Anda di halaman 1dari 10

D.

    SISTEM PERADILAN INDONESIA


Pengertian Sistem Peradilan Nasional - Sistem peradilan nasional adalah suatu keseluruhan komponen
peradilan nasional yang meliputi pihak-pihak dalam proses peradilan, hierarki kelembagaan peradilan,
maupun aspek-aspek yang bersifat prosesdural dan saling berkaitan sedemikian rupa sehingga terwujud
keadilan hukum. Untuk mewujudkan tujuan peradilan Nasional, seluruh komponen dalam sistem
peradilan harus berfungsi dengan baik. Berikut adalah komponen-komponen dalam sistem peradilan.

a. Materi Hukum

Materi hukum mencakup didalamnya Hukum material dan hukum formal (hukum acara). Hukum
material adalah hukum yang berisi tentang perintah dan larangan (terdapat dalam KUHP, KUHPdt, dan
sebagainya). Adapun yang dimaksud dengan Hukum formal adalah hukum yang berisi tentang tata cara
melaksanakan dan mempertahankan hukum material (terdapat dalam KUHAP, KUHAPdt, dan
sebagainya)

b. Prosedur Peradilan (Komponen yang Bersifat Prosedural)

Prosedur peradilan adalah bagaimana proses pengajuan perkara mulai dari penyelidikan, penuntuan,
sampai pada pemeriksaan di sidang pengadilan. Berikut adalah prosedur peradilan yang berlaku:

 1) Penyelidikan merupakan serangkaian tindakan penyelidik dalam rangka mencari dan menemukan
suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pelanggaran hukum guna menentukan dapat tidaknya
dilakukan penyidikan.

 2) Penyidikan merupakan serangkaian tindakan penyidik dalam rangka mencari serta mengumpulkan
bukti dan melalui bukti tersebut dapat ditemukan titik terang atas pelanggaran yang terjadi serta siapa
orang yang menjadi tersangka.

 3) Penuntutan merupakan tindakan penuntut umum dalam rangka untuk melimpahkan perkara ke
pengadilan yang berwenang menurut cara yang titentukan oleh undang-undang dengan permintaan
agar diperiksa dan diputuskan oleh hakim disidang pengadilan.

 4) Mengadili merupakan tindakan hakim dalam rangka menerima, memaksa dan memutuskan perkara
di sidang pengadilan berdasarkan asas bebas, jujur dan tidak memihak.

Apabila digambarkan dalam bentuk skema, maka proses peradilan adalah sebagai berikut:
Berdasarkan pada skema tersebut, maka dapat diketahui bahwa secara umum peranan lembaga
peradilan adalah menerima, memaksa dan sekaligus memutuskan suatu perkara di sidang pengadilan
dalam rangka untuk menegakan hukum dan keadilan. Menurut Aristoteles: hakim yang memimpin
peradilan merupakan "lambang keadilan yang hidup" bagi masyarakat yang mencari hak mereka. Dalam
melakukan peradilan, hakim harus bertindak berdasarkan undang-undang dan hukum yang berlaku, baik
hukum yang tertulis maupun tidak tertulis serta berdasar pada rasa keadilan.

c. Budaya Hukum

Komponen yang juga sangat penting dan menentukan tegaknya keadilan adalah kesadaran hukum, baik
dari aparat yang bertugas, masyarakat, maupun seluruh komponen bangsa. Oleh karena itu, keadilan
hanya dapat diciptakan ketika seluruh komponen bangsa memiliki kesadaran hukum untuk menegakkan
keadilan.

d. Hierarki Kelembagaan Peradilan

Hierarki kelembagaan peradilan merupakan susunan lembaga peradilan yang secara hierarki memiliki
fungsi dan kewenangan sesuai dengan lingkungan peradilan masing-masing.

jika membahas mengenal sistem peradilan nasional, kita mengenal beberapa


alat kelengkapan peradilan yang bisa pula disebut sebagai aparat penegak
hukum yang meliputi sebagai berikut:

A. KEPOLISIAN

Kepolisian negara Republik Indonesia mempunyai tugas pokok sebagai berikut:

Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.

Menegakan hukum.

Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Dalam menyelenggarakan tugasnya di bidang proses pidana, kepolisian negara Republik Indonesia
berwenang untuk sebagai berikut:
Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan.

Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan
penyidikan.

Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan.

Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri.

Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.

Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.

Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara.

Mengadakan penghentian penyidikan.

Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum.

Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat
pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang
yang disangka melakukan tindak pidana.

Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta menerima hasil
penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum.

Mengadakan tindakan lain menrut hukum yang bertanggung jawab.

B. KEJAKSAAN

Pelaksanaan tugas kejaksan dilakukan oleh jaksa. Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang
oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan undang-undang. penuntut
umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penuntutan dan
melaksanakan penetapan hakim.

Jaksa senantiasa bertindak berdasarkan hukum dengan mengindahkan norma-norma keagamaan,


kesponan, kesusilaan, serta wajib menggali dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang hidup
dalam masyarakat, serta senantiasa menjaga kehormatan dan martabat profesinya.

C. KEHAKIMAN
Tugas dan wewenang lembaga kehakiman berada di tangan hakim. Hakim adalah pejabat yang
melaksanakn tugas menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan pancasila dengan cara menafsirkan
hukum serta mencari dasar-dasar dan asas-asas yang menjadi landasan penentuan keputusan atas
perkara-perkara yang ada. seorang hakim wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum
dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.

Hakim dapat melakukan hal-hal berikut:

Menceraikan suami istri.

Memasukan orang kedalam penjara.

Merampas kekayaan seseorang menyita dan melelang harta orang.

Menyuruh orang membayar denda atau ganti rugi.

Menghukum mati orang

Memenjarakan seseorang.

Memvonis seseorang. 

D. ADVOKAT

Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan
yang memenuhi persyaratan berdasarkan undang-undang. jasa hukum adalah jasa yang diberikan
advokat berupa pemberian konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili,
mendampingi, membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum
kliennya/pelanggannya.

ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang advokat yaitu sebagai berikut:

Kompetensi (memiliki persyaratan dan pengetahuan untuk mewakili kliennya).

Integritas (Kejujuran kepada kliennya).

Loyalitas (pengabdian kepada kliennya) sehingga timbul apa yang disebut dengan kewajiban mewakili
kliennya secara loyal dan habis-habisan dan melakukan sebaik-baiknya untuk kepentingan kliennya.

Responsbilitas (tanggung jawab atas segala tindakannya) baik tanggung jawab hukum maupun tanggung
jawab moral.

3. Lembaga-lembaga Peradilan di Indonesia


Badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung meliputi badanperadilan dalam lingkungan
Peradilan Umum, Peradilan Agama, PeradilanMiliter, dan Peradilan Tata Usaha Negara.

a.Mahkamah Agung

Mahkamah Agung adalah pengadilan negara tertinggi dari semualingkungan peradilan, yangdalam
melaksanakan tugasnya terlepas daripengaruh pemerintah dan pengaruh-pengaruh yang lain.Susunan
MA terdirin dari Pimpinan, Hakim Anggota, dan SekretarisMA. Pimpinan MA terdiri dari seorang Ketua,
dua Wakil Ketua, dan beberapaorang Ketua Muda, yang kesemuanya dalah Hakim Agung dan
jumlahnyapaling banyak 60 orang. Sedangkan beberapa direktur jendral dan kepalabadan.

b.Mahkamah Konstitusi

Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yangmelakukan kekuasaan kehakiman
yang merdeka untukmenyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan.Susunan MK
terdiri dari seorang Ketua merangkap anggota,seorang Wakil Ketua merangkap anggota, serta 7 orang
anggota hakimkonstitusi yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Hakim konstitusiharus memiliki
syarat: memiliki intergritas dan kepribadian yand tidaktercela; adil; dan negarawan yang menguasai
konstitusi ketatanegaraan.

c.Komisi Yudisial

Komisi Yudisial merupakan lembaga negara yang bersifat mandiri dandalam pelaksanaan wewenangnya
bebas dari campur tangan ataupengaruh kekuasaan lain.Komisi Yudisial terdiri dari pimpinan dan
anggota. Pimpinan KomisiYudisial terdiri atas seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua yangmerangkap
anggota. Komisi Yudisial mempunyai 7 orang anggota, yangmerupakan pejabat negara yang direkrut dari
mantan hakim, praktishukum, akademis hukum, dan anggota masyarakat.

d.Pengadilan di Lingkungan Peradilan Umum

Peradilan umum adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagirakyat pencari keadilan pada
umumnya. Kekuasaan kehakiman di lingkungan Peradilan Umum dilaksanakan oleh Pengadilan Negeri
dan PengadilanTinggi.

