Anda di halaman 1dari 4

Nama : Siti Wulandari

Tanggal : 18 Oktober 2020

Prodi/Kelas : Psikologi/D

Membuat rangkuman dari film documenter Ki Hadjar Dewantara tersebut yaitu

Suwardi Suryaningrat lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889. Tanggal itulah yang kelak dikemudian hari
dikenang dan ditetapkan sebagai hari pendidikan nasional oleh pemerintah Indonesia. Ia berasal dari
keluarga keraton Pura Pakualaman Yogyakarta. Suwardi merupakan cucu dari Sri Pakualam ke III.
Ayahnya bernama K.P.H Suryaningrat dari pihak ibu Raden Ayu Sandiaini merupakan keturunan Nyi
Ageng Serang. Yang dirunut silsilahnya akan sampai pada Sunan Kalijaga.

Suwardi kecil mendapatkan pendidikan agama dari berbagai pesantren. Yang diasuh oleh Kyai Haji
Abdurrahman, seorang kyai dari Kalasan. Selain itu ia juga pernah satu perguruan dengan R.A. Kartini,
KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asy’ari dan K.A. Surjomentaram dibawah asuhan Mbah Sholeh Darat
dari Semarang. Pendidikan formalnya ia dapatkan di hirovasyel school yang menggunakan bahasa
Belanda sebagai pengantarnya.

Ki Hadjar dewantara dan Perjuangan Hidup

Ki Hadjar Dewantara adalah manusia pejuang. Hampir seluruh hidupnya ia jalani dengan semangat
perjuangan yang tinggi. Mengawali karirnya sebagai seorang wartawan. Ki Hadjar Dewantara
memperjuangkan nasib bangsa pribumi dengan ketajaman pena yaitu dengan tulisan yang sangat kritis
terhadap kolonial Belanda. Ki Hadjar Dewantara memiliki kakak kandung yang bernama Surjopranoto.
Walaupun keduanya putra bangsawan tinggi dari ndalem Pura Pakualaman Yogyakarta, namun
keduannya radikal. Mereka pemberontak. Surjopranoto adalah sekretaris Budi Utomo di Yogyakarta.
Bahkan Suryopranoto dijuluki si Raja Mogok de Stakingskoning Julukan si Raja Mogok ini tak Cuma
menunjukkan milikan si Suryopranoto yang menggerakkan pemogokan buruh. Melainkan menyindir
latar belakang yang ganjil sebuah bangsawan yang radikal dan pemberontak.

Ki Hadjar dewantara dan Pergumulan Politik Kemerdekaan

Raden Mas Suwardi Suryaningrat alias Ki Hadjar Dewantara terlibat dalam arus pergerakan politik
melawan pemerintahan hindia belanda. Ki Hadjar bersama dua rekan yang lain, yaitu Dokter Cipto
mangun Kusumo dan Dokter Setiabudi. Mendirikan Indische Partij tepatnya pada tanggal 25 Desember
1912. Mereka inilah yang dikenal sebagai sebutan Tiga Serangkai. Salah satu visi yang diemban Indische
Partij ialah mencapai kemerdeaan Indonesia.

Berdirinya indische Partij menandakan ada sesuatu yang baru dalam perjuangan melawan pihak
kolonial. Setidaknya arah perjuangan kaum nasionalis dapat terorganisir secara rapi. Organisasi
pergerakan seperti Indische Partij dengan tegas menyatakan sikap non kooperatif dan anti terhadap
kolonial. Ketegasan oraganisasi Indische Partij ini tidak bisa dilepaskan dari keberanian yang ditunjukkan
dari kepemimpinannya. Pimpinan Indische Partij ini memiliki keberanian yang kuat dalam menentang
penjajah yang terkenal kejam dan licik. Mereka melakukan propaganda agar bisa memantik dan
membakar semangat rakyat melawan kaum colonial. Salah satu alat propaganda yang mereka gunakan
adalah tulisan. Melalui tulisan yang termuat dari berbagai media masa, mereka mentransformasikan
kesadaran betapa penindasan colonial telah merobek –robek nilai humanisme.

