Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUUAN

A. Latar Belakang
Mekanisme perencanaan pembangunan wilayah nasional berjalan  melalui
dua pendekatan utama, yaitu pembangunan sektoral dan regional. Hasil dua
pendekatan diharapkan dapat menciptakan landasan yang kuat bagi bangsa
Indonesia untuk tumbuh dan bekembang atas dasar kekuatan sendiri dan
mewujudkan masyarakat adil makmur berdasarkan pancasila. Kenyataannya,
upaya menciptakan keselarasan dan keserasian dua strategi tersebut
merupakan hak pelik, bahkan cenderung kontradiktif dan dikotomis.
Strategi pembangunan yang hanya mendasarkan pertumbuhan ekonomi
tanpa memperhatikan aspek distribusi (pemerataan), perluasan kesempatan
kerja, penghapusan kemiskinan serta aspek wilayah, walaupun pada tahp
awalnya berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, namin akhirnya akan
mengalami berbagai masalah tersebut.
Untuk mengatasi masalah tersebut tentunya diperlukan kebijaksanaan yang
menangani masalah ruang, dalam hal ini adalah kebijaksanaan pengembangan
wilayah. Kebijaksanaan ini berkenaan dengan lokasi dimana pembangunan
tidak terjadi pada tiap bagian wilayah dengan merata. Pemerataan perencanaan
wilayah adalah untuk menghubungkan kegiatan yang terpisah-pisah untuk
mencapai tujuan pembangunan nasional
Dalam kaitannya maka aka nada analisis pembangunan yaitu
Pembangunan Centre Point of Indonesia (CPI) yang merupakan kawasan
terpadu yang juga merupakan hasil reklamasi pantai. Proyek Center Point of
Indonesia (CPI) diagendakan dibangun di Kawasan Tanah Tumbuh, Metro
Tanjungbunga, Kecamatan Mariso, Makassar . Proyek ini akan melakukan
reklamasi di area 150 hektar di kawasan Losari.
Reklamasi pada dasarnya dapat memberikan keuntungan dan dapat
membantu kota dalam rangka penyediaan lahan untuk berbagai keperluan
(pemekaran kota), penataan daerah pantai, pengembangan wisata bahari, dan

1
lain-lain. Namun harus diingat pula bahwa bagaimanapun juga, reklamasi
adalah bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap keseimbangan
lingkungan alamiah pantai yang selalu dalam keadaan seimbang dinamis
sehingga akan melahirkan perubahan ekosistem seperti perubahan pola arus,
erosi dan sedimentasi pantai, dan berpotensi gangguan lingkungan.
Laporan ini kami buatkan analisis dalam pembangunan CPI tidak terlepas
dari mata kuliah yang kami ikuti yaitu geografi pembangunan. Dalam analisis
ini kami akan menggunakan analisis dalam segi pendekatan keruangan dan
pendekatan kelingkungan yang menjadi satu menjadi pendekatan kompleks
wilayah.
Dalam pembahasan Pembangunan Centre Point of Indonesia (CPI) sangat
penting dilakukan berhubung banyak yang dapat dipelajari dalam segala aspek
dari sisi geografi.
B. Rumuusan Masalah
Adapun rumusan masalah yaitu :
1. Mengapa Center Point Of Indonesia (CPI) terletak dikawasan
pantai losari ?
2. Bagaimana dampak pembanguunan CPI terhadap lingkuungan
sekitar ?
3. Bagaimana pengembangan fasilitas sarana dan prasarana
padakawasan CPI ?
C. Tujuan dan Manfaat Hasil Pengkajian
Adapun tujuannya, yaitu :
1. Mengetahui alasan letak Center Point Of Indonesia (CPI)
dikawasan pantai losari
2. Mengetahui dampak pembangunan CPI terhadap lingkungan
sekitar
3. Mengetahui pengembangan fasilitas sarana dan prasarana
padakawasan CPI

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Lingkungan

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup


keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora
dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan
kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana
menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan juga dapat diartikan
menjadi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi
perkembangan kehidupan manusia.

Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik


adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim,
kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala
sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-
organisme. (Wikipedia)

B. Pembangunan

Pada hakekatnya, pengertian pembangunan secara umum pada hakekatnya


adalah proses perubahan yang terus menerus untuk menuju keadaan yang
lebih baik berdasarkan norma-norma tertentu. Mengenai pengertian
pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam seperti
halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu
orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu
dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa
pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan
Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).Untuk lebih jelasnya berikut ini
disajikan pengertian pembangunan menurut beberapa ahli .

Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai


“Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang

3
berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan
pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation
building)”. Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan 17
pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke
arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”.

Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup


seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan,
pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes
(1976) mendefinisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial
dan budaya. Sama halnya dengan Portes, menurut Deddy T. Tikson (2005)
bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai transformasi
ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi
menuju arah yang diinginkan.

Sedangkan dalam pengertian ekonomi murni, pembangunan adalah suatu


usaha proses yang menyebabkan pendapatan perkapita masyarakat meningkat
dalam jangka panjang. (Sukirno, 1995 : 13). Dengan demikian, proses
pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial,
budaya, politik, yang berlangsung pada level makro (nasional) dan mikro.
Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan/perbaikan
(progress), pertumbuhan dan diversifikasi. Sebagaimana dikemukakan oleh
para para ahli di atas, pembangunan adalah semua proses perubahan yang
dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana (Riyadi dan Deddy
Supriyadi Bratakusumah, 2005).

