Anda di halaman 1dari 12

NAMA : Muhammad Givary Diraga

NIM : 11190820000115
KELAS : AKUNTANSI – 3D

TUGAS PERPAJAKAN 1
I. SOAL & JAWABAN 1

 Esai (Bobot 10)


Sinung, bujangan (TK/-), adalah pengangguran. Namun, Sinung memiliki
deposito dengan bunga per bulan sebesar Rp2.000.000. Bunga tersebut telah
diperoleh sejak bulan Februari 2006. Atas penghasilan bunga tersebut, telah
dipotong PPh yang bersifat final oleh bank.

Jawab pertanyaan di bawah ini disertai penjelasan yang cukup!


a. Kapan paling lambat Sinung mendaffarkan diri?
b. Apakah Sinung wajib pembukuan?
c. Apakah Sinung wajib menyampaikan SPT Tahunan PPh?

Jawaban
a. Karena Sinung adalah seorang pengangguran atau bisa dibilang wajib
pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas. Maka, Pendaftaran
seperti ini dapat dilakukan paling lambat satu bulan setelah
memperoleh bunga deposito. Maka dari itu, Sinung harus mendaftarkan
sekiranya pada bulan Maret 2006.

b. Pada prinsipnya, wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan


usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan di Indonesia
wajib menyelenggarakan pembukuan. Kewajiban pembukuan ini
diatur dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan (UUKUP) . Namun, kewajiban pembukuan
itu dikecualikan bagi wajib pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai ketentuan
perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung
penghasilan neto dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan
neto (NPPN). Hal ini sesuai dengan Pasal 28 ayat (2) UU KUP. Bagi wajib
pajak (WP) pribadi dan badan yang belum dapat menyelenggarakan
pembukuan dengan tertib, penerapan PPh Final 0,5% memberikan
kemudahan bagi mereka untuk melaksanakan kewajiban perpajakan.

Dengan demikian, Sinung masuk ke dalam pengecualian wajib pajak


yang melakukan pembukuan, karena dia merupakan wajib pajak orang
pribadi yang melakukan pekerjaan bebas dan juga Sinung belum bisa
melakukan pembukuan dengan tertib karena Sinung baru mendaftar
sebagai wajib pajak

c. Sinung tidak diwajibkan untuk menyampaikan SPT Tahunan karena


dilihat bahwasanya penghasilan Sinung dipotong secara final yang
Berlandaskan PPh pasal 4 ayat (2). Maka dari itu PPh final harus
dilakukan pembayaran secara sendiri maupun ditunjuk sebagai Pemotong
atau Pemungut PPh wajib melaporkan SPT Masa, bukan SPT Tahunan.

 Esai (Bobot 10)


Pada tanggal 31 Maret 2006, Dwi Hermanto tidak memasukkan SPT
Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi. Pada waktu itu, ia sedang ke Singapura
untuk jangka waktu yang lama. Tanggal 1 Juli 2007, Kantor Pelayanan Pajak
menerbitkan Surat Teguran dan ini diterima oleh pembantunya.
Sepulangnya dari Singapura, pembantu tersebut pulang ke kampungnya dan
Surat Teguran tersebut tidak diserahkan kepada Dwi Hermanto. Pada tanggal
1 September 2007, dikeluarkan teguran kedua yang diterima langsung oleh
Dwi Hermanto. Karena sedang mengalami kesulitan keuangan, SPT Tahunan
Dwi Hermanto tidak juga dimasukkan. Pada Tanggal 1 November 2007,
dikeluarkan surat ketetapan Pajak yang menetapkan bahwa jumlah pajak
yang terutang oleh Dwi Hermananto pada Tahun Pajak 2006 adalah
Rp20.000.000. Selama tahun 2006, Dwi Hermanto telah membayar angsuran
PPH pasal 25 sebesar Rp. 1.000.000 setiap bulannya. Pembayaran dimuka
yang dilakukan melalui pemotongan PPH oleh pihak lain adalah
Rp.1.000.000.

