Anda di halaman 1dari 11

Ekonomi Publik

Tentang : Teori Barang Publik dan Swasta

Dalam ilmu ekonomi, barang publik adalah barang yang memiliki sifat non-rival dan
non-eksklusif. Barang publik merupakan barang-barang yang tidak dapat dibatasi siapa
penggunanya dan sebisa mungkin bahkan seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
mendapatkannya. Barang publik adalah barang yang apabial dikonsumsi oleh individu
tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut. Barang publik
memiliki sifat non-rival dan non-eksklusif.
Teori Barang Publik
1. Toeri Pigou
Pigou berpendapat bahwa barang publik harus disediakan sampai suatu tingkat dimana
kepuasan marginal akan barang publik sama dengan ketidakpuasan marginal akan pajak
yang dipungut untuk membiayai program pemerintah (menyediakan barang publik)

Kepuasan Batas Akan


Barang Pemerintah

A
B
C
D U

H F Budget
G H Pemerintah

Sumber: Ekonomi Publik, Dr Guritmo Mangkoesoebroto


Diagram 1
Penyediaan dan pembiayaan barang publik yang optimal

Pada Diagram kurva kepuasan akan barang publik ditunjukan oleh kurva UU. Kurva
UU tersebut mempunyai bentuk menurun yang menunjukan bahwa semakin banyak barang
publik yang dihasilkan maka akan semakin rendah kepuasan marginalnya yang dirasakan
masyarakat. Di lain pihak, semakin banyak pajak yang dipungut, semakin besar rasa
ketidakpuasan marginal masyarakat. Oleh karena itu kurva ketidakpuasan marginal akan
pembayaran pajak mempunyai bentuk yang meninggi. Ketidakpuasan marginal ditunjukan
dengan sumbu tegak dari titik O kebawah dan kurva ketidakpuasan marginal ditunjukan oleh
kurva PP. Titik E adalah keadaan optimum dimana bagi masyarakat kepuasan marginal bagi
barang publik sama dengan ketidakpuasan marginal dalam hal pembayaran pajak.
Kelemahan analisa dari Pigou didasarkan pada ketidakpuasan marginal masyarakat
dalam membayar pajakdan rasa kepuasan marginal akan barang publik, sedangkan kepuasan
dan ketidakpuasan adalah sesuatu yang tidak dapat diukur secara kuantitatif karena siaftnya
ordinal.
2. Teori Bowen
Bowen mengemukakan teori yang didasarkan pada teori harga sama halnya pada
penentuan harga pada barang swasta.

Sumber : Ekonomi Publik, Dr Guritmo


H Mangkoesoebroto

S
P

D(A +
D D
S

o X X XA + B
Jumlah
Diagram 2
Penentuan Jumlah dan Harga Barang Swasta

Kurva penawaran sepatu ditunjukan oleh kurva SS. Kurva DA dan DB menunjukan
kurva permintaan akan sepatu oleh A dan B sedang kurva D(A+B) merupakan kurva
permintaan pasar yang diperoleh dengan menjumlahkan kurva DA+DB secara
mendatar(horisontal). Harga pasar yang terjadi adalah OP, yaitu dimana D(A+B)=S, harga
OP adalah harga sepasang sepatu bagi A dan B.
Bowen mendefinisikan barang publik sebagai barang dimana pengecualian tidak dapat
ditentukan. Jadi sekali suatu barang publik sudah tersedia maka tidak ada seorang pun yang
dapat dikecualikan dari manfaat barang tersebut.

Sumber : Ekonomi Publik, Dr


Guritmo
Y Jumlah Barang Pemerintah

DA dan DB menunjukan kurva permintaan individu A dan B akan barang publik DA


dan DB. Jumlah barang yang disediakan pemerintah sebesar OY, yaitu pada titik
perpotongan kurva penawaran dengan kurva permintaan D(A+B)
Kelemahan teori ini adalah karena Bowen menggunakan permintaan permintaan dan
penawaran. Yang menjadi masalah adalah karena pada barang publik tidak ada prinsip
pengecualian sehingga masyarakat tidak mau mengemukakan kesenangan mereka akan
barang tersebut sehingga permintaan kurva permintaan menjadi tidak ada.

