Anda di halaman 1dari 10

ISLAM SEBAGAI PRODUK BUDAYA

Makalah Ini Di Buat Guna Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Metodologi Studi Islam

DOSEN PENGAMPU: Humaidi, M. Hum.

Di Susun Oleh
Citra Repsi Tri Rahayu (1720502040)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2017/2018
A. Pendahuluan
Saat ini apresiasi umat Islam secara umum terhadap budaya Islam sangat
minimum atau bahkan hampir tidak ada. Seiring dengan perkembangan zaman dan
derasnya arus globalisasi menyebabkan banyaknya budaya-budaya luar yang masuk
dan mempengaruhi.
Budaya baratlah yang telah merajalela di era globalisasi ini. Meskipun Indonesia
terletak di Asia Tenggara agaknya kini lebih akrab dengan dunia Barat ketimbang
dengan sesama Muslim Asia Tenggara. Kita melihat ada kecenderungan kultural,
ekonomi, politik, dan pendidikan yang mengarah pada ketergantungan dan
pengkiblatan diri pada dunia Barat, khususnya Amerika. Ka’bah tetap menjadi kiblat
Muslimin sedunia, tapi budaya seremonial dan simbolisme dunia Islam yang telah
lama berkembang, kini mampu mereduksi substansi keberagaman hingga menjadikan
Amerika sebagai kiblat lain yang menjanjikan
Ketergantungan global dunia ketiga dewasa adalah satu kenyataan yang
merisaukan. Arus informasi global yang ada ternyata tidak seimbang dengan
dominasi informasi dari budaya Barat. Keadaan ini menimbulkan dominasi kultural
atau imperalisme budaya.
     
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan unsur-unsur budaya?
2. Bagaimana Islam sebagai budaya?
3. Bagaimana fungsi budaya ?
4. Bagaimana akulturasi islam dan budaya ?

C. Pembahasan
1. Pengertian Budaya dan Unsur-Unsur Budaya
Para pakar antropologi budaya pada umumnya sependapat bahwa kata
kebudayaan secara etimologis berasal dari kata Sansekerta “buddhayah” yaitu satu
bentuk jamak dari “buddhi” yang berarti budi atau akal. Dengan demikian
kebudayaan dapat diartikan dengan hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Sarjana
lain mengupas kata budaya sebagai sutu perkembangan dari kata majemuk budi-daya

1
yang berarti daya dan budi. Karena itu mereka membedakan antara “budaya” dan
“kebudayaan”. Hal itu karena menuurt mereka budaya adalah mencakup daya dan
budi yang berupa cipta, rasa, dan karsa itu (Koentjaraningrat, 2009: 146).
Kata “culture” merupakan kata asing yang sama artinya dengan kebudayaan.
Kata culture berasal dari bahasa latin “colere” yang berarti mengolah, mengerjakan,
terutama dalam mengolah tanah atau bertani. Dari arti ini berkembang arti culture
sebagai segala upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan megolah
alam (Koentjaraningrat, 2009: 146).
Koentjaraningrat menyebutkan, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan gagasan,
karya, dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan harus didapat dari
belajar dan dibiasakan dengan keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu tersusun
dalam kehidupan masyarakat (Koentjaraningrat, 2009: 144). Selo Soemardjan dan
Soelaeman Soemantri dalam tulisan Soedjono Soekanto merumuskan kebudayaan
sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat (Sulaiman, 2014: 29).
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa: “budaya“ adalah
pikiran, akal budi, adat istiadat. Sedangkan “kebudayaan” adalah hasil kegiatan dan
penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat,
dan kegiatan (usaha) batin untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasil
kebudayaan (KBBI: 149).
Menurut Sutan Takdir Alisyahbana (Abd.Hakim & Mubarok, 2008: 28),
mendefinisikan kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
a. Kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang terjadi dari unsur-
unsur yang berbeda-beda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral,
adat istiadat dan segala kecakapan yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
b. Kebudayaan adalah warisan sosial atau tradisi.
c. Kebudayaan adalah cara, aturan, dan jalan hidup manusia.
d. Kebudayaan adalah penyesuaian manusia terhadap alam sekitarnya dan cara-
cara menyelesaikan persoalan.
e. Kebudayaan adalah hasil perbuatan atau kecerdasan manusia.
f. Kebudayaan adalah hasil pergaulan atau perkumpulan manusia.

