Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI TANAMAN KELAPA

(Cocos nucifera) TERHADAP PENDAPATAN PETANI

Hamka
Staf Pengajar FAPERTA UMMU-Ternate, e-mail: hamka_agb@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Halmahera Selatan, Propinsi Maluku


Utara. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara purposive dengan pertimbangan
bahwa keadaan daerah tersebut merupakan salah satu desa yang melaksanakan
pengembangan usahatani Kelapa. Penelitian berlangsung dari Januari sampai
dengan bulan Maret 2009. Dalam menganalisis data hubungan antara variabel-
variabel yang diteliti, yakni faktor-faktor produksi usahatani Kelapa (tanah, modal
dan tenaga kerja) sebagai variabel bebas (X) sementara pendapatan sebagai
variabel terpengaruh atau variabel tak bebas (Y) maka digunakan analisis model
fungsi Cobb Douglas. Hasil penelitian menunujukkan bahwa : (1) Rata-rata biaya
usahatani kelapa berkisar antara Rp 9.911.680,00 per satuan lahan (0,732 ha)
atau setara dengan Rp 13.539.574,00 per hektar, rata-rata penerimaan usahatani
yang diperoleh Rp 17.294.664,00 per satuan lahan atau setara dengan Rp
23.642.892,00 per hektar, sedangkan pendapatan usahatani yang diperoleh adalah
Rp 7.382.963,00 per satuan lahan atau setara dengan Rp 10.085.317,00 per
hektar, (2). Penggunaan faktor produksi (lahan, modal dan tenaga kerja)
berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani kelapa rakyat yang ditunjukkan
oleh nilai koefisien elastisitas lebih dari 1 (satu), artinya bahwa setiap perolehan
satu satuan faktor produksi yang digunakan akan menyebabkan meningkatnya
pendapatan yang diperoleh, (3). Lahan merupakan faktor produksi yang paling
besar pengaruhnya terhadap pendapatan usahatani kelapa dibandingkan faktor
produksi biaya dan tenaga kerja, hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai
elastisitas pendapatan lahan sebesar 1,899 lebih besar dari pada nilai elastisitas
pendapatan modal dan tenaga kerja yang masing-masing sebesar 0,799 dan 0,20.

Kata Kunci: Tanaman Kelapa, Cocos nucifera

I. PENDAHULUAN memiliki luas areal tanaman kelapa mencapai


Sektor pertanian memegang peranan 200.813 ha, yang seluruhnya adalah perkebunan
penting dalam struktur ekonomi nasional, karena rakyat dengan total produksi sebesar 208.518 ton.
ternyata sektor pertanian lebih tahan menghadapi Produk tanaman kelapa, selain untuk
krisis ekonomi dibandingkan dengan sektor memenuhi kebutuhan masyarakat, juga sebagai
lainnya. Selain itu sektor pertanian berperan sumber devisa negara melalui ekspor. Selain itu,
dalam mencukupi kebutuhan penduduk, komoditas ini dapat menyerap tenaga kerja yang
meningkatkan pendapatan petani, penyediaan tidak sedikit, yaitu sekitar 6,9 juta KK. Selain
bahan baku industri, memberi peluang usaha sebagai sumber minyak dan lemak nabati produk
serta kesempatan kerja, dan menunjang tanaman kelapa sebagai sumber bahan baku
ketahanan pangan nasional (Anwas Adiwilaga, berbagai industri lainnya, seperti santan, kelapa
1992). segar, berbagai jenis oleo chemical, berbagai
Kelapa (cocos nucifera) merupakan produk dari sabut dan tempurung kelapa,
komoditas sosial yang pengembangannya secara mempunyai prospek pasar yang baik. Dari hasil
tradisional turun-temurun tersebar di Nusantara, penelitian minyak kelapa khususnya VCO
selain itu merupakan komoditi penting dan ternyata juga baik untuk kesehatan. Disamping
bernilai ekonomi karena dari daun, buah dan itu minyak kelapa ternyata dapat dimanfaatkan
batang dapat dimanfaatkan. Maluku Utara untuk substitusi energi, yaitu untuk biodiesel
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 5 Edisi 1 (Mei 2012)

