UN G
I VE
RSITAS SEM ARAN
Oleh:
LAHNAN YUSUF
NIM: C.131.10.0038
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir. Sholawat
serta salam senantiasa kami curahkan kepada Rasululloh SAW, keluarga, dan sahabat –
sahabatnya yang telah memberi kita pengetahuan seperti sekarang ini.
Secara umum laporan ini mencakup kegiatan diantaranya berisi maksud diadakannya
penelitian, perhitungan–perhitungan, hasil pengamatan, serta kesimpulan dari penelitian ini.
Hal–hal ini oleh penyusun dicoba untuk disajikan sistematis dan terpadu secara menyeluruh
agar lebih mudah dipahami oleh pembaca.
Melalui kata pengantar ini, kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu selama pengerjaan laporan tugas akhir ini, sehingga
Laporan ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Kami berterima kasih kepada:
1. Bapak Purwanto, ST, MT. selaku dosen pembimbing I Tugas Akhir
2. Bapak Kusrin, ST, MT. selaku dosen pembimbing II Tugas Akhir
3. Ayah-Ibu kami, atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepada kami.
4. Safinatul Fauziyah istriku yang selalu memberi support saya menyelesaikan Tugas Akhir
ini.
5. Rekan-rekan Teknik Sipil Kelas Sore Universitas Semarang Angkatan 2010 dan semua
pihak yang tidak kami bisa sebut satu persatu..
Dengan segenap kerendahan hati dan keterbatasan kemampuan kami, kami selaku
penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan menyempurnakan
laporan ini.
Harapan kami selaku penyusun, semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk
pengembangan studi dalam bidang Teknik Sipil, terutama untuk kelanjutan studi penyusun.
Penyusun
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ................................................................... 2
1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah ....................................... 2
1.4 Lokasi Penelitian ....................................................................... 3
1.5 Sistematika Penulisan ................................................................ 4
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................. 98
5.2. Saran ....................................................................................... 99
1.2.3. Tujuannya
2. Melakukan tindakan cepat untuk memperbaiki kerusakan jalan.
Stabilitas Lereng Badan Jalan Desa Sidokumpul – Guntur 1
Kabupaten.DEMAK
3. Mencari solusi agar kerusakan jalan yang sudah terjadi tidak semakin parah.
4. Melaksanakan pekerjaan dengan baik menambah umur rencana pekerjaan.
Ruang lingkup Tugas Akhir ini mencakup semua aspek yang akan dibahas dalam
penulisan, yang meliputi :
b. Teori serta dasar analisis tanah yang digunakan untuk memperoleh sifat fisik dan
mekanik dari tanah tersebut.
c. Melakukan interpretasi terhadap hasil analisa data tanah.
Demak
Sidokumpul-Guntur
Semarang
Ruas jalan
Sidokumpul-Guntur
Lokasi Pengambilan
sample
2.1.2 Porositas
Porositas atau porosity (n) didefinisikan sebagai perbandingan volume pori (Vv)
dan volume tanah total (V). Angka ini menunjukkan seberapa besar volume pori
yang ada yang dapat diukur dalam prosentase.
VV n
n atau e ..............................................................................2.2
V 1 n
(Sumber : Mekanika Tanah Jilid 1, Braja M. Das)
2.1.3 Kadar Air
Kadar air atau water content (w) didefinisikan sebagai perbandingan antara
berat air (Ww) dan berat butiran padat (Ws) dari volume tanah yang diselidiki.
Pemeriksaan kadar air dapat dilakukan dengan pengujian soil test di
laboratorium, begitu juga untuk mengukur angka pori, porositas, derajat
kejenuhan dan berat jenis tanah.
WW
w ……….......................................................................................2.3
WS
(Sumber : Mekanika Tanah Jilid 1, Braja M. Das)
Berat volume atau unit weight ( γ ) adalah berat tanah per satuan volume. Jadi,
W
γ .......................................................................................................2.4
V
(Sumber : Mekanika Tanah Jilid 1, Braja M. Das)
Stabilitas Lereng Badan Jalan Desa Sidokumpul – Guntur 6
Kabupaten.DEMAK
2.1.4 Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan (S) yang biasa dinyatakan dalam persentase merupakan
perbandingan antara perbandingan volume air (Vw) dengan volume pori (Vv).
VW
S ……….........................................................................................2.5
VV
(Sumber : Mekanika Tanah Jilid 1, Braja M. Das)
Atau dapat dinyatakan dalam berat butiran padat, kadar air, dan volume total
yang dirumuskan berupa :
WS (1 w)
γW .......................................................................................2.7
V
(Sumber : Mekanika Tanah Jilid 1, Braja M. Das)
Hasil Sondir
(kg/cm²) Klasifikasi
qc Fs
0,15 –
6,0
0,40 Humus, lempung sangat lunak
0,20 Pasir kelanauan lepas, pasir sangat lepas
6,0 –
0,20 –
10,0
0,60 Lempung lembek, lempung kelanauan lembek
0,10 Kerikil lepas
0,10 –
0,40 Pasir lepas
10,0 –
0,40 –
30,0
0,80 Lempung atau lempung kelanauan
0,80 –
2,00 Lempung agak kenyal
1,50 Pasir kelanauan, pasir agak padat
30 – 60
1,0 – 3,0 Lempung atau lempung kelanauan kenyal
1,0 Kerikil kepasiran lepas
Pasir padat, pasir kelanauan atau lempung padat
60 – 150 1,0 – 3,0
dan lempung kelanauan
3,0 Lempung kekerikilan kenyal
150 – Pasir padat, pasir kekerikilan, pasir kasar pasir,
1,0 – 2,0
300 pasir kelanauan sangat padat
(Sumber : Mekanika Tanah Jilid 1, Braja M. Das)
Begitu pula hubungan antara kepadatan dengan relative density, nilai N SPT, qc,
dan Ø adalah sebanding. Hal ini dapat dilihat dalam pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Hubungan antara Kepadatan, Relative Density, Nilai N SPT, qc, dan Ø
Tanah Lanau-Lempung
Klasifikasi Umum (lebih dari 35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.
