Anda di halaman 1dari 1

Nama : Adhil Mubaraq

Stambuk : B50119129
Kelas :C
MK : Dasar-Dasar Jurnalistik

Di banyak belahan dunia, kepercayaan terhadap media dan jurnalisme telah rapuh
dan melemah jauh sebelum popularitas media sosial. Kecenderungan ini tidak terpisahkan
dari turunnya kepercayaan terhadap berbagai institusi di banyak masyarakat.
Dikutip dari tirto.id. Lembaga kajian jurnalistik Reauters Institute for the Study of
Jurnalism rutin menerbitkan hasil surveinya melalui Digital News Report. Beberapa waktu
yang lalu mereka telah menyurvei 7.000 orang dari 36 negara tentang kepercayaan pada
media sosial dan media arus utama. Hasil Jajak pendapat menyatakan bahwa 33% warga
global mengaku sudah tak percaya pada kebenaran berita. 24% responden percaya media
sosial melakukan tugas yang baik dalam memisahkan fakta dari hasil karangan, sementara
dalam tugas yang sama, media arus utama mendapat suara 40%.
Besarnya volume dan jangkauan disinformasi dan misinformasi, yang dikemas
sebagai berita dan dibagikan di media sosial, bisa menyebabkan kerusakan lebih jauh
terhadap reputasi jurnalisme. Pengaruhnya mencakup bagi jurnalis, media berita, warga,
dan masyarakat yang terbuka.
Dalam lingkungan informasi super cepat yang serba gratis di internet dan media
sosial, tiap orang bisa menjadi produsen pesan. Banyaknya berita hoaks yang bersebaran di
media sosial dan media arus utama membuat banyak warga sulit membedakan apa yang
benar dan yang salah. Contohnya pada sebuah kasus peristiwa bom pada tiga gereja yang
berlokasi di Surabaya (13/5/2018) lalu berhasil membuat panic masyarakat Indonesia.
Dampaknya, informasi yang tidak tepat beredar dengan luas. Ada kabar soal serangan bom
yang terjadi di gereja St Anna di Duren Sawit, penemuan benda diduga bom di bandara
amat Yani Semarang, hingga persen yang mengatasnamakan Densus 88 dan badan intelijen
negara untuk menghindari pusat perbelanjaan di Jakarta dan Surabaya. Nyatanya, semua
informasi yang disebarkan tersebut tidak tepat atau bisa disebut dengan hoaks, dikutip dari
tirto.id.
Menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap media jurnalisme mengindikasikan
konsekuensi dari kegagalan media dalam melakukan tugasnya, khususnya yang terkait
dengan Edukasi dan peran dalam menjaga kualitas informasi. Turunnya kepercayaan ini
baru menjadi perhatian. Sebab dikutip dari tirto.id, temuan Edelman menyatakan sebanyak
63% orang tidak bisa membedakan antara jurnalisme dengan desas-desus dan kebohongan.
Lebih lanjut lagi, 59% responden menyatakan semakin sulit untuk mengidentifikasi apakah
berita dan informasi yang diterima diproduksi oleh lembaga media yang kredibel.
Kepercayaan merupakan jantung dari hubungan individu dengan institusi. Media
massa tradisional mesti merebut kepercayaan masyarakat dengan meningkatkan kredibilitas
lewat produksi berita berita yang valid. Jika kepercayaan terhadap media berkurang, akan
menjamur “media alternatif” tanpa ruang redaksi memadai dan prosedur jurnalisme ketat,
yang lagi lagi dapat menjadi lahan untuk bertumbuhnya hoaks.

Anda mungkin juga menyukai