Pertanyaan :
a. Berapa jumlah SKP yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Pajak yang
seharusnya?
b. Apabila jumlah tersebut berbeda, upaya hukum apa yang dapat wajib pajak
lakukan?
Jawaban

a) Jumlah SKP yang harusnya dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Pajak


yaitu :
 SKP yang seharusnya dikeluarkan = nilai ketetapan SKP –
(angsuran pajak + bukti potongan pihak lain)
= Rp20.000.000,00 – (Rp12.000.000,00 + Rp1.000.000,00)
= Rp20.000.000,00 – Rp13.000.000,00
= Rp7.000.000,00

 SKKB = Rp7.000.000,00 + sanksi berupa kenaikan 50% atas


pajak kurang bayar
= Rp7.000.000,00 + (50% x Rp7.000.000,00)
= Rp7.000.000,00 + Rp3.500.000,00
= Rp10.500.000,00
b) Jumlah berbeda dalam artian ada perbedaan nominal antara STP dan
SKPKB yang di berikan oleh direktor Jendral pajak dengan jumlah
yang telah dihitung oleh Dwi Hermanto. Upaya hukum yang dapat
dilakukan Wajib Pajak Ketika wajib pajak memperoleh suatu surat
ketetapan pajak dan merasa tidak puas atas ketetapan pajak tersebut,
maka wajib pajak dapat mengajukan upaya hukum dengan nama
keberatan. Sesuai dengan ketentuan Pasal 25 Undang-Undang
KUP, upaya hukum atas keberatan dapat diajukan ke Direktorat
Jendral Pajak, yaitu ke Kantor Pelayanan Pajak tempat dimana
wajib pajak terdaftar. Perbedaan penafsiran antara pemerintah
sebagai fiskus dengan rakyat sebagai wajib pajak ini kemungkinan
besar memang dapat terjadi karena mungkin adanya perbedaan
perhitungan pajak yang berbeda antara keduanya

 Esai (Bobot 20)

Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar


(SKPKB) atas Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi yang bernama
Santiman sebesar Rp100.000.000 untuk Tahun Pajak 2001. SKPKB
tersebut diterbitkan pada tanggal 21 November 2006.
a. Seandainya besar SKPKB tersebut seharusnya Rp10.000.000, tetapi
yang tertulis adalah Rp 100,000.000. Apakah upaya yang seharusnya
dilakukan Wajib Pajak? Apa dasar hukumnya?
b. Pada tanggal 3 Maret 2007, Wajib Pajak mengetahui bahwa ketetapan
tersebut ternyata tidak benar karena terdapat Objek Pajak yang
seharusnya dikecualikan atau tidak dikenakan Pajak Penghasilan, tetapi
pada kenyataannya dikenakan Pajak Penghasilan. Berdasarkan hal
tersebut, upaya apakah yang seharusnya dilakukan Wajib Pajak? Apa
dasar hukumnya?
c. Hitung besarnya sanksi administrasi berupa bunga apabila pelunasan
SKPKB dilakukan pada tanggal 21 November 2007?
d. Apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang pajaknya, kapan Surat
Perintah Melaksanakan Penyitaan paling cepat dapat diterbitkan?
Jawaban
a) Pada pasal 16 Ayat (1) Undang-Undang KUP Direktur Jenderal
Pajak memiliki kewenangan untuk membetulkan Surat Ketetapan
Pajak (SKP), Surat Tagihan Pajak (STP), atau surat keputusan
lainnya yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan atau
kekeliruan. Adapun sifat kesalahan atau kekeliruan yang dimaksud
adalah tidak mengandung persengketaan antara Direktur Jenderal
Pajak dan Wajib Pajak seperti kesalahan hitung, kesalahan tulis
maupun kesalahan dalam penerapan ketentuan perpajakan.
Namun, apabila Wajib Pajak merasa tidak puas atas ketetapan
pajak tersebut, maka wajib pajak dapat mengajukan upaya
hukum dengan nama keberatan. Sesuai dengan ketentuan
Pasal 25 Undang-Undang KUP, upaya hukum atas keberatan
dapat diajukan ke Direktorat Jendral Pajak, yaitu ke Kantor
Pelayanan Pajak tempat dimana wajib pajak terdaftar. Perbedaan
penafsiran antara pemerintah sebagai fiskus dengan rakyat
sebagai wajib pajak ini kemungkinan besar memang dapat terjadi
karena mungkin adanya perbedaan perhitungan pajak yang
berbeda antara keduanya.