200)
A-7
Klasifikasi kelompok A-4 A-5 A-6 A-7-5 *
A-7-6 ^
Analisis ayakan
(% lolos)
No. 10
No. 40
No. 200 Min 36 Min 36 Min 36 Min 36
Sifat fraksi yang lolos
ayakan No. 40
Batas Cair (LL) Maks 40 Min 41 Maks 40 Min 41
Indeks Plastisitas (PI) Maks 10 Min 10 Min 11 Min 11
Tipe material yang
Tanah Berlanau Tanah Berlempung
paling dominan
Penilaian sebagai
bahan Biasa sampai jelek
tanah dasar
* Untuk A-7-5, PI ≤ LL – 30
Stabilitas Lereng Badan Jalan Desa Sidokumpul – Guntur 11
Kabupaten.DEMAK
^ Untuk A-7-6, PI > LL – 30
(Sumber : Mekanika Tanah Jilid 1, Braja M. Da
Nilai yang dibutuhkan adalah nilai N (jumlah pukulan dalam uji SPT). Modulus
elastisitas didekati dengan menggunakan rumus :
E = 10 (N + 15) k/ft² (untuk pasir) .................................................2.13
E = 6 (N + 5) k/ft² (untuk pasir berlempung) .............................2.14
Dengan 1 k/ft² = 0,49 kg/cm² = 48,07 kN/m² = 4,882 t/m²
(Sumber : Mekanika Tanah 2, Hary Chistady Hardiyatmo)
Nilai perkiraan modulus elastisitas tanah menurut Bowles dapat dilihat pada
Tabel 2.9.
Tabel 2.9 Nilai Perkiraan Modulus Elastisitas Tanah (Bowles, 1977)
Stabilitas Lereng Badan Jalan Desa Sidokumpul – Guntur 14
Kabupaten.DEMAK
Macam Tanah E (kN/m2)
LEMPUNG
Sangat Lunak 300 – 3000
Lunak 2000 – 40000
Sedang 4500 – 9000
Keras 7000 – 20000
Berpasir 30000 – 42500
PASIR
Berlanau 5000 – 20000
Tidak Padat 10000 – 25000
Padat 50000 – 100000
Kekuatan geser tanah diperlukan untuk menghitung daya dukung tanah (bearing
capacity), tegangan tanah terhadap dinding penahan (earth pressure) dan
kestabilan lereng. Kekuatan geser tanah dalam Tugas Akhir ini menggunakan
analisa yaitu Direct Shear Test.
1. Bagian yang bersifat kohesi (c) yang tergantung pada jeni tanah dan
kepadatan butirannya.
2. Bagian yang mempunyai sifat gesekan atau frictional yang sebanding
dengan tegangan efektif (σ) yang bekerja pada bidang geser.
1<1 4 kD
4EI
≤ 3.........................................................................................2.23
Kaison jika :
1 4 kD
4EI
≤ 1................................................................................................2.24
(Sumber : Rekayasa Fondasi II, Gunadarma)
Dimana :
L = Panjang tubuh pondasi yang tertanam di dalam tanah
(cm)
k = Koefisien reaksi tanah dalam arah melintang (kg/cm³)
D = Diameter atau lebar tubuh tiang pondasi (cm)
EI = Kekauan lentur tubuh pondasi
Gerakan tanah merupakan proses perpindahan massa tanah atau batuan dengan
arah tegak, mendatar, atau miring terhadap kedudukan semula karena pengaruh
air, gravitasi, dan beban luar.
Gaya normal yang bekerja pada suatu titik dilingkaran bidang longsor, terutama
dipengaruhi oleh berat tanah di atas titik tersebut. Dalam metode irisan ini,
massa tanah yang longsor dipecah-pecah menjadi beberapa irisan (pias) vertikal.
Kemudian keseimbangan dari tiap-tiap irisan diperhatikan. Gaya-gaya ini terdiri
dari gaya geser (Xr dan X1) dan gaya normal efektif (Er dan E1) disepanjang sisi
irisannya, dan juga resultan gaya geser efektif (Ti) dan resultan gaya normal
efektif (Ni) yang bekerja disepanjang dasar irisannya. Pada irisannya tekanan air
pori U1 dan Ur bekerja di kedua sisinya, dan tekanan air pori Ui bekerja pada
dasarnya. Dianggap tekanan air pori sudah diketahui sebelumnya
R
Ø
W sin θ
7
6
5 W
H 4
3
2 τ = c + Ni W cos θ
1
tgn Ø
Ø
Dimana :
σ = Tegangan normal total pada bidang longsor
u = Tekanan air pori
Untuk irisan (pias) yang ke-i, nilai Ti = τ ai, yaitu nilai geser yang berkembang
pada bidang longsor untuk keseimbangan batas, sehingga :
c' ai tg '
Ti (Ni u i ai ) ....................................................................2.26
F F
(Sumber : Mekanika Tanah 2, Hary Chistady Hardiyatmo)
i n
1
c' bi Wi u i bi tg '
i 1 cos i ( 1 tg i tg ' / F )
Fk i n
.................2.27
Wi sin i
i n
Dimana :
Fk = Faktor Keamanan
c’ = Kohesi tanah efektif (kN/m²)
ø’ = Sudut geser dalam tanah efektif (derajat)
bi = Lebar irisan ke-i (m)
Wi = Berat irisan tanah ke-i (kN)
θi = Sudut yang didefinisikan dalam Gambar 2.3 (derajat)
ui = Tekanan air pori pada irisan ke-i (kN/m²)
Dimana :
ru = Rasio tekanan pori
u = Tekanan air pori (kN/m²)
b = Lebar irisan (m)
γ = Berat volume tanah (kN/m³)
h = Tinggi irisan rata-rata (m)
Lokasi lingkaran sliding (longsor) kritis pada metode Bishop (1955), biasanya
mendekati dengan hasil pengamatan di lapangan. Karena itu, walaupun metode
Fellinius lebih mudah, metode Bishop (1995) lebih disukai karena menghasilkan
penyelesaian yang lebih teliti.
Dalam praktek diperlukan cara coba-coba dalam menemukan bidang longsor
dengan nilai faktor aman yang terkecil. Jika bidang longsor dianggap lingkaran,
maka lebih baik kalau dibuat kotak-kotak dimana tiap titik potong garis-
garisnya merupakan tempat kedudukan pusat lingkaran longsornya. Pada titik-
titik potongan garis yang merupakan pusat lingkaran longsornya dituliskan nilai
faktor aman terkecil pada titik tersebut. Kemudian setelah faktor aman terkecil
pada tiap-tiap titik pada kotaknya diperoleh, digambarkan garis kontur yang
menunjukkan tempat kedudukannya dari titik-titik pusat lingkaran yang
mempunyai faktor aman yang sama. Dari faktor aman pada setiap kontur
tentukan letak kira-kira dari pusat lingkaran yang menghasilkan faktor aman
yang paling kecil.
