PERSALINAN PRETERM
Oleh :
Firhod Purba 1940312102
Rayhan M Izzaturahman 1940312121
Preseptor :
dr. Muslim Nur, Sp.OG (K)
0
BAB 1
PENDAHLUAN
1
dikarenakan sistem organ yang imatur secara signifikan meningkat pada bayi yang
lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu dibandingkan dengan bayi yang lahir
aterm.2
Pendekatan obstetrik yang baik terhadap persalinan preterm akan
memberikan harapan terhadap ketahanan hidup dan kualitas hidup bayi preterm. Di
beberapa negara maju Angka Kematian Neonatal pada persalinan prematur
menunjukkan penurunan, yang umumnya disebabkan oleh meningkatnya peranan
neonatal intensive care dan akses lebih baik dari pelayanan ini. Di AmerikaSerikat
bahkan menunjukkan kemajuan dramatis berkaitan dengan meningkatnya umur
kehamilan, dengan 50% neonatus selamat pada persalinan usia kehamilan25
minggu, dan lebih dari 90% pada usia 28-29 minggu. Hal ini menunjukkan bahwa
teknologi dapat berperan banyak dalam keberhasilan persalinan bayi preterm.2
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Persalinan preterm didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi sebelum
usia kehamilan 37 minggu atau kurang dari 259 hari sejak hari pertama haid
terakhir.4 Partus prematurus atau persalinan prematur juga diartikan sebagai
dimulainya kontraksi uterus yang teratur disertai pendataran dan atau dilatasiserviks
serta turunnya bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37
minggu (kurang dari 259 hari) dari hari pertama haid terakhir. 5 Himpunan
Kedokteran Fetomaternal (POGI) di Semarang menetapkan bahwa persalinan
preterm adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 22 – 37 minggu.6
3
permasalahan yang dapat terjadi pada bayi prematur, maka menunda persalinan
preterm, bila mungkin, masih tetap memberi suatu keuntungan. 5
4
persalinan preterm. Penyebab lain yang kurang umum adalah hipertensi kronik,
plasenta previa, perdarahan tanpa sebab yang jelas, diabetes, penyakit ginjal,
isoimunisasi RH, dan malformasi kongenital.2
5
pada fetal membran disebut korioamnionitis, infeksi pada tali pusat disebut
funisitis, infeksi pada cairan amnion disebut amnionitis. Infeksi jarang terjadi
pada kehamilan prematur akhir (34-36 minggu), dan lebih sering terjadi pada usia
kehamilan kurang dari 30 minggu.9
6
dengan korioamnionitis dan infeksi janin setelah pecah ketubah adalah group B
streptococci dan Escherichia coli.9
Organisme ini mencapai uterus dapat melalui plasenta dari sirkulasi atau
mungkin dengan kontak oral genital. Meskipun demikian, kebanyakan bakteria
yang ditemukan dalam uterus dalam hubungannya dengan persalinan prematur
berasal dari vagina. Bakteri dari vagina menyebar secara ascendens pertama kali
ke dalam ruang koriodesidua. Pada beberapa wanita, organisme ini melewati
membran korioamniotik yang intak ke dalam cairan amnion, dan beberapa fetus
akhirnya menjadi terinfeksi.9
7
kortikotropin janin, yang kemudian meningkatkan produksi kortisol adrenalfetus.
Sekresi kortisol yang tinggi menyebabkan meningkatnya produksi prostaglandin.
Contoh lain yaitu ketika fetus itu sendiri terinfeksi, produksi sitokin fetus
meningkat dan waktu untuk persalinan jelas berkurang. Namun, kontribusi relatif
kompartemen maternal dan fetal terhadap respon peradangan keseluruhan tidak
diketahui.3
8
aterm, wanita yang preterm memiliki kadar CRH yang meningkat signifikan
dengan mempercepat peningkatan kadar CRH selama kehamilan.3
Pada persalinan preterm aksis HPA ibu dapat mendorong ekspresi CRH
plasenta. CRH plasenta menstimulasi janin untuk mensekresi kortisol dan
dehydroepiandrosterone synthase (DHEA-S) melalui aktivasi aksis HPA janin
dan menstimulasi plasenta untuk mensisntesis estriol dan prostaglandin, sehingga
mempercepat persalinan preterm.3
2.4 Diagnosis
a. Anamnesis
Anamnesis diperlukan untuk mencari faktor resiko. Faktor resiko
ini penting dan dalam kaitannya dengan terjadinya persalinan preterm.