maupun minyak bakar. Dengan demikian, pada tersebut merupakan salah satu daerah yang
sentra-sentra pengembangan kelapa sangat melaksanakan pengembangan usahatani kelapa.
memungkinkan untuk mengembangkan Penelitian berlangsung dari Januari sampai
penyediaan energi berbasis minyak kelapa. dengan bulan Maret 2009. Penetapan responden
Di Maluku Utara, komoditas kelapa hanya menurut Andi Hakim Nasution dan Ahmad
dimanfaatkan produk primernya saja, baik dalam Barizi (1993), dilakukan berdasarkan stratifide
bentuk kelapa segar maupun kopra dan untuk random sampling dari jumlah petani tebu di
bahan baku minyak goreng. Upaya Lemahabang, yaitu dengan cara menetapkan
pengembangan produk dan pemanfaatan hasil responden yang diambil melalui penentuan
samping dapat meningkatkan nilai tambah jumlah sampel pada masing-masing strata
produk kelapa yang pada gilirannya akan dapat kelompok tani, dilakukan degan menggunakan
meningkatkan pendapatan petani kelapa. rumus :
Demikian pula lahan di bawah pohon kelapa
masih dapat dimanfaatkan dengan kegiatan
diversifikasi baik dengan tanaman pangan
maupun ternak. Upaya-upaya yang diperlukan
untuk mengembangkan komoditas kelapa, Dimana :
meliputi; 1). Identifikasi status luasan lahan, P = jumlah populasi
produksi dan produktifitas kelapa, jenis/varietas, Pk = jumlah petani anggota kelompok ke- k
hama penyakit/kerusakan kelapa, potensi lahan n = jumlah sampel
nk = jumlah sampel kelompok ke- k
untuk pengembangan, 2). Identifikasi nilai
ekonomi kelapa dan produk turunannya,3).
Populasi responden diambil berdasarkan
Deskripsi peluang investasi pengembangan
pada strata pemilikan luas lahan, yang
kelapa dari hulu sampai dengan hilir, 4).
pemilikannya cukup tersebar dan mewakili. Dari
Penyusunan strategi, kebijakan, dan program
ukuran populasi diambil responden dengan
pengembangan kelapa dan produk turunannya di
menggunakan rumus TaroYamane (1967) dalam
Maluku Utara.
Jalaludin Rahmat (1999).
Keberhasilan suatu usahatani antara lain
dapat diukur dari tingkat pendapatan yang
diperoleh. Pendapatan atau keuntungan usahatani
adalah selisih antara penerimaan usahatani
dengan biaya yang dikeluarkan (Mubyarto, Dimana :
1989). Besarnya pendapatan yang diterima n = jumlah sampel
merupakan balas jasa untuk tenaga kerja keluarga N = populasi
dan modal yang dipakai dan pengelolaan dalam d = presisi (10 %)
kegiatan usahatani.
Berdasarkan uraian diatas, maka analisis Pengambilan sampel dengan menggunakan
penggunaan faktor-faktor produksi pada rumus di atas, maka dari jumlah populasi
usahatani kelapa rakyat dalam hubungannya sebanyak 62 orang dengan presisi (tingkat
dengan pendapatan yang dicapai per satuan kekeliruan) sebesar 10 % maka jumlah
waktu dan persatuan luas menarik untuk diteliti. respondennya menjadi :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan faktor produksi (lahan, modal dan
tenaga kerja) dengan pendapatan petani kelapa
dan untuk mengetahui faktor produksi mana yang
berpengaruh paling besar terhadap pendapatan Jadi dengan menggunakan angka pembulatan,
petani kelapa. maka jumlah responden dalam penelitian ini
sebanyak 38 orang.
II. METODE PENELITIAN
2.1 Lokasi, Waktu, populasi dan Sampel 2.2 Operasional Variabel
Penelitian Untuk memperjelas tentang pengertian dari
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten seluruh variabel yang dituangkan ke dalam
Halmahera Selatan, Propinsi Maluku Utara. penelitian ini, maka diperlukan suatu batasan
Pemilihan lokasi ini dilakukan secara purposive mengenai variabel tersebut yaitu sebagai berikut :
dengan pertimbangan bahwa keadaan daerah

50
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 5 Edisi 1 (Mei 2012)

