Pelayanan Kesehatan Berorientasi Pada Pasien
Pelayanan Kesehatan Berorientasi Pada Pasien
Pelayanan kesehatanbermutu yang berorientasi pada kepuasan pelanggan atau pasien menjadi
strategi utama bagi organisasi pelayanan kesehatandi Indonesia, agar tetap eksis ditengah persaingan global
yang semakin kuat. Salah satu strategi yang paling tepat dalam mengantisipasi adanya persaingan
terbuka adalah melalui pendekatan mutu paripurna yang berorientasi pada proses pelayanan yangbermutu,
dan hasil mutu pelayanan kesehatan yang sesuai dengan keinginan pelanggan atau pasien (Wijono,1999).
Ada 4 konsep inti yang ada dalam konsep PCC (patient centered care) dalam PFCC
2012, Benchmarking Project, Executive Summary and Strategy Map yaitu : martabat dan respek,
berbagi informasi, partisipasi, dan kolaborasi.
Dalam aspek ini, sikap seorang tenaga kesehatan mendengarkan, peduli dan menghormati
pilihan pasien. Pengetahuan, nilai-nilai yang dianut, dan background budaya pasien ikut berperan
penting selama perawatan pasien dan mementukan outcome pelayanan kesehatan kepada pasien.
Kultur (kebudayaan) adalah determinan paling fundamental dari keinginan dan perilaku seseorang.
Seorang anak memperoleh serangkaian nilai, persepsi, preferensi dan perilaku melalui keluarganya
(Thamrin, 2012).
2. Berbagi Informasi
3. Partisipasi
Pasien dan keluarga dilibatkan dan di-support untuk ikut serta dalam perawatan dan
pembuatan keputusan (PFCC, 2012). Partisipasi adalah hal yang dapat mendorong peran serta
pasien dalam penyelenggaraan pelayanan keperawatan dengan memperhatikan aspirasi, dan
harapan pasien.
4. Kolaborasi
Tenaga kesehatan mengajak pasien dan keluarga pasien dalam membuat kebijaksanaan,
perencanaan dan pengembangan program, implementasi dan evaluasi program yang akan
didapatkan oleh pasien (Kusumaningrum, 2009)
Salah satu model desain dari patient centered care adalah planetree model yang mempunyai
konsep (Dewi, 2011):
1. Pasien memiliki hak untuk membuka dan komunikasi yang jujur dalam keperdulian dan kehangatan
lingkungannya.
2. Para pasien, keluarga dan staf professional mempunyai peran yang vital daam tim.
3. Pasien bukan unit yang diisolasikan namun anggota dari keluarga, komunitas dan sebuah budaya.
4. Pasien adalah seorang individu dengan hak, tanggungjawab dan pilihan tentang gaya hidup.
5. Sebuah lingkungan yang mendukung, ramah dan peduli adalah komponen penting yang memberikan
kesehatan berkualitas tinggi.
6. Lingkungan fisik sangat penting untuk proses penyembuhan dan harus dirancang untuk
mempromosikan penyembuhan dan pembelajaran, serta pasien dan keluarga berpartisipasi dalam
perawatan.
(UU no. 44 Tahun 2009 : UU tentang Rumah Sakit pasal 31 dan 32)
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional;
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan
materi;
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit;
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat
Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya;
10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis,
alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan
yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan
terhadap penyakit yang dideritanya;
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak
mengganggu pasien lainnya;
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit;
15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya;
17. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan
yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana; dan
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media
cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kewajiban
1. Setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap Rumah Sakit atas pelayanan yang diterimanya.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pasien diatur dengan Peraturan Menteri.
1.4 Pemberdayaan Pasien
1. Kategori pasien
Selama pasien sakit akut, semua perhatian dan tenaga pasien serta petugas kesehatan dipusatkan
pada upaya untuk menyelamatkan pasien dari ancaman maut dan dari penderitaan.
Pada saat pasien sudah memasuki masa penyembuhan, umumnya ia sangat ingin mengetahui seluk-
beluk tentang penyakitnya. Walaupun tidak tertutup kemungkinan adanya pasien yang acuh-tak
acuh karena mereka sudah terbebas dari penya-kitnya. Bagi pasien yang seperti ini,
Adapun pasien dengan penyakit kronis dapat menunjukkan reaksi yang berbeda-beda seperti
misalnya agresif, apatis, atau menarik diri.
5) Memberi penjelasan (penyuluhan) kepada orang lain agar tidak terserang oleh penyakit yang sedang
dideritanya.
b. Mengembangkan pengertian dan sikap tentang peman-faatan sarana kesehatan secara benar (sesuai
dengan kaidah rujukan). Yaitu jika sakit sebaiknya tidak lang-sung ke Rumah Sakit, melainkan ke
Puskesmas terdekat terlebih dulu. Selanjutnya, Puskesmaslah yang akan menentukan apakah ia
perlu dikirim ke Rumah Sakit atau tidak.
1.5 Case management
1. Pengertian
1. Acute care case management (unit based, disease based, continuity of care, primary nursing) – Di
Indonesia
3. Disease management
Adapun lingkup dari case management berdasarkan KARS (2012) yaitu:
Inti konsep PFP terdiri dari 4 elemen : Martabat dan Respek, Berbagi informasi, Partisipasi,
Kolaborasi/kerjasama.
b. Tujuan
c. Hubungan Profesional
e. Kelompok Pasien
MPP melakukan skrining pasien, kelompok : anak-anak, usia lanjut, dan yang dengan penyakit
kronis.
g. Tanggung jawab
Rumah sakit harus memiliki sistem yang baik dalam menangani komplain yang ada. Harus terdapat
kebijakan yang menaungi proses merespon komplain ini yang kemudian pelaksanaannya akan nyata
dalam bentuk Standar Prosedur Operasional (SPO).
3. Respon Tertulis