Mr
..........................................................................................2.31
Md
(Sumber : Mekanika Tanah 2, Hary Chistady Hardiyatmo)
Lengan momen dari berat massa tanah tiap irisan adalah R sin , maka :
i n
Md R Wi sin i ............................................................................2.32
i 1
Dimana :
R = Jari-jari bidang longsor
N = Jumlah irisan
Wi = Berat massa tanah irisan ke-i
i = Sudut yang didefinisikan pada gambar diatas
Dengan cara yang sama, momen yang menahan tanah yang akan longsor,
adalah:
i n
Mr R (ca i N i tg ) ...................................................................2.33
i 1
i n
ca i (Wi cos i u i ai )tg
i 1
Fk i n
.........................................................2.35
Wi sin i
i 1
xi
o
.i
bi
R
Xi Xr
R 6 Ui U
5
4 W
H
3
Ti
2 c Ni tg
1
i
Dimana :
Fk = Faktor kemanan
c = Kohesi tanah
ø = Sudut geser dalam tanah
ai = Panjang bagian lingkaran pada irisan ke-i
Wi = Berat irisan tanah ke-i
u = Tekanan air pori pada irisan ke-i
i = Sudut yang didefinisikan dalam gambar
Jika terdapat gaya-gaya selain berat lereng tanahnya sendiri, seperti beban
bangunan di atas lereng, maka momen akibat beban ini diperhitungkan sebagai
Md.
Metode Fellinius memberikan faktor aman yang relatif lebih rendah dari cara
hitungan yang lebih teliti. Batas-batas nilai kesalahan dapat mencapai kira-kira
5% sampai 40% tergantung dari faktor aman, sudut pusat lingkaran yang dipilih,
dan besarnya tekanan air pori, walaupun analisisnya ditinjau dalam tinjauan
tegangan total, kesalahannya masih merupakan fungsi dari faktor aman dan
sudut pusat dari lingkarannya (Whitman dan Baily, 1967) cara ini telah banyak
digunakan prakteknya. Karena cara hitungannya yang sederhana dan kesalahan
yang terjadi pada sisi yang aman.
Menentukan lokasi titik pusat bidang longsor, untuk memudahkan usaha trial
and error terhadap stabilitas lereng maka titik-titik pusat bidang longsor yang
berupa busur lingkaran harus ditentukan dahulu melalui suatu pendekatan.
Fellenius memberikan petunjuk-petunjuk untuk menentukan lokasi titik pusat
βB
B C
1:n
βA H
θ
Gambar 2.4 Lokasi Pusat Busur Longsor Kritis pada Tanah Kohesif (c-soil)
3 :1 60 o ~ 29 o ~ 40 o
1 : 1 45 o ~ 28 o ~ 38 o
1 : 1,5 33 o 41 ‗ ~ 26 o ~ 35 o
1 : 2 25 o 34 ‗ ~ 25 o ~ 35 o
1 : 3 18 o 26‘ ~ 25 o ~ 35 o
1 : 5 11 o 19‘ ~ 25 o ~ 37 o
(Sumber : Bahan Kuliah Mata Mekanika Tanah)
Pada tanah -c untuk menentukan letak titik pusat busur lingkaran sebagai
bidang longsor yang melalui tumit lereng dilakukan secara coba-coba dimulai
dengan bantuan sudut-sudut petunjuk dari Fellinius untuk tanah kohesif ( = 0).
garis Oo-K inilah diperkirakan terletak titik-titik pusat busur longsor. Dan dari
busur-busur longsor tersebut dianalisa masing-masing angka keamanannya
untuk memperoleh nilai n yang paling minimum sebagai indikasi bidang longsor
kritis.
n
3
2
1
R
C B
R
H
A
Z
H
4,5 H
Uji Lab.
1. 1. Uji Tanah Soil Properties
2. 2. Direct Shear Test ( D.S.T. )
a. c ( Kohesi )
b. Ø ( Sudut Geser dalam Tanah )
3. 3. Sieve Analysis
4. 4. Hidrometer
5.
Pengolahan Data
Analisis Data
Hasil Analisis
Selesai
1. Survey kondisi
a. Bertujuan untuk menentukan kondisi struktur perkerasan pada suatu waktu
tertentu, dan agak subyektif
b. Kekuatan sisa dan penyebab tidak dapat ditentukan dari survey ini
Stabilitas Lereng Badan Jalan Desa Sidokumpul – Guntur 38
Kabupaten.DEMAK
c. Survey ini hanya dapat menilai kondisi struktur dengan dg skala 0-4
d. Di dalam URMS ditetapkan kriteria penilaian sebagai berikut: R (kerusakan
kombinasi disertai lubang), JS (kombinasi tapi belum disertai lubang dan
berulang di sub ruas jalan), J (retakbuaya<30% S (sedikit kerusakan), B
(permukaan relatif masih rata dan tdk ada tanda kerusakan).
2. Survey Evaluasi
a. Bertujuan menentukan kapasitas / sisa struktur perkerasan dan mencari
penyebab yang teramati
b. Selain kondisi juga tipe, tebal dan kualitas setiap lapis perkerasan.
c. Survey lebih lama, kadang dapat merusak struktur perkerasan.
d. Berbagai teknik yang dikembangkan alat ukur mobil, video, mumeter, CBR
lapangan, Bump integrator.
Lokasi Penelitian Stabilitasi Lereng Badan Jalan berada pada ruas Jalan
Sidokumpul – Guntur, Penelitian ini berada pada Tepatnya diAreal Pedesaan jalur
penghubung antar Desa. Sehingga diharapkan jalur Desa Sidokumpul - Guntur akan
lebih baik, demi memajukan perekonomian daerah yang melewati jalur tersebut.
Jenis variabel yang bisa diperoleh dari hasil interpretasi yaitu antara lain :
bentuk penggunaan lahan, radius belokan, lebar jalan, bahu jalan, marka jalan.
Variabel yang dikumpulkan dari interpretasi ini masih harus dilakukan uji ketelitian
interpretasi untuk mengetahui tingkat ketelitian interpretasi citra Quickbird dalam
penetuan variabel tingkat kerawanan kecelakaan lalu lintas.