2
Sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa budaya adalah suatu akal pikiran
manusia yang menjadikan suatu hukum adat istiadat tertentu yang harus di patuhi.
Sedangkan kebudayaan adalah segala sesuatu yang menjadikan manusia bisa bergaul
dengan masyarakat dengan aturan atau cara yang bisa diterima oleh masyarakat
tertentu.
Menurut Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok, bahwa kebudayaan setiap
bangsa atau masyarakat terdiri atas berbagai unsur besar dan unsur kecil yang
merupakan bagian dari satu keutuhan yang tidak dapat dipisahkan. Adapun unsur-
unsur kebudayaan dalam pandangan Malinowski (Soedjono & Soekanto, 1993: 190),
adalah sebagai berikut:
a. Sistem norma yang memungkinkan terjadinya kerjasama antara para anggota
masyarakat dalam upaya menguasai alam sekelilingnya.
b. Organisasi ekonomi.
c. Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan (keluarga merupakan lembaga
pendidikan pertama dan yang paling utama).
d. Organisasi kekuatan.
Dengan demikian kebudayaan mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi
manusia dan masyarakat. Berbagai kekuatan yang dihadapi manusia seperti kekuatan
alam dan kekuatan lainnya tidak selalu baik baginya. Hasil karya masyarakat
melahirkan teknologi atau alat kebendaan yang mempunyai kegunaan utama dalam
melindungi masyarakat. Teknologi ini paling sedikit meliputi tujuh unsur, seperti :
alat-alat produksi, senjata, wadah, makanan dan minuman, pakaian dan perhiasan,
tempat berlindung dan perumahan, alat transformasi.

2. Islam sebagai Budaya


Islam sering disebut sebagai produk budaya, khusunya budaya Arab. Hal
tersebut dilatarbelakangi oleh banyaknya fenomena budaya Arab yang kemudian
dijadikan rujukan kegamaan mislanya, sakralisasi bulan Ramadhan, mengagungkan
bulan-bulan haram (Muharram, Rajab, Dzulqai’dah, dan Dzulhijjah).
Islam yang dihubungkan dengan kebudayaan berarti cara hidup atau way of
life  yang juga sangat luas cakupannya. Tentu disini Islam juga dilihat sebagai realitas

3
sosial. Yakni Islam yang telah mensejarah, meruang, dan mewaktu, Islam yang
dipandang sebagai fenomena sosial; bisa dilihat dan dicermati. Dengan demikian
yang dimaksudkan kebudayaan Islam adalah cara pandang komunitas Muslim yang
telah berjalan, terlembaga dan tersosialisasi dari kurun waktu ke waktu, satu generasi
ke generasi yang lain dalam berbagai aspek kehidupan yang cukup luas tapi tetap
menampilkan satu bentuk budaya, tradisi, seni, yang khas Islam. Biasanya ruang
lingkup studi budaya tidak bisa lepas dari beberapa faktor yang mencangkup
manusia, pengaruh lingkungan, perkembangan masyarakat, serta lintas budaya
atau cross-culture (Nuraida, 2017: 101-104).
Keunikan budaya dan peradaban Islam terletak pada kokohnya landasan budaya
dan peradaban ini berdiri dan bersandar. Paling tidak ada lima poin utama yang
membedakan budaya Islam dengan budaya lain, antara lain sebagai berikut:
a. Pertama adalah konsep tauhid atau oneness of god. Di mana saja kapan saja
Islam selalu menampilkan ajakan satu Tuhan. Semua yang ada di atas bumi
tunduk pada hanya satu Tuhan. Dengan unity of god atau tauhid, posisi individu
dan kelompoknya terangkat dan tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun.
Kemerdekaan, kebebasan yang tauhidi adalah citra budaya masyarakat ini.
Penjajahan, imperialisme, penindasan, atau kewenang-wenangan.penguasa atas
penderitaan rakyat tidak ada tempat.
b. Kedua adalah universalitas pesan dan misi peradaban ini. Al-Quran menekankan
persaudaraan manusia dengan tetap memberi ruang pada perbedaan ras,
keluarga, negara, dan sebagainya. al-Quran memberi ajaran yang jelas bahwa
persatuan umat manusia adalah satu keharusan dengan tetap bersandar pada
kebenaran, kebaikan, serta taqwa pada Allah.
c. Ketiga adalah prinsip moral yang selalu ditegakkan dalam budaya ini. Selain
ajaran al-Quran, sunnah yang penuh dengan nuansa-nuansa moral, peradaban
dan kebudayaan Islam juga tidak pernah sepi dari ajaran ini. Ajaran moral wali
songo misalnya nama bisa dibaca dalam buku the Admonition of She Bari, atau
pesan-pesan seh Bari yang oleh para sejarawan diduga ditulis oleh sunan
bonang. Ajaran moral walisongo juga disajikan melalui media wayang
yang  memasyarakat dijawa.

