Anda di halaman 1dari 7

ISSN : 2598-0068 Vol. 2 No.

1 (September 2018)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP PENGGUNAANKB


METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PARAMASAN KABUPATEN BANJAR, MARTAPURA (Judul
(Relationship Of Women's Knowledge And Attitudes To Use Of Kb Long-Term
Contraception (MKJP) Method In Working Areas Puskesmas Paramasan Kabupaten
Banjar, Martapura)
Ari Widyarni, Siska Dhewi

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Kalimantan (UNISKA) MAB Banjarmasin


Email: ariwidyarnifkm@gmail.com

ABSTRAK
Kabupaten Banjar, Martapura masih termasuk dalam wilayah dimana cakupan KB MKJP rendah, dapat
dilihat pada angka capaian yang menunjukkan penurunan signifikan pada tahun 2015 mencapai 6,6%,
pada tahun 2016 mencapai 7,0% dan pada tahun 2017 hanya 2,3%. Penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dan sampel adalah ibu dengan kriteria wanita
usia subur (WUS) sebagai akseptor keluarga berencana yang mengunjungi dan mencari perawatan di
Puskesmas Paramasan Kabupaten Banjar. Besar sampel berjumlah 60 responden. Data dikumpulkan
dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur, hasil pengumpulan data dianalisis menggunakan
statistik univariat dan bivariat dengan uji Chi Square Test menggunakan program komputer dengan nilai
signifikansi (α) 0,05. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa sebagai besar responden tidak
menggunakan KB MKJP, sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup dan sebagian
besar sikap responden cukup. Analisis bivariat menunjukkan hasil bahwa ada hubungan pengetahuan
terhadap penggunaan KB MKJP (p-value = 0,001) dan ada hubungan sikap terhadap penggunaan KB
MKJP (p-value = 0,000). Direkomendasikan bagi instansi terkait untuk meingkatkan kerja sama lintas
sektor dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan sikap responden tentang kelebihan dan kekurangan
menggunakan KB MKJP. Diharapkan dengan meningkatnya pengetahuan yang dimiliki oleh responden
tentang KB MKJP, maka sikap responden dalam penggunaan kontrasepsi untuk KB MKJP diharapkan
menjadi lebih baik. Dan akan mempengaruhi peningkatan jumlah penggunaan MKJP KB.
Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, WUS, KB MKJP.

ABSTRACT
Kabupaten Banjar, Martapura are still included in the regions where the coverage of MKJP KB is low, it can
be seen in the achievement figures which show a significant decrease in 2015 reached 6.6%, in year 2016
reached 7.0% and in year 2017, only 2.3%. This research is a quantitative study with a cross sectional
approach. The population and sample are mothers with criteria for women of childbearing age (WUS) as
family planning acceptors who visit and seek treatment at Puskesmas Paramasan Kabupaten Banjar. A
large sample of 60respondents. Data was collected by interview using a structured questionnaire, the
results of data collection were analyzed using univariate and bivariate statistics with a chi square test using
a computer program with a significance value (α)≤0.05. The results of the univariate analysis showed that
the majority of respondents did not use MKJP KB, most of the respondents had sufficient knowledge and
most respondents' attitudes were sufficient. Bivariate analysis showed that there was a correlation between
knowledge of the use of MKJP KB (p-value =0.001) and there was a relationship between attitudes towards
the use of MKJP KB (p-value =0.000).It is recommended for agencies to be concerned about the need for
cross-sector cooperation in an effort to increase respondents' knowledge and attitudes about the
advantages and disadvantages of using MKJP KB.It is expected that with the increased knowledge held by
respondents about MKJP KB, then the attitude of respondents in contraceptive use for KB MKJP is
expected to be better.And will affect the increase in the number of MKJP KB use.
Keywords : Knowledge, Attitude, WUS, KB MKJP

journal.umbjm.ac.id/index.php/midwiferyandreproduction 1
ISSN : 2598-0068 Vol. 2 No. 1 (September 2018)

