Pada bab 7 tentang partai politik di buku ‘MEMAHAMI ILMU POLITIK’ yang ditulis oleh Ramlan Surbakti ini membahas tentang asal, ciri, fungsi, tipologi, dan sistem partai politik. Di sini para mahasiswa serta masyarakat umum yang ingin mempelajari partai politik bisa membaca di bagian bab 7 pada hal 113 sampai 130.
A. Asal, Ciri dan Arti
Ada tiga teori yang mencoba menjelaskan asal usul partai politik. Pertama, teori kelembagaan yang melihat ada hubungan antara parlemen awal dan timbulnya partai politik. Kedua, teori situasi historis yang melihat timbulnya partai politik sebagai upaya suatu sistem politik untuk mengatasi krisis yang ditimbulkan dengan perubahan masyarakat secara luas. Ketiga, teori pembangunan yang melihat partai politik sebagai produk mordenisasi sosial ekonomi. Yang dimaksudkan dengan partai politik ialah organisasi yang mempunyai kegiatan yang bersinambungan. Artinya, masa hidupnya tak bergantung pada masa jabatan atau masa hidup para pemimpinnya. Ciri-ciri partai politik ialah berakar dalam masyarakat local, melakukan kegiatan secara terus menerus, berusaha memperoleh dan mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan, dan ikut serta dalam pemilihan umum. B. Fungsi Partai Politik Fungsi utama partai politik ialah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan idiologi tertentu. 1. Sosialisasi Politik Yang dimaksud dengan sosialisasi politik iyalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat. Dari segi metode penyampaian pesan, sosialisasi politik dibagi dua, yakni pendidikan politik dan indoktrinasi politik. Pendidikan politik merupakan suatu proses dialogic diantara pemberi dan penerima pesan. Indoktrinasi politik iyalah proses pihak ketiga penguasa memobilisasi dan memanipulasi warga masyarakat untuk menerima nilai, norma, dan symbol yang dianggap pihak yang berkuasa sebagai ideal dan baik. 2. Rekrutmen Politik Rekrutmen politik ialah seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya. 3. Partisipasi Politik Partisipasi politik ialah kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan dalam ikut menentukan pemimpin pemerintahan. 4. Pemadu Kepentingan Dalam masyarakat terdapat sejumlah kepentingan yang berbeda bahkan acapkali bertentangan, seperti antara kehendak mendapatkan keuntungan sebanyak banyaknya dan kehendak untuk mendapatkan barang dan jasa dengan harga murah tetapi bermutu; antara kehendak untuk mencapai efisiensi dan penerapan teknologi yang canggih, tetapi memerlukan tenaga kerja yang sedikit, dan kehendak untuk mendapatkan dan mempertahankan pekerjaan; antara kehendak untuk mencapai dan mempertahankan pendidikan tinggi yang bermutu tinggi, tetapi dengan jumlah penerimaan masiswa yang lebih sedikit dan kehendak masyarakat untuk menyekolahkan anak ke perguruan tinggi; antara kehendak menciptakan dan memelihara kestabilan politik dan kehendak berbagai kelompok, seperti masiswa, intelektual, pers, dan kelompok agama untuk berkumpul dan menyatakan pendapat secara bebas. 5. Komunikasi Politik Komunikasi politik ialah proses penyampaian informasi mengenai politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah. 6. Pengendalian Konflik Partai politik sebagai salah satu lembaga demokrasi berfungsi untuk mengendalikan konflik melalui cara berdialog dengan pihak pihak yang berkonflik, menampung dan memadukan berbagai aspirasi dan kepentingan dari pihak pihak yang berkonflik dan membawa permasalahan ke dalam musyawarah badan perwakilan rakyat untuk mendapatkan penyelesaian berupa keputusan politik. 7. Kontrol Politik Kontrol politik ialah kegiatan untuk menunjukkan kesalahan, kelemahan dan penyimpangan dalam isi suatu kebijakan atau dalam pelaksanaan kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah. C. Tipologi Partai Politik Tipologi partai politik ialah pengklasifikasikan berbagai partai politik berdasarkan kriteria tertentu, seperti ases dan orientasi, komposisi dan fungsinya anggota, basis social dan tujuan. 