Berikut adalah beberapa faktor resiko terjadinya persalinan preterm :3
1. Faktor resiko mayor :
a. Kehamilan multipel
b. Polihidramniom
c. Anomali uterus
d. Dilatasi serviks > 2cm pada usia kehamilan 32 minggu
9
e. Riwayat abortus 2 kali atau lebih
f. Riwayat persalinan preterm sebelumnya
g. Riwayat menjalani prosedur operasi pada serviks (cone biopsy, loop
electrosurgical excision procedure)
h. Penggunaan cocain dan amphetamine
i. Operasi besar pada abdomen .
2. Faktor resiko minor
a. Perdarahan pervaginam setelah 12 minggu
b. Riwayat pyelonefritis
c. Merokok
d. Riwayat abortus
Pasien tergolong resiko tinggi apabila ditemukan lebih dari satu
faktor resiko mayor atau dua atau lebih fator resiko minor, atau keduanya.
Disamping faktor resiko di atas faktor resiko lain yang perlu diperhatikan
adalah tingkat sosiobiologi (usia ibu, jumlah anak, obesitas, status
sosioekonomi yang rendah, ras, stress lingkungan) dan komplikasi
kehamilan lainnya (infeksi maternal, preeklampsia-eklampsia, plasenta
previa, kehamilan yang diperoleh melalui bantuan medikasi, terlambat atau
ridak melakukan asuhan antenatal).3
b. Gejala Klinis
Sering terjadi kesulitan dalam diagnosis ancaman persalinanpreterm.
Differensiasi dini antara false labor dengan persalinan sebenarnya sulit
ditentukan sebelum adanya pendataran dan dilatasi serviks. Kontraksi uterus
sendiri sulit dibedakan karena adanya kontraksi braxtons hicks.Kontraksi ini
digambarkan sebagai kontraksi yang tidak teratur, tidak ritmis, tidak begitu
sakit atau tidak sakit sama sekali, namun dapat menimbulkan keraguan besar
dalam diagnosis persalinan preterm. Tidak jarang wanita yang melahirkan
sebelum aterm memiliki kontraksi yang mirip dengan braxtons hicks yang
mengarahkan ke diagnosis yang salah, yaitu persalinan palsu.
10
Beberapa kriteria yang dapat dipakai sebagai ancaman persalinan
preterm :
a. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu atau 140 dan 259 hari.
b. Kontraksi uterus (his) yang teratur yaitu berulang 7-8 kali atau 2-3 kali
dalam 10 menit.
c. Merasakan gejala seperti kaku di perut, menyerupai rasa kaku seperti
menstruasi, rasa tekanan intrapelvik, nyeri punggung bawah (low back
pain).
d. Mengeluarkan lendir bercampur darah pervaginam.
e. Pemeriksaan dalam menunjukkan serviks telah mendatar 50-80%, atau
telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm.
f. Selaput amnion sering kali telah pecah.
g. Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina ischiadika.2
Kriteria lain yang diusulkan oleh American Academy of Pediatrics
dan The American College of Obstreticians and Gynecologists, adalah
sebagai berikut :1
a. Kontraksi yang terjadi 4 kali dalam 20 menit atau 8 kali dalam 60
menit dan perubahan progresif pada serviks.
b. Dilatasi serviks lebih dari 1 cm.
c. Pendataran serviks sebesar 80% atau lebih.
c. Perubahan serviks
- Dilatasi serviks
Dilatasi serviks asimtomatik setelah pertengahan masa
kehamilan diduga sebagai fator resiko persalinan preterm.2
- Panjang serviks
Kompetensi serviks tergantung pada kesatuan antara anatomi
dan komposisi biokimia dari serviks. Salah satu indikator dini dari
inkompetensia serviks adalah terjadinya pemendekan dari serviks.