PENDAHULUAN angka kehamilan, namun hingga saat ini MKJP


Metode Kontrasepsi Jangka Panjang masih belum menjadi pilihan mayoritas pasangan
(MKJP) adalah jenis kontrasepsi yang sangat usia subur di Indonesia. Jenis MKJP seperti IUD,
efektif untuk menghindari kelahiran, mengatur Implant dan sterilisasi berupa vasektomi dan
interval kelahiran dan tidak mempengaruhi tubektomi telah terbukti secara ilmiah sebagai
hubungan seksual yang dapat bertahan selama 3 metode paling efektif menjarangkan kehamilan.
Tahun sampai seumur hidup, seperti: IUD, Sayangnya pengguna MKJP di Indonesia kalah
Implant, MOW dan MOP. Metode MKJP seperti jauh dari metode pil KB dan suntik KB.(Affandi,
AKDR, Kontap, dan Implat dianggap lebih efektif 2011)
dan lebih mantap dibandingkan dengan alat Survey Demografi Kesehatan Indonesia
kontrasepsi pil,kondom maupun suntik sehingga (SDKI ) 2010-2012, menunjukkan bahwa 62%
akseptor sesuai dengan syarat-syarat yang ada wanita kawin usia 15-49 tahun menggunakan alat
dianjurkan untuk menggunakan salah satu dari KB metode kontrasepsi modern 58% dan 4%
MKJP yang ada. Pada saat ini alat kontrasepsi menggunakan metode tradisional.Di antara KB
jangka panjang terutama AKDR/IUD merupakan modern metode yang banyak digunakan suntik
salah satu cara kontrasepsi yang paling popular KB 32% diikuti pil 14%, AKDR 4,8%, susuk 2,8%,
dan diterima oleh program keluarga berencana tubektomi 3,1% dan kondom 1,3%. Hal ini terkait
disetiap Negara (BKKBN, 2011). dengan tingginya angka putus pemakaian pada
Indonesia merupakan Negara yang dilihat metode jangka pendek sehingga perlu
dari jumlah penduduknya ada pada posisi pemantauan yang terus menerus. Disamping itu
keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang pengelolaan program KB perlu memfokuskan
relative tinggi. Esensitugas program Keluarga sasaran pada kategori pasangan usia subur
Berencana (KB) dalam hal ini telah jelas yaitu (PUS) dengan 4 terlalu (terlalu muda, tua, sering
menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi dan banyak). Data AKI yang terjadi akibat
beban pembangunan demi terwujudnya melahirkan terlalu tua dan terlalu mudasebesar
kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyat dan 32,5% dan akibat kehamilan yang terlalu banyak
bangsa Indonesia. Pelayanan program KB atau lebih dari tiga anak sebesar 34%.(BPS,
pelaksanaannya senantiasa terintegrasi dengan 2013)
kegiatan kelangsungan hidup ibu, bayi dan anak Kabupaten Banjar masih termasuk dalam
serta penanggulangan masalah kesehatan dan daerah yang cakupan KB MKJPnya rendah,
kesetaraan gender sebagai salah satu upaya terlihat dari capaian KB MKJP dari tahun 2015
pemecahan hak-hak reproduksi kepada sampai dengan 2017, tetapi pada tahun 2017
masyarakat. mengalami penurunan yang signifikan yaitu baru
Rencana pembangunan jangka panjang tercapai 2.3%, sedangkan pada tahun 2015
tahun 2005–2025 adalah mendukung upaya tercapai 6.6% dan tahun 2016 tercapai 7.0%.
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kontrasepsi jangka panjang yang masih dominan
Kematian Bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di digunakan para Akseptor adalah Implant yaitu
Indonesia dibandingkan Negara ASEAN, sebesar 3.84% dan IUD sebesar 1.12%. Hasil
kesepakatan Global (Millenium Developmen Goal Mini Survei yang dilakukan oleh Dinas P2KBP3A
/ MDG’s 2020) pada tahun 2015 diharapkan AKI menunjukkan metode KB hormonal yaitu suntik
(2007) menurun dari 228 menjadi 102 per dan pil merupakan metode yang paling dominan
100.000 kelahiran hidup (2015) dan AKB (2007) digunakan oleh peserta KB.Beberapa faktor yang
dari 34 menurun menjadi 23 per 1000 kelahiran menyebabkan Akseptor KB tidak mau untuk
hidup (2015).(Kementrian Kesehatan RI, 2012) memilih kontrasepsi dengan metode jangka
Tingginya angka kelahiran juga merupakan panjang adalah dukungan suami, belum
alasan utama diperlukannya pelayanan keluarga meratanya promosi dan KIE yang menjangkau
berencana. Banyak perempuan mengalami seluruh lapisan masyarakat sehingga
kesulitan di dalam menentukan pilihan jenis mempengaruhi pengetahuan peserta Akseptor,
kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena anggapan miring dari masyarakat tentang
terbatasnya metode yang tersedia tetapi juga oleh kontrasepsi jangka panjang, ketakutan dari
ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan Akseptor sendirimengenai proses penggunaan
keamanan penggunaan metode kontrasepsi KB MKJP dan meningkatnya kampanye
tersebut.Metode kontrasepsi jangka panjang penggunaan kontrasepsi hormonal (pil dan suntik)
(MKJP) terbukti paling efektif untuk menekan