1. Asas dan Orientasi Berdasarkan Asas dan orientasinya, partai politik diklasifikasikan menjadi tiga tipe, yaitu partai politik pragmatis, partai politik doktriner, dan partai politik kepentingan. Partai politik pragmatis ialah suatu partai yang mempunyai program dan kegiatan yang tak terikat kaku pada suatu doktrin dan idiologi tertentu. Partai doktriner iyalah suatu partai politik yang memiliki sejumlah program dan kegiatan konkrit sebagai penjabaran idiologi. Partai kepentingan merupakan suatu partai politik yang dibentuk dan dikelola atas dasar kepentingan tertentu, seperti petani, buruh, etnis, agama, atau lingkungan hidup yang secara langsung ingin berpartisipasi dalam pemerintahan. 2. Komposisi dan Fungsi Anggota Menurut komposisi dan fungsi anggotanya, partai politik dapat digolongkan menjadi dua, yaitu partai massa atau lindungan dan partai kader. Partai politik massa atau lindungan (patronage) iyalah partai politik yang mengandalkan kekuatan ada keunggulan jumlah anggota dengan cara memobilisasi massa sebanyak banyaknya, dan mengembangkan diri sebagai pelindung bagi berbagai kelompok dalam masyarakat sehingga pemilihan umum dapat dengan mudah Dimenangkan, dan kesatuan nasional dapat dipelihara, tetapi juga masyarakat dapat dimobilisasi untuk mendukung dan melaksanakan kebijakan tertentu. 3. Basis Sosial Dan Tujuan Menurut basi sosialnya, partai politik dibagi menjadi empat tipe, yaitu: 1. Partai politik yang beranggotakan lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat, seperti kelas atas, menengah, dan bawah. 2. Partai politik yang anggotanya berasal dari kalangan kelompok kepentingan tertentu, seperti petani, buruh, dan pengusaha. 3. Partai politik yang anggota-anggotanya berasal dari pemeluk agama tertentu seperti Islam, Katholik, Protestan, dan Hindu. 4. Partai politik yang anggota-anggotanya berasal dari kelompok budaya tertentu, seperti suku bangsa, Bahasa, dan daerah tertentu. Berdasarkan tujuan, partai politik dibagi menjadi tiga. Pertama, partai perwakilan kelompok. Kedua, partai pembinaan bangsa. Ketiga, partai mobilisasi. D. Sistem Kepartaian Sistem kepartaian ialah pola perilaku dan interaksi antara sejumlah partai politik dalam suatu system politik. Maurice Duverger menggolongkan system kepartaian menjadi tiga, yaitu system partai tunggal, sistem dwipartai dan system banyak partai. 1. Jumlah Partai Penggolongan sistem kepartaian berdasarkan jumlah partai dapat dikemukakan seperti berikut. Bentuk partai tunggal (totaliter, otoriter, dan dominan), sistem dua partai dominan dan bersaing, dan sistem banyak partai. Partai tunggal Totaliter biasanya merupakan partai doktriner dan diterapkan di negara negara komunis dan fasis. Partai tunggal otoriter ialah suatu sistem kepartaian yang di dalamnya terdapat lebih dari satu partai tetapi terdapat satu partai besar yang digunakan oleh penguasa sebagai alat memobilisasi masyarakat dan mengesahkan kekuasaannya, sedangkan partai-partai lain kurang dapat menampilkan diri karena ruang gerak dibatasi penguasa. Partai tunggal dominan tetapi demokratis ialah suatu sistem kepartaian yang didalamnya terdapat lebih dari satu partai, namun satu partai saja yang dominan (secara terus menurus berhasil mendapatkan dukungan untuk berkuasa), sedangkan partai-partai lain tidak mampu menyaingi partai yang dominan, walaupun terdapat kesempatan yang sama untuk mendapatkan dukungan melalui pemilihan umum. Sistem dua partai bersaing merupakan suatu system kepartaian yang didalamnya terdapat dua partai yang bersaing untuk mendapatkan dan mempertahankan kewenangan pemerintah melalui pemilihan umum. Sistem banyak partai merupakan suatu system yang terdiri atas lebih dari dua partai yang dominan. 2. Jarak Ideologi Ilmuwan politik Italia bernama Giovanni Sartori berpendapat lain tentang sistem kepartaian ini. Menurutnya, penggolongan sistem kepartaian bukan masalah jumlah partai, melainkan jarak idiologi diantara partai partai yang ada. Kongkritnya, penggolongan sistem kepartaian didasarkan atas jumlah kutub (polar), jarak diantara kutub-kutub itu (polaritas), dan arah perilaku politiknya. Oleh karena itu, Satori mengklasifikasikan system kepartaian menjadi tiga, yaitu pluralism sederhana, pluralism moderat, dan pluralism ekstrim.