1. Pendapatan (Y) Log Y = Log a + b1LogX1 + b2LogX2 + b3LogX3


Merupakan penjumlahan dari nilai produk total
usahatani baik dari hasil utama maupun dari Sedangkan menurut Teken (1986) dengan
hasil sampingan dan biaya produksi selama satu diketahuinya nilai elastisitas produk tersebut
tahun, diukur dalam rupiah/ha. (Σbi), maka akan diketahui pula fase pergerakan
2. Lahan Usahatani (X1) usahatani di daerah penelitian yaitu sebagai
Lahan garapan pada areal usahatani sebagai berikut :
obyek peneliti, adalah areal lahan yang Jika Σbi = 1 Maka fungsi produksi berada pada
ditanami skala usahatani dengan hasil tetap,
kelapa . Baik yang ditanam sendiri oleh pemilik artinya laju kenaikan produksi yang
lahan atauberstatus sebagai pemilik penggarap senantiasa tidak berubah meskipun
atau penyewa. Dihitung selama satu tahun, dilakukan peningkatan penggunaan
diukur dalam ha. faktor produksi.
3. Modal Usahatani (X2) Jika Σbi > 1 Maka fungsi produksi berada pada
Modal usahatani adalah seluruh biaya yang skala usahatani dengan hasil yang
dikeluarkan dalam melakukan proses meningkat, artinya laju kenaikan
produksiuntuk menghasilkan satuan output. produksi yang senantiasa berubah
Dimana biaya produksi kelapa terdiri dari sesuai dengan pertambahan faktor
biayapemeliharaan tanaman, biaya sarana produksi.
produksi dan biayaangkut.yang diukur dalam Jika Σbi < 1 Maka fungsi produksi berada pada
rupiah/ha. skala usahatani dengan hasil yang
4. Curahan Tenaga Kerja (X3) menurun,artinya laju kenaikan
Curahan tenaga kerja adalah banyaknya tenaga produksi yang senantiasa menurun
kerja yang digunakan dalam satu proses produksi meskipun dilakukan
usahatani kelapa, besarnya curahan tenaga kerja penambahanfaktor produksi.
dihitung dengan HOK (Hari Orang Kerja).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.3. Pengolahan dan Analisis Data 3.1 Keadaan Sosial Ekonomi Petani
Dalam menganalisis data hubungan antara Responden
variabel-variabel yang diteliti, yakni faktor-faktor 3.1.1. Umur Petani Responden
produksi usahatani kelapa (tanah, modal dan Hasil wawancara langsung diperoleh data
tenaga kerja) sebagai variabel bebas (X) mengenai umur petani responden berkisarantara
sementara pendapatan sebagai variabel 35 - 67 tahun, dengan rata-rata 51 tahun. Untuk
terpengaruh atau variabel tak bebas (Y) maka lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel1.
digunakan analisis model fungsi Cobb Douglas
untuk menggambarkan hubungan fungsional Tabel 1. Keadaan Umur Petani Responden
antara faktor produksi dalam suatu proses No Kelompok Jumlah Persentase
Umur (tahun) (orang) (%)
produksi (Soekartawi, 1993). Model tersebut
1 35 – 54 24 63,15
dijelaskan sebagai berikut : 2 >35 14 36,85
Jumlah 38 100
Sumber : Data Primer Setalah di olah, 2009

Dimana : Tabel 1 diperoleh suatu gambaran bahwa


Y1 = Pendapatan petani (rupiah) keadaan umur petani responden sebagaianbesar
X1 = Lahan Usahatani (hektar) (63,15%) adalah usia produktif yaitu yang berada
X2 = Modal Usahatani (rupiah)
pada umur 35 – 54 tahun. Hal inimenunjukkan
X3 = Tenaga Kerja (HOK)
a = Besaran yang akan diduga bahwa petani responden mampu untuk
b1-b3 = Elastistas faktor produksi melaksanakan usahatani kelapa yang sedang
u = Unsur sisa (disturbance term) mereka hadapi. Sedangkan petani responden
e = Logaritma natural, e = 2,718 yang berada pada usia tidak produktif hanya
sebagian kecil yaitu 36,85% (berada pada umur
Agar model tersebut dapat dioperasikan, > 54 tahun). Hal ini bukan berarti tidak produktif
maka harus ditransformasikan dalam bentuk sama sekali, tetapi aktivitasnya sudah mulai
linier, yaitu sebagai berikut : menurun sesuai dengan perjalanan umur
responden, karena umur merupakan salah satu

