Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

DI SUSUN OLEH
GLADYS PISCILIA E
2020032028

CI LAHAN CI INSTITUSI

(Suraiyah SST) (Ns. Saka Pendit, M.Kep)

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2021
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

A. Konsep Teoritis

1. Definisi

Demam berdarah adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh

Virus Dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan

nyamuk Aedes Aegypti.Demam berdarah adalah suatu penyakit demam

berat yang sering mematikan, disebabkan oleh virus, ditandai oleh

permeabilitas kapiler, kelainan hemostaksis dan pada kasus berat,

sindrom syok kehilangan protein. 

Demam berdarah dengue (DBD), adalah penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri

otot, dan atau nyeri sendi yang disertai penurunan dari sel darah putih,

adanya bercak kemerahan  di kulit, pembesaran kelenjar getah bening,

penurunan jumlah trombosit dan kondisi terberat adalah perdarahan dari

hampir seluruh jaringan tubuh. Kesimpulan dari uraian diatas, Demam

Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh

Virus Dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan

nyamuk Aedes Aegypti dan ditandai dengan demam yang disertai

menifestasi perdarahan dan bisa menyebabkan kematian pada

penderitanya. 
2. Etiologi

demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh Virus dengue

sejenis arbovirus. Arbovirus adalah kependekan dari Arthropod Borne

Virus, merupakan golongan virus penyebab penyakit yang ditularkan oleh

vektor/binatang kelompok Arthropoda antara lain nyamuk.

3. Patofisiologi

Infeksi virus dengue, akan mengeluarkan toksin, reaksi

imunologis, trombositoposis destruksi trombosit dalam darah naik. Saat

virus mengeluarkan toksin dapat melepaskan pirogen ke dalam darah

yang menstimulasi pusat termoregulasi (Hipothalamus) dan mengirim

impuls ke pusat vasomotor sehingga menyebabkan peningkatan suhu

tubuh. Dari peningkatan suhu tubuh tersebut terjadi kesalahan interpretasi

dan mukosa mulut/lidah kotor dan tidak nyaman.

Kesalahan interpretasi tersebut dikarenakan kurang pengetahuan

dan membutuhkan hospitalisasi sehingga menyebabkan ansietas

(kecemasan), sedangkan dari mukosa yang kotor menyebabkan mual

muntah atau anoreksia sehingga intake nutrisi tidak adekuat yeng

kemudian bisa terjadi penurunan daya tahan tubuh dan beresiko terjadi

infeksi, sementara perubahan nutrisi bisa terjadi dan kondisi tubuh dapat

melemah selanjutnya akan terjadi intoleransi aktivitas.

Reaksi imunologis menyebabkan permeabilitas vaskuler

meningkat dan dapat terjadi ekstraksi cairan yang menimbulkan

kebocoran plasma yaitu hemokonsentrasi, hipoproteinuria, efusi pleura,


serta acites. Kemudian hipovolemia yang terjadi dapat menyebabkan

hipotensi dan vasodilatasi arteri sehingga kulit menjadi panas dan terjadi

peningkatan penguapan cairan tubuh yang berujung pada deficit volume

cairan tubuh.

Sedangkan dari kerusakan trombosit, agregasi trombosit akan

meningkat sehingga terjadi trombositopenia yang menyebabkan

menurunnya faktor koagulasi akan memanifestasikan perdarahan ringan –

berat yang beresiko terhadap perdarahan lebih lanjut sehingga vaskositas

darah menurun dan dapat terjadi perdarahan dan suplai O2 dalam zat

makanan ke dalam tubuh menurun yang menyebabkan penumpukan asam

laktat dalam otak dan sendi yang berujung pada nyeri yang akut.

