Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE PADA TN. M


DIRUANG ROSELLA RSUD KARDINAH TEGAL
LP MINGGU KE 1

Disusun Oleh :
Nama : Inggit Rapika Gati
NIM : 200104037

PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2021

1
A. DEFINISI
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak,
progresif cepat, berupa defisit neurologis fokal, dan/atau global, yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan
semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik
(Mansjoer dkk, 2010).
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran
darah otak Penyakit atau keadaan yang menyebabkan atau memperparah
stroke disebut dengan faktor resiko stroke, antara lain hipertensi, penyakmit
jantung, diabetes mellitus, hiperlipidemia. Keadaan yang dapat menyebabkan
stroke adalah usia lanjut, obesitas, merokok, kurang olah raga, jenis kelamin
(pria), suku bangsa (negro/spanyol)
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah kebagian otak. Stroke atau penyakit serebrovaskuler
adalah gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau
terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak (Price & Wilson,
2010) .

B. ETIOLOGI
1. Infark otak (80 %)
a. Emboli
1) Emboli Kardiogenik ( Fibrilasi atrium dan aritmia lain, Trombus
mural dan ventrikel kiri, penyakit katup mitral atau aorta,
Endokarditis)
2) Emboli paradoksial
3) Emboli arkus aorta
b. Aterotrombotik (penyakit pembuluh darah sedang-besar)
1) Penyakit ekstra kranial ( Arteri karotis interna, Arteri vertebralis).
2) Penyakit intra kranial ( Arteri karotis interna, arteri serebri
interna, arteri basilaris, Lakuner)
2. Perdarahan intra serebral (15 %)

2
a. Hipertensi
b. Malformasi arteri-vena
c. Angiopati amiloid
3. Perdarahan sub arakhnoid (5 %)
4. Penyebab lain (dapat menimbulkan infark atau perdarahan)
a. Trombus sinus dura
b. Deseksi arteri karotis atau vertebralis
c. Vaskulitis sistem syaraf pusat
d. Penyakit oklusi arteri besar intra cranial yang progresif
e. Migren
f. Kondisi hiperkoagulasi
g. Penyalahgunaan obat
h. Kelainan hematologi (Anemia sel sabit, Polisistemia, leukemia)
i. Miksoma atrium (Mansjoer dkk, 2010).
C. MANIFESTASI KLINIS
1) Kehilangan motorik: disfungsi motorik yang paling umum adalah
hemiparese (kelemahan salah satu sisi tubuh) atau hemiplegia (paralisis
salah satu sisi).
2) Lumpuh pada salah satu sisi wajah “Bell’s Palsy”.
3) Tonus otot lemah atau kaku.
4) Gangguan sensori: menurun atau hilangnya rasa.
5) Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”.
6) Kehilangan komunikasi: gangguan bahasa dan komunikasi (Disatria:
kesulitan dalam membentuk kata; afasia atau disfasia: bicara
defeksif/kehilangan bicara; dan apraksia: ketidakmampuan untuk
melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya).
7) Gangguan persepsi: ketidakmampuan menginterpretasikan sensasi.
8) Gangguan status mental
9) Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis yang ditandai dengan
perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang
motivasi

3
D. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY
Etiologi
(makanan, merokok, hipertensi, lanjut usia

Kolesterol dan lemak Penumpukan nikotin Tahanan perifer Elastisitas pembuluh


meningkat di pembuluh darah di pembuluh darah meningkat darah menurun

Arteriosklerosis (penyempitan Aliran darah ke otak tersumbat


pembuluh darah)

Hipertensi/hipotensi Pembuluh darah


Aliran darah terganggu
tersumbat

Oklusi pembuluh darah


Hemisfer kiri shock (kolaps sirkulasi
vaskuler)

Pecah/bekuan darah
Penurunan fungsi motorik Kenaikan TIK

Kerusakan integritas kulit


Lobus parietalis Lobus Lobus Gangguan pergerakan
(sulit menyusun temporalis frontalis tubuh PTIK
kata) (rangsangan (hambat
bicara an
Perfusi jaringan turun
terganggu) gerak/lu
mpuh)
Hambata Resiko ketidakefektifan perfusi
n jaringan serebral
komunika
si verbal Hambatan Defisit perawatan diri
mobilitas fisik

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis didasarkan atas hasil:
1. Penemuan Klinis

4
a. Anamnesis
Terutama terjadinya keluhan/gejala defisit neurologik yang
mendadak.Tanpa trauma kepala, dan adanya faktor risiko stroke.