2. Tahap penyelesaian
Hitungan :
Berat Air
Kadar air = ————————— x 100 %
Berat Tanah Kering
W - W
= ——————— x 100 % (dua angka belakang koma )
W - W
Catatan :
Pemeriksaan kadar air sebaiknya dilakukan secara double, yaitu digunakan 2
benda uji dengan cawan, yang hasilnya harus hampir sama, kemudian harganya
dirata – ratakan. Jika selisih harga kedua percobaan terlalu berbeda, harus
diulangi.
No kaleng 1 2 3
1
2 berat tanah basah + kaleng(grm) 52.45 54.65 55,61
3 berat tanah kering + kaleng (grm) 44.93 45.54 46.42
4 berat kaleng (grm) 16.45 16.46 16.47
5 berat air (grm) (2 - 3 ) 7.52 9.11 9.19
6 berat tanah kering (grm) (3 - 4 ) 28.48 29.08 29.95
7 kadar air % (w) (5/6) 26,40 31.33 32,27
= 26,40 %
Kesimpulan :
Jadi kadar air pada kedalaman 1 meter = 26,40 %
54,65 – 45,54
= —————— x 100%
45,54 – 16,46
= 31,33 %
Kesimpulan :
Jadi kadar air pada kedalaman 2 meter = 31,33 %
55,61 – 46,06
= —————— x 100%
46,06 – 16,47
= 32,27 %
Kesimpulan :
Jadi kadar air pada kedalaman 3 meter = 32,27 %
c-a
GS = —————————
Wı – ( d – c ) t ºC
n Vv
Rumus : e = ——— atau ————
1–n Vs
γk
Rumus : n = [ 1 - —— ] x 100 %
GS
Vv Vv
Atau n = ——— x 100 % Atau n = ———— x 100 %
Vs Vv +Vs
Dimana V = Vv + Vs
no 1 2 3
2 berat picnometer kosong 26.20 28.7 29.30
3 berat picnometer +aqudes (grm) 76.09 78.53 79.65
4 ukuran suhu (tl°c) 27.5° 27,1° 27°
dilihat dalam tabel 1.00361 1.00351 1.00349
5 Harga air picnometer w1=(3-2).4 50.070 50.005 50.526
No Uraian 1 2 3
6 berat picnometer + tanah kering (grm) 59.95 58.13 57.27
berat picnometer + tanah kering + aquadest
7 94.1 94.12 94.14
(grm)
8 ukur suhu (t2°c) 27.5° 27.2° 28°
dilihat dalam tabel koreksi 1.00361 1.00353 1.00374
9 Gs = 6 - 2/ 5-(7-6).8 2.137 2.119 2.076
KEDALAMAN 1 M
2. Specific Grafity (Gs )
- Berat Picnometer Kosong = 26,20 gram ( a )
- Berat Picnometer + Aquades = 76,09 gram ( b )
- Suhu Pengukuran ( t1° C ) = 27,5°
- Koreksi Suhu t 1° C = 1.00361
- Berat Picnometer + Tanah Kering = 59.95 gram ( c )
- Berat Picnometer + Tanah Kering + Aquadest = 94.10 gram ( d )
- Suhu Pengukuran ( t2° C ) = 27,5°
- Koreksi Suhu t 2° C = 1.00361
a = 26,20 gr
b = 76,09 gr
t1oC = 27,5o C = 1,00361
w = ( b – a ) x t1o C
( 76,09- 26,20 ) X 1,00361 = 50,070
Stabilitas Lereng Badan Jalan Desa Sidokumpul – Guntur 47
Kabupaten.DEMAK
C = 59.95gr
D = 94.10gr
T1O = 27,5OC = 1,00361
c–a
Gs =
W‘ – ( d – c ) t2oc
59.95– 26,20
= = 2.137
50,070 – (94,10 – 59.95).1,00361
57,27– 29,30
= = 2.119
50.526– (94.14–57,27).1,00353
57,27 – 29,30
= = 2.076
50,526 – (94.14 – 57,27).1,00374
ws = w3 – w1
= 44,93 – 16,45
= 28,48 grm
7,52
Vv =
1,00 grm/cm3
= 7,52 cm3
ws
Vs =
Gs
28,48
= = 13,33
2.137
Ww + ws 7,52 + 28,48
b= =
Vv + Vs 7,52 + 13,33
36
= = 1,73
20,85
Sampel Tanah Kedalaman 1 Meter pada tanah Kering ( d)
Untuk tanah 1 meter.
- Berat volume basah ( ) = 1,726 gr/m3
b
d=
1+w
1,726
d=
1 + 0,264
= 1,45 gr/cm3
7,52
= x 100%
7,52 + 13,33
= 36,07
= 0,26 %
ws = w3 – w1
= 45,54 – 16,46
= 29,08 grm
Stabilitas Lereng Badan Jalan Desa Sidokumpul – Guntur 50
Kabupaten.DEMAK
9,11
Vv =
1,00 grm/cm3
= 9,11 cm3
ws
Vs =
Gs
29,08
= = 13,723
2.119
Ww + ws 9,11 + 29,08
b= =
Vv + Vs 9,11 + 13,723
38,19
= = 1,72 grm/cm3
22,833
d=
1+w
1,672
=
1 + 0,313
= 1,33 grm/cm3
Kedalaman 2 meter.Porositas
- d = 1,273 gr/cm3
- Gs = 2.119 gr
Vv
n = x 100%
9,11
n= x 100 %
9,11 + 13,723
= 39,89 %
= 0,28 %
ws = w3 – w1
= 46,06 – 16,47
= 29,59 grm
9,55
Vv =
1,00 grm/cm3
= 9,55 cm3
ws
Vs =
Gs
29,59
= = 14,253
Stabilitas Lereng Badan Jalan Desa Sidokumpul – Guntur 52
Kabupaten.DEMAK
2.076
Ww + ws 9,55 + 29,59
b= =
Vv + Vs 9,55 + 14,253
39,14
= = 1,64 grm/cm3
23,803
d=
1+w
1,644
=
1 + 0,322
= 1,24 grm/cm3
Kedalaman 3 meter.Porositas
Vv
n = x 100%
Vv + Vs
9,55
n= x 100 %
9,55 + 14,253
= 40,12 %
0,401
e=
( 1 – 0,401 )
= 0,29 %
NO URAIAN 1M 2M 3M
1 W 26,40 % 31,33 % 32,27 %
2 Gs 2.137 2.119 2.076
b. Pelaksanaan Percobaan
1. Sample tanah yang dicetak dimasukkan ke dalam sample pada direct shear test
apparat.