4. Klasifikasi demam berdarah dengue

klasifikasi demam berdarah dengue adalah :

 Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdahan spontan, uju

turniket positif, Trombositopenia dan hemokonsentrasi

 Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau

pendarahan lain

 Derajat III : Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi,

kulit dingin lembab, gelisah

 Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak

dapat diukur
5. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik dari demam berdarah adalah :

1. Demam tinggi selama 5 – 7 hari

2. Perdarahan terutama pada bawah kulit (petechia)

3. Epistaksis, melena, hematuri, dan hematemesis

4. Mual, muntah, tidak nafsu makan, diare, dan konstipasi

5. Nyeri otot dan tulang sendi, nyeri abdomen dan ulu hati

6. Sakit kepala

7. Pembengkakan sekitar mata

8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening

9. Tanda-tanda rejantan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah

menurun, gelisah, CRT >3 detik, serta nadi cepat dan lemah) 

6. Komplikasi

Komplikasi dari demam berdarah dengue yaitu :

 Perdarahan luas : Karena peningkatan suhu yang tinggi, pecahan-

pecahan pembuluh darah terjadi pada sebagian besar tubuh.

 Syok (rejatan) : Rejatan dapat terjadi pada pasien DSS (Dengue Shock

Syndrome).

 Pleural Effusion : Efusi pleura terjadi disebabkan oleh permeabilitas

vaskuler yang meningkat sehingga menyebabkan ekstrasi cairan

intravaskuler ke ekstravaskuler.
 Penurunan kesadaran : Terjadi karena hipovolemia yang hebat

sehingga sel darah berkurang dan tidak mampu membawa oksigen

secara adekuat ke dalam otak.

7. Pemeriksaan Diagnostik 

Pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan demam berdarah

dengue adalah sebagai berikut :

1. Darah lengkap

2. Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih)

3. Trombositopenia (trombosit 100.000/mm³ atau kurang)

4. Serologi atau Uji HI (Hemoaglutination Inhibition test) 

5. Rontgen Thoraks apakah terdapat efusi pleura

8. Penatalaksanaan umum (medik dan keperawatan)

Penatalaksanaan pada pasien dengan demam berdarah dengue menurut

Suriadi, (2017 :60) adalah sebagai berikut :

 Penatalaksanaan medik

1. Pemberian Antipiretik jika terdapat demam

2. Berikan antikoavulsan jika kejang

3. Pemberian terapi IVFD, jika pasien mengalami kesulitan

minum dan hematokrit cenderung meningkat

a. Penatalaksanaan keperawatan

1. Minum banyak 1,5 sampai 2 L/hari dengan air teh, gula, atau

susu, Hal ini karena pasien dengan DBD beresiko tinggi


mengalami kekurangan volume cairan berlebih. Mencegah

terjadinya kekurangan volume cairan.

2. Meningkatkan perfusi jaringan adekuat,Mengkaji dan mencatat

tanda-tanda vital (kualitas dan frekuensi denyut nadi, tekanan

darah, CRT)

3. Memberikan nutrisi secara adekuat.Berikan makanan yang

disertai suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake

nutrisi

4. Mensupport koping keluarga yang adaptif.Ijinkan orangtua dan

keluarga untuk memberikan respons secara panjang lebar, dan

identifikasi faktor yang paling mencemaskan keluarga.

5. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.Ukur tanda-

tanda vital : suhu dan ajarkan keluarga dalam mengukur suhu

tubuh. Suhu tubuh normal 36ᵒC sampai 37ᵒC 


Nyamuk membawa virus dengue

Virus masuk ke tubuh manusia


Nyeri
Masuk ke hati
Terbentuk kompleks antigen-antibodi
Virus berkembang biak Peregangan selaput hati

Hepatomegali aktivasi system komplemen C3 dan C5 dan akan melepaskan C3a dan C5a

Perut terasa penuh melepaskan histamin Melepaskan prostaglandin


Agregasi trombosit
Peningkatan permeabilitas PD Merangsang hipotalamus
Tidak nafsu makan Trombositopenia
Hipertermi
Peningkatan plasma merembes ke luar vaskuler

Resiko perdarahan
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan Kekurangan volume cairan