b) Maka dapat dilihat bahwasanya pada tanggal 3 Maret 2007 wajib


pajak menyadari adanya kekeliruan atas penghasilan tidak kena
pajak. Sehingga upaya yang dapat dilakukan oleh santiman
Berlandaskan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 atas
kekeliruan ini yaitu Pertama-tama Santiman melihat terlebih
dahulu Persyaratan-persyaratan Permohonan dan memenuhi
persyaratan itu, kemudian Penyampaian Surat Permohonan
Pembetulan tersebut, lalu adanya Penerbitan Keputusan
Pembetulan. Namun jika tidak ada nya penerbitan keputusan
pembetulan ini santiman bisa melakukan keberatan terhadap
SKPKB yang telah di berikan oleh direktorat jenderal pajak.

c) Adanya sanksi administrasi ini maka adanya Tambahan


pembayaran denda berupa bunga sebesar 2% dari nilai
kekurangan pajak. Bunga ini akan dihitung berkali lipat setiap
bulan dengan pengenaan sanksi maksimal terhitung 24 bulan sejak
terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak sampai
diterbitkannya SKPKB.

Pajak yang masih harus dibayar = Rp.100.000.000


Dibayar setelah jatuh tempo pelunasan = Rp. 0
Pajak yang masih harus dibayar –
Dibayar setelah jatuh tempo pelunasan = Kurang dibayar
Kurang dibayar = Rp.100.000.000

Bunga 12 (dua belas) bulan (12 x 2% x Rp100.000.000,00) =


Rp.24.000.000

Jadi, besar sanksi administrasi yang harus dibayar Santiman


sebesar Rp. 24.000.000

d) Penyitaan merupakan tindakan penagihan lebit lanjut setelah


Surat Paksa. Surat Penyitaan diterbitkan apabila utang pajak
belum dilunasi dalam jangka waktu 2×24 jam setelah Surat
Paksa diberitahukan, untuk itu maka dapat dilakukan tindakan
penyitaan atas barang-barang Wajib Pajak. Dalam penagihan pajak
dengan surat paksa, juru sita pajak berwenang melakukan
penyitaan terhadap harta kekayaan Wajib Pajak.

II. SOAL & JAWABAN 2

 Esai (Bobot 30)


a. Sebutkan 4 syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menjadi
konsultan pajak yang dapat menerima kuasa dari wajib pajak.
b. Apa isi surat dari surat kuasa khusus?

Jawaban

a. Menurut Direktorat Jenderal Pajak dalam keterangan tertulisnya


disampaikan bahwa “Wajib Pajak dapat menunjuk seorang kuasa
dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak
dan memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan. Seorang kuasa
meliputi konsultan pajak dan bukan konsultan pajak”
Maka, adapun 4 persyaratan yang harus dipenuhi untuk
dapat menjadi seorang konsultan pajak yang dapat menerima
kuasa dari WP ialah :

 Menguasai ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang


perpajakan,
 Memiliki surat kuasa khusus dari wajib pajak yang memberi
kuasa,
 Memiliki NPWP,
 Telah menyampaikan surat pemberitahuan tahunan pajak
penghasilan tahun pajak terakhir,

b. Lalu, untuk surat kuasa khusus paling sedikit memuat yang


diantaranya :

 Nama, alamat, dan tandatangan di atas meterai serta Nomor


Pokok Wajib Pajak dari Wajib Pajak pemberi kuasa;
 Nama, alamat, dan tandatangan serta Nomor Pokok Wajib
Pajak penerima kuasa; dan
 Hak dan/atau kewajiban perpajakan tertentu yang
dikuasakan

 Esai (Bobot 40)