journal.umbjm.ac.id/index.php/midwiferyandreproduction 2
ISSN : 2598-0068 Vol. 2 No. 1 (September 2018)

oleh swasta (produk andalan). (Dinas P2KBP3A,


2015-2017)
Berdasarkan latar belakang tersebut,
penelitian ini perlu dilakukan mengenai
“Hubungan pengetahuan dan sikap Ibu terhadap
penggunaan KB Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang di wilayah kerja Puskesmas Paramasan HASIL DAN PEMBAHASAN
Kabupaten Banjar Martapura”. a. Analisis Univariat
Tabel 1.Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pengetahuan, Sikap dan Penggunaan KB MKJP
Responden
BAHAN DAN METODE Variabel N %
Penelitian ini merupakan penelitian Survey Pengetahuan
Kurang 9 15
Kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional
Cukup 36 60
yaitu desain penelitian yang meneliti suatu titik Baik 15 25
waktu dimana variable independen yaitu Sikap
pengetahuan dan sikap ibu sedangkan variable Tidak Baik 14 23
dependen penggunaan KB metode kontrasepsi Cukup 34 57
jangka panjang (MKJP) diteliti sekaligus pada Baik 12 20
saat yang sama (point time aproach). Populasi Penggunaan KB
dalam penelitian ini adalah seluruh ibu dengan MKJP
kriteria WUS sebagai akseptor KB yang Tidak 33 55
berkunjung dan berobat di Puskesmas Ya 27 45
Jumlah 60 100
Paramasan Kabupaten Banjar berjumlah 154ibu
Sumber: Data Primer
WUS. Pengambilan sampel pada penelitian
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa hasil
inisecara accidental sampling yaitu pengambilan
distribusi frekuensi tingkat pengetahuan
sampel secara aksidental dengan mengambil
responden tentang KB MKJP menunjukkan
responden sebagai akseptor KB yang berkunjung
sebagian besar responden memiliki pengetahuan
dan berobat di Puskesmas Paramasan
yang cukup tentang KB MKJP yaitu sebesar 36
Kabupaten Banjar sebesar 60 responden.
responden (60%).Distribusi frekuensi sikap
Pengolahan dan analisis data
responden tentang KB MKJP menunjukkan
menggunakan analisis univariat dan bivariat uji
sebagian besar responden memiliki sikap yang
statistikChi Square test, derajat kepercayaan 95
cukup tentang KB MKJP yaitu sebesar 34
% dengan alat bantu program komputer. Kriteria
responden (57%). Distribusi frekuensi
Ho ditolak apabila p-value ≤ 0,05 berarti ada
penggunaan KB MKJP responden menunjukkan
hubungan yang bermakna secara statistik dan
sebagian besar responden tidak menggunakan
sebaliknya apabila p-value> 0,05 maka Ho
KB MKJP yaitu sebesar 33 responden (55%) dan
diterima yang berarti tidak ada hubungan yang
sisanya sebanyak 27 responden (45%)
bermakna secara statistik.(Sugiyono, 2015)
menggunakan KB MKJP yang berupa Implan

Analisis Bivariat
Hubungan Pengetahuan Terhadap Penggunaan KB MKJP
Tabel 2.Hubungan Pengetahuan Terhadap Penggunaan KB MKJP
Penggunaan KB MKJP
Total
Pengetahuan Tidak Ya p-value
N % n % n %
Kurang 8 14 1 1 9 15
Cukup 23 38 13 22 36 60 0,001
Baik 2 3 13 22 15 25
Jumlah Responden 33 55 27 45 60 100
Sumber: Data Primer
menggunakan KB MKJP yaitu sebanyak 8
Table 2 menunjukan bahwa responden dengan responden (14%), selanjutnya pada responden
pengetahuan kurang sebagian besar tidak dengan pengetahuan cukup sebagian besar juga

journal.umbjm.ac.id/index.php/midwiferyandreproduction 3
ISSN : 2598-0068 Vol. 2 No. 1 (September 2018)