51
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 5 Edisi 1 (Mei 2012)

faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas dalam khususnya dalam usahatani kelapa. Dengan
berusahatani. Faktor usia akan mempengaruhi belajar dari pengalaman petani akan
terhadap keadaan penyerapan motivasi teknologi mendapatkan pengetahuan baik teori maupun
dengan umur semakin tua akan semakin lambat praktek untuk memperlancar kegiatan
menerima inovasi baru. usahataninya.
3.1.2. Pendidikan Petani Responden Pengalaman usahatani yang dimaksud
Tingkat pendidikan responden yang dalam penelitian ini adalah lamanya
dimaksud dalam penelitian ini yaitu pendidikan petaniresponden melaksanakan usahatani kelapa.
formalyang diterima oleh petani responden. Pada umumnya pengalaman berusahatani
Tingkat pendidikan diukur dengan menggunakan seseorang petani akan berbeda dengan petani
lamanya pendidikan yang dikatagorikan sebagai lainnya. Pengalaman petani responden dalam
berikut: tamatan Sekolah Dasar, berusahatani di daerah penelitian sebagaian besar
SekolahMenengah Pertama, Sekolah Menengah berpengalaman antara 6 - 10 tahun sebanyak 4
Atas atau sedejat dan Perguruan Tinggi. Untuk orang (10,53%), dan petani responden
lebihjelasnya dapat dilihat pada Tabel 2. berpengalaman usahatani antara 11 - 16 tahun
sebanyak 34 orang (89,47%). Untuk lebih
Tabel 2. Tingkat Pendidikan Petani Responden jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.
No Tingkat Jumlah Persentase
Pendidikan (orang) (%) Tabel 3. Pengalaman Petani Responden Dalam
1 Tamatan SD 30 78,95 Berusahatani
2 Tamatan SMP 8 21,05 No Pengalaman Jumlah Persentase
3 Tamatan SMA - - Responden (orang) (%)
Jumlah 38 100 (tahun)
Sumber : Data Primer Setelah di olah, 2009 1 1 – 10 4 10,53
2 11 – 16 34 89,47
Tingkat pendidikan petani responden pada Jumlah 38 100
umumnya masih tergolong rendah, sebagian Sumber : Data Primer Setelah di olah, 2009
besaradalah tamatan Sekolah Dasar 78,95%,
tamatan SMP21,05%. Untuk lebih jelasnya Pengalaman merupakan salah satu faktor
dapatdilihat pada Tabel 2. Rendahnya tingkat yang menentukan keberhasilan dalam berusatani,
pendidikan dikarenakan tingkat kesadaran karena pengalaman masa lalu seseorang dapat
untukmelanjutkan pendidikan ke tingkat yang berpengaruh terhadap pekerjaan yang
lebih tinggi masih rendah, selain dipengaruhi sekarangdilakukan. Hal ini berkaitan dengan
olehkeadaan ekonomi khususnya biaya sekolah. resiko kegagalan usahatani. Mengenai lamanya
Dengan demikian petani responden mengikuti pengalaman yang berbeda antar reponden turut
kebiasaan orang tua mereka setelah tamat berpengaruh dalam menjalankanusahataninya.
Sekolah Dasar mereka langsung kerja Petani yang berpengalaman lebih lama akan lebih
dalamkegiatan di sektor pertanian. mengetahui situasi dankondisi usahatani yang
Pendidikan diharapkan akan dihadapi, sehingga keberhasilan ataupun
mempengaruhi responden dalam menjalankan kegagalan dimasa lampaudapat dijadikan tolok
usahataninya.Pendidikan yang tinggi akan ukur dalam melaksanakan usahatani yang lebih
mempunyai pengetahuan dan wawasan yang baik.
lebih luas, sehingga keterbukaan dengan dunia 3.1.4. Tanggungan Keluarga Responden
luar semakin luas pula. Sejalan dengan pendapat Tanggungan keluarga responden yaitu banyaknya
Mosher A.T. (1981) dalam Mubyarto (1995), orang yang harus dibiayai oleh kepala keluarga
bahwa pendidikan penduduk merupakan salah sebagai pencari nafkah, bukan berdasarkan
satu pelancar dalam proses belajar untuk banyaknya anak. Jumlah tanggungan keluarga
mengadopsi suatu inovasi. Dengan demikian berkaitan erat dengan pendapatan dan
petani akan lebih memungkinkan mudah mencari pengeluaran keluarga, semakin banyak
informasi baru serta mengadopsi inovasi yang tanggungan keluarga, maka semakin besar
telah ada dalam usaha pembaharuan pengeluaran keluarga tersebut. Dengan
usahataninya. demikianpetani sebagai pencari nafkah akan
3.1.3. Pengalaman Berusahatani Responden sungguh-sungguh dalam mengerjakan
Pengalaman kerja responden merupakan pekerjaannya.Jumlah tanggungan keluarga petani
salah satu faktor yang mempengaruhi responden dapat dilihat pada Tabel 4.
keberhasilan usahatani di sektor pertanian

