Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Mencegah terulangnya KLB di masa yang akan datang terulangnya KLB di masa yang akan
datang (pengendalian).
Tujuan khusus :
Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang beresiko akan terjadi KLB
Melaporkan hasil penyidikan kepada instansi kesehatan setempat dan kepada sistim pelayanan
kesehatan yang lebih tinggi.
BAB I
Ketentuan Umum
Pasal 1
1. Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut Wabah, adalah kejadian berjangkitnya
suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka.
2. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB, adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi
pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus
pada terjadinya wabah.
3. Penderita adalah seseorang yang menderita sakit karena penyakit yang dapat menimbulkan
wabah.
6. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
8. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan.
9. Tim Gerak Cepat adalah Tim yang tugasnya membantu upaya penanggulangan
KLB/wabah.
Pasal 2
Ruang lingkup pengaturan meliputi penetapan jenis penyakit menular tertentu yang dapat
menimbulkan wabah, tata cara penetapan dan pencabutan penetapan daerah KLB/Wabah,
tata cara penanggulangan, dan tata cara pelaporan.
BAB II
Pasal 3
Penetapan jenis-jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah didasarkan
pada pertimbangan epidemiologis, sosial budaya, keamanan, ekonomi, ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan menyebabkan dampak malapetaka di masyarakat.
Pasal 4
(1) Jenis-jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah adalah sebagai
berikut:
a. Kolera
b. Pes
d. Campak
e. Polio
f. Difteri
g. Pertusis
h. Rabies
i. Malaria
k. Antraks
l. Leptospirosis
m.Hepatitis
p. Yellow Fever
q. Chikungunya
(2). Penyakit menular tertentu lainnya yang dapat menimbulkan wabah ditetapkan oleh
Menteri.
Bab III
Penanggulangan KLB/Wabah
Pasal 13
a. penyelidikan epidemiologis;
(3) Upaya penanggulangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g antara lain
berupa meliburkan sekolah untuk sementara waktu, menutup fasilitas umum untuk sementara
waktu, melakukan pengamatan secara intensif/surveilans selama terjadi KLB serta
melakukan evaluasi terhadap upaya penanggulangan secara keseluruhan.
(4) Upaya penanggulangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan sesuai
dengan jenis penyakit yang menyebabkan KLB/Wabah.
Pelaporan
Pasal 16
(1) Tenaga kesehatan atau masyarakat wajib memberikan laporan kepada kepala desa/lurah
dan puskesmas terdekat atau jejaringnya selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) jam sejak
mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita penyakit tertentu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4.
(2) Pimpinan puskesmas yang menerima laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
segera melaporkan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota selambat-lambatnya 24
(dua puluh empat) jam sejak menerima informasi.
(3) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota memberikan laporan adanya penderita atau
tersangka penderita penyakit tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 secara berjenjang
kepada bupati/walikota, gubernur, dan Menteri melalui Direktur Jenderal selambat-
lambatnya 24 (dua puluh empat) jam sejak menerima laporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2).
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), ayat (2), dan ayat (3) tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.
Pengertian Vaksinasi
Vaksin digolongkan menjadi dua golongan, yaitu penggolongan berdasarkan asal antigen dan
sensitivitas terhadap suhu.
Bakteri : BCG
b. Bakteri berasal dari bibit penyakit yang dimatikan (inactivated)
Bakteri : Pertusis
Murni : Meningococal
Vaksin sensitif suhu beku (freeze sensitive = FS), yaitu golongan vaksin yang akan rusak
terhadap suhu dingin dibawah 0°C (beku) seperti :
a. Hepatitis B
c. DPT-HB
d. DT ( Difteri Tetanus )
e. TT ( Tetanus, Toxoid )
Vaksin sensitif panas (heat sensitive = HS) yaitu golongan vaksin yang akan rusak terhadap
paparan panas yang berlebihan yaitu :
b. Polio
c. Campak
Manfaat Vaksinasi
Bagi anak, sebagai upaya pencegahan untuk melindungi anak dari serangan penyakit tertentu,
yang mungkin bisa menyebabkan penderitaan atau bahkan cacat permanen.