2. Beban vertical (beban normal) dipasang di tempatnya, guna mendapatkan
tegangan normal (σn) dan alat pemutar untuk mendapatkan tegangan geser (σs).
3. Pemutar diusahakan dalam keadaan yang tetap. Biasa dilakukan dengan
kecepatan 2 detik setiap 1 putaran, maka lebih tepat kiranya dipakai stopwatch.
4. Pada sample sudah mengalami kegeseran, jarum dial akan bergerak pada skala
konstan dan segera dicatat angkanya.
Kedalaman Tanah 1 m
Berat beban 3 = 0,086 kg
Berat beban 4 = 0,216 kg
Berat beban 6 = 0,356 kg
Kedalaman Tanah 2 m
Beban normal 2 = 0,086 kg
Beban normal 4 = 0,216 kg
Beban normal 10 = 0,356 kg
Pembacaan
dial
kalibrasi
x (0,21)
Tegangan Geser (σs)
F
Tanah kedalaman 2 m
Pembacaan 1 = 12
Pembacaan 2 = 14
Pembacaan 3 = 15
Tanah kedalaman 3 m
Pembacaan 1 = 13
Pembacaan 2 = 16
Pembacaan 3 = 19
Tanah kedalaman 2 m
σs = (12 x 0,2) / 31,16 = 0,077 kg/cm²
σs = (14 x 0,2) / 31,16 = 0,089 kg/cm²
σs = (15 x 0,2) / 31,16 = 0,096 kg/cm²
Tanah kedalaman 3 m
σs = (13 x 0,2) / 31,16 = 0,083 kg/cm²
σs = (16 x 0,2) / 31,16 = 0,102 kg/cm²
σs = (19 x 0,2) / 31,16 = 0,115 kg/cm²
1. Dari hasil percobaan Direct Shear Test didapat untuk kedalaman 1 meter tanah
mempunyai kohesi ( c ) = 0,02kg/cm² dengan sudut geser ( θ ) = 12°.
2. Dari hasil percobaan Direct Shear Test didapat untuk kedalaman 2 meter tanah
mempunyai kohesi ( c ) = 0,0186 kg/cm² dengan sudut geser ( θ ) = 10°.
3. Dari hasil percobaan Direct Shear Test didapat untuk kedalaman 3 meter tanah
mempunyai kohesi ( c ) = 0,0192 kg/cm² dengan sudut geser ( θ ) = 8°
Rumus :
a
Prosentase = —— x 100 %
b
Dimana :
Stabilitas Lereng Badan Jalan Desa Sidokumpul – Guntur 59
Kabupaten.DEMAK
a = Berat butiran yang tertinggal dalam saringan.
b = Berat mula – mula seluruhnya
- Pekerjaan begitu selanjutnya sampai pada saringan paling halus
( saringan paling bawah ).
Perhitungan 1 M
Prosentase yang tertinggal pada masing – masing saringan.
Untuk kedalaman 1 m berat tanah kering mula – mula = 100 gr.
1. Diameter saringan = 4,75 mm
Berat tanah sisa dalam saringan = 7,0 gr
Prosentase = 0 x 100 % = 0 %
100
2. Diameter saringan = 2,00 mm
Berat tanah sisa dalam saringan = 8,9 gr
Prosentase = 8,9 x 100 % = 8,9 %
100
3. Diameter saringan = 1,18 mm
Berat tanah sisa dalam saringan = 3,0 gr
Prosentase = 3,0 x 100 % = 3,0 %
100
4. Diameter saringan = 0,85 mm
Berat tanah sisa dalam saringan = 4,5 gr
Prosentase = 4,5 x 100 % = 4,5 %
100
100
6. Diameter saringan = 0,30 mm
Berat tanah sisa dalam saringan = 3,87 gr
Prosentase = 3,87 x 100 % = 3,87 %
100
7. Diameter saringan = 0,18 mm
Berat tanah sisa dalam saringan = 1,2 gr
Prosentase = 1,2 x 100 % = 1,2 %
100
8. Diameter saringan = 0,15 mm
Berat tanah sisa dalam saringan = 2,50 gr
Prosentase = 2,50 x 100 % = 2,50 %
100
9. Diameter saringan = 0,075 mm
Berat tanah sisa dalam saringan = 2,25 gr
Prosentase = 2,25 x 100 % = 2,25 %
100
Tabel 4.5.1 Perhitungan Sieve Analysis Kedalaman 1 M
Sample Prosentase
Brt. Sample
Diameter tanah yg yg Komulatif Finer
No tanah awal
tertinggal tertinggal
(mm) (gr) (gr) (%) P(%) (%)
1 4,75 100 0 0 0 0
2 2,00 100 8,9 8,9 15,9 84,1
3 1,18 100 3,0 3,0 18.9 81.1
4 0,85 100 4,5 4,5 23.4 76.6
5 0,42 100 2,4 2,4 25.8 74.2
6 0,30 100 1,2 1,2 27 73.0
7 0,18 100 2,5 2,5 29.5 70.5
8 0,15 100 1,2 1,2 30.7 69.3
9 0,075 100 2,25 2,25 32.95 67.05
Rumus :
Kadar Lumpur = 100 % - P
= 100 % - 32.95 %
0,10
Prosentase = x 100% = 0,10 %
100
Stabilitas Lereng Badan Jalan Desa Sidokumpul – Guntur 62
Kabupaten.DEMAK
5. Diameter saringan = 0,42 mm
Berat tanah sisa dalam saringan = 0,4 gr
0,4
Prosentase = x 100% = 0,4 %
100
0,16
Prosentase = x 100% = 0,16 %
100
Sample
Diameter Brt,Sample Prosentase Komulatif Finer
tanah
yang yang
No (mm) tanah awal P(%) (%)
tertinggal tertinggal
( gr ) (gr) (%)
1 4,75 100 0 0 0 0
2 2,00 100 0 0 0 100
3 1,18 100 0.5 0.5 0.5 99.5
