Anda di halaman 1dari 7

p-ISSN.

2355-0813
e-ISSN. 2579-4078

PENGARUH PENGGUNAAN PETA KONSEP TERHADAP


HASIL BELAJAR IPA DITINJAU DARI
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

(CONCEPT MAP EFFECT ON STUDENTS SCIENCE ACHIEVEMENT


BASED ON CRITICAL THINKING SKILL)

Raisah Mardhiyati Labibah dan Tias Ernawati


Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan1)
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
E-mail: zahratun.raisah@gmail.com
Tias.ernawati@gmail.com

ABSTRACT

This study descriptively aims to determine the tendency of science learning achievement and the
critical thinking skill of students who were thought using concept maps and direct instruction
models. Comparatively to know the difference of science learning VII grade students of SMP
Negeri 12 Yogyakarta were learned using concept map and direct instruction achievement model
viewed from critical thinking skill. The research is a quasi experiment. The data were collected by
documentation, test, and questionnaire. Comparatively, there is a significant difference of science
learning achievement between learning using concept maps and direct instruction model. The
average score of science learning achievement and critical thinking skills using concept maps is
higher than the direct instruction model, so there is an effect of using concept maps on science
learning achievement based on students critical thinking skills VII grade students of SMP Negeri
12 Yogyakarta.

Keywords: concept map, direct instruction, learning achievements, critical thinking skill.

PENDAHULUAN dengan ruang lingkup keterpaduan materinya


antara lain: fisika, biologi, kimia, dan bumi
Pendidikan merupakan aspek penting antariksa. IPA memiliki peran penting dalam
bagi perkembangan sumber daya manusia, kehidupan manusia karena konsepnya
sebab pendidikan merupakan wahana atau salah berkesinambungan dengan aktivitas atau gejala
satu instrumen yang digunakan bukan saja lingkungan sekitar. Tujuan pembelajaran IPA
untuk membebaskan manusia dari di SMP agar siswa mampu berpikir logis, kritis,
keterbelakangan, melainkan juga dari kreatif, dan mampu memecahkan permasalahan
kebodohan dan kemiskinan. Pendidikan yang berkaitan dengan gejala alam. Sebagian
diyakini mampu menanamkan kapasitas baru besar siswa SMP Negeri 12 Yogyakarta
bagi semua orang untuk mempelajari menganggap bahwa mata pelajaran IPA sulit
pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dipahami karena cakupan materinya yang luas,
dapat diperoleh manusia produktif. Di sisi lain, menghubungkan konsep-konsep materi rumit,
pendidikan dipercayai sebagai wahana dan banyak rumus yang harus dihafalkan. Oleh
perluasan akses dan mobilitas sosial dalam karena itu, guru perlu mengembangkan model
masyarakat baik secara horizontal maupun atau strategi pembelajaran IPA yang efektif dan
vertikal. efisien. Berdasarkan observasi yang dilakukan
Menurut Badan Standar Nasional di SMP Negeri 12 Yogyakarta proses
Pendidikan (2006: 2-3) mata pelajaran Ilmu pembelajaran IPA kurang mendorong siswa
Pengetahuan Alam (IPA) bersifat komplek menjadi aktif, inovatif, dan kreatif.

NATURAL: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN IPA, Volume 4 No 2 bulan September 2017

