Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN

Keperawatan Medikal Bedah


" Penyakit Bronkhitis "

OLEH :

NAMA : INDAH ANDARINI

NIM : 201902007

PRODI : S1 KEPERAWATAN SEMESTER 3

INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS ST.FATIMAH


MAMUJU
TA 2020/2021
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bronkitis merupakan penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang menyerang
bronkus. Penyakit ini banyak menyerang anak-anak yang lingkungannya banyak
polutan, misalnya orang tua yang merokok dirumah, asap kendaraan bermotor, asap
hasil pembakaran pada saat masak yang menggunakan bahan bakar kayu. Di
Indonesia masih banyak keluarga yang setiap hari menghirup polutan ini, kondisi ini
menyebabkan angka kejadian penyakit bronkhitis sangat tinggi (Marni, 2014).

Pada tahun 2007 di Negara berkembang seperti Indonesia infeksi saluran


pernafasan bawah masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting.
Resiko penularan setiap tahun di Indonesia di anggap cukup tinggi. Di Indonesia yang
terinfeksi bronkhitis sekitar 1.6 juta orang.

Bronkhitis adalah suatu peradangan pada bronkus, bronkhiali, dan trakhea (saluran
udara ke paru-paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan
sembuh sempurna.Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun
(misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan usia lanjut, bronkhitis bisa
menjadi masalah serius (Arif, 2008).

B. Tujuan
 Mengetahui pengertian bronkhitis.

 Mengetahui etiologi dari bronkhitis.

 Mengetahui patofisiologi bronkhitis.

 Mengetahui konsep asuhan keperawatan bronkhitis.

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi
Secara harfiah bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh adanya inflamasi
bronkus. Secara klinis para ahli mengartikan bronkhitis sebagai suatu penyakit atau
gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini
berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdirisendiri melainkan bagian dari
penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran.(Ngastiyah, 2006).

Bronkhitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri,


tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau
bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis,
Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya. ( Gunadi Santoso, 2004
).

Bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis) bronkus
lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut
disebabkan oleh perubahan- perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi
elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus.

2. Anatomi
1) Rongga Hidung (Cavum Nasialis)

Rongga hidung tersusun dari tulang rawan dan memiliki 2 buah rongga dengan 1
buah sekat. Disamping itu, di dalam rongga hidung terdapat rambut-rambut
halus (Silia) dan selaput lendir (Mukosa). Adanya rambut-rambut halus dan
selaput lendir berfungsi : Menyaring udara pernafasan yang masuk,
menyesuaikan suhu udara yang masuk, Menyesuaikan kelembaban udara yang
masuk.

2) Tekak (Faring)

Tekak (Faring) terletak dibelakang rongga hidung dan mulut. Tekak tersusun dari
otot lurik dengan panjang kurang lebih 4 cm. Pada tekak ini merupakan
persimpangan antara saluran pencernaan dengan saluran pernafasan.

3) Pangkal Tenggorokan (Laring)

Pada pangkal tenggorokan (Laring) terdapat sebuah katup yang disebut epiglotis.
Epiglostis ini berfungsi mengatur jalannya makanan dan udara pernafasan sesuai
dengan salurannya masing-masing. Disamping itu, pada pangkal tenggorokan
juga terdapat pita suara yang merupakan organ penghasil suara pada manusia.

4) Batang Tenggorokan (Trakea)

Batang tenggorokan merupakan saluran penghubung antara rongga hidung,


rongga mulut, dan paru-paru. Dinding batang tenggorokan (Trakea) tersusun dari
cincin-cincin tulang rawan yang didalamnya terdapat rambut-rambut getar (Silia)
yang berfungsi menyaring udara pernafasan.

5) Cabang Tenggorokan (Bronkus)

Cabang batang tenggorokan (Bronkus) panjangnya kurang lebih 5 cm dengan


diameter 11-13 mm ke kanan dan ke kiri kemudian bercabang lagi sebanyak 20-
25 percabangan membentuk bronkiolus. Pada ujung bronkiolus inilah tersusun
alveolus yang berbentuk seperti buah anggur.

6) Paru-Paru (Pulmo)

Paru-paru terletak di dalam rongga dada dan terdiri dari 2 bagian, yaitu paru-
paru kanan terdiri dari 3 gelambir (Lobus) dan paru-paru kiri terdiri dari 2
gelambir (Lobus). Pada bagian luar paru-paru terdapat selaput pembungkus
paru-paru yang disebut Pleura. Sementara itu, pada ujung bronkiolus terdapat
gelembung-gelembung udara yang disebut alveolus. Di alveolus inilah terjadi
pertukaran gas oksigen dengan gas karbon dioksida secara difusi. Oleh karena
itu, alveolus mempunyai dinding yang elastis yang banyak mengandung kapiler
darah.

