Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hampir di setiap sawah kita menjumpai jerami yang tertumpuk, sebagian besar
masyarakat tidak memanfaatkannya, bahkan karena ketidaktahuan dari masyarakat
tersebut, mereka membakar jerami yang tertumpuk itu dengan tujuan bisa
melenyapkannya dengan mudah tanpa mengetahui akan dampak yang ditimbulkan
dari perbuatannya tersebut.

Namun di lain sisi sungguh memkhawatirkan para peternak kesulitan


mendapatkan jerami saat mereka kesulitan mendapatkan rumput untuk pakan ternak
mereka, akan tetapi para petani yang sudah panen sebagian besar tidak memanfaatkan
jerami tersebut untuk diberikan kepada para peternak sapi yang kesulitan mendapatkan
rumput. Apalagi ketika musim kemarau datang, rumput sulit dijumpai karena rumput
juga membutuhkan air untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga pada
musim kemarau tersebut produksi rumput yang ada semakin berkurang. Sementara itu,
populasi ternak sapi semakin bertambah setiap tahun.

Begitu pula ketika musim hujan para peternak kesulitan mendapatkan rumput,
karena biasanya rumput hanya ditemukan di pematang sawah, pinggir jalan dan lahan-
lahan yang tidak digarap oleh para petani. Apalagi pada musim-musim itu rumput
diperjualbelikan dengan harga yang tinggi oleh petani sebelum membajak sawahnya
karena mengetahui bahwa para peternak sangat membutuhkan rumput pada saat itu.
Sehingga para peternak membutuhkan biaya yuntuk membeli rumput saat kesulitan
mendapatkan rumput. Ketika para petani panen, banyak jerami yang dihasilkan,
namun karena terlalu banyak petani yang panen disaat itu, banyak jerami yang tidak
habis di ambil oleh para peternak sehingga jerami tersebut tertumpuk dan pada
akhirnya para petani membakarnya atau membiarkannya membusuk tanpa mereka
menghiraukan akibatnya.
Jerami Padi merupakan limbah pertanian yang paling banyak tersedia dan sering
digunakan sebagai bahan pakan pada saat persediaan rumput berkurang. Namun salah
satu kekurangan jerami padi yaitu kandungan nutrisinya yang rendah, antara lain
karena dinding selnya tersusun oleh selulosa, lignin dan silika, sehingga dalam
pemanfaatan jerami padi diperlukan suplementasi bahan yang berkualitas kemudian

1
diolah agar nilai gizinya dapat ditingkatkan. Salah satu upaya untuk membantu
memecahkan permasalahan kualitas pakan adalah melakukan pengolahan.Oleh karena
itu, dalam makalah ini akan menjelaskan bagaimana cara memanfaatkan limbah
pertanian yaitu jerami bagi ternak.
.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diperoleh dari uraian di atas yaitu:
1.Apakah yang di maksud jerami padi?
2.Apakah kandungan dari jerami padi tersebut?
3.Bagaimana cara pengolahan limbah jerami padi tersebut?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah
1.Mahasiswa dapat mejelaskan pengertian jerami padi
2.Mahasiswa mampu mengetahui kandungan yang terdapat dalam jerami padi
2.Mahasiswa mengetahui cara pengolahan limbah padi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Jerami Padi

Jerami Padi adalah tanaman yang telah diambil buahnya (gabahnya), sehingga
tinggal batang dan daunnya yang merupakan limbah pertanian terbesar (Johan, 2010).

Jerami merupakan bagian tanaman yang telah tua yang memiliki kandungan
lignin dan silikat yang menyebabkan daya cerna ternak ruminansia terhadap jerami
rendah (Kartasudjana, 2001).

Jerami termasuk makanan kasar yaitu bahan makanan yang berasal dari limbah
pertanian/ tanaman yang sudah dipanen. Bila dituju dari kondisi nutrisinya, jerami
memiliki kandungan protein dan daya cerna yang rendah, namun didalamnya memiliki
sekitar 80% zat-zat yang dapat dicerna sebagai sumber energi bagi ternak
(Yunilas,2009).

Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang cukup besar jumlahnya
dan belum sepenuhnya dimanfaatkan. Produksi jerami padi bervariasi yaitu dapat
mencapai 12-15 ton per hektar satu kali panen atau 4-5 ton bahan kering tergantung
pada lokasi dan jenis varietas padi yang digunakan (Parakkasi,1999).

Jerami padi merupakan limbah pertanian yang tersedia dalam jumlah cukup
banyak dibanding dengan limbah pertanian lainnya, serta mudah diperoleh untuk
dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan sebagian menjadi kompos (Agustinus, 2011).

Jerami Padi merupakan salah satu pakan alternatif yang paling banyak dipakai
untuk memenuhi kekurangan hijauan pakan ternak.Namun bahan pakan tersebut
berkualitas rendah karena rendahnya kandungan nutrien dan kurang dapat
dicerna.Dengan pengolahan, daya cerna jerami Padi dapat ditingkatkan hingga 70 %
dan kandungan proteinnya dapat mencapai 5 - 8 % (Herdoni, 2011).

Jerami padi adalah tanaman padi yang telah diambil buahnya (gabahnya),
sehingga tinggal batang dan daunnya yang merupakan limbah pertanian serta belum
sepenuhnya dimanfaatkan karena adanya faktor teknis dan ekonomis. Jerami padi
selama ini hanya dikenal sebagai hasil ikutan dalam proses produksi padi di sawah.

3
Produksi jerami padi yang dihasilkan sekitar 50% dari produksi gabah kering panen
(Hanafi, 2008).

Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang cukup besar jumlahnya
dan belum sepenuhnya dimanfaatkan.Produksi jerami padi dalam satu hektar sawah
setiap kali panen mampu menghasilkan sekitar 10-12 ton jerami (berat segar saat
panen), meskipun bervariasi tergantung pada lokasi, jenis varietas tanaman padi, cara
potong (tinggi pemotongan) dan waktu pemotongan, seperti pada varietas Sintanur
dengan tinggi pemotongan 8 cm dari tanah dapat menghasilkan 8-10 ton jerami segar
per ha. Jerami padi yang dihasilkan ini dapat digunakan sebagai pakan sapi dewasa
sebanyak 2-3 ekor sepanjang tahun sehingga pada lahan yang mampu panen 2 kali
setahun  akan dapat menunjang kebutuhan pakan tersebut untuk 4-6 ekor (Awaluddin,
2010).

2.2 Kandungan Jerami Padi

Kandungan protein yang rendah dengan daya cerna yang hanya 40%
menyebabkan rendahnya komsumsi bahan kering (kurang dari 2% berat badan
ternak).Hal ini jelas, tanpa penambahan konsentrat tidak mungkin dapat meningkatkan
produksi ternak, bahkan mungkin dapat menurunkan produksi. Kendala lain yang
mempengaruhi kualitas jerami adalah tingginya kandungan lignin dan silika sehingga
menyebabkan daya cerna jadi rendah (Yunilas, 2009).

Selulosa merupakan komponen utama yang terkandung dalam dinding sel


tumbuhan dan mendominasi hingga 50% berat kering tumbuhan. Jerami padi diketahui
memiliki kandungan selulosa yang tinggi, mencapai 39.1% berat kering, 27.5%
hemiselulosa dan kandungan lignin 12,5%. Komposisi kimia limbah pertanian maupun
limbah kayu tergantung pada spesies tanaman, umur tanaman, kondisi lingkungan
tempat tumbuh dan langkah pemerosesan. Kandungan jerami dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 2.2 kandungan jerami padi
Komponen Kandungan (%)
Hemiselulosa 27,5
Selulosa 39
Lignin 12,5
Abu 11,5
Sumber : Karimi (2006).