Berdasarkan hasil penelitian dengan ultrasounografi sebagai prediktor
persalinan preterm menentukan bahwa panjang serviks
11
kurang dari 25 mm pada usia kehamilan 24-28 minggu dapat
meningkatkan resiko persalinan preterm.3
- Inkompetensia Serviks
Inkompetensia serviks adalah diagnosis klinis yang ditandai
dengan dilatasi serviks berulang, tanpa rasa sakit, dan kejadian
kelahiran spontan pada midtrimester tanpa adanya pecah ketuban
spontan, perdarahan, ataupun infeksi. Dilatasi serviks ini dapat
diiikuti prolaps dan menggembungnya membran janin ke dalam
vagina, dan akhirnya ekspulsi janin imatur. Penyebab inkompetensia
serviks ini belum jelas, namun terkait dengan riwayat trauma pada
serviks seperti dilatasi , kuretase, kauterisasi.3
12
- Indikator biokimia
Fibronektin janin : peningkatan kadar fibronektin janin pada vagina,
serviks dan air ketuban memberikan indikasi adanya gangguan pada
hubungan antara korion dan desidua. Pada kehamilan 24 minggu atau
lebih, kadar fibronektin janin 50 ng/ml atau lebih mengindikasikan risiko
persalinan preterm.
Corticotropin releasing hormon (CRH) : peningkatan CRH dini atau pada
trimester 2 merupakan indikator kuat untuk terjadinya persalinan preterm
Sitokin Inflamasi : seperti IL-1β, IL-6, IL-8, dan TNF-α telah diteliti
sebagai mediator yang mungkin berperan dalam sintesis prostaglandin
Isoferitin plasenta : pada keadaan normal (tidak hamil) kadar isoferitin
sebesar 10 U/ml. Kadarnya meningkat secara bermakna selama kehamilan
dan mencapai puncak pada trimester akhir. Penurunan kadar dalam serum
akan berisiko terjadinya persalinan preterm
Feritin : beberapa peneliti menyatakan ada hubungan antara peningkatan
kadar feritin dan kejadian penyulit kehamilan
2.5 Penatalaksanaan
Manajemen persalinan perterm meliputi:6
a. Tirah baring (bedrest)
Kepentingan istirahat rebah disesuaikan dengan kebutuhan ibu, namun
secara statistik tidak terbukti dapat mengurangi kejadian kurang bulan secara
statistik.6
b. Hidrasi dan sedasi
Hidrasi oral maupun intravena sering dilakukan untuk mencegah persalinan
preterm, karena sering terjadi hipovolemik pada ibu dengan kontraksi premature,
walaupun mekanisme biologisnya belum jelas. Preparat morfin dapat digunakan
untuk mendapatkan efek sedasi.6
13
c. Pemberian tokolitik
Tokolitik akan menghambat kontraksi myometrium dan dapat menunda
persalinan. Berikut adalah alasan pemberian tokolitik pada persalinan preterm:1
a. Mencegah mortalitas dan morbiditas pada bayi prematur.
b. Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk menstimulir
surfaktan paru janin.
c. Memberi kesempatan transfer intrauterin pada fasilitas yang lebih lengkap.
d. Optimalisasi personel.
14
termasuk abnormalitas tulang secara radiografi seperti perubahan dari tulang
panjang, penipisan tulang parietal, dan mineralisasi tulang yang abnormal.
Ketika magnesium sulfat digunakan dengan hati-hati sebagai obat tokolitik,
efek sampingnya terhadap ibu, janin dan neonatus biasanya sedikit dan tidaklah
serius atau merusak.10
c. Beta2-sympathomimetics
Saat ini sudah banyak ditinggalkan. Preparat yang biasa dipakai adalah
ritodrine, terbutaline, salbutamol, isoxsuprine, fenoterol and hexoprenaline.
Contoh: Ritodrin (Yutopar) Dosis: 50 mg dalam 500 ml larutan glukosa 5%.