C. Reklamasi

Reklamasi berasal dari kosa kata dalam Bahasa Inggris, to reclaim yang
artinya memperbaiki sesuatu yang rusak. Secara spesifik dalam Kamus Bahasa
Inggris-Indonesia Departemen Pendidikan Nasional, disebutkan arti reclaim
sebagai menjadikan tanah (from the sea). Masih dalam kamus yang sama, arti
kata reclamation diterjemahkan sebagai pekerjaan memperoleh tanah. Ada

4
beberapa sumber yang mendefinisikan arti dari reklamasi yaitu sebagai
berikut:

1. Menurut Pedoman Reklamasi di Wilayah Pesisir (2005), reklamasi


adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam rangka
meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut
lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan
lahan atau drainase.

2. Peraturan Menteri Perhubungan No PM 52 Tahun 2011 menyebutkan


bahwa, reklamasi adalah pekerjaan timbunan di perairan atau pesisir
yang mengubah garis pantai dan atau kontur kedalaman perairan.

3. Berdasarkan Pedoman Pengembangan Reklamasi Pantai dan


Perencanaan Bangunan Pengamanannya (2004), reklamasi pantai
adalah meningkatkan sumberdaya lahan dari yang kurang bermanfaat
menjadi lebih bermanfaat ditinjau dari sudut lingkungan, kebutuhan
masyarakat dan nilai ekonomis.

4. Menurut Perencanaan Kota (2013), reklamasi sendiri mempunyai


pengertian yaitu usaha pengembangan daerah yang tidak atau kurang
produktif (seperti rawa, baik rawa pasang surut maupun rawa pasang
surut gambut maupun pantai) menjadi daerah produktif (perkebunan,
pertanian, permukiman, perluasan pelabuhan) dengan jalan
menurunkan muka air genangan dengan membuat kanal – kanal,
membuat tanggul/ polder dan memompa air keluar maupun dengan
pengurugan.

5. Berdasarkan Modul Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan


Reklamasi (2007) adalah suatu pekerjaan/usaha memanfaatkan
kawasan atau lahan yang relatif tidak berguna atau masih kosong dan
berair menjadi lahan berguna dengan cara dikeringkan. Misalnya di
kawasan 5 pantai, daerah rawa-rawa, di lepas pantai/di laut, di tengah
sungai yang lebar, ataupun di danau.

5
Tujuan dari adanya reklamasi menurut Modul Terapan Pedoman
Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai (2007) yaitu untuk
menjadikan kawasan berair yang rusak atau belum termanfaatkan menjadi
suatu kawasan baru yang lebih baik dan bermanfaat. Kawasan daratan baru
tersebut dapat dimanfaatkan untuk kawasan permukiman, perindustrian, bisnis
dan pertokoan, pelabuhan udara, perkotaan, pertanian, jalur transportasi
alternatif, reservoir air tawar di pinggir pantai, kawasan pengelolaan limbah
dan lingkungan terpadu, dan sebagai tanggul perlindungan daratan lama dari
ancaman abrasi serta untuk menjadi suatu kawasan wisata terpadu.

Namun menurut Perencanaan Kota (2013), tujuan dari reklamasi pantai


merupakan salah satu langkah pengembangan kota. Reklamasi diamalkan oleh
negara atau kota-kota besar yang laju pertumbuhan dan kebutuhan lahannya
meningkat demikian pesat tetapi mengalami kendala dengan semakin
menyempitnya lahan daratan (keterbatasan lahan). Dengan kondisi tersebut,
pemekaran kota ke arah daratan sudah tidak memungkinkan lagi, sehingga
diperlukan daratan baru. Menurut Max Wagiu (2011), tujuan dari program
reklamasi ditinjau dari aspek fisik dan lingkungan yaitu:

 Untuk mendapatkan kembali tanah yang hilang akibat gelombang


laut.

 Untuk memperoleh tanah baru di kawasan depan garis pantai untuk


mendirikan bangunan yang akan difungsikan sebagai benteng
perlindungan garis pantai.

D. Manfaat Reklamasi

Reklamasi pantai sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan lahan perkotaan


menjadi kemutlakan karena semakin sempitnya wilayah daratan. Kebutuhan
dan manfaat reklamasi dapat dilihat dari aspek tata guna lahan, aspek
pengelolaan pantai dan ekonomi. Tata ruang suatu wilayah tertentu kadang
membutuhkan untuk direklamasi agar dapat berdaya dan hasil guna. Untuk
pantai yang diorientasikan bagi pelabuhan, industri, wisata atau pemukiman

6
yang perairan pantainya dangkal wajib untuk direklamasi agar bisa
dimanfaatkan.
Terlebih kalau di area pelabuhan, reklamasi menjadi kebutuhan mutlak
untuk pengembangan fasilitas pelabuhan, tempat bersandar kapal, pelabuhan
peti-peti kontainer, pergudangan dan sebagainya. Dalam perkembangannya
pelabuhan ekspor – impor saat ini menjadi area yang sangat luas dan
berkembangnya industri karena pabrik, moda angkutan, pergudangan yang
memiliki pangsa ekspor – impor lebih memilih tempat yang berada di lokasi
pelabuhan karena sangat ekonomis dan mampu memotong biaya transportasi.
Aspek perekonomian adalah kebutuhan lahan akan pemukiman, semakin
mahalnya daratan dan menipisnya daya dukung lingkungan di darat
menjadikan reklamasi sebagai pilihan bagi negara maju atau kota metropolitan
dalam memperluas lahannya guna memenuhi kebutuhan akan pemukiman.
Fungsi lain adalah mengurangi kepadatan yang menumpuk dikota dan
meciptakan wilayah yang bebas dari penggusuran karena berada di wilayah
yang sudah disediakan oleh pemerintah dan pengembang, tidak berada di
bantaran sungai maupun sempadan pantai. Aspek konservasi wilayah pantai,
pada kasus tertentu di kawasan pantai karena perubahan pola arus air laut
mengalami abrasi, akresi sehingga memerlukan pembuatan Groin (pemecah
ombak) atau dinding laut sebagai mana yang dilakukan di daerah Ngebruk
Mankang Kulon. Reklamasi dilakukan diwilayah pantai ini guna untuk
mengembalikan konfigurasi pantai yang terkena abrasi kebentuk semula.
Kegiatan Reklamasi pantai memungkinkan timbulnya dampak yang
diakibatkan. Adapun untuk menilai dampak tersebut bisa dibedakan dari
tahapan yang dilaksanakan dalam proses reklamasi, yaitu : (Maskur, 2008)
1. Tahap Pra Konstruksi, antara lain meliputi kegiatan survey teknis dan
lingkungan, pemetaan dan pembuatan pra rencana, perijinan,
pembuatan rencana detail atau teknis.
2. Tahap Konstruksi, kegiatan mobilisasi tenaga kerja, pengambilan
material urug, transportasi material urug, proses pengurugan.