4 0,85 100 0.1 0.1 0.6 99.4
5 0,42 100 0.4 0.4 1 99
6 0,30 100 0.12 0.12 1.12 98.88
7 0,18 100 0.19 0.19 1.31 98.69
8 0,15 100 0.16 0.16 1.47 98.53
9 0,075 100 0.78 0.78 2.25 97.75
Rumus :
Kadar Lumpur = 100 % - P
= 100 % - 2,25 %
= 97,75 %
0,16
Prosentase = x 100% = 0,16 %
100
Sample
Diameter Brt,Sample Prosentase Komulatif Finer
tanah
yang yang
No (mm) tanah awal P(%) (%)
tertinggal tertinggal
( gr ) (gr) (%)
1 4,75 100 0 0 0 0
2 2,00 100 0,10 0.1 0.1 99.9
3 1,18 100 0,14 0.14 0.24 99.76
4 0,85 100 0,17 0.17 0.41 99.59
5 0,42 100 0,23 0.23 0.64 99.36
6 0,30 100 0,19 0.19 0.83 99.17
7 0,18 100 0,14 0.14 0.97 99.03
8 0,15 100 0,30 0.3 1.27 98.73
9 0,075 100 0,30 0.3 1.57 98.43
Rumus :
Kadar lumpu = 100% - p
= 100% - 1,57
= 98,43 %
NO URAIAN 1M 2M 3M
1 ( n ) = Kadar Lumpur ( % ) 67.05 97,75 98,43
4.2.5.5 Perhitungan
Tabel 4.9 Data SampleTanah Kedalaman 1 m
Waktu Pembacaan strip Pembacaan strip Selisih
( detik ) ( cm ) x 0.2 2 strip
0 ( 0" ) 9 1,8 0
1/4 ( 15" ) 9 1,8 0
1/2 ( 30" ) 7 1,4 0,4
1 ( 60" ) 6 1,2 0,2
2 ( 120" ) 5 1,0 0,2
5 ( 300" ) 4,7 0,94 0,06
10 ( 600" ) 4 0,8 0,14
48 0 0 0,8
0 18‘33‘‘ 0 0
Jumlah Selisih Strip 1,8
Nilai Hydrometer ( a ) = 26 cm
n = prosentase
n = 40.32 %
1. t = 0 Detik
z = 26 - 1,8 = 24,2 cm
-7 1/2
D = ( 106 x 10 x 24.2 / 0 ) = 0 mm
Pr = 0 / 1,8 x 40,42 % = 0 %
Pf = 40,42 % - 0,00 = 40,42 %
3. t = 30 Detik
z = 26 - 1.4 = 24,6 cm
D = ( 106 x 10-7 x 24.6 / 30 )1/2 = 0,003 mm
Pr = 0,4 / 1,8 x 40,42 % = 8,98 %
Pf = 40,42 % - 8,98 = 31,44 %
4. t = 60 Detik
z = 26 - 1,2 = 24,8 cm
-7 1/2
D = ( 106 x 10 x 24,8 / 60 ) = 0,0021 mm
Pr = 0,2 / 1,8 x 40,42 % = 4,49 %
Pf = 31,44 % - 4,49 = 26,95 %
5. t = 120 Detik
z = 26 - 1.0 = 25 cm
-7 1/2
D = ( 106 x 10 x 25 / 120 ) = 0,0015 mm
Pr = 0,2 / 1,8 x 40,42 % = 4,49 %
Pf = 26,95 % - 4,49 = 22,46 %
6. t = 300 Detik
z = 26 - 0.94 = 25,06 cm
D = ( 106 x 10-7 x 25.06 / 300 )1/2 = 0,00095 mm
Pr = 0,06 / 1,8 x 40,42 % = 1,347 %
Pf = 22,46 % - 1,347 = 21,11 %
7. t = 600 Detik
z = 26 - 0,8 = 25,2 cm
-7 1/2
D = ( 106 x 10 x 25,2 / 600 ) = 0,00068 mm
Pr = 0,14 / 1,8 x 40,42 % = 3,14 %
Nilai Hydrometer ( a ) = 26 cm
n = prosentase
n = 40.32 %
Nilai Hydrometer ( a ) = 26 cm
n = prosentase
n= 63,40 %
1. t = 0 Detik
z = 26 - 2,2 = 23,8 cm
-7 1/2
D = ( 106 x 10 x 23,8 / 0 ) = 0 mm
Pr = 0 / 2,2 x 63,40 % = 0 %
Pf = 63,40 % - 0,00 = 63,40 %
2. t = 15 Detik
z = 26 - 2,2 = 24,6 cm
D = ( 106 x 10-7 x 24,6 / 15 )1/2 = 0,00417 mm
Pr = 0 / 2,2 x 63,40 % = 0 %
Pf = 63,40 % - 0,00 = 63,40 %
3. t = 30 Detik
z = 26 - 2 = 24 cm
7 1/2
D = ( 106 x 10- x 24 / 30 ) = 0,00291 mm
Pr = 0,2 / 2,2 x 63,40 % = 5,764 %
Pf = 63,40 % - 5,764 = 57,636 %
4. t = 60 Detik
z = 26 - 1,8 = 24,2 cm
5. t = 120 Detik
z = 26 - 1.6 = 24.4 cm
D = ( 106 x 10-7 x 24.4 / 120 )1/2 = 0,00148 mm
Pr = 0,2 / 2.2 x 63,40 % = 5.764 %
Pf = 51,872 % - 5,764 = 46,108 %
6. t = 300 Detik
z = 26 - 1.4 = 24.6 Cm
-7 1/2
D = ( 106 x 10 x 24.6 / 300 ) = 0,00093 mm
Pr = 0,2 / 2,2 x 63,40 % = 5,764 %
Pf = 46,108 % - 5,764 = 40,344 %
7. t = 600 Detik
z = 26 - 1.0 = 25 cm
-7 1/2
D = ( 106 x 10 x 25 / 600 ) = 0,00066 mm
Pr = 0,4 / 2,2 x 63,40 % = 11,527 %
Pf = 40,344 % - 11,527 = 28,818 %
8. t = 1.959 Detik
z = 26 - 0 = 26 cm
-7 1/2
D = ( 106 x 10 x 26 / 1959 ) = 0,00038 mm
Pr = 1 / 2,2 x 63,40 % = 28,818 %
Pf = 28,818 % - 28,818 = 0 %
Checking prosentase
N = Σ Pr
63,40 = 63,40
Nilai Hydrometer ( a ) = 26 cm
n = prosentase
n= 97,12 %
1
. t = 0 Detik
z =26 - 3,0 = 23,0 cm
10
D = ( 6 x 10-7 x 23,0 / 0 )1/2 = 0 mm
2
. t = 15 Detik
z = 26 - 3,0 = 23,0 cm
10
D = ( 6 x 10-7 x 23,0 / 15 )1/2 = 0,00403 mm
P
r = 0 / 3,0 x 97,12 % = 0 %
P
f = 97,12 % - 0,00 = 97,12 %
3
. t = 30 Detik
z = 26 - 2,4 = 23,6 cm
10
D = ( 6 x 10-7 x 23,6 / 30 )1/2 = 0,00289 mm
P
r = 0,6 / 3,0 x 97,12 % = 19,424 %
P 19,42
f = 97,12 % - 4 = 77,696 %
4
