent dapat diberikan oleh pasien maka, seperti yang dikemukakan oleh Tom L.
Beauchamp dan James F. Childress, dalam pengertian informed consent terkandung empat unsur,
dua menyangkut pengertian informasi yang perlu diberikan dan dua lainnya menyangkut
perngertian persetujuan yang perlu diminta. Empat unsur itu adalah: pembeberan informasi,
pemahaman informasi, persetujuan bebas, dan kompetensi untuk membuat perjanjian. Mengenai
unsur pertama, pertanyaan pokok yang biasanya muncul adalah seberapa jauh pembeberan
informasi itu perlu dilakukan. Dengan kata lain, seberapa jauh seorang dokter atau tenaga
kesehata lainnya memberikan informasi yang diperlukan agar persetujuan yang diberikan oleh
pasien atau subyek riset medis dapat disebut suatu persetujuan informed.
Dalam menjawab pertanyaan ini dikemukakan beberapa standar pembeberan, yakni:
1. Pengertian kemampuan secara hukum dari orang yang akan menjalani tindakan, serta siapa
yang berhak menandatangani.
2. Masalah wali yang sah. Timbul apabila pasien atauibu tidak mampu secar hukum untuk
menyatakan persetujuannya.
3. Masalah informasi yang diberikan, seberapa jauh informasi dianggap telah dijelaskan
dengan cukup jelas, tetapi juga tidak terlalu rinci sehingga dianggap menakut – nakuti
4. Dalam memberikan informasi apakah diperlukan saksi, apabila diperlukan apakah saksi
perlu menanda tanagani form yang ada. Bagaimana menentukan saksi?
5. Dalam keadaan darurat, misal kasus perdarahan pada bumil dan kelaurga belum bisa
dihubungi, dalam keadaan begini siapa yang berhak memberikan persetujuan, sementara
pasien perlu segera ditolong.
Dari penjelasan yang diberikan, telah saya mengerti segala hal yang berhubungan dengan
penyakit tersebut, serta tindakan medis yang akan dilakukan dan kemungkinana pasca tindakan
yang dapat terjadi sesuai penjelasan yang diberikan.
Jakarta,………………….20……
(……………………) (…………………………..)
*Coret yang tidak perlu
A. Kesimpulan
Informed choice merupakan bentuk persetujuan pilihan, misalnya tentang metode kontrasepsi
yang dipilih oleh klien setelah memahami kebutuhan reproduksi yang paling sesuai dengan dirinya /
keluarganya. Pilihan tersebut merupakan hasil bimbingan dan pemberian informasi yang obyektif, akurat
dan mudah dimengerti oleh klien. Pilihan yang diambil merupakan yang terbaik dari berbagai alternatif
yang tersedia.
Bidan harus memberikan pilihan kepada klien tanpa bersifat otoriter, karena klien
mempunyai hak untuk menentukan pilihannya dari informasi yang telah diperoleh dari bidan
tentang segi positif dan negatif pilihannya yang sesuai dengan kondisinya dan tindakan apa yang
akan dilaksanakan. Pemberian informasi yang jelas akan membantu klien membuat pilihan
sendiri yang sesuai dan memahami tujuan dan risiko prosedur klinik terpilih. Proses pertukaran
informasi dan interaksi positif antara klien dan petugas untuk membantu klien mengenali
kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi
yang sedang dihadapi
Hak pasien yang pertama adalah hak atas informasi. Dalam UU No 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan, pasal 53 dengan jelas dikatakan bahwa hak pasien adalah hak atas informasi
dan hak memberikan persetujuan tindakan medik atas dasar informasi (informed consent). Jadi,
informed consent merupakan implementasi dari kedua hak pasien tersebut. Hak pasien tersebut
merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dilindungi Undang-Undang.
Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang efektif antara
dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan apa yang tidak akan
dilakukan terhadap pasien. Informed consent dilihat dari aspek hukum bukanlah sebagai
perjanjian antara dua pihak, melainkan lebih ke arah persetujuan sepihak atas layanan yang
ditawarkan pihak lain.
Peran perawat dalam informed consent terutama adalah membantu pasien untuk
mengambil keputusan pada tindakan pelayanan kesehatan sesuai dengan lingkup kewenangannya
setelah diberikan informasi yang cukup oleh tenaga kesehatan. Dasar filosofi tersebut bertujuan
untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang terintegrasi sehingga dapat mewujudkan
keadaan sejahtera.
Definisi operasionalnya adalah suatu pernyataan sepihak dari orang yang berhak (yaitu
pasien, keluarga atau walinya) yang isinya berupa izin atau persetujuan kepada dokter untuk
melakukan tindakan medik sesudah orang yang berhak tersebut diberi informasi secukupnya.
Secara umum, seorang dokter diharuskan memperoleh suatu informed consent
(persetujuan medik) dari pasien sebelum melakukan pengobatan. Bahwa seorang anak terlalu
muda atau imatur untuk memberi persetujuannya sendiri tidak membebaskan seorang dokter dari
kewajibannya memperoleh suatu persetujuan medic
B. Saran
Demi memajukan keterampilan dan pengetahuan seorang bidan, harus terus
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam berbagai aspek agar dapat membuat
keputusan klinisdan secara teoritis agar dapat memberikan pelayanan yang aman dan
memuaskan kliennya. Maka informed choice dan informed concent harus di berikan kepada
klien sebagai suatu pilihan untuk klien.
DAFTAR ISI
https://endahdian.wordpress.com/2009/12/21/dilema-etik-moral-pelayanan-kebidanan/
https://inatiganna.blogspot.com/2017/04/pengambilan-keputusan-dalam-pelayanan.html
https://veni-agnestia.blogspot.com/2011/03/makalah-informed-choice.html
https://nahrowy.wordpress.com/2013/01/31/makalah-informed-consent/