19
p-ISSN. 2355-0813
e-ISSN. 2579-4078

Strategi pembelajaran yang digunakan memicu ingatan dengan mudah. Pembelajaran


guru masih konvensional, yakni kurang menggunakan peta konsep ini diharapkan dapat
mendorong siswa untuk berinteraksi sesama membantu siswa dalam memahami atau
siswa, bertanya, mengemukakan pendapat dan mengaitkan konsep-konsep dalam suatu materi
mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya yang dipelajari, sehingga dapat meningkatkan
dalam memecahkan masalah. Guru cenderung kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar
lebih banyak memberikan penjelasan materi siswa. Menurut Muratni, dkk (2013) dalam
sebagai sumber utama pengetahuan, sehingga penelitiannya menyimpulkan bahwa Penerapan
siswa kurang terlatih berpikir kritis dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi
menemukan atau mengakaitkan konsep materi. pembelajaran peta konsep pada materi ikatan
Aktivitas siswa dalam kegiatan belajar lebih kimia dapat meningkatkan hasil belajar siswa di
banyak mendengarkan informasi, mencatat kelas X2 SMA Negeri I Telaga. Rahayu (2012)
yang dituliskan guru dipapan tulis. Hal ini menyimpulkan bahwa penerapan siklus belajar
mengakibatkan siswa kurang memahami materi 5E (learning cycle 5E) disertai peta konsep
yang disampaikan sehingga memperoleh hasil dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil
belajar yang rendah atau belum mencapai batas belajar siswa pada materi pokok kelarutan dan
nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) hasil kali kelarutan di SMAN 1 Kartasura.
yang ditentukan. Perolehan nilai rata-rata akhir Sedangkan menurut Rofiqoh dan Mara Harahap
semester untuk mata pelajaran IPA kelas VII (2012) menyatakan bahwa Model pembelajaran
SMP Negeri 12 Yogyakarta adalah 58,74 advance organizer berbasis peta konsep lebih
sehingga belum mencapai batas nilai KKM baik dalam meningkatkan hasil belajar Fisika
yang ditetapkan sebesar 76. siswa daripada model pembelajaran advance
Berdasarkan latar belakang tersebut organizer tanpa berbasis peta konsep. Dalam
maka perlu dilakukan penelitian dengan judul prakteknya, ada beberapa langkah yang harus
“Pengaruh Penggunaan Peta Konsep Terhadap dilakukan oleh seseorang yang akan membuat
Hasil Belajar IPA Ditinjau Dari Keterampilan peta konsep. Hal ini dilakukan agar peta konsep
Berpikir Kritis Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 tersusun secara sistematis dan jelas. Langkah-
Yogyakarta Tahun Pelajaran 2016/2017”. langkah dalam membuat peta konsep, yaitu: a)
Mempelajari suatu bacaan dari buku sumber, b)
LANDASAN TEORI Menentukan konsep-konsep yang relevan, c)
Mengurutkan konsep-konsep yang terdapat
Mengatasi segala permasalahan tersebut dalam bacaan secara hierarkis, mulai dari
maka perlu adanya strategi pembelajaran yang konsep paling inklusif sampai konsep paling
dapat mengembangkan pembelajaran dan khusus, d) Menyusun konsep-konsep yang
meningkatkan hasil belajar dengan sudah diurutkan dalam kertas dengan cara
menekankan pada kemampuan berpikir kritis menempatkan konsep paling inklusif pada
siswa. Salah satu cara untuk mempermudah bagian paling atas, e) Menghubungkan konsep
siswa dalam memahami konsep-konsep yang dengan kata penghubung (Dahar, 2011: 109).
terdapat dalam mata pelajaran IPA adalah Menurut Johnson (2006: 183) berpikir
dengan menggunakan peta konsep. Peta konsep kritis adalah kemampuan untuk berpendapat
menyediakan bantuan visual konkret untuk dengan cara yang terorganisasi, kemampuan
membantu pengorganisasian informasi sebelum untuk mengevaluasi secara sistematis bobot
informasi tersebut dipelajari. Peta konsep pendapat pribadi dan pendapat orang lain.
menggunakan pengingat visual dan sensorik Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang
dalam suatu pola dari suatu ide yang berkaitan, terarah dan jelas yang digunakan dalam
seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, kegiatan mental seperti: memecahkan masalah,
mengorganisasikan dan merencanakan mengambil keputusan, membujuk,
(Trianto, 2010: 239). Peta konsep menurut menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian
Vanides (2005: 28) menyatakan bahwa peta ilmiah.
konsep merupakan representasi hubungan
antara satu konsep dengan konsep lainnya. Peta METODE PENELITIAN
ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal dan

NATURAL: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN IPA, Volume 4 No 2 bulan September 2017