tidak menggunakan KB MKJP yaitu sebanyak 23 cukup tidak mau menggunakan KB MKJP karena
responden (38%), dan distribusi pengetahuan kurang begitu paham dengan KBMKJP dan ada
baiksebagian besar menggunakan KB MKJP yang berdasarkan keyakinan dan bahkan ada
yaitu sebanyak 13 responden (22%). Responden yang dilarang oleh suaminya dan untukresponden
yang baik pengetahuanya tetapi tidak yang berpengetahuan kurang dan tidak
menggunakan KB MKJP disebabkan karena menggunakan KB MKJP itu juga karena kurang
responden takut dan malujika dipasang KB MKJP paham tentang KB MKJP dan terpengaruh oleh
seperti IUD, implant dan MOW atau steril, orang lain.
selanjutnya responden yangberpengetahuan

Hubungan Sikap Terhadap Pengunaan KB MKJP


Tabel 3.Hubungan Sikap terhadap penggunaan KB MKJP
Penggunaan KB MKJP
Total
Sikap Tidak Ya p-value
F % F % F %
Tidak baik 13 22 1 2 14 24 0,000
Cukup 17 28 17 28 34 56
Baik 3 5 9 26 12 20
Jumlah Responden 33 55 27 45 60 100
Sumber: Data Primer
secara umum pengetahuan itu cukup namun
Berdasarkan tabel 3. menunjukan bahwa dalam penelitian ini jugaditemukan responden
responden yang mempunyai sikap baik dan yang pengetahuannya kurang yaitusebanyak 9
menggunakan KB MKJP sebanyak 9 responden responden (15%).Tingkat pengetahuan tentang
(26%) lebih banyak dari pada responden yang KB MKJPtersebut dipengaruhi oleh adanya
bersikap baik dan tidak menggunakan KB MKJP beberapa faktor pendukung pengetahuan yang
yaitu sebanyak 3 responden(5%). Sementara ada disekitar responden antara lain pendidikan,
yang sikapnya tidak baik tetapi menggunakan KB pekerjaan dan umur(Wawan dan Dewi, 2010).
MKJP hanya sejumlah1 responden (2%) lebih Sementara itu Mubarrak menyatakan
sedikit dari pada yang sikap tidak baik dan tidak bahwa secara umum pengetahuan seseorang
menggunakan KB MKJP yaitu sebanyak 13 dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan, usia,
responden (22%). Sedikinya jumlah responden minat, pengalaman hidup, budaya dan informasi.
yang sikapnya baik tetapi menggunakan KB Pendidikan juga berperan penting dalam
MKJP dikarenakan kurangnya dukungan pembentukan kecerdasan manusia maupun
responden dari suami dan adanya pengaruh dari perubahan tingkah lakunya. Pendidikan juga
orang lain untuk tidak menggunakan KB MKJP berarti bimbingan yang diberikan seseorang
tersebut. kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar
mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri
PEMBAHASAN bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang
Pengetahuan Tentang KB MKJP maka semakin mudah pula mereka menerima
Pengetahuan responden tentang KB MKJP informasi. Pada akhirnya banyak pula
merupakan pemahaman responden tentang pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika
pengertian KB MKJP, macam KB MKJP, fungsi seseorang memiliki tingkat pendidikan yang
dan manfaat KB MKJP, penggunaan KB MKJP rendah maka akan menghambat perkembangan
dan efek samping KB MKJP. Hasil Penelitian sikap seseorang terhadap penerimaan informasi.
mengenai tingkat pengetahuan responden (Mubarakdkk, 2009)
tentang KB MKJP di wilayah kerja Puskesmas Berdasarkan tingkat pendidikan responden,
Paramasan Kabupaten Banjar menunjukkan menunjukkan bahwa sebagian besar responden
sebagian besar responden memiliki pengetahuan memiliki pendidikan yang baik yaitu SLTA, dimana
yang cukup, yaitu sebanyak 36 responden (60%), tingkat pendidikan dalam Undang–undang No. 23
salah satu dari penyebab pengetahuan cukup tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
tersebut adalah dalam kuesioner pengetahuan dinyatakan bahwa tingkat pendidikan menengah
terdapat beberapa pertanyaan mengenai KB yaitu 9 tahun merupakan batas minimal tingkat
secara umum dan spesifik KB MJKP, dimana pendidikan yang baik. Hal tersebut sebagaimana
pengetahuan tersebut mudah dipahami meskipun dikemukakan oleh Kusumaningrum yang