3. Teori Erick Lindahl


Teori Lindahl mirip dengan yang dikemukakan oleh Bowen, hanya saja pembayaran
masing-masing konsumen tidak dalam bentuk harga absolut akan tetpi berupa presentase
dari total biaya penyediaan barang publik. Analisa Lindahl didasarkan pada analisa kurva
indifferen dengan anggaran tetap yang terabatas (fixed budget costrains).
Proporsi biaya
G0
Diagram 4
Q

Kurva
Indifferen

Kelemahan teori Lindahl adalah karena teori ini hanya membahas mengenai barang
publik tanpa membahas mengenai penyediaan barang swasta yang dihasilkan oleh sektor
swasta. Selain itu kelemahan utamanya adalah penggunaan kurva indifferen. Sifat barang
publik tidak dapat dikecualikan menyebabkan tidak ada seorang individu juga yang bersedia
menunjukan prefrensinya terhadap barang publik.kritikan lainya ialah teori ini hanya
melihat penyediaan barang publik saja tanpa memperhitungkan jumlah barang swasta yang
seharusnya diproduksi agar masyarakat mencapai kesejahteraan optimal.
4. Teori Samuelson
Samuelson menyatakan bahwa adanya barang yang mempunyai dua karakteristik, yaitu;
non-exclusionary dan non-rivarly, tidaklah berarti bahwa perekonomian tidak dapat mencapai
kondisi Pareto Optimal atau tingkat kesejahteraan masyarakat yang optimal.
Sumber Gambar: http://tidakdijual.com/content/teori-samuelson
Diagram 5 Teori Samuelson
Diagram diatas menjelaskan konsumsi antara barang swasta dan barang publik antara 2
individu. TP adalah kurva yang menunjukan ketersediaan barang publik berbanding barang
swasta. Kurva indiferens R dan S, dimana kita mengambil R sebagai patokan kesejahteraan.
Asumsi jika barang publik yang tersedia hanya sebanyak L1, maka barang swasta yang
tersedia adalah sebanyak T1. Dari kurva indiferen LR1 dapat diketahui jika R akan
mengkonsumsi barang swasta sebanyak T2. Sehingga sisa barang yang ada yakni T1 - T2 =
T3 akan dikonsumsi oleh S. Dengan asumsi yang sama jika barang publik yang tersedia
adalah sebanyak L2 maka R akan mengkonsumsi barang swasta sebanyak T5 dan S akan
mengkonsumsi sebanyak T4 - T5 = T6. Titik pertemuan antara indiferent R dengan kurva
barang publik membuat S tidak menikmati barang swasta. Titik-titik yang merupakan
konsumsi barang swasta S disatukan akan membentuk kurva DGD dimana kurva ini
bersinggungan dengan indiferen S di titik G. Asumsi merubah indiferen R dan S. Dengan
proses yang sama terciptalah konsumsi barang swasta yang baru. Dan terciptalah konsumsi
barang swasta S yang baru.

Sumber Gambar: http://tidakdijual.com/content/teori-samuelson


Diagram 6 Fungsi Kemungkinan Kepuasan
Diagram diatas adalah perbandingan kesejahteraan antara R dan S. BM adalah kurva
kesejahteraan. Saat R mempunyai kesejahteraan sebesar M1 maka S mempunyai
kesejahteraan sebesar B1. Kesejahteraan bergeser dari D ke W, sehingga kesejahteraan R
berkurang dan kesejahteraan S bertambah.
Kelemahan
1) Hasil analisis sangat tergantung pada tingkat kesejahteraan individu mana yang dipilih,
dan tingkat kesejahteraan mana yang mula-mula dipilih.
2) Samuelson menunjukkan tercapainya kondisi Pareto optimal akan tetapi kita tidak tahu
apakah perpindahan dari D ke W pada diagram diatas menunjukkan perbaikan atau
penurunan kesejahteraan seluruh masyarakat.
3) Kelemahan yang terbesar adalah pada anggapan bahwa konsumen secara terus terang
mengemukakan kesukaan mereka terhadap barang publik dan kesukaan mereka inilah
yang menjadi dasar pengenaan biaya untuk menghasilkan barang publik. Yang menjadi
persoalan dalam penentuan jumlah barang publik yang akan disediakan oleh pemerintah
adalah bagaimana pemerintah memungut pembayaran dari konsumen barang publik.
4) Barang publik yang dibahas adalah barang yang mempunyai sifat kebersamaan, yaitu
barang publik yang dipakai oleh konsumen dalam jumlah yang sama.
5. Teori Anggaran
Teori ini didasarkan pada suatu analisa di mana setiap orang membayar atas
penggunaan barang -barang publik dengan jumlah yang sama, yaitu sesuai dengan sistem
harga untuk barang-barang swasta. Teori alokasi barang publik melalui anggaran merupakan
suatu teori analisa penyediaan barang publik yang lebih sesuai dengan kenyataan karena
bertitik tolak pada distribusi pendapatan awal di antara individuindividu dalam masyarakat
dan dapat digunakan untuk menentukan beban pajak di antara para konsumen untuk
membiayai pengeluaran pemerintah.