4
Menurut Saha (2004) komponen terbesar penyusun jerami padi adalah selulosa
(35-50 %), hemiselulosa (20-35 %) dan lignin (10-25 %) dan zat lain penyusun jerami
padi.Selulosa dan hemiselulosa merupakan senyawa yang bernilai ekonomis jika
dikonversi menjadi gula-gula sederhana. Gula-gula hasil konversi tersebut selanjutnya
dapat difermentasi untuk menghasilkan produk-produk bioteknologi seperti bioetanol,
asam glutamat, asam sitrat dan lainnya.

Komposisi kimia jerami padi meliputi bahan kering 71,2%, protein kasar 3,9%,
lemak kasar 1,8%, serat kasar 28,8%, BETN 37,1% dan TDN 40,2%. Kandungan
lignin jerami berkisar 6-7% dan silikatnya 13%. Ternak yang hanya mendapatkan
jerami saja sebagai pakannya akan memiliki produktivitas rendah ( Ensminger, 1990).

Komposisi Kimia Jerami Padi Kering Yang di Analisis Dengan Metode Goering
dan Van Soest (1970):

Jenis Inti Sel Dinding Hemiselulosa Selulosa Lignin Silika


Jerami Sel
Jerami 21 % 79% 26 % 33 % 7% 13 %
Padi

Namun di dalamnya  memiliki sekitar 80% zat-zat potensial yang dapat dicerna
sebagai sumber energi bagi ternak dan kandungan protein yang rendah menyebabkan
daya cerna yang hanya 40% dan menyebabkan konsumsinya kurang dari 2% dari
bobot ternak dan juga kurang disukai oleh ternak (komar,1984). 

Hasil penelitian devendra (1975) memperlihatkan bahwa komposisi kimia dan


fraksi serat jerami dari berbagai varietas padi di Asia adalah sebagai berikut: Protein
kasar 3,3-4,5%, serat kasar 26-33,6%, NDF 53,6-71,4%, ADF 41,3-61,3%, selulosa
24,3-34,3%, lignin 5,5-12%, dan silica 14,8-22,7%. Data tersebut menunjukkan bahwa
tanpa perlakuan awal, jerami padi sebagai pakan ternak mempunyai nilai gizi yang
sangat rendah. Hal ini juga tercermin dari rendahnya konsumsi dan daya cerna, serta
penurunan berat badan yang drastis dari ternak yang mengkonsumsi ransum tunggal
jerami padi tanpa pengolahan.

2.3 Pengolahan Limbah Jerami

2.3.1 Fermentasi Jerami

5
Selain proses kimia, degradasi ikatan kimia pada jerami juga bisa
dilakukan dengan fermentasi. Fermentasi adalah suatu cara pengawetan yang
menggunakan mikrobia tertentu untuk menghasilkan asam atau komponen
lainnya yang dapat menghambat mikrobia perusak lainnya (Nista,2007).

Pembuatan fermentasi jerami dilakukan pada tempat yang terlindung dari


hujan dan sinar matahari langsung. Dimana untuk kapasitas 10 ton dapat dibuat
bangunan dengan ukuran 4 x 5 m. Lantai dasar dapat dibuat dari semen atau
tanah yang dipadatkan dan ditinggikan dari tempat sekitarnya, tanpa dinding.
Bahan bangunan menggunakan kayu atau bambu. Untuk atap dapat berupa seng
atau bahan yang tersedia di tempat, jarak lantai ke atap 3 m dan Jerami yang
telah difermentasi bisa diberikan sebagai pakan kasar bagi ternak sapi 6-8
kg/ekor/hari  dengan penambahan konsentrat 1% dari berat badan ternak. Hasil
penelitian di Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa pertambahan berat badan
sapi bali yang diberi jerami fermentasi lebih tinggi dibandingkan sapi yang
diberi rumput lapangan (Saribuang,2000).