b. Pemeriksaan Fisik
Adanya defisit neurologik fokal, ditemukan faktor risiko
sepertihipertensi, kelainan jantung dan kelainan pembuluh darah
lainnya.
2. Pemeriksaan tambahan/Laboratorium
a. Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), sangat
membantudiagnosis dan membedakannya dengan perdarahan
terutama pada faseakut, memperlihatkan adanya edema , hematoma,
iskemia dan adanya infark.
b. Angiografi serebral (karotis atau vertebral) untuk
mendapatkangambaran yang jelas tentang pembuluh darah yang
terganggu, atau bila scan tak jelas,membantu menentukan penyebab
stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
c. Pemeriksaan likuor serebrospinalis, seringkali dapatmembantu
membedakan infark, perdarahan otak, baik perdarahanintraserebral
(PIS) maupun perdarahan subarakhnoid (PSA).
d. EEG dapat membantu dalam menentukan lokasi
e. Pungsi Lumbal. Menunjukan adanya tekanan normal, tekanan
meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya
perdarahan.
f. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
g. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena.
h. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal ( Doenges, 2000 ).
3. Pemeriksaan lain-lain
Pemeriksaan untuk menemukan faktor resiko, seperti: pemeriksaan
darahrutin (Hb, hematokrit, leukosit, eritrosit), hitung jenis dan bila

5
perlugambaran darah. Komponen kimia darah, gas, elektrolit,
Doppler,Elektrokardiografi (EKG).
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah
1) Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah
dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
2) Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu
diberikan oksigen sesuai kebutuhan
3) Tanda-tanda vital diusahakan stabil
4) Bed rest
5) Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6) Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
7) Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan
kateterisasi
8) Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari
penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik
9) Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang
dapat meningkatkan TIK
10) Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika
kesadaran menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang
NGT
11) Penatalaksanaan spesifik berupa:
 Stroke non hemoragik: asetosal, neuroprotektor, trombolisis,
antikoagulan, obat hemoragik
 Stroke hemoragik: mengobati penyebabnya, neuroprotektor,
tindakan pembedahan, menurunkan TIK yang tinggi

G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data umum

6
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3) Riwayat kesehatan keluarga saat ini
4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
c. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Denah rumah
3) Karakteristik tetangga dan komunitas RT
4) Mobilitas dan geogafis keluarga
5) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
6) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur peran
4) Nilai dan norma keluarga
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
2) Fungsi sosialisasi
3) Fungsi perawatan kesehatan
4) Fungsi reproduksi
5) Fungsi ekonomi
f. Stres dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek dan panjang
2) Kemampuan keluarga berespon tehadap situasi atau stressor
3) Strategi koping yang digunakan
g. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum dan pemeriksaan head to toe
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut brhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.

7
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan: intoleran aktivitas
c. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan: perubahan persepsi
d. Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan cerebral