Dimulai dengan 10 tetes per menit dan dinaikkan 5 tetes setiap 10 menit
sampai kontraksi uterus hilang. Infus harus dilanjutkan 12 — 48 jam setelah
kontraksi hilang. Selanjutnya diberikan dosis pemeliharaan satu tablet (10 mg)
setiap 8 jam setelah makan. Nadi ibu, tekanan darah dan denyut jantung janin
harus dimonitor selama pengobatan.10
d. Progesteron
Progesteron dapat mencegah persalinan preterm. Injeksi alpha- hi.drax-
ffirogesterone caproate menurunkan persalinan pretern berulang. Dosis 250
mg (1 mL) im tiap minggu sampai 37 minggu kehamilan atau sampai
persalinan. Pemberian dimulai 16-21 minggu kehamilan.6
e. COX (Cyclo-oxygenase) -2 inhibitor / Indomethacin
Dosis awal 100 mg, dilanjutkan 50 rng per oral setiap 6 jam untuk 8 kali
pemberian. Jika pemberian lebih dari dua hari,dapat rnenimbulkan
oligohidramnion akibat penurunan renal blood flow janin. Indometasin
direkomendasikan pada kehamilan >32 minggu karena dapat mempercepat
penutupan ductus arteriosus.6
d. Pemberian Steroid
Pemakaian kortikosteroid dapat menurunkan kejadian RDS. kematian
neonatal dan perdarahan intraventrikuler. Dianjurkan pada kehamilan 24 — 34
minggu, namun dapat dipertimbangkan sampai 36 minggu.Kontra indikasi : infeksi
sistemik yang berat, (tuberkulosis dan korioamnionitis). Betametason merupakan
obat terpilih, diberikan secara injeksi intramuskuler dengan dosis 12
15
mg dan diulangi 24 jam kemudian. Efek optimal dapat dicapai dalam 1 - 7 hari
pemberian, setelah 7 hari efeknya masih meningkat. Apabila tidak terdapat
betametason, dapat diberikan deksametason dengan dosis 2 x 5 mg intramuskuler
per hari selama 2 hari.6
e. Antibiotika
Pemberian antibiotika pada persalinan tanpa infeksi tidak dianjurkan karena
tidak dapat meningkatkan luaran persalinan. Pada ibu dengan ancaman persalinan
preterm dan terdeteksi adanya vaginosis bakterial, pemberian klindamisin ( 2 x 300
mg sehari selama 7 hari) atau metronidazol ( 2 x 500 mg sehari selama 7 hari). atau
eritromisin (2 x 500 mg sehari selama 7 hari) akan bermanfaat bila diberikan pada
usia kehamilan minggu.6
f. Emergency cerclage
Di negara maju telah dilakukan emergency cerclage pada ibu hamil dengan
pembukaan dan pendataran serviks yang nyata tanpa kontraksi. Secara teknik hal
ini sulit dilakukan dan berisiko untuk terjadi pecah ketuban.6
g. Perencanaan Persalinan
Persalinan preterm harus dipertimbangkan kasus perkasus, dengan
mengikutsertakan pendapat orang tuanya. Untuk kehamilan <32 minggu sebaiknya
ibu dirujuk ke tempat yang mempunyai fasilitas neonatal intensive care unit
(NICU). Kehamilan 24- 37 minggu diperlakukan sesuai dengan risiko obstetrik
lainnya dan disamakan dengan aturan persalinan aterm. Tidak dianjurkan forsep atau
episiotomi elektif.6
2.6 Komplikasi
Komplikasi pada ibu :
Pada ibu setelah persalinan preterm, infeksi endometrium lebih seringterjadi
sehingga menyebabkan sepsis dan lambatnya penyenbuhan luka episiotomi.3
16
Komplikasi pada bayi :
Tabel 4. Komplikasi persalinan preterm pada bayi.3
Masalah – masalah utama jangka pendek dan jangka panjang pada berat badan bayi
sangat rendah
Organ atau sistem Masalah jangka pendek Masalah jangka panjang
Paru – paru Sindroma distress pernafasan, Displasia bronkopulmunore,
kebocoran udara, displasia penyakit jalan nafas reaktif,
bronkopulmuner, asma.
pneumoprematuritas.