Amanda (WNI)-K/I pada awal tahun 2007 memulai usahanya sebagai
pedagang alat-alat elektronik. Toko tersebut disewa oleh Amanda untuk
jangka waktu 3 tahun. Kegiatan usaha Amanda menunjukkan kesuksesan.
Terbukti dari peredaran bruto usahanya sejak bulan maret 2007
menunjukkan peningkatan hingga Desember 2007. Peredaran bruto
selama tahun 2007 adalah Rp1.700.000.000. Ditambah penghasilan
Amanda dari investasi di pasar modal sebesar Rp175.000.000 dan
penghasilan dari deposito Rp50.000.000. Namun karena ketidaktahuan
Amanda terhadap kewajiban perpajakan, Amanda tidak pernah
memenuhi kewajiban pajak apa pun selama Tahun Pajak 2007.
Pertanyaan :
a. Kewajiban perpajakan apa saja yang menjadi kewajiban Amanda?
b. Apabila ada indikasi tindak pidana yang dilakukan Amanda, sanksi apa
yang dapat dikenakan kepada Amanda? Jelaskan dan berikan dasar
hukumnya.
c. Bolehkah Amanda memberi kuasa kepada karyawannya, padahal
karyawannyabelum lulus USKP?
d. Apakah Amanda harus dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak?
Berikan alasan dan dasar hukumnya.

Jawaban

a. Yang menjadi kewajiban Amanda atas kewajiban perpajakan


ialah :
- Melakukan pendaftaran NPWP untuk Wajib Pajak Orang
Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
- Membayar Pajak Penghasilan (PPh) dengan tanggungan 1
orang.

Berdasarkan PPh Pasal 4 ayat (2), Amanda selaku Pemilik toko


memiliki kewajiban untuk membayar pajak atas peredaran bruto-
nya sebesar 0,5% dari total peredaran bruto selama satu tahun,
karena peredaran bruto kurang dari 4,8 miliar yakni sebesar
1,7 miliar.
 PPh 0,5% x Total Peredaran Bruto Satu Tahun
 0,5% x Rp1.700.000.000,00 = Rp8.500.000,00
Selanjutnya, Amanda berkewajiban untuk membayarkan pajak
investasinya di pasar modal yakni sebesar 10% , dengan rincian
sebagai berikut
 10% x Penghasilan Investasii di pasar modal
 10% x Rp175.000.000,00 = Rp17.500.000,00
Lalu, Amanda juga memiliki kewajiban atas penghasilan dari
deposito yakni sebesar 20% dari total deposito yang diperoleh.
 20% x total deposito yang diperoleh
 20% x Rp50.000.000,00 = Rp10.000.000,00

b. Indikasi tindak pidana yang dilakukan ialah :


1) Dikarenakan ketidaktahuannya, Amanda tidak
membayar pajak PPh-nya selama satu tahun
2) Amanda juga tidak melaporkan SPT Tahunan kepada
Dirjen Pajak.

Adapun sanksi yang ia dapatkan adalah berlandaskan


pada pasal 9 ayat 2(a) & 2(b) UU KUP.

 Dalam Ayat 2(a) dikatakan, wajib pajak yang


membayar pajaknya setelah jatuh tempo akan
dikenakan denda sebesar 2% per bulan yang
dihitung dari tanggal jatuh tempo hingga tanggal
pembayaran.
 Di dalam ayat 2(b), wajib pajak yang baru
membayar pajak setelah jatuh tempo penyampaian
SPT tahunan akan dikenakan denda sebesar 2% per
bulan, yang dihitung sejak berakhirnya batas waktu
penyampaian SPT sampai dengan tanggal
pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh
satu bulan.

c. Tentu tidak bisa. Hal tersebut tidak diperbolehkan.


Dalam PMK Nomor 229/PMK.03/2014 tentang Persyaratan serta
Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Kuasa. Menteri Keuangan, dalam
PMK tersebut menetapkan hanya konsultan pajak dan
karyawan Wajib Pajak yang bisa menjadi kuasa Wajib Pajak.
Syarat utama untuk menjadi seorang kuasa adalah konsultan pajak
ataupun karyawan Wajib Pajak harus memahami dan
menguasai ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan. Bagi karyawan Wajib Pajak, untuk
membuktikan bahwa dirinya memahami perpajakan dan
kompeten sebagai kuasa Wajib Pajak adalah harus bisa
menunjukkan legalitas berupa sertifikat brevet di bidang
perpajakan yang diterbitkan oleh lembaga pendidikan kursus
brevet pajak; ijazah pendidikan formal di bidang perpajakan
minimal tingkat Diplomat III yang diterbitkan oleh Perguruan
Tinggi Negeri atau Swasta dengan status terakreditasi A; atau
SKP.