Bagi keluarga, vaksinasi bermanfaat untuk menghilangkan kecemasan akan kesehatan dan biaya
pengobatan jika anak sakit. Menumbuhkan keyakinan dan harapan bahwa anak-anak akan
menjalani masa pertumbuhannya dengan aman dan ceria. Sehingga, orang tua bisa sedikit
terlepas dari kekhawatiran anaknya terserang dari penyakit-penyakit tertentu yang selalu
menjangkiti anak-anak.
Bagi negara, vaksinasi merupakan salah satu bentuk tanggung jawab negara untuk meningkatkan
taraf kesehatan warganya. Dengan vaksinasi diharapkan kesehatan dan kesejahte raan masyarakat
secara keseluruhan lebih meningkat dan citra negara di mata dunia menjadi lebih baik.
Pengertian Antibiotik
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi (jamur) dan bakteri, memiliki
khasiat untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, serta sifat toksik (racun) yang
ditimbulkan bagi manusia relatif lebih kecil. Cara kerja antibiotik yang terpenting adalah
perintangan sintesa protein, dengan sintesa protein ini kuman menjadi musnah atau tidak
berkembang.
1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri, antara lain beta-laktam (penisilin,
sefalosporin, monobaktam, karbapenem, inhibitor beta-laktamase), basitrasin, dan vankomisin.
3. Menghambat enzim-enzim esensial dalam metabolisme folat antara lain, trimetoprim dan
sulfonamid.
4. Mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat antara lain, kuinolon, nitrofurantoin
(Kemenkes, 2011).
Secara garis besar antibiotik dibagi menjadi dua jenis yaitu yang membunuh kuman
(bakterisid) dan yang hanya menghambat pertumbuhan kuman (bakteriostatik).
Sedangkan antibiotik yang memiliki sifat bakteriostatik, dimana penggunaanya tergantung status
imunologi pasien, antara lain sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim,
linkomisin, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dan lain-lain.
Pembagian bakteriostatik dan bakterisid ini tidak absolut, tergantung dari konsentrasi
obat, spesies bakteri dan fase perkembangannya. Manfaat dari pembagian ini berguna dalam hal
pemilihan antibiotika, pada pasien dengan status imunologi yang rendah (imunosuppressed)
misalnya penderita HIVAIDS, pada pasien pembawa kuman (carrier), pada pasien dengan
kondisi sangat lemah (debilitated) misalnya pada pasien-pasien endstage, maka harus dipilih
antibiotika bakterisid.
Antibiotika dapat ditemukan dalam berbagai sediaan, dan penggunaanya dapat melalui
jalur topical, oral, maupun intravena. Banyaknya jenis pembagian, klasifikasi, pola kepekaan
kuman, dan penemuan antibiotika baru seringkali menyulitkan klinisi dalam menentukan pilihan
antibiotika yang tepat ketika menangani suatu kasus penyakit. Hal ini juga merupakan salahsatu
faktor pemicu terjadinya resistensi.
Timbulnya resistensi terhadap suatu antibiotika terjadi berdasarkan salah satu atau lebih
mekanisme berikut:
Bakteri mensintesis suatu enzim inaktivator atau penghancur antibiotika. Misalnya Stafilokoki,
resisten terhadap penisilin G menghasilkan beta-laktamase, yang merusak obat tersebut.
Betalaktamase lain dihasilkan oleh bakteri batang Gram-negatif.
Bakteri mengubah permeabilitasnya terhadap obat. Misalnya tetrasiklin, tertimbun dalam bakteri
yang rentan tetapi tidak pada bakteri yang resisten.
Bakteri mengembangkan suatu perubahan struktur sasaran bagi obat. Misalnya resistensi
kromosom terhadap aminoglikosida berhubungan dengan hilangnya (atau perubahan) protein
spesifik pada subunit 30s ribosom bakteri yang bertindak sebagai reseptor pada organisme yang
rentan.
Bakteri mengembangkan perubahan jalur metabolik yang langsung dihambat oleh obat. Misalnya
beberapa bakteri yang resisten terhadap sulfonamid tidak membutuhkan PABA ekstraseluler,
tetapi seperti sel mamalia dapat menggunakan asam folat yang telah dibentuk.
Bakteri mengembangkan perubahan enzim yang tetap dapat melakukan fungsi metabolismenya
tetapi lebih sedikit dipengaruhi oleh obat dari pada enzim pada kuman yang rentan. Misalnya
beberapa bakteri yang rentan terhadap sulfonamid, dihidropteroat sintetase, mempunyai afinitas
yang jauh lebih tinggi terhadap sulfonamid dari pada PABA (Jawetz, 1997).