Gastrointestinal Hiperbilirubinemia, gangguan Gagal tumbuh, sindroma
atau nutrisional makan, necritizing enterocolitis short-bowel, kolestasis
Imunologi Infeksi nosokomial, infeksi Infeksi respiratory syncitial
perinatal, imunodefisiensi. virus, bronkiolitis.
Sistem saraf pusat Perdarahan intraventrikularm Cerebral palsy, hidrosefalus,
leukomalasia periventrikular, atrofi serebral, hambatan
hidrosefalus neurodevelopmental,
gangguan pendengaran
Oftalmologi Retinopati prematuritas Kebutaan, ablasio retina,
miopia, starbismus
Kardiovaskuler Hipotensi, paten ductus arteriosus, Hipertensi pulmonal,
hipertensi pulmonal hipertensi saat dewasa
Renal Ketidakseimbangan air dan Hipertensi saat dewasa
elektrolit
Hematologi Anemia iatrogenik, memerlukan
transfusi berulang, anemia
prematuritas
Endokrinologi Hipoglikemia, kadar tiroksin Kelemahan regulasi glukosa,
rendah sementara, defisiensi peningkatan resistensi insulin
kortisol
17
2.7 Pencegahan
Intervensi yang dilakukan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas yang
berhubungan dengan persalinan preterm dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Pencegahan primer
Ditujukan kepada semua wanita, sebelum dan selama kehamilan untuk
mencegah dan mengurangi resiko. Pencegahan primer sebelum pembuahan dan
selama kehamilan
Memberikan pendidikan : kepada semua wanita usia reproduksi diberikan
pendidikan mengenai faktor – faktor resiko persalinan preterm.
Mengkonsumsi suplemen nutrisi
Menghentikan konsumsi rokok
Melakukan asuhan prenatal.
Melakukan perawatan periodontal.3
b. Pencegahan sekunder
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi resiko pada wanita yang
diketahui memiliki faktor resiko mengalami persalinan preterm. Bentuk pencegahan
sekunder antara lain, :
- Modifikasi aktivitas ibu (tirah baring, pembatasan aktifitas kerja, tidak
berhubungan seksual selama kehamilan).
- Pemberian sumplemen nutrisi
- Peningkatan perawatanbagi wanita yang beresiko
- Pemberian progesteron.3
18
BAB 3
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Y
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 25 tahun
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia
Alamat : Kambang
Tgl. Masuk RS : 10 April 2021
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD RSUD M. Zein rujukan dari puskesmas Indrapura tanggal 10 April
2021 jam 20.00 dengan diagonosis G1P0A0H0 gravid preterm 31-32 minggu + PPI
Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari dirasa hilang timbul sejak 3 jam SMRS
Keluar lendir campur darah sejak 3 jam SMRS
Keluar air air dari kemaluan (-)
Keluar darah yang banyak dari kemaluan (-)
Amenorea sejak 8 bulan yang lalu
HPHT : 02 September 2020, TP : 09 Juni 2021
Gerak Janin dirasakan sejak usia kehamilan bulan ke 5
Riwayat hamil muda : mual (-), muntah (-), ppv (-)
Riwayat hamil tua : mual (-), muntah (-), ppv (-)
Riwayat keputihan sejak 1 minggu, warna kekuningan, bau amis, belum mendapat terapi
Riwayat menarche usia 12 tahun, siklus haid teratur 28 hari, lamanya 3-4 hari, ganti pembalut
2-3 x/ hari, nyeri haid. (-)
Riwayat ANC 4x, usia kehamilan 2,4,6, dan 7 bulan di bidan.
Riwayat kehamilan/persalinan/abortus : 1/0/0
1. sekarang
Riwayat kontrasepsi (-)
19
Riwayat Penyakit Dahulu :
Tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM dan hipertensi
Belum pernah mendapat tindakan operasi sebelumnya.
Status Generalis
Kepala
Bentuk kepala : Normosefal, tidak ada deformitas
Rambut : Warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Wajah : Simetris, deformitas (-)
Mata : Kelopak oedem (-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tak langsung +/+
Telinga :deformitas (-), nyeri tekan tragus (-), nyeri tekan mastoid (-), sekret (-)
Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-), septum deviasi (-),
Bibir : Simetris (-), sianotik (-), mukosa lembab
Mulut : Tonsil T1-T1, faring tidak hiperemis, uvula ditengah
20
Leher
Bentuk : Simetris
KGB : Tidak teraba membesar
Trakhea : di tengah
Kelenjar tiroid : Tidak teraba membesar
Thoraks
Dinding dada : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Paru – paru
Inspeksi : Gerakan kedua hemithoraks simetris saat inspirasi dan ekspirasi.
Palpasi : Gerakan dada simetris, tidak ada hemitoraks tertinggal, vokal fremitus
kedua hemithoraks sama, krepitasi (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis, tidak ada tanda radang
Palpasi : Ictus cordis teraba di sela iga V, 2 cm sebelah medial garis midklavikularis
kiri
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Ekstermitas : akral hangat pada ujung- ujung jari tangan dan kaki, oedem tungkai
-/-
PEMERIKSAAN OBSTETRI
Pemeriksaan luar
Abdomen :
Inspeksi :
Tampak buncit sesuai usia kehamilan preterm, tidak tampak tanda radang dan
sikatrik, linea mediana hiperpigmentasi (+), striae alba (-)
Palpasi :
LI : FUT pertengahan pusat dan processus xiphoideus , teraba massa bulat, lunak, noduler.
LII : Teraba tahanan terbesar janin sebelah kanan, Teraba bagian-bagian kecil janin
disebelah kiri
LIII : teraba massa keras, bulat, tidak terfiksir
LIV : Tidak dilakukan
21
TFU = 26 cm TBA : 2170 gram
His: 2x/10’’/lemah, DJJ (142-148 bpm)
Auskultasi : BU (+)
Genital :
Inspeksi : V/U tenang, PPV (-)
VT : Pembukaan (-) portio posterior, effacement 30%, lunak. Blood slem (+) Selaput ketuban (+).
Teraba kepala di HI
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan lab
Hb : 12,2gr/dl
Leukosit : 9.200/UL
Trombosit : 194.000/UL
Hematokrit : 34,9 %
GDS : 152
VDRL : nonreaktif
HbsAg : nonreaktif
HIV : nonreaktif
DIAGNOSIS
G1P0A0H0 gravid preterm 31-32 minggu + partus prematurus imminens (PPI)
Janin hidup tunggal intrauterine presentasi kepala
PENATALAKSANAAN
Rencana : Ekspektatif
Sikap :
a. Pantau KU, VS, DJJ
b. IVFD RL 500 cc 20 tpm
c. Inj Ceftriaxon 2x1 gram IV
d. Inj. Dexametason 2 x 10 mg IV
e. Asam Mefenamat 3 x500 mg
f. Nifedipin 3 x 10 mg
22
D. FOLLOW UP
11 April 2021 (pukul 08.00 WIB)
S : Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (+) Gerak anak (+)
O : KU Kes TD Nd Nfs T
Sdg CMC 120/70 84x/m 20x/m 36,6 0
Abdomen :
His : 2x/20”/sedang
DJJ : 140-145 x/menit irama teratur
Genitalia :
Inspeksi : V/U tenang, PPV (-)
VT : Pembukaan 2-3, effacement 100 %, selaput ketuban (+). Teraba kepala
sutura sagitalis melintang HI-II
A : G1P0A0H0 parturien preterm 31-32 minggu kala I fase laten
P : - Kontrol KU,VS,His, DJJ
- Ikuti kemajuan persalinan
Abdomen :
His : 3x/30”/sedang
DJJ : 137-143 x/menit irama teratur
Genitalia :
Inspeksi : V/U tenang, PPV (-)
VT : Ø 6-7 cm, effacement 100% ketuban (-) sisa jernih, teraba kepala
UUK kanan depan, HII-III
A : G1P0A0H0 Parturien preterm 31-32 minggu kala I fase aktif
