Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
B. LANDASAN PSIKOLOGIS
Pendidikan tentang denngan perilaku manusia. Proses pendidikan terjadi interaksi antara
peserta didik dan lingkungannya, baik lingkungan yang bersifat fisik maupun linggkungan
sosial. Melalui pendidikan diharapkan adanya perubahan perilaku peserta didik menuju
kedewasaan, baik fisik, mental / intelektual, moral, maupun sosial.
Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan/program pendidikan sudah pasti
berkenaan dengan proses perubahan pperilaku peserta didik. Melalui kurikulum diharapkan
dapat terbentuk kerangka waktu yang baru berupa kemampuan-kemampuan yang aktual dan
potensi dari para peserta didik serta kemampuan-kemampuan baru yang siap dalam waktu yang
relatif lama.
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, sedangkan Kurikulum
adalah upaya menentukan pendidikan untuk mengubah perilaku manusia. Sedangkan siswa
adalah individu yang sedang berada dalam proses perkembangan, seperti perkembangan fisik /
jasmani, intelektual, sosial, emosional, dan moral.
Ada dua cabang psikologis yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum, yaitu
psikologis perkembangan (developmental psychology) dan psikologi belajar (learning
psychology).
1. Psikologi perkembangan penting terutama dalam menentukan isi/materi kurikulum yang
diiberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalaman isi/materi/bahan ajar sesuai
dengan taraf perkembangan siswa.
2. Psikologi belajar berkenaan atau memberikan sumbangan bagi kurikulum dalam hal
bagaimana kurikulum itu di sampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa
mempelajarinya.
Kedua hal di atas sangat penting perannya dalam rangka menggembangkan kurikulum,
sehingga kedua hal tersebut menjadi landasan dalam menggembangkan kurikulum. Ada dua
bagian;
I. Kurikulum dan teori perkembangan siswa
JJ Roesseau berpendapat bahwa segala sesuatu itua adalah baik di tangan Tuhan, tetapi
menjadi rusak karena tangan manusia. Pendidikan itu harus menghormati anak sebagai
makhluk yang memiliki potensi alamiah. Ia yakin bahwa anak haruus belajar dari
pengalaman langsung. Dalam hal ini, intervensi atau campur tangan pendidikan tidak
terlalu mendominasi. Implikasi terhadap perkembangan kurikulum di sekolah, yaitu
sebagai berikut.
a. Kurikulum memuat isi materi pelajaran baik yang sifatnya umum atau inti
maupun yang dapat dipilih sesuai dengan minat dan bakat siswa, juga sifat
akademiknya atau ketrampilan.
b. Kurikulum memuat tujuan-tujuan yang mengandung pengetahuan, nilai / sikap,
dan ketrampilan yang menggambarkan keseluruhan pribadi yang utuh.
II. Kurikulum dan Teori Belajar
Belajar dapat diartikan sebagai perubahan perilaku yang terjadi melalui
pengalaman. Segala perubahan perilaku baik pada ranah kongnitif (pengetahuan), afektif (sikap),
maupun psikomotor (ketrampilan) yang terjadi karena proses pengalaman, dapat dikategorikan
sebagai hasil perilaku belajar. Psikologi/teori belajar dapat dikelompokkan kedalam tiga rumpun,
yaitu:
a. Teori Disiplin Mental atau Teori Daya (teori fakultas)
Anak/individu telah memiliki potensi-potensi atau daya-daya tertentu (fakultas)
yang masing-masing memiliki fungsi tertentu, seperti potensi / daya mengingat,
daya berfikir, daya mencurahkan pendapat, daya simpan, daya memecahkan
masalah, dan daya-daya lainnya. Daya-daya ini dapt meningkatkan agar dapat
berfungsi dengan baik.
b. Teori Behaviourisme
Teori ini berangkat dari asumsi bahwa individu tidak membawa potensi sejak
lahir. Perkembangan indiividu ditentukan oleh lingkungan (keluarga, sekolah, dan
masyarakat). Rumpun teori ini tidak mengakui sesuatu yang sifatnya
mental. Perkembangan anak-anak hal-hal nyata yang dapat dilihat dan diamati.
Teori rumpun ini mencakup tiga (3) teori, yaitu:
a. Teori Koneksionisme/Teori Asosiasi
Adalah teori yang paling awal dari rumpun behaviourisme. Menurut teori ini kehidupan
tunduk kepada hukum stimulus-respons atau aksi-reaksi. Belajar pada nyata merupkan
hubungan antara stimulus dan respon atau aksi-reaksi. Belajar pada cara bijaksana untuk
membentuk hubungan stimulus-respons sebanyak-banyaknya.
b. Teori Kondisioning
c. Teori Penguatan (penguatan/pengkondisian operan)
d. Teori Organismik atau Congnitive Gestalt Fiel.
Teori ini memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Belajar adalah Kepribadian.
2. Belajar berkat pemahaman.
3. Belajar berdasarkan pengalaman.
4. Belajar itu adalah suatu proses pembelajaran.
5. Belajar adalah proses kontinu.
6. Belajarlah dengan minat, perhatian, dan kebutuhan siswa.
C. LANDASAN SOSIOLOGI
Landasan ini berkaitan dengan pentingnya mempertimbangkan aspek perkembangan
masyarakat dan kebudayaan dalam mengembangkan kurikulum satuan pendidikan.pendidikan
sselalu mengandung norma-norma dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Keberhasilan
pendidikan oleh lingkungan kehidupan masyarakat dengan segala kekayaan dan kekayaan
budayanya yang menjadi dasar dan acuan bagi pendidikan dan kurikulum.