3. Etiologi
Penyebab bronkhitis sampai sekarang masih belum diketahui dengan jelas. Pada
kenyataannya kasus-kasus bronkhitis dapat timbul secara congenital maupun di
dapat.

4. Patofisiologi
Virus (penyebab tersering infeksi) - Masuk saluran pernapasan - Sel mukosa dan sel
silia - Berlanjut - Masuk saluran pernapasan(lanjutan) - Menginfeksi saluran
pernapasan - Bronkitis - Mukosa membengkak dan menghasilkan lendir - Pilek 3-4
hari - Batuk (mula-mula kering kemudian berdahak) - Riak jernih - Purulent - Encer -
Hilang - Batuk - Keluar - Suara ronchi basah atau suara napas kasar - Nyeri subsernal
- Sesak napas - Jika tidak hilang setelah tiga minggu - Kolaps paru segmental atau
infeksi paru sekunder (pertahanan utama).

Apabila bronkhitis kongenital patogenesisnya tidak diketahui diduga erat


hubungannya dengan genetik serta faktor pertumbuhan dan perkembangan fetus
dalam kandungan. Pada bronkhitis yang didapat patogenesisnya diduga melelui
beberapa mekanisme : faktor obstruksi bronkus, faktor infeksi pada bronkus atau
paru-paru, fibrosis paru, dan faktor intrinsik dalam bronkus atau paru.

5. Manifestasi Klinis
 Tanda dan gejala yang ada yaitu :

a. Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah.

b. Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak.

c. Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis.

d. Pada paru didapatkan suara napas yang kasar.

 Gejala awal Bronkhitis antara lain :

a. Batuk Membandel

Batuk kambuhan, berdahak-tidak, berat-tidak. Kendati ringan harus tetap


diwaspadai karena bila keadaan batuk terus menerus bisa menghebat dan
berlendir sampai sesak napas.

b. Sulit Disembuhkan

Bisa sering atau tidak tapi sulit disembuhkan. Dalam sebulan batuk pileknya
lebih dari seminggu dan baru sembuh dua minggu, lalu berulang lagi.

c. Terjadi Kapan Saja

Batuknya bisa muncul malam hari, baru tidur sebentar batuknya 'grok-grok'
bahkan sampai muntah. Bisa juga batuk baru timbul menjelang pagi. "Atau
habis lari-lari, ia kemudian batuk-batuk sampai muntah.

 Tanda dan gejala secara umum dapat disimpulkan :


a. Sering bersin dan banyak sekret atau lendir.

b. Demam ringan.

c. Tidak dapat makan dan gangguan tidur. d. Retraksi atau tarikan pada
dinding-dinding dada, suprasternal, interkostal dan subkostal pada
inspirasie.

d. Cuping hidung.

e. Nafas cepat.

f. Dapat juga cyanosish.

g. Batuk-batuk.

h. Wheezing.

i. Iritabel.

j. Cemas.

6. Komplikasi
a. Bronkhitis akut yang tidak ditangani cenderung menjadi bronkhitis kronis.

b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak gizi kurang
dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia.

c. Bronkhitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.

d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau bronkietaksis.

e. Gagal jantung kongestif.

f. Pneumonia.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia.

b. Laboratorium : Leukosit >17.500


8. Penatalaksanaan
a. Tindakan Keperawatan

1) Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan


mengeluarkan lender/Secret.

2) Sering mengubah posisi.

3) Banyak minum.

4) Inhalasi.

5) Nebulizer.

b. Tindakan Medis

1) Jangan beri obat antihistamin berlebih.

2) Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial.

3) Dapat diberi efedrin 0,5 - 1 mg/kg BB 3 kali sehari.

4) Chloral hidrat 30 mg/kg BB sebagai sedative.

B. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian
Data dasar pengkajian pada pasien bronkhitis :

 Aktivitas/Istirahat

 Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise.

Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari.

Ketidakmampuan untuk tidur.

Dispnea pada saat istirahat.

 Tanda : Keletihan Gelisah, insomnia.


Kelemahan umum/kehilangan massa otot.

 Sirkukasi

 Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.

 Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi


jantung/takikardia berat.

Distensi vena leher.