20
p-ISSN. 2355-0813
e-ISSN. 2579-4078

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Data dalam penelitian ini diperoleh dari
Negeri 12 Yogyakarta pada bulan Maret sampai data yang berupa hasil belajar IPA siswa kelas
bulan Juli 2017. Jenis penelitian ini termasuk VII di SMP Negeri 12 Yogyakarta tahun
jenis penelitian deskriptif komparatif yang pelajaran 2016/2017. Dari hasil analisis butir
bersifat quasi eksperimen. Teknik soal dengan ketentuan rxy dengan p ≤ 0,05 maka
pengumpulan data yang dilakukan pada butir soal valid. Berdasarkan hasil uji validitas
penelitian ini adalah Teknik Dokumentasi, 30 butir soal tes hasil belajar IPA, diperoleh 26
Angket, dan Tes. sedangkan Instrumen dalam soal valid/sahih dan 4 soal gugur. Dari hasil
penelitian ini yaitu: dokumentasi, angket, dan analisis uji reliabilitas instrumen didapatkan
tes. Uji coba instrumen yang digunakan dalam koefisien reliabilitas instrumen hasil belajar r11
penelitian ini adalah uji validitas dan uji = 0,829 dengan p = 0,000 pada taraf signifikan
reliabilitas. 5%. Maka dapat disimpulkan soal tes tersebut
Untuk menguji hipotesis digunakan uji reliabel dengan kriteria sangat tinggi dan
Anakova. Sebelum data diperoleh dan koefisien reliabilitas instrumen angket
dianalisis,maka perlu dilakukan uji prasyarat kemampuan berpikir kritis siswa r11 = 0,921
analisis yaitu uji normalitas sebaran, uji dengan p = 0,000 pada taraf signifikan 5%.
homogenitas varian dan uji linieritas hubungan. Maka dapat disimpulkan angket tersebut
Uji normalitas dilakukan untuk menghitung 𝜒 2 reliabel.
(Chi-Kuadrat) dengan rumus sebagai berikut
(Arikunto, 2013: 360). Untuk mengetahui hasil belajar IPA yang
(𝑓0 −𝑓ℎ )2 menggunakan peta konsep dan model
𝜒2 = ∑ 𝑓ℎ
(1) pembelajaran langsung dilakukan tes hasil
2 belajar IPA dan diperoleh maksimal ideal 26 x
Dengan kriteria jika 𝜒 hitung dengan p ≥
0,05 maka data berdistribusi normal. Uji 1 = 26 dan skor minimal 26 x 0 = 0. Perolehan
homogenitas varian menggunakan uji Fisher skor maksimal dan minimal ditunjukkan pada
(Sugiyono, 2010: 276) dengan rumus sebagai Tabel 1.
berikut. Tabel 1. Kriteria kurva normal
varian besar Kategori
F = varian kecil (2) Kriteria Kurva Normal
Dengan kriteria jika F hitung dengan p ≥ 19,51 ≤ 𝑋̅ ≤ 26,00 Sangat Tinggi
0,05 berarti varians kedua kelompok homogen.
Pada uji linieritas yang diharapkan adalah harga 15,17 ≤ 𝑋̅ < 19,5 Tinggi
F empirik yang lebih kecil daripada F teoritik,
yaitu yang berarti bahwa dalam distribusi data 10,83 ≤ 𝑋̅ < 15,17 Sedang
yang diteliti memiliki bentuk yang linier, dan
6,49 ≤ 𝑋̅ < 10,83 Rendah
apabila F empirik lebih besar daripada F
teoritiknya maka berarti distribusi data yang 0,00 ≤ 𝑋̅ < 6,49 Sangat Rendah
diteliti tidak linier.
RJKT Kelompok siswa dengan pembelajaran
F = RJK C (3)
E menggunakan peta konsep diperoleh data tes
Setelah uji prasyarat analisis terpenuhi hasil belajar IPA disajikan pada Tabel 2.
maka uji hipotesis yang digunakan adalah Uji Tabel 2. Data hasil belajar kelas eksperimen
Anakova, dengan Melakukan uji signifikan jika
F hitung dengan p ≤ 0,05 atau p ≤ 0,01 maka Kelas Eksperimen Nilai
hipotesis diterima. Asumsi yang harus dipenuhi Skor Tertinggi 26
dalam anakova adalah 1) data berdistribusi
normal; 2) varians dalam kelompok homogen; Skor Terendah 16
3) bentuk regresi linier; 4) koefisien arah regresi Rerata 22,88
tidak sama dengan nol; dan 5) koefisien arah
regresi homogen. Simpangan Baku 3,09