7
3. Tahap Pasca Konstruksi, yaitu kegiatan demobilisasi peralatan dan
tenaga kerja, pematangan lahan, pemeliharaan lahan.
Wilayah yang kemungkinan terkena dampak adalah : 
1. Wilayah pantai yang semula merupakan ruang publik bagi masyarakat
akan hilang atau berkurang karena akan dimanfaatkan kegiatan privat.
Dari sisi lingkungan banyak biota laut yang mati baik flora maupun
fauna karena timbunan tanah urugan sehingga mempengaruhi
ekosistem yang sudah ada. 
2. System hidrologi gelombang air laut yang jatuh ke pantai akan berubah
dari alaminya. Berubahnya alur air akan mengakibatkan daerah diluar
reklamasi akan mendapat limpahan air yang banyak sehingga
kemungkinan akan terjadi abrasi, tergerus atau mengakibatkan
terjadinya banjir atau rob karena genangan air yang banyak dan lama.
3. Ketiga, aspek sosialnya, kegiatan masyarakat di wilayah pantai
sebagian besar adalah petani tambak, nelayan atau buruh. Dengan
adanya reklamasi akan mempengaruhi ikan yang ada di laut sehingga
berakibat pada menurunnya pendapatan mereka yang menggantungkan
hidup kepada laut. Selanjutnya adalah aspek ekologi, kondisi
ekosistem di wilayah pantai yang kaya akan keanekaragaman hayati
sangat mendukung fungsi pantai sebagai penyangga daratan.
Ada bermacam dampak reklamasi daerah pesisir pantai yang banyak
dilakukan pada negara atau kota maju dalam rangka memperluas daratan
sehingga bisa digunakan untuk area bisnis, perumahan,wisata rekreasi dan
keperluan lainya. selalu ada dampak positif dan negatif dalam setiap kegiatan
termasuk dalam hal pengurugan tepi laut ini, bisa jadi yang melakukan
kegiatan hanya mendapat keuntunganya saja sementara kerugian harus
ditanggung oleh pihak yang tidak mengerti apa-apa, tanpa disadari banyak
daerah pesisir pantai terpencil yang hilang karena aktifitas reklamasi ini.

8
BAB III
PEMBAHASAN

A. Letak Center Point Of Indondesia (CPI)

Pembanguunan center point of Makassar terletak di sekitar pantai losari


dikarenakan konon letak Makassar secara geografis terletak di tengah titik tengah
indonesia. Jika diukur dari ujung Sumatera yang jaraknya 2500 km dan dari ujung
Papua sepangajang 2500 km,maka Makassar adalah daerah terdekat dari titik
pusat Indonesia, yang terletak diantara laut Jawa dan selat Makassar. Lahan
reklamasi saat ini dalam proses pembangunan. Desain berbentuk burung garuda
dilihat dari atas. Dari kepala, sayap dan ekor burung garuda lahan yang
dipergunakan sekitar 60 hektare. Sekitar 80 persen dikelola pemerintah daerah.

Proyek Center Point of Indonesia adalah sebuah proyek besar yang melibatkan
penguasa sebagai pemangku kebijakan dan pengusaha sebagai pemenang tender.
Proyek ini nantinya akan dibangun kawasan bisnis, Ruang Terbuka Hijau (RTH),
pelabuhan, perumahan modern, dan wisma Negara. Center Point of Indonesia
(CPI) juga dilakukan dengan menimbun kurang lebih 100 Hektar lahan pesisir
yang ditimbun dengan 22 juta kubik material timbunan.

B. Dampak Pembangunan CPI

Setiap rakyat yang menjadi bagian dari warga Negara Indonesia akan merasa
senang jika reklmasi dapat sejajar dengan proyek – proyek reklamasi Negara maju
lainnya. Reklamasi pesisir Kota Makassar untuk membangun Center Point of
Indonesia (CPI) menuai banyak masalah dan tanda tanya diberbagai kalangan.
CPI yang dimaksudkan untuk menjadikan Sulawesi Selatan yang diwakili Kota
Makassar untuk menjadi titik tengah atau pusat Indonesia, justu mendapat banyak
penolakan dikalangan aktifis. Para aktifis yang tergabung dalam Kolalisi
Makassar Tolak Reklamasi (MTR) mempunyai pendapat bahwa penimbunan
tanah yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan akan berdampak
pada ekosistem pesisir kota Makassar, diantaranya adalah : 60% terumbu karang
di pesisir kota Makassar telah rusak, reklamasi akan menambah presentasi

9
kerusakan terumbu karang, dan reklamasi juga akan menghilangkan ekosistem
mangrove di beberapa kecamatan di Makassar. Reklamasi yang telah dikerjakan
sejak tahun 2009 telah mengubah air laut di wilayah pesisir Makassar menjadi
hitam pekat dan ada potensi reklamasi akan mengubah bentang alam pesisir
Makassar dan juga pola arus laut.