52
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 5 Edisi 1 (Mei 2012)

Tabel 4. Tanggungan Keluarga Petani Responden biasanya mengusahakan lahannya dengan tujuan
No Pengalaman Jumlah Persentase jangka pendek dan lebih intensif tanpa
Responden (orang) (%) memperhatikan kesesuaian dengan kemampuan
(tahun) lahannya.
1 1–2 5 13,15 Luas lahan garapan usahatani sering
2 3–4 23 60,52
menjadi bahan pertimbangan petani dalam
3 >4 10 26,33
Jumlah 38 100
mengambil keputusan untuk menerima suatu
Sumber : Data Primer Setelah di olah, 2009 inovasi, biasanya petani yang mempunyai
garapan usahatani yang luas akan
Tabel 4 diperoleh suatu gambaran bahwa beranimengambil resiko dibandingkan petani
petani responden sebagian besar mempunyai yang mempunyai lahan garapan yang lebih
tanggungan keluarga antara 3 - 4 orang per sempit, umumnya merasa takut seandainya biaya
kepala keluarga, yaitu sebanyak 23 orang yang dikeluarkan untuk membeli sarana
(60,52%), petani responden yang mempunyai produksilebih besar dibandng hasil panen yang
tanggungan keluarga antara 1 - 2 orang per mereka terima.
kepala keluarga sebanyak 5 orang (13,15%), dan
petani responden yangmempunyai tanggungan 3.2 Pembahasan
lebih dari 4 orang per kepala keluarga sebanyak 3.2.1. Faktor Produksi dan Pendapatan Petani
10 orang (26,33%). Berdasarkan hasil perhitungan, biaya
Banyaknya tanggungan keluarga petani usahatani kelapa berkisar antara Rp. 2.800.512 –
responden akan berpengaruh terhadap cepat atau Rp. 19.956.112, atau rata-rata sebesar Rp.
lambatnya penerimaan inovasi. Umumnya petani 9.911.680 per satuan lahan (0,732 ha) atau
responden yang mempunyai tanggunganlebih setaradengan Rp. 13.539.574 per hektar. Untuk
banyak akan lebih mudah menerima inovasi, hal lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.
ini dikarenakan terdorong olehkewajibannya
untuk membiayai sejumlah orang yang menjadi Tabel 6. Biaya Usahatani Kelapa
tanggungannya. No Komponen Biaya Biaya Usahatani (Rp)
3.1.5. Luas Lahan Garapan Responden Per 0,732 Per hektar
Luas lahan garapan petani responden di ha
daerah penelitian berkisar 0,22 - 1,42 ha, dengan 1 Biaya Tidak Tetap
rata-rata 0,73 ha. Dari hasil penelitian diperoleh a. Sarana Produksi 2.126.613 2.905.000
b. Tenaga Kerja 4.419.318 6.036.886
sebagian besar petani respondenmempunyai luas
c. Bunga Modal 12% 571.047 780.063
lahan garapan kurang dari ,62 ha yaitu sebanyak 2 Biaya Tetap
15 orang (39,47%), luas lahan garapan antara a. Sewa Lahan 2.043.200 2.791.056
0,63 - 1,03 ha sebanyak 13 orang (34,21%), dan b. Penyusutan Alat 366.026 500.000
petani responden yang mempunyai luas lahan c. Bunga Modal 16% 385.476 526.569
garapan lebih 1,04 ha sebanyak 10 orang Jumlah 9.911.680 13.539.574
(26,32%). Untuk lebih jelasnya dapat di lihat Sumber : Data Primer Setelah di olah,2009
pada Tabel 5.
Penerimaan usahatani kelapa yang
Tabel 5. Luas Lahan Garapan Petani Responden diperoleh petani berkisar antara Rp. 3.903.295 -
No Luas Lahan Garapan Jumlah Persentase Rp. 42.923.457, dengan rata-rata sebear Rp.
(ha) (orang) (%) 17.294.664 per satuan lahan (0,732 ha)
1 0,22 – 0,62 15 39,47 Atausetara dengan Rp. 23.624.892 per hektar.
2 0,63 – 1,03 13 34,21 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7
3 1,04 – 1,42 10 26,32
Jumlah 38 100 Tabel 7. Penerimaan Usahatani Kelapa
Sumber : Data Primer Setelah di olah, 2009 No Komponen Biaya Usahatani (Rp)
Penerimaan Per 0,732 ha Per hektar
Hatta Sastramiharja (1997) mengatakan 1 Kopra 16.496.806 22.535.000
bahwa petani dengan luas pemilikan lahan yang 2 Minyak Kelapa 797.858 1.089.892
sempit banyak mengalami hambatan, jika Jumlah 17.294.664 23.624.892
dihadapkan dengan penggunaan teknologi baru. Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2009
Luas lahan garapan yang sempit akan
menyebabkan kecilnya pendapatan, sehingga
untuk memenuhi kebutuhan akan pangan
53
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 5 Edisi 1 (Mei 2012)