HASIL DAN PEMBAHASAN Pada tabel di atas kelompok ini berada


pada interval 19,51 ≤ 𝑋̅ ≤ 26,00 sehingga dapat

NATURAL: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN IPA, Volume 4 No 2 bulan September 2017

21
p-ISSN. 2355-0813
e-ISSN. 2579-4078

disimpulkan bahwa hasil belajarnya termasuk yang ditinjau dari kemampuan berpikir kritis
dalam kategori sangat tinggi. Sedangkan siswa diperoleh data sebagai berikut:
kelompok siswa yang pembelajarannya Tabel 6. Data kemampuan berpikir kritis kelas
menggunakan model pembelajaran langsung kontrol
diperoleh data tes hasil belajar IPA disajikan Kelas Kontrol Nilai
pada Tabel 3.
Tabel 3. Data hasil belajar kelas kontrol Skor Tertinggi 84,00
Skor Terendah 43,00
Kelas Kontrol Nilai Rerata 58,48
Skor Tertinggi 25 Simpangan Baku 9,51
Skor Terendah 11 Pada tabel di atas kelompok ini berada
pada interval 56,23 ≤ 𝑋 ̅ < 68,76 sehingga
Rerata 18,10
Simpangan Baku 3,83 dapat disimpulkan bahwa hasil belajarnya
Pada tabel di atas kelompok ini berada termasuk dalam kategori sedang. Maka dapat
pada interval 15,17 ≤ 𝑋̅ < 19,51 sehingga dapat disimpulkan bahwa kecenderungan hasil
disimpulkan bahwa hasil belajarnya termasuk belajar IPA siswa ditinjau dari kemampuan
dalam kategori tinggi. berpikir kritis termasuk kriteria tinggi.
Untuk mengetahui kemampuan berpikir Sebelum data dianalisis, data dari hasil
kritis siswa data diperoleh dengan posttest kelompok eksperimen dan kontrol yang
menggunakan skala yang berisi 25 butir angket. ditinjau dari kemampuan berpikir kritis
Dari 25 butir angket terdapat 25 butir angket dilakukan uji prasyarat analisis. Hal ini
yang sahih sehingga didapat hasil perhitungan dimaksudkan untuk mengetahui apakah data
skor maksimal ideal 25 x 4 = 100 dan skor yang terkumpul memenuhi syarat untuk
minimal ideal 25 x 1 = 25. Berdasarkan skor dianalisis atau tidak. Uji prasyarat analisis yaitu
maksimal dan minimal diperoleh hasil sebagaoi uji normalitas sebaran dengan 𝜒 2 (Chi-
berikut. Kuadrat). Hasil perhitungan uji normalitas
Tabel 4. Kriteria kurva normal sebaran disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Rangkuman hasil uji normalitas
Kriteria Angket Ketera
Kategori Kelompok db 2
𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 P
80,87 ≤ 𝑋̅ ≤ 100,00 Sangat Tinggi ngan
68,76 ≤ 𝑋̅ < 80,87 Tinggi Penggunaan 5 9,473 0,09 Normal
Peta Konsep 2
56,23 ≤ 𝑋̅ < 68,76 Sedang
Model 9 2,590 0,97 Normal
43,71 ≤ 𝑋̅ < 56,23 Rendah
Pembelajaran 8
25,00 ≤ 𝑋̅ < 43,71 Sangat Rendah
Langsung
Kelompok siswa yang pembelajarannya Kemampuan 9 8,220 0,51 Normal
menggunakan peta konsep yang ditinjau dari Berpikir Kritis 2
kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh data Siswa
sebagai berikut. menggunakan
Tabel 5. Data kemampuan berpikir kritis siswa Peta Konsep
kelas eksperimen Kemampuan 9 7,380 0,59 Normal
Berpikir Kritis 8
Kelas Eksperimen Nilai Siswa
Skor Tertinggi 100,00 menggunakan
Skor Terendah 58,00 Model
Rerata 71,71 Pembelajaran
Simpangan Baku 8,66 Langsung
Pada tabel di atas kelompok ini berada Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan
pada interval 68,76 ≤ 𝑥 ̅ < 80,87 sehingga bahwa p ≥ 0,05 maka sebaran berdistribusi
dapat disimpulkan bahwa hasil belajarnya normal. Analisis homogenitas varian
termasuk dalam kategori tinggi. menggunakan uji-F untuk mengetahui apakah
Sedangkan kelompok siswa yang kedua kelompok memiliki varian yang sama
menggunakan model pembelajaran langsung atau tidak. Hasil dari uji-F diperoleh data
seperti pada Tabel 8.

