Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Radikal bebas adalah suatu senyawa atau molekul yang mengandung satu
atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbit terluarnya. Adanya elektron yang
tidak berpasangan menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif mencari
pasangan dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul yang berada
disekitarnya. Akibatnya yaitu gangguan fungsi sel, kerusakan struktur sel,
molekul termodifikasi yang tidak dapat dikenali oleh sistem imun, dan bahkan
mutasi. Semua bentuk gangguan tersebut dapat memicu munculnya berbagai
penyakit degeneratif hingga kanker (Winarsi, 2007).
Penyakit degeneratif merupakan penyakit nomor satu di Asia Tenggara.
Berdasarkan data WHO tahun 2008, angka kematian di Asia Tenggara sekitar
14,5 juta, sekitar 55% (7,9 juta) disebabkan oleh penyakit degenaratif (Tristantini
dkk., 2016). Radikal bebas merupakan penyebab utama dari masalah kesehatan
(Ningsih et al., 2016). Radikal bebas yang berlebih dapat menyerang apa saja sel-
sel sehat di dalam tubuh terutama yang rentan seperti lipid dan protein, oleh
karena itu radikal bebas harus dihalangi atau dihambat dengan antioksidan
(Marliani dkk., 2014).
Ada banyak bahan pangan yang dapat menjadi sumber antioksidan alami,
misalnya rempah-rempah, teh, coklat, dedaunan, biji-biji serelia, sayur-sayuran,
enzim dan protein. Kebanyakan sumber antioksidan alami adalah tumbuhan dan
umumnya merupakan senyawa fenolik yang tersebar di seluruh bagian tumbuhan
baik di kayu, biji, daun, buah, akar, bunga maupun serbuk sari (Zuhra dkk., 2008).
Senyawa antioksidan memiliki sebuah peranan penting sebagai faktor
pelindung kesehatan. Karakteristik utama dari antioksidan adalah mampu untuk
menangkap dan menstabilkan radikal bebas. Senyawa antioksidan menghambat
autooksidasi dari lipid atau molekul lainnya dengan menghambat inisiasi atau
penyebaran dari reaksi oksidatif berantai, sehingga senyawa-senyawa tersebut
dapat mencegah kerusakan sel-sel (Ningsih et al., 2016).

1
2

Antioksidan adalah senyawa atau komponen kimia yang dapat


menetralkan radikal bebas berhaya yang dihasilkan melalui reaksi berantai (Ahsan
et al., 2010). Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya
kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan
tersebut dapat dihambat (Winarsi, 2007).
Dalam beberapa tahun terakhir penelitian meningkat kearah obat
tradisional, untuk mencari petunjuk mengembangkan obat-obat baru yang lebih
baik untuk melawan senyawa radikal bebas. Saat ini, banyak orang yang kembali
mengutamakan bahan-bahan alami sebagai solusi mengatasi berbagai penyakit,
salah satunya adalah penggunaan ramuan obat herbal, hal ini disebabkan karena
efek samping dari obat tradisional yang lebih kecil dibanding obat sintetik
(Pratiwi dkk., 2012).
Obat tradisional dalam kimia bahan alam mengandung senyawa-senyawa
yang dikenal dengan metabolit sekunder. Metabolit sekunder merupakan senyawa
kimia yang terbentuk dalam tanaman. Senyawa-senyawa yang tergolong ke dalam
kelompok metabolit sekunder ini antara lain: alkaloid, flavonoid, steroid,
terpenoid, saponin dan lain-lain. Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa
kimia yang umumnya mempunyai kemampuan biokaktifitas dan berfungsi sebagai
pelindung tumbuhan (Aksara dkk., 2013).
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati lebih dari 30.000 spesies
tanaman dan 940 spesies diantaranya diketahui sebagai obat (Pratiwi dkk., 2012).
Salah satu tanaman obat herbal yang banyak dijumpai di Indonesia yang
berpotensi sebagai antioksidan adalah bakung putih (Crynum asiaticum L.).
Tanaman ini banyak dijumpai didaerah toba dan humbang hasundutan. Tanaman
ini tumbuh liar mulai dari dataran rendah ± 700 m diatas permukaan laut,
khususnya ditempat-tempat lembab tanahnya dan banyak humusnya (Heyne,
1987). Menurut penelitian sebelumnya bakung (Crinum asiaticum L.) dari suku
amaryllidaceae mengandung senyawa metabolit sekunder, pada umbi terdapat
senyawa alkaloid, senyawa amida, senyawa fenolik, dan senyawa flavonoid
(Rahman et al., 2011). Penggunaan tradisional dari tanaman ini adalah perangsang
muntah, peluruh keringat, obat pencahar, mengobati peradangan, mengobati
3

pembengkakan dari jari kaki dan jari tangan, keseleo/terkilir, sakit telinga dan
masalah telinga lainnya, obat rematik (Rahman et al., 2011).
Hasil penelitian terdahulu oleh Rahman dkk. (2011) tentang aktivitas
antioksidan pada ekstrak metanol umbi tanaman bakung (Crynum asiaticum L.)
yang diukur dengan metode DPPH (1,1–difenil-2- pikrilhidrazil) dimana
memberikan nilai IC50 5,62 untuk ekstrak umbi dan 5,46 untuk asam askorbat
(standar antioksidan) pada konsentrasi 1000 μg/mL).
Berdasarkan uraian tersebut penulis melaporkan hasil penelitian dengan
judul “Uji Aktivitas Antioksidan dan Fitokimia dari Ekstrak Etanol Umbi
Bakung Putih dengan Metode DPPH (1,1–difenil-2- pikrilhidrazil)”.

1.2. Identifikasi Masalah


1. Masyarakat banyak menggunakan tanaman ini sebagai obat, namun
masyarakat tidak mengetahui kandungan yang terdapat dalam tanaman
bakung ini.
2. Tanaman ini termasuk tanaman yang sudah sangat jarang ditemukan,
dan tanaman ini juga tidak dibudidayakan.

1.3. Batasan Masalah


Pada penelitian ini yang dilakukan adalah uji aktivitas antioksidan dengan
metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) dari umbi bakung putih (Crynum
asiaticum L.) dengan menggunakan pelarut etanol dan uji fitokimia secara
kualitatif.

1.4. Rumusan Masalah


1. Jenis metabolit sekunder apa yang terdapat pada ekstrak etanol umbi
bakung putih (Crynum asiaticum L.) berdasarkan screening fitokimia?
2. Apakah ekstrak etanol umbi bakung putih (Crynum asiaticum L.)
mempunyai aktivitas antioksidan?
4

1.5. Tujuan Penelitian


1. Mengetahui jenis metabolit sekunder yang terdapat pada umbi bakung
putih (Crynum asiaticum L.) berdasarkan screening fitokimia.
2. Mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol umbi bakung putih
(Crynum asiaticum L.)

1.6. Manfaat Penelitian


1. Memberikan informasi mengenai tanaman yang memiliki potensi
antioksidan.
2. Untuk lebih memperkuat nilai ilmiah dari khasiat yang dimiliki oleh
tanaman bakung putih.
3. Secara umum diharapkan dapat menambah informasi ilmiah,
pengetahuan serta gambaran kepada masyarakat luas terutama dalam
eksplorasi dan penemuan senyawa aktif dari bahan alam sebagai
pengobatan herbal.

Anda mungkin juga menyukai