journal.umbjm.ac.id/index.php/midwiferyandreproduction 4
ISSN : 2598-0068 Vol. 2 No. 1 (September 2018)

menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang pengalaman tersebut dapat berupa tentang
dimilikimempunyai pengaruh kuat pada perilaku pengertian KB MKJP,efek samping KB MKJP,
reproduksi dan penggunaan alat konterasepsi. jenis KB MKJP dan dapat pula berupa sikap
Tingkatpendidikan responden tersebut tergolong orang dalam memiliki KB MKJP. Pengalaman
baik yang mampu menopang kemampuan yang diterima responden khususnya tentang
merekauntuk menangkap dan memahami sikap penggunaan KB MKJP merupakan salah
informasi-informasi dari luar yang merupakan satu sumber atau referensi responden dalam
sumber pengetahuan tentang KB MKJP. menyikapi penggunaan KB MKJP.
Informasi-informasi tersebut diperoleh dari
teman,petugas kesehatan, orang tua, media Penggunaan KB MKJP
informasi, internet dan lain-lain.(Kusumaningrum, Penggunaan KB MKJP responden
2009) menunjukkan sebagian besar responden memilih
tidak menggunakan KB MKJP sebesar 33
Sikap Tentang Penggunaan KBMKJP responden (55%). Perilaku kesehatan pada
Sikap merupakan respon responden dasarnya adalah suatu respon seseorang
terhadap penggunaan KB MKJP, hasil penelitian terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit
mengenai sikap responden paling banyak sikap dan penyakit, pada system pelayanan kesehatan,
cukup yaitu sebesar 34 responden (56%), makanan serta lingkungan.(Mubarak, dkk. 2009)
sedangkan paling sedikit responden dengan sikap Perilaku dapat diartikan sebagai kegiatan
baik yaitu sebanyak 12 responden (20%). atau aktivitas seseorang atau organisasi yang
Sikap merupakan reaksi atau respon dari bersangkutan. Penggunaan KB MKJP dalam
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, penelitian ini adalah tindakan nyata responden
baik yang bersifat intern maupun ekstern sebagai dalam penggunaanKB MKJP. Tingkat
manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi penggunaan KB MKJP tersebut disebabkan
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari adanya beberapa faktor yang mempengaruhi
perilaku yang tertutup tersebut. Sikap tentang KB penggunaanKB MKJP respondenmisalnya:
MKJP adalah reaksi responden tentang tingkat pendidikan, status sosial ekonomi dan
penggunaan KB MKJP sebagai salah satu pengaruh orang yang dipercaya.
alternatif penggunaan kontrasepsi. Dalam Dalam (Wawan dan Dewi, 2009)
bukunyateori danpengukuran pengetahuan, sikap menyebutkan ada empat faktor yang
dan perilaku manusiamengemukakan faktor- mempengaruhi perilaku hidup sehat yaitu
faktor pembentuk sikap adalah kebudayaan, motivasi, kemampuan, persepsi dan kepribadian.
orang lain yang dianggap penting, media massa, Motivasi adalah suatu kekuatan yang mendorong
institusi atau lembaga pendidikan, pengalaman orang berperilaku tertentu. Kemampuan
pribadi dan faktor emosi dalam diri individu. menunjukkan kapasitas seseorang. Persepsi
(Wawan dan Dewi, 2010) adalah bagaimana seseorang menafsirkan
Niven melalui pendekatan pembelajara informasi secara seksama, sehingga perilakunya
sosial menyebutkan bahwa pembentukan atau sesuai dengan yang diinginkan, sedang
perubahan sikap orang dewasa terjadi melalui kepribadian adalah karakteristik seseorang yang
“terpaparnya” carabaru untuk melakukan suatu meliputi pengetahuan, sikap, ketrampilan dan
kegiatan melalui tindakan yang dilakukan oleh kemauan. Hal tersebut sebagaimana hasil
teman, rekan, kerja,orang tua atau saudara. penelitian Imbarwati (2009) meneliti tentang
(Niven, 2000) beberapa faktor yang berkaitan dengan
Sikap responden tentang KB MKJP penggunaan KB IUD pada peserta KB non IUD
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain diKecamatan Pedurungan Kota Semarang.
pengalaman pribadi, pengaruh orang yang Penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi
dianggap penting, pengaruh kebudayaan dan memiliki hubungan yang positif dengan
media massa. Dalam kehidupan mereka, penggunaan jenis kontrasepsi, artinya semakin
responden tentunya mengalami interaksi dengan baik persepsi akseptor tentang kontrasepsi, maka
lingkungan, baik lingkungan keluarga perilakunya akan cenderung memakai
maupunlingkungan masyarakat. Interaksi tersebut kontrasepsi yang efektif.
akan menghasilkanadanya pengalaman tentang
KB MKJP baik dari melihat secara langsung Hubungan Pengetahuan Responden Terhadap
maupun dari cerita oranglain. Pengalaman- Penggunaan KB MKJP

journal.umbjm.ac.id/index.php/midwiferyandreproduction 5
ISSN : 2598-0068 Vol. 2 No. 1 (September 2018)

Berdasarkan uji Chi Square hubungan mendapat informasi berdasarkan asumsi dari
pengetahuan responden tentangKB MKJP orang lain, maka dari itu akan mempengaruhi
dengan penggunaan KB MKJP didapatkan nilai p- sikap mereka dalam menggunakan KB MKJP,
value=0,001 (p<0,05). Maka Ho ditolak dan semakin baik sikap responden tentangKB MKJP
Haditerima dengan demikian disimpulkan bahwa dengan penggunaan KB MKJP maka mereka
ada hubungan pengetahuan responden tentang cenderung menggunakan KB MKJP.
KB MKJP dengan penggunaan KB MKJP. Ada Sikap responden tentangKB MKJP dengan
hubungannya dengan pengetahuan baik, cukup penggunaan KB MKJP merupakan satu langkah
maupun kurang dari responden tentang awal bagi responden dalam menyakini atau tidak
penggunaan KB MKJP tetapi responden ada menyakini penggunaan KB MKJP. Ketika ia setuju
yang tidak memakai KB MKJP tersebut karena atau memiliki sikap baik terhadap penggunaan
kurang pahamnya responden tentang KB KB MKJP, maka ia akan cenderung berperilaku
khususnya KB MKJP secara mendalam, menggunakan KB MKJP. Demikian sebaliknya
kurangnya dukungan dari suami untuk ketika ia tidak setuju atau memiliki sikap kurang
menggunakan KB MKJP tersebut dan juga baik terhadap penggunaan KB MKJP, maka ia
terpengaruh dari orang lain. akan cenderung berperilaku tidak menggunakan
Semakin tinggi pendidikan maka akan jelas KB MKJP.
mempengaruhi seseorang dalam berpendapat Hasil penelitian tentang adanya hubungan
berfikir dan bersikap, lebih mandiri dan rasional sikap dengan perilaku sesuai dengan hasil
dalam mengambil keputusan dan tindakan. Hal ini penelitian Desiyana (2004) yang menyimpulkan
akan mempengaruhi secara langsung seseorang bahwa variabel sikap peserta KB memiliki
dalam pengetahuannya akan orientasi hidupnya hubungan yang bermakna terhadap pemilihan
termasuk dalam merencanakan keluarganya kontrasepsi jangka panjang.
(Gerungan, 1986, dalam penelitian Purba, 2008).
Dengan demikian diharapkan semakin tinggi
tingkat pendidikan semakin tinggi pula tingkat KESIMPULAN
pengetahuan dan juga semakin meningkat pula Berdasarkan hasil penelitian dan uraian
penggunaan KB MKJP. pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
Hasil penelitian ini sejalan dengan 1. Sebagian besar responden memiliki
penelitian tentang adanya hubungan pengetahuan cukup (60%)tentang KB
pengetahuan dengan perilaku dalam penelitian MKJP,sikap yang cukup (56%) tentang
Desiyana (2004) yang menyimpulkan bahwa penggunaan KB MKJP dan sebagian besar
pengetahuan peserta KB memiliki hubungan responden diketahui tidak menggunakan
terhadap pemilihan kontrasepsi jangka panjang (55%) KB MKJP.
(p-value= 0,038), pada penelitian ini teknik 2. Secara statistic terdapat hubungan yang
pengambilan sampel yang digunakan adalah bermakna yaitu: pengetahuan terhadap
Proporsional Random Sampling. penggunaan KB MKJP dengan p-value
(0,001)< α (0,05), dan sikap terhadap
Hubungan Sikap RespondenTerhadap penggunaan KB MKJP p-value (0,002)< α
penggunaan KB MKJP (0,05).
Hasil analisisberdasarkan uji Chi square
hubungan sikap responden tentangKB MKJP SARAN
dengan penggunaan KB MKJP didapatkan nilai p- Disarankan bagi instansi terkait perlunya
value=0,002 (p0,05), sehingga Ho ditolak dan adanya kerjasama lintas sector dalam upaya
Ha diterima, maka ada hubungan sikap untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap
responden tentangKB MKJP dengan penggunaan responden tentang keuntungan dan kelemahan
KB MKJP. Berdasarkan hasilwawancara terhadap penggunaan KB MKJP. Diharapkan dengan
responden pada saat penelitian, mereka meningkatnya pengetahuan yang dimiliki oleh
mengatakan kalau dalam menggunakan KB responden tentang KB MKJP, maka sikap
MKJP mereka diberi penjelasan akan pentingnya responden dalam penggunaan kontrasepsi KB
KB MKJP tersebut dan efek samping apabila MKJP diharapkan menjadi lebih baik. Serta akan
mereka menggunakan KB MKJP tersebut, tetapi mempengaruhi meningkatnya angka penggunaan
mereka secara tidak langsung masih takut KB MKJP.
apabila menggunakan KB MKJP tersebut karena