d. Tidak Boleh Dikukuhkan. Batasan mengenai Pengusaha Kecil


diatur dalam PMK-147/PMK.03/2017 merupakan pengusaha
yang selama 1 tahun buku melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran bruto
dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp4.800.000.000
(empat miliar delapan ratus juta rupiah).
Dengan demikian jika peredaran usahanya sudah >
Rp4.800.000.000 maka wajib PKP. Sedangkan pada kasus di atas
disebutkan bahwa peredaran bruto usaha Amanda selama
tahun 2007 adalah Rp1.700.000.000 (satu miliar tujuh ratus
juta rupiah). Sehingga Amanda tidak harus dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak.

III. SOAL & JAWABAN 3

 Esai (Bobot 15)


Sucipto adalah Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha.
Pada tanggal 16 Juli 2008, Dia membayar PPH pasal 25 ( Angsuran PPH
orang pribadi yang dibayar sendiri tiap bulan untuk tahun 2008 sebesar 6
juta) Sekaligus untuk masa Maret 2008, April 2008, dan Mei 2008 sebesar
18 Juta, Serta melaporkannya pada tanggal 20 Juli 2008. Sanksi
administrasi apa saja yang dikenakan terhadap pembayaran PPh Pasal 25
oleh Sucipto tersebut? Berapa Jumlahnya?

Jawaban

a) Sanksi Keterlambatan Pembayaran PPh 25


PPh 25 masa Maret 2018 = 2% x 4 bulan* x 6 juta = Rp 480.000
*15 April - 16 juli = 4 bulan
PPh 25 masa April 2018 = 2% x 3 bulan* x 6 juta = Rp 360.000
*15 Mei - 16 Juli = 3 bulan
PPh 25 masa Mei 2018 = 2% x 2 bulan* x 6 juta = Rp 240.000
*15 Juni - 16 Juli = 2 bulan
Total sanksi telat membayar = Rp 1.080.000

b) Sanksi Keterlambatan Pelaporan PPh 25 = Rp. 100.000


Jadi, total sanksi keterlambatan pelaporan 3 bulan x Rp.
100.000 = Rp. 300.000

Total = Sanksi telat bayar + sanksi telat lapor


= 1.080.000 + 300.000
= 1.380.000
 Esai (Bobot 15)
Salah satu fungsi surat Tagihan pajak adalah melakukan tagihan terhadap
wajib pajak atas pengenaan sanski administrasi berupa bunga. Sebutkan
sedikitnya 5 hal yang mengakibatkan wajib pajak dikenai administrasi
berupa bunga yang penagihannya dilakukan dengan penerbitan surat
tagihan pajak
Jawaban

Adapun 5 hal yang mengakibatkan wajib pajak dikenai


administrasi berupa bunga yang penagihannya dilakukan dengan
penerbitan surat tagihan pajak, diantaranya :
 PPh dalam tahun berjalan tidak/kurang dibayar. Dikenakan sanski
bunga 2% sebulan maksimal 24 bulan (pasal 14 ayat 3)
 Dari hasil penelitian surat pemberitahuan terdapat kekurangan
akibat salah tulis/ salah hitung. Dikenakan sanski bunga 2% sebulan
maksimal 24 bulan.
 Pengusaha yang dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak membuat
faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu.
Dikenakan denda 2% dari dasar pengenaan pajak ( pasal 14 ayat 4)
 Pengusaha yag telah di kukuhkan sebagai PKP tidak mengisi faktur
pajak secara lengkap sebagaimana mestinya ( pasal 13 ayat 5)
 Dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga (pasal 14
ayat 1)

 Esai (Bobot 10)


Sebutkan persyaratan tertentu bagi wajib pajak orang pribadi yang
menjalankan usaha atau perkerjaan bebas agar dapat diberikan
pengambilan pendahuluan atas permohonan kelebihan pembayaran
pajak?
Jawaban

Adapun wajib pajak yang memenuhi persyaratan tertentu yang


dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak
meliputi: (Pasal 2 PMK-198/PMK.03/2013)
 Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas yang menyampaikan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan lebih bayar restitusi
 Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan lebih bayar restitusi dengan jumlah lebih bayar paling
banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)
 Wajib Pajak badan yang menyampaikan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan lebih bayar restitusi dengan jumlah
lebih bayar paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
 Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan
Masa Pajak Pertambahan Nilai lebih bayar restitusi dengan jumlah
lebih bayar paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