Ki Hadjar Dewantara dan Kebangkitan Jurnalisme Pribumi

Menjelang peringatan 100 tahun kemerdekaan Belanda. Ki Hadjar Dewantar mengkritik pihak Belanda
dengan sebuah tulisan yang berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (seandainya aku orang belanda). Yang
dimuat dimajalah De Expres tanggal 19 Juli 1913. Substansi yang terkandung dalam tulisan ini adalah
sebuah gambaran bagaimana Belanda mencintai tanah airnya, maka ia juga mencintai Indonesia sebagai
tanah airnya. Ki Hadjar dalam tulisannya mengungkapkan seandainya aku orang belanda tidaklah aku
akan merayakan peringatan kemerdekaan di negeri yang masih terjajah. Terlebih dahulu berilah
kemerdekaan kepada rakyat yang kita kuasai barulah boleh memperingati kemerdekaannnya sendiri.
Bahkan Ki Hadjar mendirikan sebuah komite tandingan untuk melawan rencana perayaan 100 tahun
kemerdekaan Belanda atas penjajahan Prancis. Komite Bumi Putra yang ia dirikan, tak lebih sebagai
ikhtiar luhur yang bertujuan untuk membebaskan rakyat jajahan dari belenggu penindasan. Karena pada
saat itu pihak kolonial berencana akan menarik uang secara besar besaran dari rakyat jajahan demi
terselenggaranya gegak gempita 100 tahun kemerdekaan negerinya. Ki Hadjar geram dan melontarkan
komentar pedasnya yang diformulasikan dalam bentuk tulisan. Dalam suasana yang semakin memanas
pihak Belanda begitu gusar. Hingga pada akhirnya memanggil redaksi de expres untuk diintrogasi tapi
keberanian dalam diri mereka berdua seolah tidak pernah padam. Serangan propaganda terhadap
Belanda bertubi tubi dilancarkan, namun mereka berdua berhasil dijinakkan Belanda dan ditangkap.
Karena dianggap sebagai orang paling berbahaya di daerah Hindia Belanda. Sebagai hukumannya
mereka dijatuhi hukuman sel dan ditempatkan di tempat berbeda dan terus dijaga oleh sipil. Tak
berselang lama kemudian, Douwes Dekker kawan mereka berdua kembali dari Belanda dan menulis
sebuah gugatan yang dimuat tanggal 5 Agustus 1913 di Harian De Express. Douwes pun ditangkap dan
harus bergabung dengan mereka berdua. Cara hukuman ini kerap diterapkan Belanda lantaran dianggap
bisa memutus koneksi dan akses kaum nasionalis untuk mengorganisir rakyat pribumi.

Ki Hadjar Dewantara dan Pergolakan Politik Kemerdekaan

Mereka bertiga menolak untuk diasingkan didalam negeri dan memohon diasingkan di negeri Belanda.
Permintaan mereka dikabulkan Belanda menjadi tempat mereka menebar pengaruh dari idealisme yang
disusung dari Indische Partij. Bahkan selama di tanah pengasingan Ki Hajar dan dua rekannya kembali
terjun dalam dunia jurnalistik. Baginya pena adalah titik tumpu kekuatan karena dari sanalah arus
perlawanan berpusat. ALih alih jera dengan tangan besi pihak colonial Belanda. Ki hajar justru kian
mengembangkan pengetahuan jurnalistiknya. Ia belajar kepada S.B. Ronder pimpinan redaksi Koran
Hack Voult dan kepada Mister Mousi sebagai pimpinan harian de nieure Amsterdammer

Kehadiran tiga tokoh Indische Partij ditanah pengasingan Belanda itu, membawa pengaruh bagi
organisasi mahasiswa Indonesia disana. Yakni Indische Vereeniging yang menjadi perhimpunan
Indonesia pada 1924. Suwardi akhirnya menjadi orang penting dalam organisasi ini. Dimasa
pengasingan ini Suwardi tidak saja aktif dalam organisasi pelajar Indonesia itu, tetapi juga merintis cita
citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh suatu ijazah
pendidikan bergengsi yang kelak menjadikan kebijakannya dalam mendirikan lembaga pendidikan
perguruan nasional tamansiswa. Dalam belajar di eropa, Suwardi terpikat pada ide ide tokoh barat
seperti Maria Montessori dan serta tokoh pendidikan yang juga penyair India Rabindranath Tagore
melalui sistem pendidikan yang dikenal dengan nama Shantiniketan. Banyak kalangan sering
mensejajarkan Ki Hajar Dewantara dengan Rabindranath Tagore, seorang pemikir,pendidik dan pujangga
besar kelas dunia yang telah berhasil meletakkan dasar dasar pendidikan nasional India. Karena mereka
bersahabat dan memang memiliki kesamaan visi dan misi dalam perjuangannya memerdekakan
bangsanya dari keterbelakangan. Pagore dan Ki Hajar sama sama dekat dengan rakyat, cinta
kemerdekaan dan bangga atas budayanya sendiri. Pagore pernah memberikan gelar kebangsawanannya
pada raja inggris sebagai protes atas keganasan tentara inggris dalam kasus amsisara offer. Tindakan
tagore itu dilatarbelakangi kecintaannya kepada rakyat begitu juga dengan ditanggalkannya gelar
kebangsawanan atau raden mas oleh Ki Hajar Dewantara. Tindakan ini dilatarbelakangi oleh keinginan
untuk lebih dekat dengan rakyat dari segala lapisan. Dipilihnya bidang pendidikan dan kebudayaan
sebagai medan perjuangan tidak terlepas dari strategi untuk melepaskan dari belenggu penjajah.
Adapun logika berfikirnya relative sederhana apabila rakyat diberikan pendidikan yang memadai, maka
wawasannya semakin luas. Dengan demikian keinginan untuk merdeka jiwa dan raganya tentu akan
semakin tinggi. Setelah 6 tahun hidup di pengasingan Belanda, Suwardi kembali ke Indonesia pada
September 1919.