Fermentasi dilakukan dengan cara menambahkan bahan yang mengandung


mikroba proteolitik, lignolitik, selulotik, lipotik, dan bersifat fiksasi nitrogen non
simbiotik contohnya: starbio, starbioplus, EM-4 dan lain-lain (Yunilas, 2009).

Pakan Ternak Fermentasi adalah pakan ternak hasil dari proses pemecahan
senyawa organik dengan bantuan mikroorganisme di ubah menjadi senyawa
sederhana. Pakan ternak fermentasi sangat mudah pembuatannya. Biaya untuk
memproduksi pakan ternak ini juga sangat terjangkau. Selain itu, pakan ternak
fermentasi juga mampu membuat berat kambing semakin berbobot
(Anonim,2010).

Cara membuat fermentasi jerami padi yaitu (Nista,2007):


1. Sediakan silo dari bis beton disusun dua atau tiga, bila memakai drum bagian
dalam supaya dicat agar tidak berkarat,
2. Jerami kering atau bahan-bahan kering yang telah ada dipotong-potong
dengan ukuran kurang lebih 25 cm sejumlah isi silo yang ada,
3. Larutkan tetes dan urea serta Satarbio dengan air menjadi satu sesuai
perbandingan bahan-bahan di atas,

6
4. Siapkan terpal plastik untuk alas menjcampur antara jerami dengan campuran
tets starbio dan air,
5. Jerami yang sudah dipotong ditaruh di atas terpal sedikit demi sedikit sambil
disiram larutan air tetes dan starbio sesuai perbandingan di atas sampai
merata dan jerami kelihatan basah,
6. Setelah jarami benar-benar telah disiram rata dengan larutan tersebut, jerami
dimasukkan ke dalam silo sedikit demi sedikit sambil dimampatkan/diinjak-
injak supaya padat,
7. Setelah mampat (padat) silo ditutup hingga rapat betul
8. Setelah 7 hari jerami tersebut baru dapat mulai diberikan pada ternak sesuai
dengan kebutuhan dan selama bahan tersebut belum habis setelah mengambil
bahan dari silo supaya ditutup kembali dengan rapat,serta
9. Penempatan silo supaya terhindar dari genangan air, terhindar dari terik
matahari dan air hujan tidak boleh masuk ke dalam silo.

Penyajian jerami fermentasi pada ternak sebagai berikut


(Saribuang, 2000) :
1.Jerami yang telah difermentasikan dengan diangin-anginkan dapat langsung
diberikan ke ternak. Jumlah pemberiannya sama dengan pemberian hijauan
pakan yaitu sebesar 10% dari bobot badan.
2.Untuk ternak yang belum terbiasa dengan fermentasi, perlu dilatih yaitu
dengan mempuasakannya beberapa saat. Kemudian baru diberi jerami hasil
fermentasi.

Supaya limbah pertanian berupa jerami padi tersebut dapat dimanfaatkan


sebagai alternatif pakan ternak maka dapat diolah dengan cara fermentasi.
Menurut (Yunilas,2009) fermentasi adalah segala macam proses metabolik
dengan bantuan enzim dari mikroba (jasad renik) untuk melakukan oksidasi,
reduksi hidrolisa, dan reaksi kimia lainnya sehingga terjadi perubahan kimia
pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk tertentu dan
menyebabkan terjadinya pembahasan sifat bahan tersebut.

Beberapa keuntungan penggunaan fermentasi jerami sebagai pakan


diantaranya adalah (Komar,1984):
1.Dapat mengurangi biaya pakan,

7
2.Dapat meningkatakan produksi ternak karena kualitas produksi meningkat,
3.Penggunaan pakan dan tenaga kerja lebih efisien,
4.Lingkungan kandang lebih sehat dan nyaman, karena kotoran ternak yang
dihasilkan lebih sedikit, kering dan tidak berbau.