. t = 60 Detik
z = 26 - 2 = 24 cm
10
D = ( 6 x 10-7 x 24 / 60 )1/2 = 0,00206 mm
P
r = 0,4 / 3,0 x 97,12 % = 12,949 %
P 12,94
f = 77,696 % - 9 = 64,747 %
5
. t = 120 Detik
z = 26 - 1,8 = 24,2 cm
10
D = ( 6 x 10-7 x 24,2 / 120 )1/2 = 0,00015 mm
P
r = 0,2 / 3,0 x 97,12 % = 6,475 %
P
f = 64,747 % - 6,475 = 58,272 %
6
. t = 300 detik
z = 26 - 1,6 = 24,4 cm
7
. t =600 detik
z = 26 - 1,2 = 24,8 cm
10 0,00006
D = ( 6 x 10-7 x 25,2 / 600 )1/2 = 7 mm
P
r = 0,4 / 3,0 x 97,12 % = 12,949 %
P 12,94
f = 51,797 % - 9 = 38,848 %
8
. t =
2.137 detik
z =26 - 0 = 26 cm
10 2.13 0,00003
D = ( 6 x 10-7 x 26 / 7 )1/2 = 6 mm
P
r = 1,2 / 3,0 x 97,12 % = 38,848 %
P 38,84
f = 38,848 % - 8 = 0 %
Checking prosentase
N = Σ Pr
97,12 = 97,12
NO URAIAN 1M 2M 3M
1 ( n ) = Kadar Lumpur ( % ) 40,42 63,40 97,12
Lempung
1 14,50 17,30 30000 0,20 20,00 12,00
Berpasir
Lempung
2 13,30 17,20 30000 0,20 18,60 10,00
berpasir
Fk = Faktor keamanan
W = Berat tanah yang akan longsor (kN)
LAC = Panjang lengkungan (m)
c = Kohesi (kN/m2)
R = Jari-jari lingkaran bidang longsor yang ditinjau (m)
Y = Jarak pusat berat W terhadap O (m)
Untuk memperoleh nilai angka keamanan (Fk) suatu lereng, maka perlu dilakukan
trial and error terhadap beberapa bidang longsor yang umumnya berupa busur
lingkaran dan kemudian diambil nilai Fk minimum sebagai indikasi bidang longsor
kritis. Analisis stabilitas lereng dapat dilihat pada Gambar 4.1.
R
B
C
A c
Bentuk dan kedalaman bidang longsoran sangat penting dalam analisa kemantapan
lereng untuk menentukan dimensi dan stabilitas penanggulangan yang dipilih. Titik
perkiraan pusat busur lingkaran longsor ditentukan menggunakan sudut-sudut
pendekatan Fellinius. Setelah ditentukan titik pendekatannya kemudian menggunakan
metode coba-coba atau trial and error dicari faktor keamanan untuk titik di sekitar
titik tersebut. Proses ini terus diulang sampai diketemukan titik dengan angka
keamanan yang terkecil. Titik tersebut adalah perkiraan letak pusat busur lingkaran
longsor yang kemudian diselesaikan dengan rumusan Fellinius yang ada.
∑ci.ai = ( DE x c1 ) + ( DA x c2 ) + (DF x c3 )
= ( 1.11 x 20 )+( 1.31 x 18.6 )+( 5.26 x 19.2 )
= 147.56
Konstruksi penanganan berjarak 1 m dari badan jalan. Beban rencana adalah beban
merata berupa beban kendaraan, yaitu beban ―T‖ sebesar 10 ton (PPJR.SKBI.1.3.28.
1987), beban manusia dan beban konstruksi jalan di atasnya. Muka air tanah
diketemukan pada kedalaman 1 m.
Perhitungan gaya-gaya menggunakan data sebagai berikut :
1 = 17,30 kN/m3
1 = 12o
c1 = 20 kN/m2
b. Lapisan tanah 2 : Lempung berpasir
2 = 17,20 kN/m3
2 = 10o
c 2 = 18,6 kN/m2
c. Lapisan tanah 3 : Lempung
3 = 16,40 kN/m3
3 = 8o
c3 = 19,2 kN/m2
TANAH 1
100
TANAH 2
100 300
TANAH 3
100
Diketahui :
Pembebanan q :
Beban hidup kendaraan ((100x4)+(50x2) ) / (4x6x2) = 10,417 kN/m2
Beban hidup manusia = 0,1 kN/m2
Beban mati jalan rigit T : 0.20 (1x1x0,20x2400)= 0,48 kN/m2
Beban q total = 10,997 dibulatkan 11,0 kN/m2
pasangan batu = 20 kN/m3
ijin desak pasangan batu = 1500 kN/m2
ijin tarik pasangan batu = 300 kN/m2
geser pasangan batu = 150 kN/m2
* MEMAKAI CARA RANKINE
q = 11 kN/m²
TANAH 1 100
TANAH 3 100
50 80 70 50
90
250
70
Pa1 Pa2
100
Pa3
100
Pa11
90
A. Lapis I
a. Akibat beban q :
b. Akibat Kohesi ( c ) :
Pa2 = -2 C1 Ka1. h1
= -2 . 15 0,656. 1
= -24,298 KN / m3
a. Akibat beban q :
Pa4 = q.Ka2. h2
= 11. 0,679. 1
= 7,469 KN/m3
b. Akibat Kohesi ( C ):
Pa5 = -2 C2 Ka2 . h2
= -2 . 11,6 0,679 . 1
= -19,117 KN / m3
C. Lapis III
a. Akibat beban q :
Pa8 = q.Ka3. h3
b. Akibat Kohesi ( C ):
Pa9 = -2 C3 Ka3 . h3
= -2 . 19,7 0,782 . 1.95
= -67,94 KN / m3
Pp1 = ½ . ∂2 . h4 . Kp3
= ½ . 16,6 . 0.95 . 1,278
= 10,077
b. Akibat Kohesi ( C ) :
1
11 22,896 /3 h3= 0,65 m 14,883
100
100 300
4 2
5
100
50 80 70 50
90
250
A 0
e
2,5 m
∑ M total -30,082 + 230,582
X = = = 1,337 m