NATURAL: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN IPA, Volume 4 No 2 bulan September 2017

22
p-ISSN. 2355-0813
e-ISSN. 2579-4078

Penggunaan 1 11, 0, Sangat


Peta Konsep 123 00 Signifi
Tabel 8. Data perhitungan homogenitas varian dan 2 kan
Vari Fhitu Keter Pembelajaran
Kelompok N P Langsung
an ng angan
Penggunaan 34 9,56 Terhadap
Peta Konsep 1 Hasil Belajar
Hom IPA Ditinjau
Kemampuan 34 75,0 1,53 0,11
ogen dari
Berpikir 02 6 5
Kritis Siswa Kemampuan
Berpikir Kritis
Model 31 14,6 1,20 0,30
Pembelajara 90 7 2 Siswa
n Langsung Hom Berdasarkan tabel di atas diperoleh Fhitung
Kemampuan 31 90,5 ogen = 11,123 dengan p = 0,002. Karena Fhitung
Berpikir 25 dengan p ≤ 0,01 maka hipotesis dapat diterima
Kritis Siswa dan sangat signifikan. Berdasarkan analisis
Berdasarkan tabel tersebut di atas tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya
diperoleh untuk kelas eksperimen Fhitung = perbedaan yang sangat signifikan antara antara
1,536 dengan p = 0,115 dan pada kelas kontrol pembelajaran yang menggunakan Peta Konsep
Fhitung = 1,207 dengan p = 0,302. Karena p ≥ dengan Model Pembelajaran Langsung ditinjau
0,05 maka varian kedua kelompok homogen. dari Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Hasil
Pada uji linieritas yang diharapkan adalah harga belajar menggunakan peta konsep yang ditinjau
F empirik yang lebih kecil daripada F teoritik. dari kemampuan berpikir kritis siswa lebih baik
Hasil uji linieritas disajikan pada Tabel 9. daripada model pembelajaran langsung.
Tabel 9. Data hasil perhitungan linieritas Hasil penelitian secara deskriptif yaitu
Keterangan kecenderungan hasil belajar IPA yang
Kelompok Fhitung P
pembelajarannya menggunakan peta konsep
Penggunaan 2,072 0,151 Linier termasuk sangat tinggi. Hal ini disebabkan
Peta Konsep karena penggunaan peta konsep ini dapat
dan meningkatkan keaktifan dan kreatifitas berpikir
Pembelajaran
kritis siswa. Penggunaan peta konsep ini dapat
Langsung
Terhadap
meningkatkan pemahaman siswa karena peta
Hasil Belajar konsep merupakan cara belajar yang
IPA Ditinjau mengembangkan proses belajar bermakna,
dari dapat meningkatkan keaktifan dan kreatifitas
Kemampuan berpikir kritis siswa, sebagai sarana untuk
Berpikir Kritis membiasakan otak berfikir terkonsep dalam
Siswa segala hal. Oleh karena itu, proses
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh pembelajaran siswa tidak hanya berpusat pada
Fhitung = 2,072 dengan p = 0,151 karena p ≥ guru namun, siswa dapat mengembangkan
0,05 maka hasilnya linier. konsep yang lebih bermakna dengan
Dalam pengujian hipotesis digunakan kemampuan berpikir kritisnya sehingga dapat
rumus analisis kovariat (anacova) satu jalur. meningkatkan hasil belajarnya.
Dari hasil perhitungan data pengujian hipotesis Kecenderungan hasil belajar IPA yang
tersebut dirangkum dalam tabel sebagai berikut. pembelajarannya menggunakan Model
Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
termasuk kriteria tinggi. Hal ini disebabkan
karena proses belajar Model Pembelajaran
Langsung (Direct Instruction) menjadi guru
Tabel 10. Hasil Uji Anacova sebagai pusat pembelajaran (teacher centered)
Kelompok Db Fhitung P
keteran sehingga kurang menumbuhkan motivasi, rasa
gan keingintahuan siswa, dan kemampuan berpikir
kritis siswa dalam memperoleh pengetahuan.