IV. SOAL & JAWABAN 4

 Esai (Bobot 15)


Ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku menyebutkan
bahea setiap wajib pajak mengisi surat pemberitahuan dengan
benar,lengkap,dan jelas, dalam bahasa indonesiadengan menggunakan
huruf latin,angka arab, satuan mata uang rupiah ,danmendatangani serta
menyampaikannya ke kantor Direktorat Jendral Pajak tempatnya
terdaftar. Apa yang dimaksud bahwa SPT harus diisi dengan benar,
lengkap, dan jelas ?
Jawaban
Adapun yang dimaksud dengan SPT harus diisi dengan benar, lengkap
dan jelas adalah :
 Benar adalah bahwa SPT yang disampaikan benar dalam perhitungan,
benar dalam penerapan peraturan perundang-undangan perpajakan,
benar dalam penulisan dan benar-benar sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
 Lengkap adalah bahwa SPT harus diisi dengan lengkap. SPT
dikatakan lengkap jika telah memuat semua unsur-unsur yang
berkaitan dengan objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus
dilaporkan dalam SPT.
 Jelas adalah bahwa SPT harus diisi dengan jelas, di mana SPT harus
melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak dan unsur-unsur
lain yang harus dilaporkan.

 Esai (Bobot 10)


Apakah yang dimaksud ddengan sengketa pajak, di mana tempat
menyelesaikan sengketa pajak di ranah yudikatif?

Jawaban

Sengketa pajak adalah Sengketa yang timbul dalam bidang


perpajakan antara wajib pajak atau penanggung pajak dengan
pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan
yang dapat diajukan banding atau gugatan kepada pengadilan pajak
berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk
gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan Undang undang
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
Lalu, sesuai dengan UU KUP, lembaga yang bertanggung jawab di
dalam menyelesaikan kasus-kasus sengketa pajak ialah di dalam
Pengadilan Pajak.

 Esai (Bobot 15)


Dasar penagihan pajak :
A. Produk hukum apa saja yang menjadi dasar penagihan pajak
B. Kapan dasar penagihan pajak harus dilunasi?
C. Dalam hal wajib pajak mengajukan keberatan,berapa jumlah yang
harus di lunasi sebelum mengajukan keberatan?

Jawaban

a. Produk hukum apa yang menjadi dasar penagihan pajak ?


Pajak sendiri ada banyak macamnya, seperti misalnya PPh,
PPN, PPnBM dan PBB. Dasar hukum penagihan pajak tercantum
dalam UU Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa.

Dasar penagihan pajak untuk PPh, PPN, dan PPnBM adalah:

 Surat Tagihan Pajak.


 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.
 Surat Keputusan Pembetulan.
 Surat Keputusan Pemberatan.
 Putusan Banding.
 Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak
yang masih hakrus dibayar bertambah.

Dasar penagihan pajak untuk PBB adalah:

 Surat Pemberitahuan Pajak Terutang.


 Surat Ketetapan.
 Surat Tagihan Pajak

b. Kapan dasar penagihan pajak harus dilunasi ?


Di dalam pasal 9 ayat (3) UU KUP mengatur tentang
berbagai dasar penagihan pajak yang harus dilunasi dalam
jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.
Dalam hal Wajib Pajak menyetujui seluruh jumlah pajak
yang masih harus dibayar dalam Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan, pelunasan atas jumlah pajak yang masih harus
dibayar dilakukan paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal
penerbitan surat ketetapan pajak.
c. Berapa jumlah yg harus dilunasi sebelum mengajukan keberatan ?
Hal ini sesuai dengan pasal 25 ayat (3a) UU KUP.
Yakni kewajiban pelunasan pajak dimaksud harus
dilakukan pada saat sebelum surat keberatan disampaikan ke KPP.
Dengan demikian, kewajiban pembayaran pajak yang masih harus
dibayar adalah paling sedikit sebesar jumlah pajak yang masih
harus dibayar yang tercantum pada kolom “jumlah menurut
Pembahasan Akhir (Disetujui)”.

Anda mungkin juga menyukai