P : - Kontrol KU,VS,His, DJJ
- Ikuti kemajuan persalinan
Abdomen :
23
His : 5x/50”/kuat
DJJ : 137-142 x/menit irama teratur
Genitalia :
Inspeksi : V/U tenang, PPV (-)
VT : Ø lengkap, ketuban (-) sisa jernih, teraba kepala UUK depan HIII-IV
A : G1P0A0H0 Parturien preterm 31-32 minggu kala II
P : - Kontrol KU,VS,His, DJJ
- Pimpin meneran
KALA IV
Jam Kontraksi Kandung
Waktu TD Nadi Suhu TFU Darah
ke uterus kemih
24
BAB 4
DISKUSI
Seorang pasien datang ke IGD RSUD M Zein Painan dengan keluhan utama nyeri pinggang
yang menjalar ke ari-ari dan keluar lendir bercampur darah ada sejak 3 jam SMRS. Pada pemeriksaan
ditemukan 2x/10’’/lemah, LI; FUT teraba 4 jari dibawah Proc.Xyphoideus , teraba massa bulat,
lunak, noduler, LII Teraba tahanan terbesar janin sebelah kanan, Teraba bagian-bagian kecil janin
disebelah kiri; LIII teraba massa keras, bulat, melenting
Pada pasien tersebut ditemukan tanda partus prematurus imminens pada usia kehamilan 31-
32 minggu yang menandakan bahwa pada pasien tersebut berisiko terjadi persalinan preterm.
Berdasarkan teori, persalinan preterm didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu atau kurang dari 259 hari sejak hari pertama haid terakhir. Himpunan
Kedokteran Fetomaternal (POGI) di Semarang menetapkan bahwa persalinan preterm adalah
persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 22 – 37 minggu.
Pada pasien terdapat riwayat keputihan warna kekuningan sejak 1 minggu terakhir, hal ini
merupakan faktor risiko dari partus prematurus imminens. Namun kebanyakan kasus ketuban pecah
preterm terjadi tanpa faktor resiko. Secara umum etiologi PPI berupa:
1. Persalinan atas indikasi ibu atau janin sehingga persalinan diinduksi atau bayi
dilahirkan dengan persalinan sesar.
2. Persalinan kurang bulan spontan tak terjelaskan dengan selaput ketuban utuh.
3. Ketuban pecah dini preterm (PPROM) idiopatik
4. Kelahiran kembar dan multijanin yang lebih banyak
25
BAB 5
KESIMPULAN
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta : P.T Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo. 2010.
2. Cunningham et al. Obstetri Williams.Jakarta: EGC. 2012;2(23).
3. Novalia, Rima. Persalian Preterm. 2010
4. Cubinont, H. Prevention of PretermLabour: 2011 Update on Tocolysis.Saint- luc
University Hospital : Hindawi Publishing Corporation. Journal of Pregnancy.
2011
5. Oxorn, Harry. Human Labor dan Birth. 1343405.
Oxorn_Foote_Human_Labor_and_Birthhttp://. 2010
6. P.O.G.I. Panduan Pengelolaan Persalianan Preterm Nasional. Bandung :
Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI. 2011.
http://kalogisma.com/kepustakaan/pengelolaan%20persalinan%20preterm.pdf
7. Goldenberg, Robert L. Epidemiology dan Causes of Preterm Birth. 2008.
http://www.thelancet-epidemiology-preterm-birt-pdf.
8. Louis J. The Enigma of Spontaneus Preterm Birth. The New England Journal of
Medicine. 2010. http://nejm0904308-spontaenus-preterm-birtf-pdf.
9. Franklin H. Epstein. Intrauterine infection and Preterm Delivery. The New
England Journal of Medicine . 2000
10. Kesuma, Hadrians dr. Obat – Obat Tokolitik dalam Bidang Kebidanan.
Departemen Obstetri dan Ginekologi Universitas Sriwijaya. RSUP Moh.
Hoesin Palembang. 2007.
http://digilib.unsri.ac.id/download/obat%20tokolitik.pdf.
27