Bagi Ki Hadjar pendidikan bermakna tumbuhnya jiwaraga dan berkembangnya lahir batin. Pendidikan
yang ditujukan ke insyafan menunjukkan kebahagiaan manusia tidak hanya bersifat laku pembangunan.

Ki Hadjar dewantara dalam perjuangan kebudayaan

Pendidikan adalah usaha kebudayaan berasaskan peradaban, yakni memajukan hidup agar
mempertinggi derajat kemanusiaan.

Visi misi dan tujuan Ki Hajar dewantara adalah bahwa pendidikan merupakan alat untuk mengangkat
harkat martabat dan kemajuan umat manusia secara universal dengan dapat berdiri kokoh sejajar
dengan bangsa bangsa yang maju. Merintis pendidikan karakter dengan konsep tri pusat pendidikan
yang dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Salah satu perjuangan penting Ki Hadjar Dewantara yang mewarnai lembar lembar sejarah Indonesia
yaitu rekontruksi kebudayaannya. Bagi Ki Hajar kebudayaan tidak hanya dipahami sebagai kebanggaan
cultural yang abai dari penjajahan.

Ki Hadjar dewantara dan senirupa Indonesia

Satu diantara penting tokoh yang diranah senirupa Indonesia. Tidak belajar senirupa secara formal
tetapi hidupnya selalu bersentuhan dengan seni khususnya tradisi. Seni bagian penting bagi setiap
orang. Sebagai instrument kreatif dalam pergerakan perjuangan nasional. Pergulatan Ki Hadjar tentang
seni di Indonesia secara formal pada saat turut memimpin pusat tenaga rakyat.
Peran Ki Hadjar Dewantara sebagai pembuka pendidikan akhirnya turut menghias seni dalam politik
tersebut. Tamansiswa adalah gagasan Ki Hajar Dewantara bersama para penggiatnya di Yogyakarta yang
amat berani dan berlian. Rusli disebut para kritikus sebagai seorang seni abstrak di Indonesia.

Hubungan tamansiswa dalam konteks revolusi hingga kini sangat unik untuk ditelurusi sebab dimasa
1946 hingga 1950 tamansiswa bersama tentara dan pelukis bahu membahu dalam mempertahankan
Yogyakarta sebagai bagian dari Indonesia.

Dedikasi Ki Hadjar Dewantara tahun 1889-1959 dalam sejarah Indonesia sangat besar. Pandangan
pandangan yang begitu luas. Ki Hajar menghadiri proklamasi kemerdekaan RI. Esokny, Sabtu 18 Agustus
1945 Ki Hadjar diangkat sebagai anggota baru Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Ki Hadjar pun
diangkat menjadi Menteri pendidikan RI pertama dalam susunan kabinet I Indonesia.

Dedikasi yang tidak ternilai itulah penghargaan berupa pahlawan nasional, perintis kemerdekaan dan
bapak pendidikan nasional seolah tidak berlebihan disematkan kepada dirinya. Bahkan tanggal lahirnya
2 Mei yang merupakan hari lahirnya dirayakan sebagai hari pendidikan nasional sejak tahun 1959.

Ki Hadjar dewantara mendirikan tamansiswa pada tahun 1922 dimana pendidikan tamansiswa berciri
kan panca dharma; kodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan, kebangsaan dan kemanusiaan yang
berdasarkan pancasila. Ki Hajar berpandangan bahwa melalui pendidikan akan terbentuk kader berfikir
berperasaan dan berjasad merdeka dan akan percaya akan kemampuan sendiri.

Pendidikan menurut Ki Hadjar dapat ditempuh dengan sikap atau laku dengan biasa disebut teori trikon;
kontinuitas, konvergensitas dan konsentrisitas. Ajaran ajaran yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara yaitu
Tri Rahayu, Trilogi Kepemimpinan dan Tripantan.

Konsep trihayu yang terdiri dari Memayu Hayuning Sarira, Memayu Hayuning Bangsa dan Memayu
Hayuning Bawana. Maksutnya apapun yang diperbuat oleh seseorang itu hendaknya dapat bermanfaat
bagi dirinya sendiri, bangsa dan manusia didunia pada umumnya.

Tut Wuri Handayani atau dibelakang member dorongan, Ing madyo mangun karso atau ditengah
memberi peluang untuk menciptakan prakarsa, Ing ngarso sung tulada atau didepan member teladan.

Oleh karena itu nama Ki Hadjar dewantara sendiri memiliki makna sebagai guru yang mengajarkan
kebaikan keluhuran keutuman atau sang hajar.

Penghargaan lain yang diterima Ki hajar Dewantara adalah gelar doctor honoriskautsa dari Universitas
Gadjah Mada di tahun 1957.

Konsep Tripantang yaitu; pantang salah gunakan wewenang, pantang salah gunakan harta/keuangan,
dan pantang salah gunakan kesusilaan.

Dua tahun setelah mendapat gelar doktor honoriskautsa itu ia meninggal dunia pada tanggal 26 April
1959 di Yogyakarta dan dimakamkan disana.

Anda mungkin juga menyukai