1)Pengadilan Negeri
Pengadilan negeri merupakan organ kekuasaan kehakimandalam lingkungan Peradilan Umum yang
berkedudukan diIbukota Kabupaten/ Kota, dan memiliki daerah hukummencakup wilayah Kabupaten/
Kota tersebut.

2)Pengadilan Tinggi

Pengadilan tinggi merupakan organ kekuasaan kehakimandalam lingkungan Peradilan Umum yang
berkedudukan diibukota Propinsi, dan memiliki daerah hukum mencakup wilayahPropinsi.

e.Pengadilan di Lingkungan Peradilan Agama

1)Pengadilan Agama

Pengadilan Agama adalah organ kekuasaan kehakiman dalamlingkungan peradilan Agama yang
berkedudukan di kotamadyaatau ibukota kebupaten meliputi wilayah kotamadya ataukabupaten.

2)Pengadilan Tinggi Agama

Pengadilan Tinggi Agama merupakan pengadilan TingkatBanding, Pengadilan Tinggi Agama


berkedudukan di ibukotaprpinsi, dan daerah hukumnya meliputi wilayah propinsi.

f.Pengadilan di Lingkungan Peradilan Militer 

Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Militer adalah badan yangmelaksanakan kekuasaan kehakiman
di lingkungan Angkatan Bersenjata,yang meliputi Pengadilan Meiliter, Pengadilan Militer Tinggi,
PengadilanMiliter Utama, dan Pengadilan Meiliter Pertempuran.

1)Pengadilan Militer 

Susunan persidangan Pengadilan Militer untuk memeriksa danmemutuskan perkara pidana pada tingkat
pertama adalah 1orang Hakim Ketua dan 2 orang Hakim Anggota yang dihadiri 1orang Oditur Militer/
Oditur Militer Tinggi dan dibantu 1 orangPanitera.

2)Pengadilan Militer Tinggi

Susunan persidangan Pengadilan Militer Tinggi untukmemeriksa dan memutus perkara pidana pada
tingkat pertamaadalah 1 orang Hakim Ketua dan 2 orang Hakim Anggota yangdihadiri 1 orang Oditur
Militer/ Oditur Militer Tinggi dan dibantu 1orang Panitera.

3)Pengadilan Militer Utama


Susunan persidangan Pengadilan Militer Utama untukmemeriksa dan memutus perkara sengketa Tata
UsahaAngkatan Bersenjatapada tingkat banding adalah 1 orangHakim Ketua dan 2 orang Hakim Anggota
dan dibantu 1 orang Panitera.

4)Pengadilan Militer Pertempuran

Susunan persidangan Pengadilan Militer Pertempuran untukmemeriksa dan memutus suatu perkara
pidana adalah 1 orangHakim Ketua dengan beberapa Hakim Anggota yangkeseluruhannya selalu
berjumlah ganjil, yang dihadiri 1 orangOditur Militer/ Oditur Militer Tinggi dan dibantu 1 orang Panitera.

g.Pengadilan di Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN)1)Pengadilan


Tata Usaha Negara
Pengadilan Tata Usaha Negara merupakan pengadilan tingkatpertama. Susunan pengadilan terdiri atas
Pimpinan, HakimAnggota, Panitera, dan Sekretaris; dan pemimpin pengadilanterdiri atas seorang Ketua
dan seoirang Wakil Ketua.

2)Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN)

Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara bertugas dan berwenag:(a) mkemeriksa dan memutuskan
sengketa Tata Usaha Negaradi tingkat banding; (b) memeriksa dan memutuskan mengadiliantara
pengadilan Tata Usaha Negara di dalamdaerahhukumnya; (c) memriksa , memutus, dan menyelesaikan
ditingkat pertama sengketa Tata Usaha Negara

Lembaga Peradilan
Menurut UU No. 14 Tahun 1970, tugas pokok badan-badan peradilan adalah menerima, memeriksa,
mengadili dan menyelesaikan perkara-perkara  yang diajukan kepadanya.

Menurut UUD 1945 Pasal 24 ayat 2, kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah mahkamah Agung dan
badan-badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan
peradilan agama, lingkungan militer dan lingkungan peradilan tata usaha Negara dan sebuah mahkamah
konstitusi.