Edema dependent.

Bunyi jantung redup.

Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis Pucat, dapat menunjukkan


anemi.

 Integritas Ego

 Gejala : Peningkatan faktor resiko Perubahan pola hidup.

 Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsangan.

 Makanan/Cairan

 Gejala : Mual/muntah.

Nafsu makan buruk/anoreksia.

Ketidakmampuan untuk makan.

Penurunan berat badan, peningkatan berat badan.

 Tanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat, penurunan berat


badan, palpitasi abdomen.

 Hygiene

 Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan.

 Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.

 Pernafasan
 Gejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun
3 bulan berturut – turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.Episode batuk hilang
timbul.

 Tanda : Pernafasan biasa cepat.

Penggunaan otot bantu pernafasan.

Bentuk barrel chest, gerakan diafragma minimal.

Bunyi nafas ronchi.

Perkusi hyperresonan pada area paru.

Warna pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku, abu – abu keseluruhan.

 Keamanan

 Gejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.

Adanya/berulangnya infeksi.

 Seksualitas

 Gejala : Penurunan libido.

 Interaksi Sosial

 Gejala : Hubungan ketergantungan.

Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat.

Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.

 Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress


pernafasan.

Keterbatasan mobilitas fisik.

Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.

2. Diagnosa
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
mukusditandai dengan batuk berdahak, ronchi.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan (kerusakan )


membranekapiler alveoli ditandai dengan dispnea, nilai AGD tak normal (Pa
O2M<80mmHg).

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnea dan


anoreksia ditandai dengan nafsu makan menurun dan penurunan berat badan.

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses


penyakit dan perawatan di rumah ditandai dengan perilaku tidak efektif dan
bertanya-tanya tentang cara perawatan di rumah.

3. Intervensi Keperawatan
 Menyusun Prioritas

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi


mukus.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan (kerusakan)


membranekapiler alveoli.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnea dan


anoreksia.

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


proses penyakit dan perawatan di rumah.

 Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi


mukus ditandai dengan batuk berdahak, ronchi.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan (kerusakan)


membrane kapiler alveoli ditandai dengan dispnea , nilai AGD tak normal (Pa
O2<80mmHg)
 Tujuan/Out Come

1. Setelah diberikan askep selama 3x24 jam diharapkan bersihan jalan napas
kembali efektif dengan out come :

a. Tidak ada batuk berdahak.

b. Tidak ada ronchi.

2. Setelah diberikan askep selama 2x24 jam diharapkan gangguan pertukaran


gas teratasi, dengan out come :

a. Tidak ada dispena.

b. Nilai AGD normal (Pa O2 antara 80-100 mmHg)

 Intervensi

1. Mandiri

a. Kaji fungsi pernafasan, contoh bunyi nafas, kecepatan, irama, dan


kedalaman dalam penggunaan otot aksesoris.

b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukus atau batuk efektif, catat


karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.

c. Berikan pasien posisi semi/fowler tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan
latihan batas dalam.

d. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, penghisapan sesuai keperluan.

e. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali


kontraindikasi.

Kolaborasi :

a. Lembabkan udara/oksigen inspirasi.

b. Beri obat-obatan sesuai indikasi :

 Agen mukolitik, contoh asetilsistein (Mucomyst)

 Bronkodilator, contoh okstrifillin (Choledy), teofilin.


 Kortikosteroid (Prednison).

2. Mandiri

a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan. Catat penggunaan otot aksesori,


napas bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang.

b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang
mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau tapas bibir
sesuai kebutuhan/toleransi.

c. Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan atau bunyi
tambahan.

4. Evaluasi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
mukus.Tercapainya keefektifan bersihan jalan nafas:tidak ada batuk berdahak,
tidak ada ronchi.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan(kerusakan )


membrane kapiler alveoli.Gangguan pertukaran gas teratasi: tidak adadispnea,
nilai AGD normal (Pa O2 antara 80-100mmHg).

3. Perubahan nutrisi kurang darikebutuhan berhubungan dengandispnea dan


anoreksia.Tercapainya pemenuhan kebutuhan nutrisi: nafsumakan meningkat
dan terjadi peningkatan berat badan.

4. Kurang pengetahuan berhubungandengan kurangnya informasi tentang proses


penyakit dan perawatan dirumah.Kurang pengetahuan teratasi, klien
menunjukkan perilaku efektif (misalnya : batuk menutup mulut),klien
mengetahui tentang cara perawatan dirumah.

Anda mungkin juga menyukai