Sumber Gambar: http://tidakdijual.com/content/teori-anggaran


Diagram 7 Teori Alokasi Barang Publik Melalui Anggaran
Garis tegak adalah penghasilan, sedangkan garis datar adalah barang publik (G). CG
adalah kurva kemungkinan produksi. Garis anggaran adalah A dan B. Persinggungan
anggaran A dengan kurva indifrent berada di titik F. Sehingga A akan mengkonsumsi
barang publik sebesar G0 dengan penghasilan OM0. Dan A akan mengkonsumsi barang
swasta sebesar MM0, sehingga B akan mengkonsumsi barang swasta sebanyak CC0 - MM0
= NN0. Apabila A merubah garis anggarannya. Maka A akn mengkonsumsi barang publik
sebesar G1. Sehingga A akan mengkonsumsi barang swasta sebesar MM1 dan B akan
mengkonsumsi barang swasta sebesar CC1 - MM1 = NN1. NJ adalah barang swasta yang
tersedia untuk individu B. Dan B akan mencapai nilai optimum mengkonsumsi barang
publik dan swasta dititik Q. MV adalah barang swasta yang tersedia untuk A. Sehingga A
berapa pada tingkat keseimbangan konsumen di titik F,dan total produksi berada di titik E.
Kelemahan dari teori ini, yaitu digunakannya kurva indiferens sebagai alat analisis
yang baik dari segi teori akan tetapi kurang bermanfaat untuk aplikasi penggunaannya dalam
kenyataan sehari-hari.

Teori Barang Sawasta


Barang swasta adalah barang yang dapat diperoleh dengan membayar di pasar. Barang tersebut
memiliki ciri ”excludability” dan ”rivalry.” Excludablity adalah prinsip hak milik
atau property right , orang lain yang tidak membayar dapat di exclude atau dikeluarkan dari
memilikinya, dan tidak berhak menjualnya. Rivalry adalah prinsip di mana manfaat
diinternalisasi atau dipribadikan. Orang lain yang ikut mengkonsumsi barang tersebut akan
mengurangi hak atau manfaat orang pertama. Sepotong ikan yang dibeli di pasar akan
berkurang manfaatnya jika orang lain ikut memakannya.

Efisiensi Konsumen

Efisiensi konsumen merupakan alokasi barang konsumsi di antara konsumen. Dalam analisa
efisiensi konsumen, ada beberapa asumsi yang digunakan untuk mempermudah analisis, yaitu :

 Dalam masyarakat hanya ada dua konsumen, A dan B.


 Hanya ada dua barang swasta yg tersedia, makanan (M) dan Pakaian (P).
 Distribusi pendapatan sudah tertentu.

Diagram di bawah yang sebelah kiri menunjukkan kurva indiferens bagi konsumen A
sedangkan diagram sebelah kanan menunjukkan kurva indiferens bagi konsumen B.
Kurva KA1, KA2, KA3 adalah kurva indiferens bagi konsumen A.