Pengadilan umum terdiri dari Pengadilan negeri dan Pengadilan tinggi diatur dalam UU Darurat No. 1
Tahun 1951 dan UU No. 13 Tahun 1965 tentang peradilan umum dan mahkamah agung. Sedangkan
Mahkamah Agung diatur pula dalam UU No.14 Tahun 1970 tentang ketentuan-ketentuan pokok
kekuasaan kehakiman.
A.    Mahkamah Agung

Mahkamah Agung (MA) adalah lembaga tinggi yang memegang kekuasaan kehakiman di dalam negara
Republik Indonesia. Dalam trias politika, MA mewakili kekuasan yudikatif. Sesuai dengan UUD 1945
(Perubahan Ketiga), kekuasaan kehakiman di Indonesia dilakukan oleh Mahkamah Agung dan
Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Agung membawahi badan peradilan dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha
negara. 

 Tugas dan Wewenang

Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan Wewenang MA adalah:

a.       Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah
Undang-Undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh Undang-Undang

Mengajukan tiga orang anggota Hakim Konstitusi

Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden member grasi dan rehabilitasi

 Fungsi Sistem Peradilan

a. Fungsi Peradilan

1)Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung merupakan pengadilan kasasi yang bertugas
membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan kembali
menjaga agar semua hukum dan undang-undang diseluruh wilayah negara RI diterapkan secara adil,
tepat dan benar.

2)Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung berwenang memeriksa dan
memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir

-          permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap (Pasal 28, 29,30,33 dan 34 Undang-undang Mahkamah Agung No. 14 Tahun 1985)

-          semua sengketa tentang kewenangan mengadili.

-          semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing dan muatannya oleh kapal perang
Republik Indonesia berdasarkan peraturan yang berlaku (Pasal 33 dan Pasal 78 Undang-undang
Mahkamah Agung No 14 Tahun 1985)

3)Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil, yaitu wewenang menguji/menilai secara
materiil peraturan perundangan dibawah Undang-undang tentang hal apakah suatu peraturan ditinjau
dari isinya (materinya) bertentangan dengan peraturan dari tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31 Undang-
undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).

b. Fungsi Pengawasan

1)Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua lingkungan
peradilan dengan tujuan agar peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan
seksama dan wajar dengan berpedoman pada azas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan,
tanpa mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal 10
Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor 14 Tahun 1970).

Mahkamah Agung juga melakukan pengawasan :

-          terhadap pekerjaan Pengadilan dan tingkah laku para Hakim dan perbuatan Pejabat Pengadilan
dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok Kekuasaan Kehakiman, yakni
dalam hal menerima, memeriksa, mengadili, dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan
kepadanya, dan meminta keterangan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan teknis peradilan serta
memberi peringatan, teguran dan petunjuk yang diperlukan tanpa mengurangi kebebasan Hakim (Pasal
32 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).

-          Terhadap Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang yang menyangkut peradilan (Pasal 36 Undang-
undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985)

c. Fungsi mengatur

1)Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran
penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-undang
tentang Mahkamah Agung sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang
diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-undang No.14 Tahun 1970,
Pasal 79 Undang-undang No.14 Tahun 1985).

2)Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap perlu untuk mencukupi
hukum acara yang sudah diatur Undang-undang.

d. Fungsi nasehat
1)Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau pertimbangan-pertimbangan dalam bidang
hukum kepada Lembaga Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun
1985). Mahkamah Agung memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam rangka
pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985).
Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1),
Mahkamah Agung diberikan kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada Presiden selaku
Kepala Negara selain grasi juga rehabilitasi. Namun demikian, dalam memberikan pertimbangan hukum
mengenai rehabilitasi sampai saat ini belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur
pelaksanaannya.

2)Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi petunjuk kepada pengadilan
disemua lingkunga peradilan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undang-undang No.14
Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang
No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung).

e. Fungsi Administratif

1)Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata
Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-undang No.14 Tahun 1970 secara
organisatoris, administrative dan finansial sampai saat ini masih berada dibawah Departemen yang
bersangkutan, walaupun menurut Pasal 11 (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah dialihkan
dibawah kekuasaan Mahkamah Agung.

2)Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab, susunan organisasi dan tata
kerja Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang No. 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-
undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).

Anda mungkin juga menyukai