NATURAL: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN IPA, Volume 4 No 2 bulan September 2017

23
p-ISSN. 2355-0813
e-ISSN. 2579-4078

Pada proses pembelajaran langsung, guru disimpulkan bahwa ada perbedaan yang sangat
mengendalikan isi materi secara bertahap. signifikan hasil belajar IPA antara
Pemahaman materi yang diserap oleh siswa pembelajarannya yang menggunakan peta
sangat bergantung pada gaya komunikasi guru konsep dengan model pembelajaran langsung
dalam menyampaikan informasi. Pada model (direct instruction) ditinjau dari kemampuan
pembelajaran langsung kurang mendorong berpikir kritis siswa. Dengan adanya perbedaan
siswa menemukan konsep dan fakta secara yang sangat signifikan ini disebabkan karena
mandiri sehingga siswa hanya memahami pembelajaran yang menggunakan peta konsep
informasi yang disampaikan oleh guru sehingga memiliki kelebihan antara lain: (1) Pemetaan
siswa memperoleh hasil belajar yang kurang konsep merupakan cara belajar yang
maksimal. mengembangkan proses belajar bermakna,
Kemampuan berpikir kritis siswa yang yang akan meningkatkan pemahaman siswa dan
pembelajarannya menggunakan peta konsep daya ingat belajarnya; (2) Dapat meningkatkan
diperoleh rerata dengan kategori tinggi. Hal ini keaktifan dan kreatifitas kemampuan berpikir
disebabkan karena pada pembelajaran yang berpikir siswa, hal ini menimbulkan sikap
menggunakan peta konsep menekankan pada kemandirian belajar yang lebih pada siswa
pembelajaran lebih bermakna sehingga sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
membiasakan otak berpikir secara terkonsep. siswa; (3) Mengembangkan struktur kognitif
Siswa tidak hanya menerima materi dari guru yang terintegrasi dengan baik, yang akan
secara terpusat tetapi siswa selalu aktif memudahkan belajar; dan (4) Dapat membantu
bertanya, berani menyampaikan gagasan, siswa melihat makna materi pelajaran secara
berpikir kritis dalam menghubungkan antara lebih komprehensif dalam setiap komponen
suatu konsep dalam materi, dan berani konsep-konsep dan mengenali hubungan antara
mempresentasikan hasil kerjanya. Penggunaan konsep-konsep. Sedangkan pembelajaran yang
peta konsep ini dapat memberikan kesempatan menggunakan model pembelajaran langsung
pada siswa untuk saling berdiskusi, kerjasama, (direct instruction) menurut Yamin dan Ansari
sehingga aktivitasnya mampu meningkatkan (2009: 67) mempunyai beberapa kekurangan
kemampuan berpikir kritis siswa. sebagai berikut: a) Model pembelajaran
Kemampuan berpikir kritis siswa yang langsung sangat bergantung pada gaya
pembelajarannya menggunakan model komunikasi guru, b) Siswa kurang diberi
pembelajaran langsung (direct instruction) kesempatan untuk mengembangkan
diperoleh rerata kategori sedang. Hal tersebut kemampuan berpikir, c) Pembelajarannya
menunjukan bahwa kemampuan berpikir kritis masih didominasi oleh guru sehingga
siswa belum berkembang dengan baik, karena keterlibatan siswa secara aktif dalam
kegiatan belajar dengan menggunakan model pembelajaran kurang.
pembelajaran langsung (direct instruction) Hasil belajar IPA yang pembelajarannya
lebih didominasi oleh guru. Siswa kurang menggunakan Peta Konsep memperoleh rerata
terlibat dalam proses pembelajaran sehingga skor sebesar 22,88. Hasil belajar IPA yang
kemampuan siswa dalam bertanya, pembelajarannya menggunakan model
menyampaikan pendapat, maupun berpikir pembelajaran langsung (direct instruction)
secara kritis masih rendah. Model pembelajaran memperoleh rerata skor sebesar 18,10.
langsung (direct instruction) bersifat transfer Perbedaan rerata skor hasil belajar IPA yang
ilmu atau satu arah dengan menyampaikan pembelajarannya dengan menggunakan peta
materi secara ceramah. Sehingga konsep lebih tinggi daripada menggunakan
pembelajarannya kurang mendorong model pembelajaran langsung (direct
keterampilan berpikir kritis siswa. instruction). Berarti ada pengaruh perbedaan
Hasil Penelitian secara komparatif yaitu yang sangat signifikan dengan hasil belajar IPA
berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan antara pembelajarannya yang menggunakan
anakova, diperoleh hasil hipotesis dapat peta konsep dengan model pembelajaran
diterima dan sangat signifikan. Dari langsung (direct instruction) ditinjau dari
perhitungan dengan uji anakova diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis siswa.
probabiliti sebesar 0,002. Hal ini dapat