journal.umbjm.ac.id/index.php/midwiferyandreproduction 6
ISSN : 2598-0068 Vol. 2 No. 1 (September 2018)

Bagi peneliti yang akan meneliti dengan Niven, N. 2000. Psikologi Kesehatan : Pengantar
kajian dan subyek sejenis hendaknya meluaskan Untuk Perawat dan Profesional Kesehatan
cakupan penelitiannya, misalnya dengan Lain. EGC.Jakarta.
menambahkan faktor-faktor lain yang Purba, J, T. 2008. Faktor Faktor Yang
berhubungan dengan penggunaan KB MKJP Mempengaruhi Pemakaian Alat
seperti tingkat sosial ekonomi, pendidikan, Konterasepsi Pada Isteri PUS Di
dukungan suami, faktor budaya dan sebagainya Kecamatan Rabah Samo Kabupaten Rokan
sehingga dapat diketahui faktor apakah yang Hulu. Thesis. Pasca Sarjana Universitas
paling dominan berhubungan dengan Sumatera Utara. Medan.
penggunaan KB MKJP. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
DAFTAR PUSTAKA R&D).Penerbit CV. Alfabeta: Bandung.
Affandi, B. 2011. Buku Panduan Praktis Wawan, A dan M, Dewi. 2010. Teori dan
Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Bina Pengukuran Sikap dan Perilaku Manusia.
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Yogyakarta. Nuha Medika
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional. 2011. Pedoman Pelayanan
Keluarga `Berencana Dalam Jaminan
Persalinan Jampersal.BKKBN. Jakarta.
Badan Kependudukan dan KeluargaBerencana
Nasional. 2017. Profil BKKBN. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2013. Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun
2012. Jakarta.
Desiyana, Anggraeni. 2004. Hubungan
Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap
Terhadap Pemilihan Kontrasepsi Pada
Peserta Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang Di Kecamatan Pedurungan Kota
Semarang. Skripsi.Fakultas Kesehatan
Universitas Diponegoro. Semarang.
Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga
Berencana Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Banjar.
2017Laporan Bulanan Capaian KBTahun
2015-2017. DP2KBP3A. Kabupaten Banjar,
Martapura.
Imbarwati. 2009. Beberapa Faktor Yang
Berkaitan Dengan Penggunaan KB IUD
Pada Peserta KB Non IUD di Kecamatan
Pedurungan Kota Semarang.
Tesis.Program Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro.Semarang.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
2012.Data dan Informasi Profil Kesehatan
Indonesia2011. Kemenkes RI. Jakarta.
Kusumaningrum, R. 2009. Faktor Faktor Yang
Mempengaruhi Pemilihan Konterasepsi
Yang Digunakan Pada Pasangan Usia
Subur (PUS). Karya Tulis Ilmiah.Fakultas
Kedokteran UniversitasDiponegoro.
Semarang.
Mubbarak dan Cahyatin. 2009. Ilmu Keperawatan
Komunitas 2. CV Sagung Seto. Jakarta.

journal.umbjm.ac.id/index.php/midwiferyandreproduction 7

Anda mungkin juga menyukai