Setiap titik kurva indiferens menunjukkan kesamaan dalam kesukaan A terhadap kombinasi
makanan dan pakaian yang berbeda-beda. Semakin jauh letaknya dari titik 0 (nol) maka
semakin besar kepuasan A. Setiap titik pada kurva indiferens K A3 memberikan kepuasan yang
lebih besar dibandingkan dengan KA2, akan tetapi hal itu tidak dapat ia capai, oleh karena
dengan pendapatannya yang sudah tertentu ia hanya dapat memilih kombinasi makanan dan
pakaian sepanjang garis M 0P0. Kepuasan tertinggi yang dapat dicapai A dengan pendapatannya
adalah kurva KA2, yaitu kurva indiferens yang menyinggung garis M 0P0. Jadi titk E akan
memnberikan kepuasan yang terbesar bagi A. Analisis yang sama juga berlaku bagi B, ia akan
memperoleh kepuasan yang terbasar pada persinggungan antara garis P 1M1. Kombinasi
makanan sebanyak OMB dan pakaian OPB adalah kombinasi kedua barang yang memberikan
kepuasan tertinggu bagi konsumen B.

Diagram dibawah berguna untuk menganalisis alokasi makanan dan pakaian yang didapat oleh
masing-masing konsumen.

Titik T bukan merupakan titik optimum, sebab dengan mengubah kombinasi makanan dan
pakaian, kedua konsumen (A dan B) dapat memperoleh kepuasan yang lebih tinggi. Pada titik
D, konsumen A mempunyai lebih sedikit pakaian dan lebih banyak makanan dibandingkan pada
titik T, akan tetapi kepuasan A di titik D terletak pada kurva indiferens yang lebih tinggi. Titik
D dan titik F adalah titik optimum. Arah perpindahan posisi kedua konsumen, tergantung
daripada kekuatan masing-masing konsumen. Apabila konsumen A lebih kuat dari konsumen B,
maka A dapat meningkatkan kepuasannya sampai titik D tercpai, dimana usaha A untuk
meningkatkan kepuasannya tersebut tanpa merugikan konsumen B oleh sebab B tidak berubah
tingkat kepuasannya. Sebaliknya apabila yang leboh kuat ia akan berusaha untuk pindah dari
titik T ke titik F sehingga tindakannya tidak mengurangi kepuasan A. Apabila A dan B sama-
sama kuat, maka perpindahan dari titik T akan menuju ke posisi di antara F-D dimana kedua-
duanya dapat meningkatkan kepuasan mereka. Titik-titik F-D, yaitu tempat kedudukan dimana
seseorang konsumen tidak dapat meningkatkan kepuasannya tanpa menyebabkan kepuasan
konsumen lain menjadi berkurang disebut pareto optimum. Pareto optimum terjadi pada setiap
titik pada sepanjang garis OAOB yang disebut garis kontrak.

Kondisi Pareto Optimum Bagi Konsumen

Untuk mengetahui kondisi pareto optimum maka kita harus mengetahui konsep tingkat
pertukaran marginal (TPM, marginal rate subtitusion). TPM adalah angka yang menunjukkan
kesediaan seseorang konsumen untuk menukarkan satu unit terakhir dari suatu barang untuk
mendapatkan beberapa unit barang lainnya. Pareto optimum akan tercapai apabila setiap orang
mencapai tittik keseimbangan, yaitu dimana bagi setiap orang TPM mereka sama dengan harga
relatif, yaitu dimana TPM A untuk makanan dan pakaian =  TPM B untuk makanan dan
pakaian.

Kedudukan pareto optimum dapat diterjemahkan menjadi Kurva Kemungkinan Kapuasan


(utility possibility function) seperti gambar dibawah.

Dengan memulai dari titik T kita memperoleh suatu kurva Kurva Kemungkinan Kepuasan
(KKK). Kalau kita memilih titik Pareto nonoptimal lainnya maka kita akan memperoleh suatu
Kurva Kemungkinan Konsumsi. Oleh karena itu, apabila kita memulai analisis dengan
mengambil titik Pareto nonoptimal lainnya maka kita akan mendapatkan beberapa Kurva
Kemungkinan Konsumsi lainnya. Kepuasan seluruh masyarakat yang maksimal ditunjukkan
dengan Kurva Kemungkinan Konsumsi yang paling kanan. Dari berbagai Kurva Kemungkinan
Konsumsi kita bisa menentukan Kurva Kemungkinan Konsumsi besar (KKB; Grand Utility
Possibility Curve) diperoleh dengan cara mencari kurva KK yang paling luar, seperti gambar
berikut :
Efisiensi Produsen

Kondisi keseimbangan produsen akan tercapai pada titik persinggungan antara Kurva Anggaran
dengan KPS.