8
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Dx Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1 Nyeri akut brhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Pain Management
peningkatan tekanan vaskuler 2 x pertemuan, keluarga dan klien dapat: 1. Kaji keluhan nyeri, lokasi, karakteristik,
serebral. 1. Pain Control onset/durasi, frekuensi, kualitas, dan
a. Keluarga dan klien mengenal faktor- beratnya nyeri.
faktor penyebab 2. Bantu klien mengambil posisi yang nyaman
b. Keluarga dan klien mengenal onset nyeri pada waktu tidur atau duduk di kursi.
c. Keluarga dan klien tahu tindakan Tingkatan istirahat di tempat tidur sesuai
pertolongan non farmakologi indikasi.
d. Keluarga dan klien melaporkan gejala- 3. Pantau penggunaan bantal.
gejala nyeri kepada tim kesehatan. 4. Dorong klien untuk sering mengubah
e. Nyeri terkontrol posisi.
2. Tingkat nyeri 5. Bantu klien untuk mandi hangat pada waktu
a. Melaporkan nyeri bangun tidur.
b. Frekuensi nyeri 6. Bantu klien untuk mengompres hangat pada
c. Lamanya episode nyeri sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari.
d. Ekspresi nyeri; wajah 7. Observasi respon ketidaknyamanan secara
e. Perubahan respirasi rate verbal dan non verbal.
f. Perubahan tekanan darah 8. Pastikan pasien menerima perawatan
g. Kehilangan nafsu makan analgetik dengan tepat.
9. Gunakan strategi komunikasi yang efektif
untuk mengetahui respon penerimaan
pasien terhadap nyeri.
10. Evaluasi keefektifan penggunaan
kontrol nyeri
11. Monitor perubahan nyeri baik aktual
maupun potensial.
12. Sediakan lingkungan yang nyaman.
13. Ajarkan penggunaan tehnik relaksasi
sebelum atau sesudah nyeri berlangsung
14. Tingkatkan istirahat yang adekuat untuk
meringankan nyeri.
2 Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitoring vital sign sebelm/sesudah
Definisi: keterbatasan pada 3x24 jam gangguan mobilitas fisik teratasi latihan dan lihat respon pasien saat latihan
pergerakan fisik tubuh atau satu dengan kriteria hasil: 2. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
atau lebih ekstremitas secara  Klien meningkat dalam aktivitas fisik 3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat
mandiri dan terarah.  Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas saat berjalan dan cegah terhadap cedera
Berhubungan dengan: intoleran  Memverbalisasikan perasaan dalam 4. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
aktivitas, ansietas, gangguan meningkatkan kekuatan dan kemampuan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
kognitif, kontraktur, nyeri, dan berpindah 5. Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi
lain-lain.  Memperagakan penggunaan alat Bantu dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.
Batasan karakteristik: dispnea untuk mobilisasi (walker) 6. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
setelah beraktivitas, pergerakan 7. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
gemetar, keterbatasan tentang teknik ambulasi
kemampuan untuk melakukan 8. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi
keterampilan motorik kasar dan dan berikan bantuan jika diperlukan
motorik halus, tremor akibat 9. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
pergerakan, dan lain-lain. rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
3 Hambatan komunikasi verbal Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Bantu keluarga dalam memahami
Definisi: penurunan, 3x24 jam, hambatan komunikasi verbal pasien pembicaraan pasien.
kelambatan, atau ketiadaan berkurang, dengan kriteria hasil: 2. Bicara pada pasien dengan lambat dan
kemampuan untuk menerima,  Pasien dapat berbicara dengan kata-kata dengan suara yang jelas
memproses, mengirim, dan atau yang jelas 3. Dengarkan pasien dengan baik.
menggunakan sistem simbol.  Pasien tidak pelo 4. Gunakan kata dan kalimat yang singkat
Berhubungan dengan:  Pasien dapat berkomunikasi dengan baik 5. Instruksikan pasien dan keluarga untuk
perubahan persepsi, perubahan menggunakan bantuan bicara
sistem saraf pusat, defek 6. Berikan reinforcement positif kepada pasien
anatomis, tumor otak, 7. Anjurkan pasien untuk mengulangi
penurunan sirkulasi ke otak, pembicaraanya jika belum jelas
hambatan fisik, kondisi 8. Gunakan interpreter jika perlu.
psikologis, kendala psikologis,
kelemahan sistem
muskuloskeletal, dan lain-lain.
Batasan karakteristik: tidak
dapat bicara, kesulitan
mengekspresikan pikiran secara
verbal (misalnya afasia, disfasia,
apraksia), kesulitan menyusun
kata-kata (misalnya disatria),
dispnea, pelo, sulit bicara, dan
lain-lain.
4 Resiko ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan asuhan selama 3x24jam 1. Monitor TTV
jaringan cerebral ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral 2. Monitor AGD, ukuran pupil, ketajaman,
Definisi: resiko penurunan teratasi dengan kriteria hasil: kesimetrisan dan reaksi
sirkulasi jaringan otak.  Tekanan systole dan diastole dalam rentang 3. Monitor adanya diplopia, pandangan kabur,
Faktor resiko: emboli, trauma yang diharapkan nyeri kepala
kepala, hipertensi, efek samping  Tidak ada ortostatikhipertensi 4. Monitor level kebingungan dan orientasi
terkait terapi, koagulopati,  Komunikasi jelas 5. Monitor tonus otot pergerakan
tumor otak, dan lain-lain  Menunjukkan konsentrasi dan orientasi 6. Monitor tekanan intrkranial dan respon
 Pupil seimbang dan reaktif nerologis
 Bebas dari aktivitas kejang 7. Catat perubahan pasien dalam merespon
stimulus
 Tidak mengalami nyeri kepala
8. Monitor status cairan
9. Pertahankan parameter hemodinamik
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga, Jakarta: EGC


Doenges, M. E. et al. (2002) Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman
Perencanaan Pendokumentasaian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Friedman, Marlyn M, Vicky R.B, Elaine G.J (2010). Keperawatan
Keluarga. Teori dan Praktek. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. (2010) Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aeusculapius.
Mosby. (2004). Nursing Interventions Classification (NIC). Amerika:
Elsevier.
Mosby. (2006). Nursing Outcome Classification (NOC). Amerika:
Elsevier.
Muttaqin, A. (2010). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Nanda Internasional. (2012) Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
Sarwono, S.W., Meinarno, E.A. (2010). Psikologi Sosial. Jakarta:
Salemba
Humanika.
Valentina, L. B. (2007) Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan Dan
Management Edisi 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai