PENDAHULUUAN
A. Latar Belakang
Mekanisme perencanaan pembangunan wilayah nasional berjalan melalui
dua pendekatan utama, yaitu pembangunan sektoral dan regional. Hasil dua
pendekatan diharapkan dapat menciptakan landasan yang kuat bagi bangsa
Indonesia untuk tumbuh dan bekembang atas dasar kekuatan sendiri dan
mewujudkan masyarakat adil makmur berdasarkan pancasila. Kenyataannya,
upaya menciptakan keselarasan dan keserasian dua strategi tersebut
merupakan hak pelik, bahkan cenderung kontradiktif dan dikotomis.
Strategi pembangunan yang hanya mendasarkan pertumbuhan ekonomi
tanpa memperhatikan aspek distribusi (pemerataan), perluasan kesempatan
kerja, penghapusan kemiskinan serta aspek wilayah, walaupun pada tahp
awalnya berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, namin akhirnya akan
mengalami berbagai masalah tersebut.
Untuk mengatasi masalah tersebut tentunya diperlukan kebijaksanaan yang
menangani masalah ruang, dalam hal ini adalah kebijaksanaan pengembangan
wilayah. Kebijaksanaan ini berkenaan dengan lokasi dimana pembangunan
tidak terjadi pada tiap bagian wilayah dengan merata. Pemerataan perencanaan
wilayah adalah untuk menghubungkan kegiatan yang terpisah-pisah untuk
mencapai tujuan pembangunan nasional
Dalam kaitannya maka aka nada analisis pembangunan yaitu
Pembangunan Centre Point of Indonesia (CPI) yang merupakan kawasan
terpadu yang juga merupakan hasil reklamasi pantai. Proyek Center Point of
Indonesia (CPI) diagendakan dibangun di Kawasan Tanah Tumbuh, Metro
Tanjungbunga, Kecamatan Mariso, Makassar . Proyek ini akan melakukan
reklamasi di area 150 hektar di kawasan Losari.
Reklamasi pada dasarnya dapat memberikan keuntungan dan dapat
membantu kota dalam rangka penyediaan lahan untuk berbagai keperluan
(pemekaran kota), penataan daerah pantai, pengembangan wisata bahari, dan
1
lain-lain. Namun harus diingat pula bahwa bagaimanapun juga, reklamasi
adalah bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap keseimbangan
lingkungan alamiah pantai yang selalu dalam keadaan seimbang dinamis
sehingga akan melahirkan perubahan ekosistem seperti perubahan pola arus,
erosi dan sedimentasi pantai, dan berpotensi gangguan lingkungan.
Laporan ini kami buatkan analisis dalam pembangunan CPI tidak terlepas
dari mata kuliah yang kami ikuti yaitu geografi pembangunan. Dalam analisis
ini kami akan menggunakan analisis dalam segi pendekatan keruangan dan
pendekatan kelingkungan yang menjadi satu menjadi pendekatan kompleks
wilayah.
Dalam pembahasan Pembangunan Centre Point of Indonesia (CPI) sangat
penting dilakukan berhubung banyak yang dapat dipelajari dalam segala aspek
dari sisi geografi.
B. Rumuusan Masalah
Adapun rumusan masalah yaitu :
1. Mengapa Center Point Of Indonesia (CPI) terletak dikawasan
pantai losari ?
2. Bagaimana dampak pembanguunan CPI terhadap lingkuungan
sekitar ?
3. Bagaimana pengembangan fasilitas sarana dan prasarana
padakawasan CPI ?
C. Tujuan dan Manfaat Hasil Pengkajian
Adapun tujuannya, yaitu :
1. Mengetahui alasan letak Center Point Of Indonesia (CPI)
dikawasan pantai losari
2. Mengetahui dampak pembangunan CPI terhadap lingkungan
sekitar
3. Mengetahui pengembangan fasilitas sarana dan prasarana
padakawasan CPI
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Lingkungan
B. Pembangunan
3
berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan
pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation
building)”. Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan 17
pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke
arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”.
C. Reklamasi
Reklamasi berasal dari kosa kata dalam Bahasa Inggris, to reclaim yang
artinya memperbaiki sesuatu yang rusak. Secara spesifik dalam Kamus Bahasa
Inggris-Indonesia Departemen Pendidikan Nasional, disebutkan arti reclaim
sebagai menjadikan tanah (from the sea). Masih dalam kamus yang sama, arti
kata reclamation diterjemahkan sebagai pekerjaan memperoleh tanah. Ada
4
beberapa sumber yang mendefinisikan arti dari reklamasi yaitu sebagai
berikut:
5
Tujuan dari adanya reklamasi menurut Modul Terapan Pedoman
Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai (2007) yaitu untuk
menjadikan kawasan berair yang rusak atau belum termanfaatkan menjadi
suatu kawasan baru yang lebih baik dan bermanfaat. Kawasan daratan baru
tersebut dapat dimanfaatkan untuk kawasan permukiman, perindustrian, bisnis
dan pertokoan, pelabuhan udara, perkotaan, pertanian, jalur transportasi
alternatif, reservoir air tawar di pinggir pantai, kawasan pengelolaan limbah
dan lingkungan terpadu, dan sebagai tanggul perlindungan daratan lama dari
ancaman abrasi serta untuk menjadi suatu kawasan wisata terpadu.
D. Manfaat Reklamasi
6
yang perairan pantainya dangkal wajib untuk direklamasi agar bisa
dimanfaatkan.
Terlebih kalau di area pelabuhan, reklamasi menjadi kebutuhan mutlak
untuk pengembangan fasilitas pelabuhan, tempat bersandar kapal, pelabuhan
peti-peti kontainer, pergudangan dan sebagainya. Dalam perkembangannya
pelabuhan ekspor – impor saat ini menjadi area yang sangat luas dan
berkembangnya industri karena pabrik, moda angkutan, pergudangan yang
memiliki pangsa ekspor – impor lebih memilih tempat yang berada di lokasi
pelabuhan karena sangat ekonomis dan mampu memotong biaya transportasi.
Aspek perekonomian adalah kebutuhan lahan akan pemukiman, semakin
mahalnya daratan dan menipisnya daya dukung lingkungan di darat
menjadikan reklamasi sebagai pilihan bagi negara maju atau kota metropolitan
dalam memperluas lahannya guna memenuhi kebutuhan akan pemukiman.
Fungsi lain adalah mengurangi kepadatan yang menumpuk dikota dan
meciptakan wilayah yang bebas dari penggusuran karena berada di wilayah
yang sudah disediakan oleh pemerintah dan pengembang, tidak berada di
bantaran sungai maupun sempadan pantai. Aspek konservasi wilayah pantai,
pada kasus tertentu di kawasan pantai karena perubahan pola arus air laut
mengalami abrasi, akresi sehingga memerlukan pembuatan Groin (pemecah
ombak) atau dinding laut sebagai mana yang dilakukan di daerah Ngebruk
Mankang Kulon. Reklamasi dilakukan diwilayah pantai ini guna untuk
mengembalikan konfigurasi pantai yang terkena abrasi kebentuk semula.
Kegiatan Reklamasi pantai memungkinkan timbulnya dampak yang
diakibatkan. Adapun untuk menilai dampak tersebut bisa dibedakan dari
tahapan yang dilaksanakan dalam proses reklamasi, yaitu : (Maskur, 2008)
1. Tahap Pra Konstruksi, antara lain meliputi kegiatan survey teknis dan
lingkungan, pemetaan dan pembuatan pra rencana, perijinan,
pembuatan rencana detail atau teknis.
2. Tahap Konstruksi, kegiatan mobilisasi tenaga kerja, pengambilan
material urug, transportasi material urug, proses pengurugan.
7
3. Tahap Pasca Konstruksi, yaitu kegiatan demobilisasi peralatan dan
tenaga kerja, pematangan lahan, pemeliharaan lahan.
Wilayah yang kemungkinan terkena dampak adalah :
1. Wilayah pantai yang semula merupakan ruang publik bagi masyarakat
akan hilang atau berkurang karena akan dimanfaatkan kegiatan privat.
Dari sisi lingkungan banyak biota laut yang mati baik flora maupun
fauna karena timbunan tanah urugan sehingga mempengaruhi
ekosistem yang sudah ada.
2. System hidrologi gelombang air laut yang jatuh ke pantai akan berubah
dari alaminya. Berubahnya alur air akan mengakibatkan daerah diluar
reklamasi akan mendapat limpahan air yang banyak sehingga
kemungkinan akan terjadi abrasi, tergerus atau mengakibatkan
terjadinya banjir atau rob karena genangan air yang banyak dan lama.
3. Ketiga, aspek sosialnya, kegiatan masyarakat di wilayah pantai
sebagian besar adalah petani tambak, nelayan atau buruh. Dengan
adanya reklamasi akan mempengaruhi ikan yang ada di laut sehingga
berakibat pada menurunnya pendapatan mereka yang menggantungkan
hidup kepada laut. Selanjutnya adalah aspek ekologi, kondisi
ekosistem di wilayah pantai yang kaya akan keanekaragaman hayati
sangat mendukung fungsi pantai sebagai penyangga daratan.
Ada bermacam dampak reklamasi daerah pesisir pantai yang banyak
dilakukan pada negara atau kota maju dalam rangka memperluas daratan
sehingga bisa digunakan untuk area bisnis, perumahan,wisata rekreasi dan
keperluan lainya. selalu ada dampak positif dan negatif dalam setiap kegiatan
termasuk dalam hal pengurugan tepi laut ini, bisa jadi yang melakukan
kegiatan hanya mendapat keuntunganya saja sementara kerugian harus
ditanggung oleh pihak yang tidak mengerti apa-apa, tanpa disadari banyak
daerah pesisir pantai terpencil yang hilang karena aktifitas reklamasi ini.
8
BAB III
PEMBAHASAN
Proyek Center Point of Indonesia adalah sebuah proyek besar yang melibatkan
penguasa sebagai pemangku kebijakan dan pengusaha sebagai pemenang tender.
Proyek ini nantinya akan dibangun kawasan bisnis, Ruang Terbuka Hijau (RTH),
pelabuhan, perumahan modern, dan wisma Negara. Center Point of Indonesia
(CPI) juga dilakukan dengan menimbun kurang lebih 100 Hektar lahan pesisir
yang ditimbun dengan 22 juta kubik material timbunan.
Setiap rakyat yang menjadi bagian dari warga Negara Indonesia akan merasa
senang jika reklmasi dapat sejajar dengan proyek – proyek reklamasi Negara maju
lainnya. Reklamasi pesisir Kota Makassar untuk membangun Center Point of
Indonesia (CPI) menuai banyak masalah dan tanda tanya diberbagai kalangan.
CPI yang dimaksudkan untuk menjadikan Sulawesi Selatan yang diwakili Kota
Makassar untuk menjadi titik tengah atau pusat Indonesia, justu mendapat banyak
penolakan dikalangan aktifis. Para aktifis yang tergabung dalam Kolalisi
Makassar Tolak Reklamasi (MTR) mempunyai pendapat bahwa penimbunan
tanah yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan akan berdampak
pada ekosistem pesisir kota Makassar, diantaranya adalah : 60% terumbu karang
di pesisir kota Makassar telah rusak, reklamasi akan menambah presentasi
9
kerusakan terumbu karang, dan reklamasi juga akan menghilangkan ekosistem
mangrove di beberapa kecamatan di Makassar. Reklamasi yang telah dikerjakan
sejak tahun 2009 telah mengubah air laut di wilayah pesisir Makassar menjadi
hitam pekat dan ada potensi reklamasi akan mengubah bentang alam pesisir
Makassar dan juga pola arus laut.
Di seberang areal reklamasi terdapat Pulau Lae lae, yang dihuni lebih dari
1.600 jiwa di pulau seluas 8 hektar. Dibangunnya proyek reklamasi, membuat
kekhawatiran masyarakat yang tinggal di sekitar Pulau Lae-lae. Karena sewaktu-
waktu datang gelombang besar yang bisa menghantam rumah penduduk yang
berada di sekitar bibir pantai pulau Lae-lae. Selain itu dapat mengurangi
penghasilan nelayan, yang kesehariannya menggantungkan hidup mencari udang
dan kepiting. Ini terjadi saat pembangunan CPI dimulai sekitar tahun 2009-2010.
10
Setelah digagas tujuh tahun lamanya, ternyata proyek reklamasi pesisir
Makassar untuk membangun Center Point of Indonesia (CPI) belum memiliki izin
yang lengkap. Berdasarkan surat Kementrian Kelautan dan Perikanan tanggal 29
maret 2016 dengan nomor B.230/SJ/TU.210/III/2016 dalam ayat ke 4 mengatakan
bahwa Kementrian Kelautan dan Perikanan belum pernah mengeluarkan izin
lokasi dan izin pelaksanaan reklamasi untuk pembangunan Center Point of
Indonesian. Selain itu, kawasan CPI juga merupakan kawasan strategi nasional
karena masuk dalam wilayah Mamminasata (Makassar, Maros,
Gowa, dan Takalar). Artinya untuk menggarap wilayah yang termasuk dalam
kawasan strategi nasional dibutuhkan izin Pemerintah Pusat terlebih dahulu. Hal
menarik yang justru terjadi adalah pembangunan Center Point of Indonesia telah
berjalan tanpa izin dan menodai konstitusi serta aturan perundang – undangan
Republik Indonesia. Karena yang melanggar adalah penyelenggara Negara itu
sendiri.
11
Makassar. Padahal ruang publik merupakan kawasan penting tempat
berkumpulnya orang – orang. Ruang publik besar peranannya dalam sebuah
proses demokrasi, sebab di dalamnya masyarakat bebas menyatakan argumen dan
sikapnya tanpa ada batasan dan perbedaan apapun. Pada awalnya, CPI diduga
mampu menjadi solusi dari masalah minimnya Ruang Publik Terbuka Hijau di
Kota Makassar. Namun presepsi itu justru terpatahkan ketika melihat 70 % atau
100 Hektar dari kawasan CPI justru akan menjadi kawasan bisnis yang telah
menjadi kesepakatan antara pemerintah dan pihak pengembang. Yang menjadi
pertanyaan besar adalah mengapa proyek yang digagas oleh Pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan justru mendapatkan bagian yang lebih sedikit dibanding pihak
pengembang, banyak instansi terkait yang mulai tertarik untuk memeriksa kasus
CPI . salah satunya adalah KOPEL (Komisi Pemantau Legislatif) yang melihat
ada potensi kerugian Negara sebesar 15,5 Triliun rupiah.
12
berimbas pada ekonomi nelayan. Matinya biota laut dapat membuat ikan yang
dulunya mempunyai sumber pangan menjadi lebih sedikit sehingga ikan tersebut
akan melakukan migrasi ke daerah lain atau kearah laut yang lebih dalam, hal ini
tentu saja akan mempengaruhi pendapatan para nelayan setempat.
13
dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase. Selanjutnya, dalam
Pasal 34 menjelaskan bahwa reklamasi hanya dapat dilaksanakan jika manfaat
sosial dan ekonomi yang diperoleh lebih besar dari biaya sosial dan biaya
ekonomi yang dikeluarkan. Namun demikian, pelaksanaan reklamasi juga wajib
menjaga dan memperhatikan beberapa hal seperti; keberlanjutan kehidupan dan
penghidupan masyarakat, keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan
kepentingan pelestarian fungsi lingkungan pesisir dan pulau – pulau kecil.
14
pelaksanaan reklamasi justru yang terjadi adalah sebaliknya, AMDAL hanya
menjadi pembungkus bau amis reklamasi CPI.
Apabila AMDAL yang menjadi syarat penting telah diabaikan, maka ancaman
kerusakan lingkungan pesisir semakin nyata seperti; perubahan alur air
mengakibatkan daerah diluar reklamasi akan mendapat limpahan air yang banyak
sehingga kemungkinan akan terjadinya abrasi, tergerus atau mengakibatkan
terjadinya banjir rob; ancaman kepunahan biota laut baik flora maupun fauna
karena timbunan tanah urugan; serta secara otomatis sistem hidrologi gelombang
air laut yang jatuh ke pantai akan berubah dari alaminya
Hal yang terpenting dalam perencanaan kebijakan reklamasi pantai ini lebih
mengakomodasi kepentingan masyarakat, karena pantai sebagai sumber daya
alam penting milik bersama harus diusahakan untuk sebesar-besar kepentingan
15
publik. Center Point of Indonesia adalah sebuah mahakarya yang bisa saja
membanggakan masyarakat Sulawesi Selatan.
16
bakau yang masih banyak terdapat di wilayah kecamatan Mariso, Tallo,
Biringkanayya dan Tamalanrea diprediksi akan hilang. Reklamasi Energy
centre pada pesisir Tallo akan merusak lingkungan pesisir dan daerah aliran
sungai Tallo. Disisi lain tanaman lamun sebagai bagian dari ekosistem pesisir
juga akan hilang. Reklamasi yang dilakukan secara luas akan menghilangkan
biota laut alami. Proyek reklamasi dibeberapa tempat seperti reklamasi pantai
Boulevard Manado, pulau Serangan, Sanur Bali dan reklamasi pesisir Jakarta
bisa menjadi rujukan dampak buruk reklamasi bagi lingkungan dan
masyarakat.
4. Alokasi ruang reklamasi yang begitu besar dalam perda RTRW juga tidak
mempertimbangkan daya dukung lingkungan pesisir (carrying capacity).
Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Alokasi ruang
reklamasi di dalam Ranperda RTR KSP COI dapat dikatakan pengabaian
terhadap kapasitas lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung
kegiatan masyarakat yang menggunakan ruang bagi kelangsungan hidupnya.
Hasil penentuan daya dukung lingkungan hidup seharusnya dijadikan acuan
dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah kota Makassar. Daya dukung
lingkungan hidup tidak dapat dibatasi berdasarkan batas wilayah administratif,
penerapan rencana tata ruang harus memperhatikan aspek keterkaitan
ekologis, efektivitas dan efisiensi pemanfaatan ruang, serta dalam
pengelolaannya memperhatikan keterkaitan antar daerah.
5. Reklamasi untuk ruang terbuka hijau (RTH) tidak akan mengembalikan
fungsi ekosistem laut. Proyek reklamasi justeru akan menghilangkan habitat
alami tanaman bakau yang masih banyak terdapat di wilayah pesisir
kecamatan Mariso, Tallo, Biringkanayya dan Tamalanrea. Hutan bakau
memiliki arti penting bagi nelayan tradisional dan masyarakat yang tinggal di
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Tak hanya menyelamatkan kehidupan
mereka dari ancaman abrasi pesisir pantai, kawasan bakau juga memberi
kontribusi ekonomi bagi mereka. Ikan, udang, kepiting, dan organisme lainnya
menempatkan kawasan bakau sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah
17
untuk bertelur (spawning ground), dan daerah untuk mencari makan (feeding
ground). Reklamasi akan berdampak pada hancurnya fisik perairan pantai,
ekosistem pesisir, dan sumber-sumber penghidupan sosial-ekonomi
masyarakat. Reklamasi akan memberikan potensi dampak lingkungan yang
massif terhadap pulau-pulau kecil yang berada dalam wilayah kota Makassar.
6. Dalam konteks payung hukum reklamasi, kegiatan reklamasi di wilayah
pesisir haruslah di atur dalam regulasi di level propivinsi dalam bentuk perda
zonasi wilayah pesisir, dan perizinan kegiatan reklamasi haruslah
mendapatkan izin dari kementerian Kelautan dan Perikanan sebagaimana di
atur dalam Permen Kelautan dan Perikanan No 17 tahun 2013 tentang
pedoman perizinan reklamasi dan Permen Pekerjaan Umum No.
40/PRT/M/2007 tentang pedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi
pantai. Selain itu, wilayah pesisir kota Makassar juga merupakan Kawasan
Strategis Nasional sebagaimana di atur dalam RTRWN, sehingga
pembangunan maupun pengembangan kota diwilayah pesisir Makassar
seharusnya mendapatkan alas legal dari kementerian Kelautan dan Perikanan
serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
7. Awalnya, Pemprov Sulsel menyatakan bahwa Proyek CPI dibiayai dengan
sistem cost sharing APBD Sulsel dengan APBN. Anggaran dari APBD Sulsel
akan dianggarkan tiap tahun, sama dengab APBN dengan sistem multiyears.
Namun hingga kini, proyek CPI terkesan memberatkan APBD Sulsel yang
telah menggelontorkan Rp.224M untuk proyek CPI. Sementara dana APBN
hanya berasal dari dana pinjaman PIP sebesar Rp.164 M yang bersumber dari
dana Pusat Investasi Pemerintah (PIP) untuk membiayai proyek CPI. Namun
dana PIP tersebut merupakan dana pinjaman daerah pada pemerintah pusat
yang dianggap sebagai hutang. Jadi Pemprov Sulsel berhutang 164M ke
pemerintah pusat.
Saat ini, perlindungan dan pemulihan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
yang menjamin keberlanjutan kehidupan social ekonomi masyararakat hendaknya
lebih diutamakan dalam penyusunan rencana tata ruang kota Makassar.
18
Penegakan hukum juga harus berjalan tanpa pandang bulu terhadap pelaku
kejahatan lingkungan hidup dan pelanggaran pemamfaatan ruang.
C. Pengembangan Fasilitas Sarana Dan Prasarana CPI
Dari proyek CPI seluas 157 hektare, diantaranya di atas lahan reklamasi untuk
Pemprov Sulawesi Selatan akan dibangun Masjid berkubah 99, kantor
pemerintahan, area terbuka hijau, taman interaktif dan terdapat pula pantai buatan.
Selain itu, saat ini Makassar sedang mengebut pembangunan mega proyek,
Center Point of Indonesia (CPI), yaitu proyek prestisius bernilai Triliunan Rupiah,
di sekitar pantai losari dan Tanjung Bunga. Proyek raksasa ini diawali dengan
reklamasi total Pantai Losari, yang sudah dimulai sejak Maret lalu. Nantinya, di
kawasan dengan luas total 600 hektar itu akan terdapat bangunan bangunan
menjulang tinggi, pusat bisnis dan pemerintahan, kawasan hiburan, hotel hotel
kelas dunia yang dilengkapi dengan lapangan golf dengan view ke laut lepas dan
pemandangan menakjubkan ke pulau pulau di Teluk Makassar.
Di kawasan ini juga akan dibangun Istana Presiden, yang berdiri di atas laut.
Di kawasan CPI juga akan dibangun Masjid Termegah di Asia, sekelas Taj Mahal
di India. Ada juga The Makassar Notradamus, yaitu taman 1000 patung Pahlawan
Indonesia. Masih di lokasi yang sama, Makassar juga akan membangun Public
Space atau area publik terluas di Dunia. Di lapangan nan luas ini, akan terdapat
banyak kawasan hijau, tempat bermain, taman bunga, tempat beristrahat, dan
19
tentunya pantai buatan. Di sekitar kawasan ini juga akan terdapat Waterfront dan
Marinas.
Center Point Of Indonesia akan dilengkapi dengan dua jalan layang selebar
Center Point of Indonesia juga akan dilengkapi dengan sebuah menara yang
menyerupai Oriental Pearl Tower di Shanghai. Menara setinggi 300 meter itu
akan difasilitasi dengan dek anjungan berputar. Menara itu akan dibangun tepat di
tengah tengah proyek CPI. Selain itu, Center Point of Indonesia akan memanjakan
pengunjung karena sudah terintegrasi dengan Trans Studio Indoor Theme Park,
karena akan dilewati oleh jalur Monorail. Nantinya beberapa pantai dan pulau
pulau buatan di CPI juga akan dihubungkan dengan kereta gantung (Gondola)
terpanjang di Asia.
20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari proyek CPI seluas 157 hektare, diantaranya di atas lahan reklamasi untuk
Pemprov Sulawesi Selatan akan dibangun Masjid berkubah 99, kantor
pemerintahan, area terbuka hijau, taman interaktif dan terdapat pula pantai buatan.
B. Saran
21
3. Pembangungan Center Point of Indonesia tidak merusak lingkungan dan
membahayakan biota laut.
4. Pembangunan Center Point of Indonesia juga harus memperhatikan hak –
hak asasi dari masyarakat pesisir.
22
DAFTAR PUSTAKA
http://lbhmakassar.org/publikasi/opini/bahaya-laten-reklamasi-centre-point-of-
indonesia-cpi/
http://www.mongabay.co.id/2016/01/15/terumbu-karang-pesisir-makassar-rusak-
parah-dampak-reklamasi/
http://www.mongabay.co.id/2014/04/18/bangun-kawasan-industri-dan-wisma-
negara-nelayan-makassar-diusir-kampung-dihancurkan/
http://lpds.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=796:titik-
tengah-indonesia-dibangun-dan-digugat&catid=32:climatereporter&Itemid=46
http://himapolunhas.org/2016/07/27/center-point-of-indonesia-riwayatmu-kini/
23