4
d. Keempat adalah budaya toleransi yang cukup tinggi. Bisa dikatakan bahwa
dimana sebuah negara penduduknya mayoritas muslim, seperti Madinah zaman
Nabi misalnya, pastilah non muslim terjamin hidup aman, damai, berdampingan
bersam-sama. Sementara jika minoritas muslim tinggal disebuah negara dengan
penduduk mayoritas non muslim seperi yang terjadi di India, agaknya keadaan
akan lain.
e. Kelima adalah prinsip keutamaan belajar memperoleh ilmu. Budaya mengaji,
membaca, dan mengkaji kandungan al-Quran, mempelajari hadits adalah budaya
Islam yang telah lama eksis sejak kurun pertama sampai kini. Al-Quran dan
sunnah itu sendiri menekankan mulianya pendidikan dan pencari ilmu. Budaya
baca, iqra’, dengan demikian telah terbukti membawa peradaban islam pada
puncak peradaban dunia dalam waktu yang sangat lama. Budaya yang
mengesankan ini sering disebut sebagai budaya pendidikan seumur hidup, atau
” life long educatin” yang terukir dalam sejarah sekaligus dalam sabda Nabi :
“ Carilah ilmu dari sejak bayi sampai keliang lahat “.

3. Fungsi Budaya
Di dalam kebudayaan terdapat pola-pola perilaku yang merupakan cara-cara
manusia untuk bertindak sama dan harus diikuti oleh semua anggota masyarakat,
artinya kebudayaan merupakan suatu garis pokok tentang perilaku yang menetapkan
peraturan-peraturan mengenai bagaimana masyarakat harus bertindak, bagaimana
masyarakat melakukkan hubungan dengan orang lain atau bersosialisasi, apa yang
harus dilakukan, apa yang dilarang dan sebagainya.
Hasil karya manusia akan melahirkan suatu kebudayaan atau teknologi yang
nantinya akan berguna untuk melindungi ataupun membantu masyarakat untuk
mengolah alam yang bisa bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri (Nuraida,
2017:106).
a. Batas: Budaya berperan sebagai penentu batas-batas; artinya, budaya
menciptakan batas perbedaan atau yang membuat unik suatu organisasi dan
membedakannya dengan organisasi lainnya
b. Identitas: Budaya memuat rasa identitas suatu organisasi.

5
c. Komitmen: Budaya memfasilitasi lahirnya komitmen terhadap sesuatu yang
lebih besar daripada kepentingan individu.
d. Stabilitas : Budaya meningkatkan stabilitas sistem sosial karena budaya adalah 
perekat sosial yang membantu menyatukan organisasi dengan cara menyediakan
standar mengenai apa yang sebaiknya dikatakan dan dilakukan.
e. Pembentuk sikap dan prilaku: Budaya bertindak sebagai mekanisme, alasan
yang masuk akal (sense-making) serta kendali yang menuntun dan membentuk
sikap dan perilaku

4. Akulturasi Islam dan Budaya


Salah satu jalur penyebaran Islam di Indonesia adalah melalui perangkat budaya.
Ajaran Islam yang ditanamkan melalui perangkat budaya ini, mau tak mau,
menyisakan warisan agama lama dan kepercayaan yang ada, yang tumbuh subur di
masyarakat pada waktu itu, untuk dilestarikan kemudian dibersihkan dari anasir
syirik. Pembersihan anasir syirik ini merupakan satu upaya untuk meneguhkan
konsep monoteisme (tauhid) dalam ajaran Islam.
Contoh akulturasi Islam dan budaya di Indonesia :
a. Budaya Wayang
Wayang adalah bagian dari ritual agama politeisme, namun kemudian diubah
menjadi sarana dakwah dan pengenalan ajaran monoteisme. Ini suatu kreativitas
yang luar biasa, sehingga masyarakat diislamkan melalui jalur ini. Mereka merasa
aman dengan Islam, karena hadir tanpa mengancam tradisi, budaya, dan posisi
mereka.
b. Tahlilan dan Ziarah Kubur
Hal ini merupakan penghormatan terhadap leluhur sebagaimana yang biasa
dilakukan oleh masyarakat Jawa.
c. Pelaksanaan Zakat Fitrah
Salah satu mazhab yang berkembang di Indonesia adalah mazhab yang saat
mengambil konklusi fikihnya disesuaikan dengan konteks lokal. Salah satu
contohnya, perihal pelaksanaan perintah zakat fitrah. Secara tekstual, zakat fitrah
haruslah diberikan dalam bentuk gandum, sesuai dengan bahan makanan pokok di