NATURAL: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN IPA, Volume 4 No 2 bulan September 2017

24
p-ISSN. 2355-0813
e-ISSN. 2579-4078

Johnson Elaine B. (2006). Contextual Teaching


and Learning. Bandung: Mizan
Learning Center.
KESIMPULAN Muratni Ismail, Lukman A.R Laliyo, dan La
Dari hasil analisis data dan pembahasan Alio. (2013). Meningkatkan Hasil
dapat disimpulkan sebagai berikut: Belajar Ikatan Kimia Dengan
Secara deskriptif, kecenderungan hasil
Menerapkan Strategi Pembelajaran
belajar IPA siswa kelas VII SMP Negeri 12
Peta Konsep Pada Siswa Kelas X di
Yogyakarta tahun pelajaran 2016/2017
SMA Negeri I Telaga. Jurnal
yang pembelajarannya menggunakan peta
ENTROPI, 8 (1)
konsep termasuk dalam kriteria sangat
tinggi dan model pembelajaran langsung Rahayu, Rina. (2012). Penerapan Siklus
termasuk dalam kriteria tinggi dan Belajar 5e (Learning Cycle 5E)
kecenderungan kemampuan berpikir kritis Disertai Peta Konsep Untuk
siswa kelas VII SMP Negeri 12 Yogyakarta Meningkatkan Kualitas Proses Dan
tahun pelajaran 2016/2017 yang Hasil Belajar Kimia Pada Materi
pembelajarannya menggunakan peta Kelarutan Dan Hasil Kali
konsep termasuk dalam kategori tinggi dan Kelarutan Kelas Xi Ipa Sma Negeri
kecenderungan kemampuan berpikir kritis 1 Kartasura Tahun Pelajaran
siswa yang pembelajarannya menggunakan 2011/2012. Jurnal Jurnal
model pembelajaran langsung (Direct Pendidikan Kimia, 1 (1).
Instruction) termasuk dalam kategori Rofiqoh, H dan Mara, B. (2012). Efek Model
sedang. Pembelajaran Advance Organizer
Secara komparatif, ada perbedaan yang Berbasis Peta Konsep Dan Aktivitas
sangat signifikan dari hasil belajar IPA siswa
Terhadap Hasil Belajar Fisika
kelas VII SMP Negeri 12 Yogyakarta tahun
pelajaran 2016/2017 antara yang Siswa. Jurnal Penelitian Inovasi
pembelajarannya menggunakan peta konsep Pembelajaran Fisika. 4 (2).
dengan model pembelajaran langsung ditinjau Trianto. (2010). Mendesain Model
dari kemampuan berpikir kritis. (diperoleh Pembelajaran Inovatif-Progresif:
Fhitung = 11,123 dengan p = 0,002). Konsep Landasan dan
Implementasinya Pada Kurikulum
REFERENSI
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006).
Vanides, Jim. (2005). Using Concept Maps in
Standar Kompetensi dan
the Science Classroom. Jurnal
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
National Science Teacher
IPA Untuk SMP/MTs. Jakarta:
Association (NSTA), 28 (8).
BSNP.
Dahar R.Wilis. (2011). Teori-Teori Belajar.
Jakarta: Erlangga.

NATURAL: JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN IPA, Volume 4 No 2 bulan September 2017

25

Anda mungkin juga menyukai