Pengolahan jerami padi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut


(Herdoni, 2011) : (1).Praktis dan ekonomis bagi usaha skala kecil, (2).Hasil
olahan harus lebih murah dan nilai gizinya lebih baik, (3).Tidak memerlukan
biaya mahal, (4).Tidak membahayakan ternak dan peternak.

2.3.2 Amoniasi Jerami

Amoniasi jerami padi adalah proses pengolahan jerami padi menggunakan


amonia (misalnya urea) sebagai sumber amonia dengan pemeraman pada kondisi
anaerob.  Proses ini merubah tekstur jerami menjadi lunak dan rapuh sehingga
mudah dicerna. Peningkatan kandungan protein juga terjadi pada jerami
amoniasi karena peresapan nitrogen dari urea. Proses ini juga menghilangkan
aflatoksin/ jamur dalam jerami (Nista, 2007).

Proses amoniasi bisa dilakukan dengan cara basah dan cara kering.Proses
dengan cara basah menggunakan larutan urea sedangkan cara kering urea
langsung ditaburkan pada jerami.Dengan cara kering 3-4 kg urea digunakan
untuk 100 kg jerami.Pada pembuatan skala besar, jerami dimampatkan kotak
kotak cetakan.Selanjutnya jerami dimasukkan dalam wadahnya (sejenis dengan
silo) sambil ditaburi urea atau larutannya (Kartasudjana, 2001).

Untuk menghasilkan jerami amoniasi yang berkualitas, maka dibutuhkan


bahan yang berkualitas pula. Bahan dasar dari pembuatan jerami amoniasi ini
adalah jerami padi yang tersisa setelah pemanenan. Jerami padi yang akan
diamoniasi harus memenuhi beberapa kriteria yaitu jerami harus dalam kondisi
kering, tidak boleh terendam air sawah atau pun air hujan, dan harus dalam
keadaan baik (tidak busuk atau rusak) (Nista,2007).

Jerami yang telah diamoniasi memiliki tekstur lunak dan rapuh, berwarna
coklat tua, berbau amonia dan tidak berjamur.Jika dilakukan analisa proksimat
maka kandungan protein kasarnya lebih dari 6%. Hasil amoniasi harus diangin-
anginkan terlebih dahulu sebelum diberikan pada ternak.  Tujuannya adalah

8
untuk menghilangkan amoniak dalam jerami.Untuk disimpan dalam jangka
waktu yang lama, jerami amoniasi harus dijemur atau dikeringkan 2-3
hari. Setelah kering jerami dapat disimpan dibawah tempat teduh atau atap.
Jangan sampai terkena air hujan karena akan mengakibatkan pembusukkan.
Jerami yang sudah kering dapat disimpan selama selama 6 – 12 bulan tanpa
penurunan kualitas (Nista,2007).

2.3.3 Hidrolisis Jerami


Perlakuan lain untuk memperbaiki kualitas jerami dilakukan dengan
hidrolisis dengan larutan basa. Larutan basa bisa dibuat dengan NaOH atau CaO.
jerami direndam dalam larutan alkali, maka ikatan antara lignin dan selulosa dan
hemiselulosa dinding sel akan terhidrolisa sehingga karbohidrat akan lebih
tersedia bagi mikroorganisme dalam rumen. Perlakuan dengan alkali juga
meningkatkan tingkat konsumsi (Nista, 2007).

Jerami direndam selama 1 hingga 2 hari dalam larutan NaOH (kaustik


soda/soda api) 15-30 g/l dan kemudian dicuci untuk menghilangkan residu
alkalinya. Proses ini meningkatkan daya cerna jerami tetapi sebagian nutrien
larut saat pencucian.Kemudian dikembangkan metode kering dengan kandungan
NaOH 10-40g/l. Daya cerna jerami meningkat, dari 0,4 menjadi 0,5-0,7 (Nista,
2007).