Berdasarkan penerimaan dan biaya yang diteliti. Dari analisis ragam regresi maka
dikeluarkan, maka diperoleh pendapatan diperoleh koefisien regresi faktor produksi
usahatani Kelapa rata-rata sebesar Rp. terhadap pendapatan usahatani kelapa,
7.382.963per satuan lahan (0,732 ha) atau setara sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 10.
dengan Rp. 10.085.317 per hektar. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 10. Koefisien Regresi Faktor Produksi
terhadap Pendapatan Usahatani Kelapa
Tabel 8. Rata-rata Penerimaan Usahatani kelapa Peubah Koefisien Regresi
Responden Intersep/konstanta b0 7,110
No Uraian Per 0,732 Per hektar Luas Lahan (X1) b1 1,899
1 Penerimaan 17.292.664 23.624.892 Modal Usahatani (X2) b2 0,799
Usahatani Tenaga Kerja (X3) b3 0,220
2 Biaya Usahatani 9.911.680 13.539.574
3 Pendapatan 7.382.982 10.085.318 Dari data koefisien regrasi faktor produksi
Usahatani terhadap pendapatan usahatani kelapa, maka
4 Revenue Cost Ratio 1.74 1,74 diperoleh persamaan regrasi sebagai berikut :
(R/C)
Sumber : Data Primer Setelah diolah,2009
Log Y = Log 7,110 + 1,899 Log X1 + 0,799 Log
3.2.2. Pengaruh Penggunaan Faktor Produksi X2 + 0,220 Log X3
dengan Pendapatan Petani
Faktor produksi yang digunakan dengan Kemudian dari persamaan regresi tersebut
pendapatan yang dihasilkan terdapat hubungan diantilogkan menjadi fungsi Cobb Douglas,
yang erat. Hubungan tersebut dinyatakan dalam sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :
bentuk fungsi produksi. Fungsi produksi inilah Y = 7,100. X11,899. X20,799. X30220
yang dipergunakan untuk mengetahui hubungan Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar
antara faktor produksi dengan pendapatan kontribusi masing-masing faktor terhadap
usahatani. Untuk mengetahui seberapajauh pendapatan yang dicapai, maka secara parsial
hubungan antara faktor produksi yang digunakan dilakukan dengan menggunakan uji t
(Xi) dengan pendapatan usahatani (Y),maka sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 11.
secara silmultan dilakukan dengan pengujian uji
Tabel 11. Kontribusi Masing-masing Faktor
F sebagaimana terlihat pada Tabel 9.
Produksi Usahatani Kelapa
tTabel Elastisitas
Tabel 9. Analisis Ragam Persamaan Regresi Faktor Produksi thitung
(0,05) Pendapatan
Usahatani Kelapa
Luas Lahan (X1) 5,252* 2,020 1,899
Sumber Modal Usahatani (X2) 2,750* 2,020 0,799
DB JK KT Fhitung Sig.F
Regresi Tenaga Kerja (X3) 2,303* 2,020 0,220
Regresi 3 5,701 1,900 552,28* 0,000 Keterangan: * berbeda nyata
Galat 34 0,117 0,003
Total 37 5,818 Tabel 11 dapat dilihat bahwa elastisitas luas
Keterangan : * Berpengaruh nyata pada taraf 5%, koefisien lahan sebesar 1,899 memberikan kontribusi yang
Determinasi (R2) = 0,980
sangat nyata terhadap pendapatan usahatani
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa kelapa tegalan yang dicapai, dengan nilai thitung
nilai Fhitung = 552,28, dengan nilai F0.05 = 2,88 5,252 lebih besar dari t0.05, 2,020 pada taraf nyata
atau nilai Sig F lebih kecil dari nilai P 0,05. Hal 5%, artinya setiap penambahan luas lahan sebesar
ini menunjukkan bahwa faktor produksi yang satuan unit akan memperoleh pendapatan
digunakan sebagai peubah bebas (Xi) dalam usahatani sebesar Rp. 1,899. Besarnya elastisitas
model ini secara serempak memberikan pengaruh lahan menunjukkan nilai kontribusi lahan
nyata terhadap pendapatan petani kelapa sebagi terhadap pendapatan usahatani yang diperoleh.
peubah tidak bebas (Y). Nilaideterminasi (R2) Elastisitas lahan menunjukkan nilai yang besar
sebesar 0,980, artinya sebesar 98,00% dari varian terhadap pendapatan usahatani kelapa . Hal ini
atau simpangan-simpangan yang terjadi pada karena lahan merupakan faktor produksi yang
pendapatan (Y) diterangkan oleh faktor produksi, utama, sehingga memberikan kontribusi yang
yaitu lahan (X1), modal usahatani (X2) dan paling besar dibandingkan dengan faktor
curahan tenaga kerja (X3),sedangkan sisanya produksi yang lain. Selama faktor produksi yang
ditentukan oleh faktor lain di luar variabel yang lain cukup tersedia, peningkatan faktor produksi