EV 149,95
b 2,6
e =X- =1,337 – 1,30 = 0,037 m < = ( )
6 6
b
= 0,037 m < = 0,433 m
6
= 57,673 . 0,47
= 27,106 KN/m2 < 77,134 KN/m2
V 6e 149,95
σ min = (1- ) = ( 1 - 6 . 0,037)
b.1 b 2,6. 1 2,6
= 57,673 . 0,299
= 17,257 KN/m2 > 0
q = 11 kN/m²
TANAH 1 100
B B'
27
300 TANAH 2 100 300
C C'
53
TANAH 3 100
D D'
50 80 70 50
90
A D'' D'''
250
∑M
X = = Mp – Ma = 11,206 – 2,088
= 0,488 m
V V 18,7
W = 1/6 . 1 . b2
= 1/6 . 1 . ( 0,27 + 0,8 )2
= 0,191 m3
σ desak = 18,7 + 11,206 – 2,088
(0,27 + 0,8). 1 0,191
= 17,477 + 47,738
= 68,214 KN/m2 < σ desak pasangan = 1500 kN/m
Terhadap tarik
V ∑M
σ tarik = -
b.1 W
= 17,477 - 47,738
= -30,261 kN / m2 < σ tarik pasangan = 300 kN / m2
Terhadap geser
D = ( Pa ) B – B‘ = 6,265 KN
σ = 3 /2 . D
b.h
= 3 /2 . 6,265
= 5,855 kN/m2 < σ geser pasangan = 150 kN / m2
1,07 . 1
V ∑M
σ desak = +
b.1 W
W = 1/6 . 1 . b2
= 1/6 . 1 . ( 0,53 + 0,8 )2
= 0,295 m3
Terhadap geser
D = ( Pa ) C – C‘ = 11,901 KN
σ = 3 /2 . D
b.h
c. Di tinjau potongan D – D’
Besarnya gaya momen aktif.
Pa1 = ½ h2 . ∂ . Ka
= ½ . 12 . 19,1 . 0,656
= 6,265 KN
Pa2 = ½ h2 . ∂ . Ka
= ½ . 12 . 16,6 . 0,679
= 5,636 KN
Pa3 = ½ h2 . ∂ . Ka
= ½ . 12 . 15,4 . 0,782
= 6,021 KN
Pa = Pa1 + Pa2 +Pa3= 17,922 kN
Ma = Pa 1/3 . h
= 17,922. 1/3 . 3
= 17,922 KN
∑M
X = = Mp – Ma = 70,4 – 17,922
= 0,728 m
V V 72,0
V ∑M
σ desak = +
b.1 W
W = 1/6 . 1 . b2
= 1/6 . 1 . ( 0,8+ 0,8 )2
= 0,427 m3
σ desak = 72,0 + 70,4 – 17,922
(0,8 + 0,8). 1 0,427
= 45 + 122,899
σ desak = 167,899 KN/m2 < σ desak pasangan = 1500 kN/m2
Terhadap geser
D = ( Pa ) D – D‘ = 17,922 KN
σ = 3 /2 . D
b.h
Akibat gaya – gaya yang bekerja diperoleh gambar super posisi seperti di bawah ini :
TANAH 1 100
TANAH 3 100
D D'
50 80 70 50
90
SUPERPOSISI h4
D'' h3
D'''
h1 h2
= 27,106 – 0.95 . 20
= 8,106 kN/m2
h2 = σ1 – hp . p
= 8,106 – 0.95 . 20
= -10,894 kN/m2
h3 = σ2 – hp . p – ht1 . t1 - ht2 . t2- ht3 . t3
pipa Ø3''
TANAH 1 100
pipa Ø3''
300 TANAH 2 100 300
pipa Ø3''
TANAH 3 100
50 80 70 50
90
250
5.1 KESIMPULAN
Kenyataan yang ada di lapangan adalah terjadi kelongsoran pada lereng badan jalan.
Melalui analisa data tanah serta analisa kestabilan lereng dengan Metode Fellinius
serta dengan pengamatan secara lagsung di lapangan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
a. Jenis tanah pada lokasi kajian adalah pasir lempung (lapisan 1), lempung berpasir
Lapisan tanah 1 : Pasir lempung
b= 17,30 kN/m3
ᴓ = 12°
c = 20 kN/m2
b. Lapisan tanah 2 : Lempung berpasir
b= 17,20 kN/m3
ᴓ = 10°
c = 18,6 kN/m2
c. Lapisan tanah 3 : Lempung
b= 16,40 kN/m3
ᴓ = 8°
c = 19,2 kN/m2
Alternatif SF Konsolidasi
Konstruksi (Dengan Beban (Dengan Beban
Penanganan Lalu-lintas) Lalu-lintas)
Sheet pile dengan
1 angkur, trucuk bambu, 1,6798 589,54 × 10-3 m
dan bronjong
Dinding penahan
2 tanah, tiang pancang, 1,6258 992,15 × 10-3 m
dan trucuk bambu
Tiang pancang,
3 trucuk bambu, 1,6127 1,09 m
dan bronjong
5.2 SARAN
1. Perlu dilakukan pengambilan sample tanah yang lebih banyak (kanan, kiri ruas jalan,
dan juga di luar badan jalan) untuk mendapatkan kontur lapisan tanah sekitar yang
membantu keakuratan model struktur
2. Pengambilan sample tanah tambahan untuk pengujian laboratorium perlu dilakukan
untuk mendapatkan data yang lebih representatif.
3. Analisa dengan Metode Fellinius masih memiliki kelemahan, sehingga untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat terlebih dahulu harus dibandingkan dengan
metode yang lain terutama secara manual.
4. Diperlukan ketelitian dalam memasukkan data-data input karena kesalahan dalam
input data akan berakibat fatal.
5. Penggunaan material konstruksi harus sesuai yang disyaratkan dan pelaksanaanya
harus sesuai dengan bestek.
6. Perlunya saluran pada samping kanan dan kiri jalan tidak tersumbat agar air tidak
menggenang pada bahu jalan sehingga tidak mengurangi struktur dalam tanah.