BAB 13
Perlakuan PPN atas Penyerahan BKP oleh Real Estate/Industrial Estate, dan Kegiatan
Membangun Sendiri
Wajib Pajak Real Estate adalah Wajib Pajak yang usaha pokoknya mencakup pembelian,
penjualan, persewaan dan pengoperasian Real Estate baik yang dimiliki sendiri maupun yang
disewa.
Pelaku Usaha:
1. Berbadan hukum (PT, Yayasan, Koperasi)
2. Dalam akta pendirian:
1) Bertindak sebagai pengembang/developer bagi PT
2) Bertujuan menyediakan perumahan bagi anggotanya
3. Memiliki sertifikat pengembang/developer dari lembaga berwenang atau tergabung
dalam asosiasi pengembang seperti REI, APERSI, APERNAS.
BAB 14
PPN atas Jasa Sewa
PPN sewa merupakan istilah yang mengacu pada pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas
jasa penyewaaan. Pengenaan PPN ini dimungkinkan, karena sedari awal sewa merupakan objek
pajak, sehingga terutang PPN. Fasilitas tidak dikenakan atau dibebaskan dari pungutan PPN
sewa jelas tidak bias diterapkan, sebab objek yang disewakan merupakan BKP/JKP. Sementara,
fasilitas dibebaskan dari pungutan PPN hanya diberikan kepada kendaraan bermotor yang
berfungsi sebagai angkutan umum dengan pelat kuning.
BAB 15
PPN atas Usaha di Bidang Emas
PPN atas usaha di bidang emas tidak dikenakan pada jenis emas batangan. PPN emas dikenakan
ke penjualan emas yang berbentuk perhiasan yang berarti sudah dirangkai menjadi perhiasan
dalam bentuk apapun seperti cincin, gelang, kalung, dll, baik yang hanya sebagian emas ataupun
seluruhnya berbahan emas. Sehingga, penjualan emas perhiasan oleh pengusaha emas akan
dikenakan PPN.
Pengusaha emas yang dimaksud adalah pengusaha emas yang memenuhi kriteria:
1. Pabrikan emas perhiasan: pengusaha emas yang menghasilkan perhiasan dan melakukan
kegiatan jual beli, jasa modifikasi/perbaikan atau jasa lain yang berkaitan dengan emas
perhiasan.
2. Pedagang emas perhiasan: pengusaha emas yang melakukan jual-beli emas perhiasan.
Dasar Hukum
1. Pasal 4A ayat (2) huruf d UU RI No. 42 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga Atas UU
No. 8 Tahun 1983 Tentang PPN Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah.
2. Peraturan Pemeritah RI No. 1 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan UU No. 8 Tahun 1983
Tentang PPN Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
3. Peraturan Meneteri Keuangan RI No. 75/PMK.03/2012 Tentang Nilai Lain Sebagai
Dasar Pengenaan Pajak.
4. Peraturan Meneteri Keuangan RI No. 30/PMK.03/2014 Tentang PPN Atas Penyerahan
Emas Perhiasan.
BAB 16
Perlakuan PPN dan PPnBM Proyek Pemerintah yang Dibiayai dengan Hibah atau Dana
Pinjaman Luar Negeri
Pemerintah telah memberikan fasilitas perpajakan bagi proyek yang didanai dengan pinjaman
luar negeri dan ini beruapa pembebasan PPh dan PPN tidak dipungut. Artinya, uang yang berasa
dari pinjaman luar negeri diharapkan dapat dioptimalkan untuk pembiayaan pembangunan
fasilitas.
Dasar Hukum
1. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 1995 yang mengatur bahwa PPN dan PPnBM yang
terutang sejak tanggal 1 April 1995 atas impor serta penyerahan barang dan jasa dalam
rangka pelaksanaan proyek pemerintah.
2. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2001 yang mengatur tentang PPh yang terutang atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh kontraktor, konsultan dan pemasok (supplier)
utama.
3. SE-32/PJ/1996 mengatur tentang tatacara pembebasan bea masuk dan bea masuk
tambahan, tidak dipungut PPN dan PPnBM, dan PPh ditanggung oleh Pemerintah atas
proyek pemerintah yang dilaksanakan oleh Departemen yang dibiayai oleh hibah atau
dana pinjaman luar negeri yang ditampung oleh DIP atau dokumen yang disamakan
dengan DIP.