Alkali lain yang juga efisiennya adalah kapur ( CaO 60% dan MgO
1.3%). Kapur sebanyak 40 gram dilarutkan dalam 10 liter air digunakan untuk
merendam 1 kg jerami selama kurang lebih 48 jam (2 hari). Kemudian jerami
dicuci dengan 5 liter air dan dikeringkan dengan sinar matahari. Hasil penelitian
ini meningkatkan kecernaan bahan kering jerami dari 38 menjadi 49%. Jika
pemberiannya pada domba disertai 10% molasses dan 2% urea dalam ransum,
maka kecernaan ransum menjadi 54% (Kartasudjana,2001).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

9
Jerami Padi merupakan salah satu pakan alternatif yang paling banyak dipakai
untuk memenuhi kekurangan hijauan pakan ternak, komponen terbesar penyusun
jerami padi adalah selulosa, hemiselulosa, lignin (10-25 %) dan zat lain penyusun
jerami padi. Pengolahan jerami padi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu fermentasi
jerami, Amoniasi jerami dan Hidrolisis jerami.

3.2 Saran

Dari makalah ini penulis harapkan para pembaca mampu mengolah limbah
pertanian dan memanfaatkannya baik untuk ternak maupun bercocok tanam, demi
mencegah dampak yang ditimbulkan dari limbah pertanian tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2010. Fermentasi Jerami untuk Pakan Sapi.BPPT Sumatera Barat:Padang.

10
Agustinus. 2011.Jerami Padi Fermentasi Sebagai Pakan Ternak
Sapi.http://epetani.deptan.go.id/budidaya/jerami-padi-fermentasi-sebagi pakan-
ternak-sapi-1779. [Rabu, 14 Oktober 2015].

Awaluddin.2010. Sistem Integrasi Padi-Ternak. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian


(BPTP) Sulawesi Selatan:Makassar.

Devendra C,.1975. The Utilization of rice straw by sheep.1.Optimal level in the diet.
Malays.Agric. J., 51 : 280-290.

Ensminger,M.E,.1990. Animal Science. 8th Ed. Interstate Publisher, Inc. Dannville.

Hanafi, N.D,. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. Departemen Peternakan


Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara. Medan.

Herdoni.2011. Pengolahan Limbah Pertanian Untuk Pakan Ternak.


http://www.herdoniwahyono.com/2011/07/pengolahan-limbah-pertanian- untuk-
pakan.html. (Jumat,16 Oktober 2015).

Johan P,.2010.Jerami Fermentasi Sebagai Pakan Alternatif Bagi Ternak Sapi pada
Musim Kemarau. Uhamka Press:Jakarta.

Karimi, K., G. Emtiazi, dan M.J. Taherzadeh.(2006). Ethanol Production from Dilute-
Acid Pretreated Rice Straw by Simultaneous Saccharification and Fermentation
with Mucor indicus, Rhizopus oryzae, and Saccharomyces cerevisiae. Enzyme
and Microbial Technology 40 138–144.

Kartasudjana, D,. 2001. Mengawetkan Hijauan Pakan Ternak. Modul Keahlian


Budidaya Ternak.Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.

Komar, A.1984. Teknologi Pengolahan Jerami Padi Sebagai Bahan Makanan


Ternak.Dian Grakita: Jakarta.

Nista, D. 2007. Teknologi Pengolahan Pakan fermentasi jerami, amoniasi jerami,


silage, hay. UMB Press: Bandung.

Parakkasi, A.1999.Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminant. UI Press:Jakarta.

11
Saha B.C,.2004.Dilute acid Pretreatment,Enzymatic Saccharification and Fermentation
of Rice Hulls to Etanol.Biotecnol.Prog.21(3),816-822.

Saribuang.2000.Pemanfaatan Probiotik dalam Fermentasi Jerami Sebagai Pakan Sapi


Bali Di Musim Kemarau.Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian
Gowa-Gowa:Maluku.

Yunilas, Ir. 2009. Bioteknologi Jerami Padi Melalui Fermentasi Sebagai Bahan Pakan
Ternak Ruminansia. Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara: Medan.

12

Anda mungkin juga menyukai