Reklamasi atau proses penimbunan ternyata tidak hanya berdampak pada


lingkungan dan biota laut pesisir Kota Makassar. Reklamasi yang ditujukan untuk
proyek komersil tersebut telah mengubah kehidupan sosial masyarakat pesisir.
Masyarakat Kota Makassar yang tinggal selama puluhan tahun di wilayah pesisir
yang sebelumnya adalah nelayan, pembuat perahu, penjual ikan, dan pencari
kerang terpaksa berganti profesi. Terhitung ada 456 nelayan di Panambungan
yang kehilangan mata pencahariannya karena reklamasi. Tidak hanya mengubah
mata pencaharian masyarakat pesisir, Reklamasi juga telah menggusur 45 Kepala
Keluarga yang tinggal diatas lahan 10 hektar di wilayah pesisir tanpa kompensasi.
Penggusuran tersebut melanggar undang – undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia. Ketika Center Point of Indonesia (CPI) telah dibangun nantinya,
akses untuk masuk di kawasan pesisir diprediksi akan dikenakan tarif berbayar
karena memasuki zona komersil. Wilayah milik Negara yang bebas di akses
hanya 30 % dari total wilayah atau sekitar 57 hektar lahan yang akan dibangun
Wisma Negara, Ruang Terbuka Hijau, Museum dan fasilitas publik lainnya.
Sedangkan 70 % sisanya atau 100 hektar adalah milik swasta.

Di seberang areal reklamasi terdapat Pulau Lae lae, yang dihuni lebih dari
1.600 jiwa di pulau seluas 8 hektar. Dibangunnya proyek reklamasi, membuat
kekhawatiran masyarakat yang tinggal di sekitar Pulau Lae-lae. Karena sewaktu-
waktu datang gelombang besar yang bisa menghantam rumah penduduk yang
berada di sekitar bibir pantai pulau Lae-lae. Selain itu dapat mengurangi
penghasilan nelayan, yang kesehariannya menggantungkan hidup mencari udang
dan kepiting. Ini terjadi saat pembangunan CPI dimulai sekitar tahun 2009-2010.

10
Setelah digagas tujuh tahun lamanya, ternyata proyek reklamasi pesisir
Makassar untuk membangun Center Point of Indonesia (CPI) belum memiliki izin
yang lengkap. Berdasarkan surat Kementrian Kelautan dan Perikanan tanggal 29
maret 2016 dengan nomor B.230/SJ/TU.210/III/2016 dalam ayat ke 4 mengatakan
bahwa Kementrian Kelautan dan Perikanan belum pernah mengeluarkan izin
lokasi dan izin pelaksanaan reklamasi untuk pembangunan Center Point of
Indonesian. Selain itu, kawasan CPI juga merupakan kawasan strategi nasional
karena masuk dalam wilayah Mamminasata (Makassar, Maros,
Gowa, dan Takalar). Artinya untuk menggarap wilayah yang termasuk dalam
kawasan strategi nasional dibutuhkan izin Pemerintah Pusat terlebih dahulu. Hal
menarik yang justru terjadi adalah pembangunan Center Point of Indonesia telah
berjalan tanpa izin dan menodai konstitusi serta aturan perundang – undangan
Republik Indonesia. Karena yang melanggar adalah penyelenggara Negara itu
sendiri.

Sebenarnya reklamasi yang digagas oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi


Selatan sudah melanggar draft Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (Ranperda RTRW) Kota Makassar. Pertama, draft Ranperda
RTRW yang dibuat pemerintah dan DPRD tentang CPI belum memiliki kajian
yang jelas. Kedua, anggaran yang dikeluarkan untuk CPI tidak ada dalam APBD
2009, melainkan untuk Equalibrium Center Park (ECP) yang artinya Center Point
of Indonesia adalah proyek yang tiba – tiba saja muncul dalam pembahasan draft
ranperda RTRW. Ketiga, pada draft renperda RTRW 2005 – 2015 Ruang Terbuka
Hijau(RTH) adalah prioritas utama. Namun hal ini berubah ketika penyusan
RTRW 2010 – 2030 yang lebih mengutamakan pengembangan Kawasan Terpadu.

Pembangunan infrastruktur di Kota Makassar sebenarnya sudah cukup


memadai. Bahkan Makassar dikenal sebagai kota metropolitan di kawasan timur
Indonesia. Yang menjadi permasalahan adalah banyaknya masalah – masalah
lingkungan yang juga di politisisasi. Polemik di Kota Makassar yang harus
diperhatikan adalah tentang Ruang Publik Terbuka Hijau yang masih sedikit dan
tidak sebanding dengan jumlah masyarakat yang tinggal atau berdomisili di Kota

11
Makassar. Padahal ruang publik merupakan kawasan penting tempat
berkumpulnya orang – orang. Ruang publik besar peranannya dalam sebuah
proses demokrasi, sebab di dalamnya masyarakat bebas menyatakan argumen dan
sikapnya tanpa ada batasan dan perbedaan apapun. Pada awalnya, CPI diduga
mampu menjadi solusi dari masalah minimnya Ruang Publik Terbuka Hijau di
Kota Makassar. Namun presepsi itu justru terpatahkan ketika melihat 70 % atau
100 Hektar dari kawasan CPI justru akan menjadi kawasan bisnis yang telah
menjadi kesepakatan antara pemerintah dan pihak pengembang. Yang menjadi
pertanyaan besar adalah mengapa proyek yang digagas oleh Pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan justru mendapatkan bagian yang lebih sedikit dibanding pihak
pengembang, banyak instansi terkait yang mulai tertarik untuk memeriksa kasus
CPI . salah satunya adalah KOPEL (Komisi Pemantau Legislatif) yang melihat
ada potensi kerugian Negara sebesar 15,5 Triliun rupiah.

Dampak positif dari reklamasi pantai tersebut adalah mengatasi kurangnya


lahan di Makassar. Reklamasi juga sekaligus mereduksi kerusakan ekosistem
secara terencana, kondisi ekonomi setelah reklamasi yaitu adanya areal publik dan
pembanguna mall di Pantai Losari cukup berkontribusi pada peningkatan PAD
Kota Makassar, begitupun juga dengan pendapatan masyarakat pengguna kawasan
Pantai Losari yaitu terjadinya peningkatan penghasilan mereka akibat semakin
meningkat jumlah pengunjung yang datang di kawasan tersebut, selain itu dengan
proyek perluasan reklamasi pantai ini dapat menjadi suatu opportunity untuk
melakukan penataan kawasan sempadan pantai yang lebih baik dan membantu
misi pemerintah kota untuk menjadi water front city.

Dampak negative sekaligus ancaman yang timbul akibat reklamasi pantai


tersebut yaitu jalur nelayan semakin sempit dan terkurung dahulu para nelayan
bisa mencari kerang dalam waktu dua jam bisa memperoleh satu karung kerang
besar tetapi sekarang semakin sulit karena dibangunnya jalan lurus dari Pantai
Losari menuju Tanjung Bayang, ekosistem akan hilang akibat adanya reklamasi.
Akibatnya adalah kerusakan wilayah pantai dan laut yang pada akhirnya akan em
pantai yang sudah lama terbentuk dan tertata sebagaimana mestinya dapat hancur

12
berimbas pada ekonomi nelayan. Matinya biota laut dapat membuat ikan yang
dulunya mempunyai sumber pangan menjadi lebih sedikit sehingga ikan tersebut
akan melakukan migrasi ke daerah lain atau kearah laut yang lebih dalam, hal ini
tentu saja akan mempengaruhi pendapatan para nelayan setempat.

Menurut Guru Besar MIPA Universitas Hasanuddin, Dadang Ahmad


Suriamiharja, mengatakan reklamasi pemerintah Makassar di pesisir Losari tidak
memperhitungkan sirkulasi dan hidrologi air jadi tidak ada lagi proses pergantian
air sehingga terlihat air berlumpur, bau menyengat dan hitam, menghilangkan
kawasan serapan air karena menjadi jalan utama lintas Metro Tanjung Bunga,
merusak ekosistem mangrove, merusak terumbu karang, dan mematikan banyak
organisme yang biasa hidup di pesisir pantai selain itu ada ancaman abrasi pantai.
Di sisi berbeda, daerah perairan sekitar pulau mengalami sedimentasi cukup
parah. Termasuk banyak sampah kiriman dari daratan dahulu luas pulau ini
mencapai dua hektar lebih. Perlahan luas daratan pulai ini menyempit akibat
abrasi beberapa tahun silam.

Tantangan bagi perencana untuk lebih menimbang dan melakukan kajian


mendalam dan sistematis untuk penerapan reklamasi pantai. Semua aspek
kehidupan perlu diperhitungkan agar sebuah strategi yang ditujukan untuk
menyelesaikan masalah perkotaan harus terselesaikan bukan justru menjadi
sebuah masalah baru lagi. Di sinilah diperlukan kepedulian dan kerja sama
sinergis dari semua komponen stakeholders. Reklamasi pantai, harus diarahkan
pada tujuan utama pemenuhan kebutuhan lahan baru karena kurangnya
ketersediaan lahan darat bukan usaha semata-mata yang ditujukan untuk
mendapatkan lahan dengan tujuan komersial.

Dalam hukum positif di Indonesia pengaturan mengenai reklamasi dapat


dilihat dalam Pasal 1 butir 23 Undang – Undang Nomor 27 Tahun 2007
sebagaimana telah diubah menjadi Undang – Undang Nomor 1 tahun 2014
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil, menjelaskan bahwa
reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam rangka meningkatkan
manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial-ekonomi

13
dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase. Selanjutnya, dalam
Pasal 34 menjelaskan bahwa reklamasi hanya dapat dilaksanakan jika manfaat
sosial dan ekonomi yang diperoleh lebih besar dari biaya sosial dan biaya
ekonomi yang dikeluarkan. Namun demikian, pelaksanaan reklamasi juga wajib
menjaga dan memperhatikan beberapa hal seperti; keberlanjutan kehidupan dan
penghidupan masyarakat, keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan
kepentingan pelestarian fungsi lingkungan pesisir dan pulau – pulau kecil.

Hingga saat ini tercatat sedikitnya 17 kabupaten/kota di Indonesia yang


menerapkan kebijakan reklamasi. Ironisnya, nelayan selalu ditempatkan sebagai
pihak tergusur dan memaksa nelayan untuk beralih profesi, serta mengabaikan
pelestarian fungsi lingkungan hidup. Tak terkecuali kegiatan reklamasi di wilayah
pesisir Pantai Makassar, salah satunya adalah proyek pembangunan kawasan
Centre Point of Indonesia (CPI).

Mengigat wilayah pesisir sangat rentan akan kerusakan ekosistem, maka


Analisis Mengena Dampak Lingkungan (AMDAL) mesti ditempatkan sebagai
instrumen pokok dalam pengelolaan lingkungan hidup. Keberadaan AMDAL
sangatlah diperlukan guna memperkecil resiko dari pembangunan yang akan
berdampak penting terhadap lingkungan hidup.

Sebagaimana kita ketahui bahwa pembangunan kawasan CPI yang akan


menimbun laut seluas 157,23 ha merupakan megaproyek yang nantinya akan
dibangun Kompleks Wisma Negara, Sunset Golf Park, Bussines Park, Diplomate
Village, dan lain sebagainya. Namun, megaproyek yang digagas sejak tahun 2009,
pada pelaksanaannya tidak didasari atas kelayakan AMDAL secara substansif-
komprohensif..

Menilik ironi tersebut, reklamasi kawasan pembangunan CPI dapat dikatakan


sebuah proyek ambisius, sehingga AMDAL hanya dilaksanakan untuk
menggugurkan syarat formal semata, tanpa melihat substansi pembangunan dalam
muatan AMDAL itu sendiri. Begitu besarnya pengaruh kekuasaan yang
mendistorsi penegakan hukum, AMDAL yang mestinya menjadi tumpuan pokok

14
pelaksanaan reklamasi justru yang terjadi adalah sebaliknya, AMDAL hanya
menjadi pembungkus bau amis reklamasi CPI.

Apabila AMDAL yang menjadi syarat penting telah diabaikan, maka ancaman
kerusakan lingkungan pesisir semakin nyata seperti; perubahan alur air
mengakibatkan daerah diluar reklamasi akan mendapat limpahan air yang banyak
sehingga kemungkinan akan terjadinya abrasi, tergerus atau mengakibatkan
terjadinya banjir rob; ancaman kepunahan biota laut baik flora maupun fauna
karena timbunan tanah urugan; serta secara otomatis sistem hidrologi gelombang
air laut yang jatuh ke pantai akan berubah dari alaminya

Reklamasi bukanlah satu – satunya alternatif penyelesaian masalah kepadatan


perkotaan dan pertumbuhan ekonomi yang utama karena mengingat dampak
lingkungan hidup dari hasil reklamasi yang harus dipikirkan dengan seksama
secara terstruktur dan sistematis. Apabila mengaca pada kondisi terkini di wilayah
pesisir Pantai Makassar, reklamasi kawasan CPI tidaklah mencerminkan hakikat
pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup sebab tidak
mengintegrasikan secara sistematis aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi
ke dalam perencanaan maupun pelaksanaan reklamasi, sehingga menjauhkan
pencapaian cita – cita kesejahteraan masyarakat, serta mutu hidup generasi masa
kini dan generasi masa mendatang.

Reklamasi di sekitar kawasan pantai dan di lepas pantai dapat dilaksanakan


dengan terlebih dahulu diperhitungkan kelayakannya secara transparan terhadap
seberapa besar kerusakan lingkungan yang diakibatkannya. Dengan kerja sama
yang sinergis antara Pemerintah dan jajarannya, serta masyarakat. Jika memang
berdampak positif maka reklamasi dapat dilaksanakan, namun sebaliknya jika
negatif tidak perlu direncanakan.

Hal yang terpenting dalam perencanaan kebijakan reklamasi pantai  ini lebih
mengakomodasi kepentingan masyarakat, karena pantai sebagai sumber daya
alam penting milik bersama harus diusahakan untuk sebesar-besar kepentingan

15
publik. Center Point of Indonesia adalah sebuah mahakarya yang bisa saja
membanggakan masyarakat Sulawesi Selatan.

Banyak dampak positif yang didapat dari pembangunan Center Point of


Indonesia, hanya saja pertama jika pembangunan yang dilakukan adalah murni
untuk kepentingan rakyat. Kedua terjadi akuntabilitas antara pemerintah dan pihak
pengembang. Ketiga, pembangungan Center Point of Indonesia tidak merusak
lingkungan dan membahayakan biota laut. Dan keempat pembangunan Center
Point of Indonesia juga harus memperhatikan hak – hak asasi dari masyarakat
pesisir.

Dalam konteks perencanaan pembangunan, Aliansi Selamatkan Pesisir (ASP)


tidak melihat adanya azas kehati-hatian (early warning) yang dikedepankan oleh
pemerintah. Produk Perda RTRW termasuk Rencana tata Ruang Kawasan
Strategis provinsi merupakan produk hukum yang akan dijadikan landasan dalam
pembangunan wilayah. Namun sejumlah fakta yang Aliansi Selamatkan Pesisir
(ASP) temukan justru bertolak belakang dengan kebutuhan wilayah itu sendiri,
antara lain;
1. Bahwa berdasarkan laporan hasil penelitian mahasiswa kelautan Unhas
(MSDC) yang di publikasi media massa, menyatakan bahwa  60% terumbu
karang di wilayah pesisir kota makassar telah rusak. Alokasi ruang reklamasi
yang nantinya akan dilaksanakan dalam asebuah proyek besar reklamasi akan
menambah parah presentasi kerusakan terumbu karang, dan semakin
mengesampingkan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat bagi
masyarakat.
2. Bahwa nelayan diwilayah kecamatan Mariso telah mengalami kesulitan
dalam mencari ikan disekitar perairan Makassar, serta alur transportasi perahu
juga semakin menyempit seiring pelaksanaan proyek reklamasi CPI berjalan,
yang mana akan berdampak langsung terhadap perlindungan serta
penghormatan hak atas pekerjaan bagi nelayan pesisir Makassar.
3. Alokasi kawasan reklamasi dipesisir Makassar selain akan menimbulkan
daya rusak pada terumbu karang, ekosistem perairan pesisir seperti tanaman

16
bakau yang masih banyak terdapat di wilayah kecamatan Mariso, Tallo,
Biringkanayya dan Tamalanrea diprediksi akan hilang. Reklamasi Energy
centre pada pesisir Tallo akan merusak lingkungan pesisir dan daerah aliran
sungai Tallo. Disisi lain tanaman lamun sebagai bagian dari ekosistem pesisir
juga akan hilang. Reklamasi yang dilakukan secara luas akan menghilangkan
biota laut alami. Proyek reklamasi dibeberapa tempat seperti reklamasi pantai
Boulevard Manado, pulau Serangan, Sanur Bali dan reklamasi pesisir Jakarta
bisa menjadi rujukan dampak buruk reklamasi bagi lingkungan dan
masyarakat.
4. Alokasi ruang reklamasi yang begitu besar dalam perda RTRW juga tidak
mempertimbangkan daya dukung lingkungan pesisir (carrying capacity). 
Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Alokasi ruang
reklamasi di dalam Ranperda RTR KSP COI dapat dikatakan pengabaian
terhadap kapasitas lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung
kegiatan masyarakat yang menggunakan ruang bagi kelangsungan hidupnya.
Hasil penentuan daya dukung lingkungan hidup seharusnya dijadikan acuan
dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah kota Makassar. Daya dukung
lingkungan hidup tidak dapat dibatasi berdasarkan batas wilayah administratif,
penerapan rencana tata ruang harus memperhatikan aspek keterkaitan
ekologis, efektivitas dan efisiensi pemanfaatan ruang, serta dalam
pengelolaannya memperhatikan keterkaitan antar daerah.
5. Reklamasi untuk ruang terbuka hijau (RTH) tidak akan mengembalikan
fungsi ekosistem laut. Proyek reklamasi  justeru akan menghilangkan habitat
alami tanaman bakau yang masih banyak terdapat di wilayah pesisir
kecamatan Mariso, Tallo, Biringkanayya dan Tamalanrea. Hutan bakau
memiliki arti penting bagi nelayan tradisional dan masyarakat yang tinggal di
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Tak hanya menyelamatkan kehidupan
mereka dari ancaman abrasi pesisir pantai, kawasan bakau juga memberi
kontribusi ekonomi bagi mereka. Ikan, udang, kepiting, dan organisme lainnya
menempatkan kawasan bakau sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah

17
untuk bertelur (spawning ground), dan daerah untuk mencari makan (feeding
ground). Reklamasi akan berdampak pada hancurnya fisik perairan pantai,
ekosistem pesisir, dan sumber-sumber penghidupan sosial-ekonomi
masyarakat. Reklamasi akan memberikan potensi dampak lingkungan yang
massif terhadap pulau-pulau kecil yang berada dalam wilayah kota Makassar.
6. Dalam konteks payung hukum reklamasi, kegiatan reklamasi di wilayah
pesisir haruslah di atur dalam regulasi di level propivinsi dalam bentuk perda
zonasi wilayah pesisir, dan perizinan kegiatan reklamasi haruslah
mendapatkan izin dari kementerian Kelautan dan Perikanan sebagaimana di
atur dalam Permen Kelautan dan Perikanan No 17 tahun 2013 tentang
pedoman perizinan reklamasi dan Permen Pekerjaan Umum No.
40/PRT/M/2007 tentang pedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi
pantai. Selain itu, wilayah pesisir kota Makassar juga merupakan Kawasan
Strategis Nasional sebagaimana di atur dalam RTRWN, sehingga
pembangunan maupun pengembangan kota diwilayah pesisir Makassar
seharusnya mendapatkan alas legal dari kementerian Kelautan dan Perikanan
serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
7. Awalnya, Pemprov Sulsel menyatakan bahwa Proyek CPI dibiayai dengan
sistem cost sharing APBD Sulsel dengan APBN. Anggaran dari APBD Sulsel
akan dianggarkan tiap tahun, sama dengab APBN dengan sistem multiyears.
Namun hingga kini, proyek CPI terkesan memberatkan APBD Sulsel yang
telah menggelontorkan Rp.224M untuk proyek CPI. Sementara dana APBN
hanya berasal dari dana pinjaman PIP sebesar Rp.164 M yang bersumber dari
dana Pusat Investasi Pemerintah (PIP) untuk membiayai proyek CPI. Namun
dana PIP tersebut merupakan dana pinjaman daerah pada pemerintah pusat
yang dianggap sebagai hutang. Jadi Pemprov Sulsel berhutang 164M ke
pemerintah pusat.
Saat ini, perlindungan dan pemulihan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
yang menjamin keberlanjutan kehidupan social ekonomi masyararakat hendaknya
lebih diutamakan dalam penyusunan rencana tata ruang kota Makassar.

18
Penegakan hukum juga harus berjalan tanpa pandang bulu terhadap pelaku
kejahatan lingkungan hidup dan pelanggaran pemamfaatan ruang.
C. Pengembangan Fasilitas Sarana Dan Prasarana CPI
Dari proyek CPI seluas 157 hektare, diantaranya di atas lahan reklamasi untuk
Pemprov Sulawesi Selatan akan dibangun Masjid berkubah 99, kantor
pemerintahan, area terbuka hijau, taman interaktif dan terdapat pula pantai buatan.

Selain itu, saat ini Makassar sedang mengebut pembangunan mega proyek,
Center Point of Indonesia (CPI), yaitu proyek prestisius bernilai Triliunan Rupiah,
di sekitar pantai losari dan Tanjung Bunga. Proyek raksasa ini diawali dengan
reklamasi total Pantai Losari, yang sudah dimulai sejak Maret lalu. Nantinya, di
kawasan dengan luas total 600 hektar itu akan terdapat bangunan bangunan
menjulang tinggi, pusat bisnis dan pemerintahan, kawasan hiburan, hotel hotel
kelas dunia yang dilengkapi dengan lapangan golf dengan view ke laut lepas dan
pemandangan menakjubkan ke pulau pulau di Teluk Makassar.

Di kawasan ini juga akan dibangun Istana Presiden, yang berdiri di atas laut.
Di kawasan CPI juga akan dibangun Masjid Termegah di Asia, sekelas Taj Mahal
di India. Ada juga The Makassar Notradamus, yaitu taman 1000 patung Pahlawan
Indonesia. Masih di lokasi yang sama, Makassar juga akan membangun Public
Space atau area publik terluas di Dunia. Di lapangan nan luas ini, akan terdapat
banyak kawasan hijau, tempat bermain, taman bunga, tempat beristrahat, dan

19
tentunya pantai buatan. Di sekitar kawasan ini juga akan terdapat Waterfront dan
Marinas.

Center Point Of Indonesia akan dilengkapi dengan dua jalan layang selebar

masing masing 40 meter, waterway, monorail dan busway. Hebatnya, proyek


monorail akan menjadi mimpi besar kota Makassar yang akan diwujudkan
bersama hadirnya CPI. Monorail di CPI akan menghubungkan kawasan megah ini
ke Pusat Kota Makassar, hingga ke Bandara International Sultan Hasanuddin. Jika
proyek ini benar benar terwujud maka Makassar akan melampaui Jakarta dalam
hal mewujudkan angkutan Mass Rapit Transport idaman itu.

Center Point of Indonesia juga akan dilengkapi dengan sebuah menara yang
menyerupai Oriental Pearl Tower di Shanghai. Menara setinggi 300 meter itu
akan difasilitasi dengan dek anjungan berputar. Menara itu akan dibangun tepat di
tengah tengah proyek CPI. Selain itu, Center Point of Indonesia akan memanjakan
pengunjung karena sudah terintegrasi dengan Trans Studio Indoor Theme Park,
karena akan dilewati oleh jalur Monorail. Nantinya beberapa pantai dan pulau
pulau buatan di CPI juga akan dihubungkan dengan kereta gantung (Gondola)
terpanjang di Asia.

20
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembanguunan center point of Makassar terletak di sekitar pantai losari


dikarenakan konon letak Makassar secara geografis terletak di tengah titik tengah
indonesia. Jika diukur dari ujung Sumatera yang jaraknya 2500 km dan dari ujung
Papua sepangajang 2500 km,maka Makassar adalah daerah terdekat dari titik
pusat Indonesia, yang terletak diantara laut Jawa dan selat Makassar. Lahan
reklamasi saat ini dalam proses pembangunan. Desain berbentuk burung garuda
dilihat dari atas. Dari kepala, sayap dan ekor burung garuda lahan yang
dipergunakan sekitar 60 hektare. Sekitar 80 persen dikelola pemerintah daerah.

Reklamasi atau proses penimbunan ternyata tidak hanya berdampak pada


lingkungan dan biota laut pesisir Kota Makassar. Reklamasi yang ditujukan untuk
proyek komersil tersebut telah mengubah kehidupan sosial masyarakat pesisir.
Masyarakat Kota Makassar yang tinggal selama puluhan tahun di wilayah pesisir
yang sebelumnya adalah nelayan, pembuat perahu, penjual ikan, dan pencari
kerang terpaksa berganti profesi. Reklamasi juga telah menggusur 45 Kepala
Keluarga yang tinggal diatas lahan 10 hektar di wilayah pesisir tanpa kompensasi.

Dari proyek CPI seluas 157 hektare, diantaranya di atas lahan reklamasi untuk
Pemprov Sulawesi Selatan akan dibangun Masjid berkubah 99, kantor
pemerintahan, area terbuka hijau, taman interaktif dan terdapat pula pantai buatan.

B. Saran

Center Point of Indonesia adalah sebuah mahakarya yang bisa saja


membanggakan masyarakat Sulawesi Selatan. Banyak dampak positif yang
didapat dari pembangunan Center Point of Indonesia, hanya saja :

1. Jika pembangunan yang dilakukan adalah murni untuk kepentingan rakyat


2. Terjadi akuntabilitas antara pemerintah dan pihak pengembang

21
3. Pembangungan Center Point of Indonesia tidak merusak lingkungan dan
membahayakan biota laut.
4. Pembangunan Center Point of Indonesia juga harus memperhatikan hak –
hak asasi dari masyarakat pesisir.

22
DAFTAR PUSTAKA

http://lbhmakassar.org/publikasi/opini/bahaya-laten-reklamasi-centre-point-of-
indonesia-cpi/

http://www.mongabay.co.id/2016/01/15/terumbu-karang-pesisir-makassar-rusak-
parah-dampak-reklamasi/

http://www.mongabay.co.id/2014/04/18/bangun-kawasan-industri-dan-wisma-
negara-nelayan-makassar-diusir-kampung-dihancurkan/

http://lpds.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=796:titik-
tengah-indonesia-dibangun-dan-digugat&catid=32:climatereporter&Itemid=46

http://himapolunhas.org/2016/07/27/center-point-of-indonesia-riwayatmu-kini/

23

Anda mungkin juga menyukai