54
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 5 Edisi 1 (Mei 2012)

melalui penambahan luas lahan akan memberikan determinasi sebesar 0,964 atau 96,40%. Besarnya
kontribusi yang lebih besar. koefisien korelasi parsial pada biaya usahatani
Begitu pula efisiensi faktor modal kelapa sebesar 0,981, dengan nilai keofisien
usahatani sebesar 0,799 memberikan kontribusi determinasi sebesar 0,962 atau 96,20%.
yang nyata terhadap pendapatan usahatani kelapa Sedangkan Besarnya koefisien korelasi parsial
yang dicapai dengan nilai thitung sebesar 2,750, pada tenaga kerja sebesar 0,902, dengan nilai
lebih besar dari t0.05, 2,020 pada taraf nyata 5%, keofisien determinasi sebesar 0,814 atau 81,40%.
artinya setiap penambahan biaya usahatani Luas lahan mempunyai hubungan yang paling
sebesar satuan unit akanmemperoleh pendapatan besar terhadap pendapatan usahatani kelapa. Hal
usahatani sebesar Rp. 0,799. Besarnya elastisitas ini karena lahan merupakan faktor produksi
lahan menunjukkan nilai kontribusi lahan utama dalam kegiatan usahatani, sehingga
terhadap pendapatan usahatani kelapa yang kontribusi faktor produksi terhadap pendapatan
diperoleh. Elastisitas lahan menunjukkan nilai usahatani kelapa lebih besar dibandingkan
yang paling besar terhadap pendapatan usahatani dengan faktor produksi biaya usahatani dan
kelapa. tenaga kerja.
Demikian pula dengan efisiensi faktor
produksi tenaga kerja sebesar 0,220 memberikan IV. KESIMPULAN
kontribusi yang nyata terhadap pendapatan Berdasarkan hasil penelitian dan
usahatani kelapa yang dicapai dengan nilai thitung pembahasan yang telah diuraikan di muka, maka
sebesar 2,303, lebih kecil dari t0.05, 2,020 pada dapat ditarik kesimpulan, rata-rata biaya
taraf nyata 5%, artinya setiap penambahan tenaga usahatani kelapa berkisar antara Rp 9.911.680,00
kerja sebesar satuan unit akan meningkatkan per satuan lahan (0,732 ha) atau setara dengan Rp
pendapatan usahatani kelapa sebesar Rp. 0,220. 13.539.574,00 per hektar, rata-rata penerimaan
Besarnya elastisitas lahan menunjukkan nilai usahatani yang diperoleh Rp 17.294.664,00 per
kontribusi tenaga kerja terhadap pendapatan satuan lahan atau setara dengan Rp
usahatani kelapa yang diperoleh. Nilai elastisitas 23.642.892,00 per hektar, sedangkan pendapatan
tersebut menunjukkan bahwa nilai faktor usahatani yang diperoleh adalah Rp 7.382.963,00
produksi tenaga kerja memberikan kontribusi per satuan lahan atau setara dengan Rp
yang lebih kecil bila dibandingkan dengan faktor 10.085.317,00 per hektar. Penggunaan faktor
produksi lahan dan biaya usahatani. produksi (lahan, modal dan tenaga kerja)