Bahwa perubahan alokasi penggunaan faktor produksi tanah dan tenaga kerja di antara kedua
produsen dapat menyebabkan kenaikan produksi pakaian sedangkan produksi makanan tidak
mengalami perubahan. Sebaliknya perubahan kombinasi penggunaan tanah dan tenaga kerja
dapat pula menyebabkan kenaikan produksi makanan sedangkan produksi pakaian tidak
mengalami perubahan. Perpindahan dari D ke titik F dan G merupakan titik terjauh yang dapat
dicapai oleh masing-masing produsen tanpa merugikan produsen yang lain, oleh karena itu
maka titik F dan G disebut titik PARETO EFISIENSI. Hal yang sama pada titik-titik selain D.
Apabila kita hubungkan semua titik pareto, kita dapatkan kurva kontrak O x Oy. Pada titik D
jumlah tenaga kerja yang digunakan sebanyak O xB1 dan tanah yang digunakan sebanyak O xT1
untuk menghasilkan pakaian sebanyak KPS x1. Pada titik D, produsen makanan menggunak
tenaga kerja sebanyak B1BT dan tanah sebanyak T1TT untuk menghasilkan makanan sebanyak
KPSy1. Titik D bukan merupakan titik optimum karena dengan merubah alokasi faktor di antara
kedua produsen maka jumlah barang yang dihasilkan dapat ditingkatkan, D ke F produksi
pakaian bertambah, D ke G produksi bertambah. Titik-titik F dan G merupakan titik pareto
efisiensi. OxOy merupakan kurva kontrak dimana terdapat kurva pareto.

Setiap titik pada kurva kontrak terjadi persinggungan antara KPS x dan KPSy yang berarti setiap
produsen harus membayar upah tenaga kerja dan sewa tanah yang sama. Titik-titik pada kurva
kontrak dapat diterjemahkan ke dalam suatu kurva kemungkinan produksi ( KKP=
PRODUCTION POSSIBILITY CURVE ).

Alokasi Optimum Produsen dan Konsumen

Analisis selanjutnya adalah bagaimana system pasar persaingan sempurna dapat menentukan
berapa jumlah barang (pakaian dan makanan) yang akan dihasilkan oleh produsen (X dan Y)
dan bagaimana kedua barang tersebut akan didistribusikan diantara para konsumen.

Jumlah barang yang diproduksikan tergantung oleh harga kedua buah barang tersebut. Semakin
mahal harga suatu barang semakin banyak jumlah yang dihasilkan, sebaliknya semakin murah
harga suatu barang maka semakin sedikit jumlah barang yang akan diproduksi.
Misalkan harga makanan = Pm dan harga pakaian = Pp yang pada pasar persaingan sempurna
ditentukan secara eksogen sehingga merupakan data bagi produsen maupun konsumen
(asumsinya pasar semuanya dalam persaingan sempurna).

Nisbah (Rasio) harga Pm/Pp menyebabkan jumlah makanan yang dihasilkan sebanyak O AM1
dan pakaian sebanyak OAP1 pada gambar dibawah jumlah makanan dan pakaian yang dihasilkan
tersebut harus di distribusikan diantara para konsumen yang ada.

Jadi dari analisis konsumen dan produsen diatas, dapat disimpulkan bahwa apabila semua pasar
berada pada pasar persaingan sempurna maka mekanisme pasar akan dapat memecahkan
masalah alokasi sumber ekonomi secara efisien tanpa adanya campur tangan pemerintah.

 Konsumen akan mencapai kepuasan yang optimal, sebab setiap konsumen akan berada
pada keseimbangan konsumen .
 Produsen akan mencapai kepuasan yang optimal, sebab setiap produsen akan berada
pada keseimbangan produsen.
 Nisbah harga barang konsumsi (PX/PY) menunjukkan berapa jumlah barang X dan
barang Y yang akan dihasilkan dalam perekonomian.

Anda mungkin juga menyukai