D. LANDASAN TEKNOLOGIS
Landasan ini mengarahkan kajian mengenai kurikulum yang perkembangannya dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) yang secara langsung akan
menjadi isi / materi kurikulum dan cara penyampaiannya.
PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang
umum tentang proses pengembangan kurikulum. Proses pengembangan kurikulum itu sendiri,
berkenaan dengan pengembangan kurikulum yang sifatnya sama sekali baru (konstruksi
kurikulum) maupun berupa penyempurnaan atau perbaikan kurikulum yang telah atau sedang
dilaksanakan saat ini (perbaikan kurikulum). Dalam penggembangan kurikulum terdapat sudut
pandang pendekatan yaitu dari sudut pandang kebijakan kurikulum, pengorganisasian isi
kurikulum, dan penyusunan kurikulum.
A. PENDEKATAN DARI SUDUT PANDANG KEBIJAKAN PENGEMBANGAN
KURIKULUM
Ada dua pendekatan yang dapat diterapkan dalam ppengembangan kurikulum dari sudut
pandang kebijakan, yaitu:
1. Pendekatan Administratif (pendekatan administratif)
Pendekatan pengembangan kurikulum dengan menggunakan sistem komando dari atas ke
bawah. Pendekatan ini disebut pendekatan top-down karena pengembangan kurikulum
muncul atas inisiatif dan gagasan para pemegang kebijakan kebijakan atau administrratif.
2. Pendekatan Akar Rumput (pendekatan akar rumput)
Pendekatan pengembangan kurikulum yang diawali dengan inisiatif dari bawah (guru dan
sekolah) selanjutnya disebarluaskan pada tingkat yang lebih luas. Ini sering disebut juga
pendekatan pengembangankurikulum dari bawah ke atas (bottom-up) atau pendekatan
pendekatan akar rumput (grassroots).
B. PENDEKATAN DARI SUDUT PANDANG PENGORGANISASIAN ISI
KURIKULUM
Ada tiga pendekatan yang dapat diterapkan dalam ppengembangan kurikulum dari sudut
pandang pengorganisasian Kurikulum, yaitu:
1. Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran (subjek)
Pendekatan ini bertitik tolak pada mata pelajaran sebagi suatu disiplin ilmu yang terpisah
antara satu dengan lainnya.
2. Pendekatan Interdisipliner
Pendekatan ini berawal dari masalah-masalah sosial yang ada dalam kehidupan nyata
yang tidak dapat ditinjau hanya dari satu segi/aspek saja.
3. Pendekatan Terpadu (terintegrasi)
Ini bertitiktolak dari suatu keseluruhan atau suatu kesatuan yang kesatuan dan
berstruktur, dimana kurikulum pendekatan disusun sedemikian rupa agar mampu
mengembangkan pribadi yang utuh. Pendekatan pembelajaran tematik merupakan penerapan dari
pendekatan ini.
C. PENDEKATAN DARI SUDUT PANDANG ORIENTASI PENYUSUNAN
KURIKULUM
Pendekatan penggembangan kurikulum dalam sudut pandang ini pada umumnya dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Pendekatan yang berorientasi pada tujuan
Penyusunan kurikulum berdasarkan pada tujuan-tujuan ppendidikan yang telah
dirumuskan secara jelas, mulai dari tujuan pendidikan nasional, tujuan satuan pendidikan
(tujuan institusional), tujuan mata pelajaran (tujuan kurikuler), sampai dengan tujuan
pembelajaran (tujuan instruksional).
Keuntungan dari pendekatan ini adalah:
Memberikan kejelasan bagi para penyusun kurikulum mengenai apa yang ingin
dicapai.
Memberikan arahan yang jelas dalam menentukan materi, strategi dan metode
pembelajaran, serta hasil pembelajaran yang dicapai.
Kelemahannya adalah kesulitan dalam merumuskann tujuan.
2. Pendekatan yang berorientasi pada bahan ajar
Penyusunan kurikulum berdasarkan atau sangat menitikberatkan pada bahan ajar/materi
pelajaran yang akan mengajar.
Keuntungan dari pendekatan ini adalah kebebasan dan keluwesan dalam memilih
dan menentukan bahan ajar karena tidak terikat oleh tujuan-tujuan tertentu.
Sedangkan kelemahannya adalah bahan pelajaran yang kurang jelas arah dan
ketakutan, serta tidak jelas pula dasar pemilihan dalam menentukan metode apa
yang akan digunakan
3. Pendekatan yang berorientasi pada kegiatan-kegiatan belajar-mengajar.
Pendidikan ini menitikberatkan pada cara siswa belajar, serta cara dan langkah-langkah
yang perlu dilakukan agar siswa menguasai ketrampilan untuk mendapatkan
pengetahuan.
Keuntungan dari penerapan pendekatan ini adalah sangat mementingkan
kebutuhan siswa.
Kelemahannya adalah sulit membuktikan ketercapaian hasil belajar yang
diharapkan.