Besarnya hubungan antara masing-masing berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani
faktor produksi terhadap pendapatan petani kelapa rakyat yang ditunjukkan oleh nilai
kelapa dapat dilihat pada Tabel 12. koefisien elastisitas lebih dari 1 (satu), artinya
bahwa setiap perolehan satu satuan faktor
Tabel 12. Koefisien Korelasi Parsial Faktor produksi yang digunakan akan menyebabkan
Produksi Terhadap Pendapatan meningkatnya pendapatan yang diperoleh. Lahan
Faktor Produksi r R2 Sig merupakan faktor produksi yang paling besar
Parsial (1-tailed) pengaruhnya terhadap pendapatan usahatani
Luas Lahan (X1) 0,982 0,964 0,000 dibandingkan faktor produksi biaya dan tenaga
Modal Usahatani (X2) 0,981 0,962 0,000 kerja, hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai
Tenaga Kerja (X3) 0,902 0,814 0,000
elastisitas pendapatan lahan sebesar 1,899 lebih
besar dari pada nilai elastisitas pendapatan modal
ata Tabel 12, menunjukkan bahwa besarnya dan tenaga kerja yang masing-masing sebesar
koefisien korelasi parsial pada lahan usahatani 0,799 dan 0,20.
kelapa sebesar 0,982, dengan nilai keofisien

DAFTAR PUSTAKA

Andi Hakim Nasution dan Ahmad Barizi. 1993. Metode Statistika untuk Penarikan Kesimpulan. PT.
Gramedia, Jakarta.
Anwas Adiwilaga. 1992. Ilmu Usahatani. Cetakan ke-III. Alumni, Bandung.
Direktorat Jenderal Pertanian dan Perkebunan. 1993. Kebijakan Menteri Pertanian Dalam Kegiatan
Penyuluhan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

55
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 5 Edisi 1 (Mei 2012)

Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. 2002. Usaha Peningkatan Produksi Kelapa.
Departemen Pertanian, Jakarta.
Hatta Sastramiharja. 1997. Usaha Pembinaan Usahatani Lahan Sempit. Departemen Ekonomi
Pertanian IPB, Bogor.
I. B. Teken. 1986. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. PT. Rajawali Press, Jakarta.
Jalaludin Rachmat. 1999. Metode Penelitian Komunikasi. PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan
ekonomi dan Sosial (LP3ES) Edisi ke-3. Jakarta.
________. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian, Cetakan keempat. Lembaga Penelitian Pendidikan
dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Jakarta.
Soekartawi. 1991. Analisis Fungsi Cobb Douglas. Teori dan Aplikasinya. Universitas Brawijaya,
Malang.
Sugeng Sudiatso dan Purwono. 1996. Budidaya Tembakau, Kelapa dan Serat-seratan. Universitas
Terbuka. Jakarta.
Winarno dan Birowo. 1987. Budidaya Tanaman Kelapa. Yasaguna, Jakarta.

56

Anda mungkin juga menyukai