Maka dari itu strategi penanganan maupun pencegahan yang dapat dilakukan yang
pertama dan utama adalah terapi rasional. Penggunaan antibiotika secara rasional diartikan
sebagai pemberian antibiotika yang tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat, tepat dosis, dan
waspada terhadap efek samping antibiotika.
Untuk menentukan penggunaan antibiotika dalam menangani penyakit infeksi, secara garis besar
dapat dipakai prinsip-prinsip umum dibawah ini :
1. Penegakan diagnosis infeksi. Hal ini bisa dikerjakan secara klinis berdasar kriteria
diagnosaataupun pemeriksaan-pemeriksaan tambahanlain yang diperlukan. Gejala panas sama
sekalibukan kriteria untuk diagnosis adanya infeksi.
5. Penentuan dosis, cara pemberian, lama pemberian berdasarkan sifat-sifat kinetika masing-
masing antibiotikadan fungsi fisiologis sistem tubuh (misalnya fungsi ginjal, fungsi hepar dan
lain-lain). Perlu dipertimbangkan dengan cermat pemberian antibiotika misalnya pada ibu hamil
dan menyusui, anak-anak, dan orang tua.
6. Evaluasi efek obat. Apakah obat bermanfaat, kapan dinilai, kapan harus diganti atau
dihentikan? Adakah efek samping yang terjadi? (Graham-Smith& Aronson, 1985).
Host dalam hal ini adalah manusia dengan sifatnya baik sebagai makhluk biologis maupun
makhluk sosial. Unsur penjamu (host) terutama manusia dapat dibagi dalam dua kelompok sifat
utama:
Sifat biologis
Imunitas tubuh
Sifat Sosial Host : kelompok etnik, adat, kebiasaan, agama, hubungan keluarga, hubungan sosial,
kebiasaan hidup dan pola hidup.
Agent adalah penyebab terjadinya suatu penyakit yang meliputi banyak unsur antara lain :
Penyebab/ kausal skunder:Agent penyebab tidak langsung terjadinya penyakit, namun ikut
memperparah sakit
unsur penyebab biologis : semua unsur penyebab yang tergolong makhluk hidup termasuk
kelompok mikroorganisme seperti virus, bakteri, protozoa, jamur,kelompok cacing dan insekta.
unsur nutrisi : semua unsur penyebab yang termasuk golongan zat nutrisi dan dapat
menimbulkan penyakit tertentu karena kekurangan maupun kelebihan zat nutrisi tertentu seperti
protein, lemak, hidrat arang, vitamin, mineral dan air
unsur kimiawi : semua unsur dalam bentuk senyawaan kimia yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan atau penyakit tertentu. Pada umumnya berasal dari luar tubuh termasuk berbagai jenis
zat racun, obat-obatan keras, berbagai senyawaan kimia tertentu dan lain sebagainya. Unsur
tersebut dalam bentuk padat, cair atau gas. Ada juga senyawaan kimia sebagai hasil produk
tubuh (dari dalam) yang dapat menimbulkan penyakit tertentu seperti ureum, kolesterol,dan lain-
lain.
unsur fisika : semua unsur yang dapat menimbulkan penyakit melalui proses fisika misalnya
panas (luka bakar), irisan, tikaman, pukulan, radiasi dan lain-lain.Proses kejadian penyakit dalam
hal ini terutama melalui proses fisika yangdapat menimbulkan kelainan dan gangguan kesehatan.
Unsur psikis : semua unsur yang bertalian dengan kejadian penyakit gangguan jiwa
sertagangguan tingkah laku sosial.
merupakan unsur pembantu/penambah parah dalam proses kejadian penyakit dan ikut dalam
proses kejadian sebab akibat terjadinya penyakit. Misalnya pada penyakit TB : penyebab primer
M. tuberkulosa, sedangkan penyebab skundernya : kurang gizi, sanitasi jelek, kepadatan
penduduk
Lingkungan Biologi
Segala flora dan fauna yang ada disekitar kita, sangat berpengaruh dan memegang
peranan penting dalam interaksi antara host dan agent. Pengaruh lingkungan biologi dapat
mendukung host atau agent maupun merusak host.
Lingkungan Fisika
Lingkungan Sosial