6
Arab Saudi. Namun ulama kita berijtihad untuk mengganti gandum dengan beras
dalam pelaksanaan zakat fitrah, karena disesuaikan dengan bahan makanan pokok di
Indonesia.
d. Pesantren
Pesantren adalah suatu wadah yang menciptakan sub kultur islami yang unik dan
merupakam satu kesatuan universal (Mas’ud, 1999: 243).
e. Menara Kudus
Menara Kudus merupakan akulturasi unik persentuhan dua kebudayaan. Jika
Ricklefs ahli sejarah Islam Jawa menyimpulkan bahwa kehadiran islam di Jawa
sangat di warnai dengan proses harmonis dan tidak mengusik elemen elemen Hindu
Budha (Mas’ud, 1999: 245).
Bisa dikatakan bahwa proses pengislaman budaya Nusantara oleh para ulama
terdahulu dibarengi dengan proses penusantaraan nilai-nilai Islam, sehingga
keduanya melebur menjadi identitas baru yang kemudian kita kenal sebagai Islam
Nusantara.
Dalam sejarah penyebaran Islam di Jawa, Wali Songo memiliki peran yang
cukup besar dalam proses akulturasi Islam dengan budaya Jawa. Mereka
menghasilkan karya-karya kebudayaan sebagai media penyebaran Islam. Untuk
memperkenalkan unsur-unsur budaya baru hasil akulturasi Islam dengan budaya
Jawa itu, para wali melakukan pengenalan nilai-nilai baru secara persuasif. Dan,
terkait dengan persoalan-persoalan yang sensitif, seperti bidang kepercayaan, para
wali membiarkan Perangkat budaya adalah bentuk investasi masa depan bagi umat
Islam Indonesia dalam menghadapi dinamika keberagamaan yang penuh warna.
Perangkat budaya ini merupakan sumber etik moral dan pijakan kultural bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara.

7
D. Penutup
1. Kesimpulan

Dalam uraian makalah tentang Islam sebagai produk budaya, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan yang di dalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang di dapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Sebagai kebudayaan Islam manusia berlandasan pada nilai-nilai tauhid. Budaya akan
berguna untuk melindungi ataupun membantu masyarakat untuk mengolah alam
yang bisa bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri. Ajaran Islam yang ditanamkan
melalui perangkat budaya ini, mau tak mau, menyisakan warisan agama lama dan
kepercayaan yang ada, yang tumbuh subur di masyarakat pada waktu itu.
Bisa dikatakan bahwa proses pengislaman budaya Nusantara oleh para ulama
terdahulu dibarengi dengan proses penusantaraan nilai-nilai Islam, sehingga
keduanya melebur menjadi entitas baru yang kemudian kita kenal sebagai Islam
Nusantara. Perangkat budaya ini merupakan sumber etik moral dan pijakan kultural
bagi kehidupan berbangsa dan bernegara dan sebagai bentuk investasi masa depan
bagi umat Islam Indonesia dalam menghadapi dinamika keberagamaan yang penuh
warna

2. Saran
Dengan adanya karya ilmiah yang berupa makalah ini, semoga dapat bermanfaat
bagi para pembaca, khususnya bagi saya selaku penulis. Saya menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifatnya membangun dari para pembaca dan dosen pengampu mata kuliah ini
sangatlah membantu agar saya lebih baik dikemudian harinya. Kita sebagai generasi
penerus bangsa harus bisa mengikuti arus perkembangan dan kemajuan teknologi di
masa modern tetapi harus tetap berpegang teguh dengan ajaran agama Islam dan
selalu melestarikan budaya-budaya Islam di Indonesia agar tidak terpengaruh oleh
budaya-budaya yang negatif.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Hakim, Atang, dan Jaih Mubarok. 1999. Metodologi Studi Islam. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. Cet. I.
Abd. Hakim, Atang, dan Jaih Mubarok. 2008. Metodologi Studi Islam. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. Cet. X.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Mas’ud, Abdurahman. 1999. Metedologi Pengajaran Agama. Semarang: Pustaka
Pelajar.
Nuraida. 2017. Metodologi Studi Islam. Palembang: NoerFikri Offset. Cet. I.
Soedjono, Soekanto. 1993. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: LP3ES.
Sulaiman, Rusydi. 2014. Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Manusia.
Jakarta: Raja Grafindo.
Thoha, Chabib, dkk. 1999. Metodelogi Pengajaran Agama. Semarang: Pustaka Belajar.

Anda mungkin juga menyukai