Cairan merembes ke pleura

Kerja paru-paru terganggu

Penumpukan sputum

Jalan napas tidak efektif


B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Mengkaji riwayat keperawatan

 Riwayat adanya penyakit DBD pada anggota keluarga yang lain sangat

menentukan, karena penyakit DBD adalah penyakit yang bisa

ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.

b. Pemeriksaan fisik

1. Peningkatan suhu tubuh

2. Kaji tanda-tanda perdarahan

3. Mual-muntah

4. Anoreksia

5. Nyeri ulu hati

6. Nyeri otot dan sendi

7. Tanda-tanda rejatan seperti denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi,

kulit dingin dan lembab terutama pada ekstremitas, sianosis, gelisah,

penurunan kesadaran.

2. Diagnosa keperawatan dan Rencana Keperawatan

1. Hipertermia b.d proses inflamasi 

2. Perubahan perfusi jaringan perifer b.d perdarahan

3. Kekurangan volume cairan b.d intake yang tidak adekuat dan diaphoresis

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah, anoreksia

5. Resiko terjadi perdarahan berulang b.d tromobositopenia


6. Resiko Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,

pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler

3. Rencana Keperawatan
 Hipertermia b.d proses inflamasi
Tujuan : Anak menunjukkan temperatur tubuh dalam batas normal
Intervensi :
1. Pantau TTV klien
2. Observasi suhu
3. Kaji saat timbul demam
4. Anjurkan keluarga untuk kompres hangat klien
5. Berikan antipiretik
6. Ajarkan pada orang tua cara mengukur suhu tubuh anak

Rasional :
1. Membantu mengetahui keadaan klien
2. Mengetahui tingkat suhu tubuh klien
3. Membantu untuk menentukan intervensi selanjutnya
4. Kompres berguna untuk mengeluarkan panas dalam tubuh
5. Terapi yang adekuat dapat menurunkan demam
6. Agar orang tua dapat memonitor suhu anak secara mandiri

  Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan


Tujuan : Agar tidak terjadi perdarahan terutama pada bawah kulit
Intervensi :
1. Mengkaji dan mencatat tanda-tanda vital (kualitas, frekuensi denyut nadi,
tekanan darah, dan CRT)
2. Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ekstremitas (suhu, kelembaban, dan
warna)
3. Menilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstremitas sepert
dingin, nyeri, pembengkakan kaki
4. Pantau frekuensi irama jantung, perhatikan distritmia
5. Perhatikan kualitas atau kekuatan dari denyut perifer
6. Kaji kulit terhadap perubahan warna, suhu, kelembaban
7. Kolaborasi :Berikan cairan parental (rujuk pada DK : kekurangan volume
cairan)

Rasional
1. Tanda-tanda vital seperti tekanan darah rendah, nadi lemah, frekuensi
cepat, dan CRT >3 detik dapat menunjukkan terjadinya perdarahan
2. Suhu rendah, kulit kering, dan warna sianosis menunjukkan terjadinya
perubahan perfusi jaringan perifer yang tidak adekuat
3. Kematian jaringan dapat diketahui dengan pemeriksaan pada jaringan
seperti suhu, ada nyeri atau tidak, serta adakah pembengkakan pada kaki
atau ekstremitas lain
4. Bila terjadi takikardia mengacu pada stimulasi sistem sekunder, sistem
saraf simpatis untuk menekankan respons dan untuk menggantikan
kerusakan pada hipovolemia dan hipertensi
5. Nadi dapat menjdai lemah atau lambat karena hipotensi terus menerus,
penurunan curah jantung
6. Mekanisme kompensasi dari pasodilatasi menyebabkan kulit hangat,
merah muda kering
7. Untuk mempertahankan perfusi jaringan sejumlah besar cairan mungkin
dibutuhkan untuk mendukung volume sirkulasi
 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat dan diaphoresis
Tujuan : Keseimbangan cairan dapat dipertahankan yang ditandai dengan :
Turgor kulit elastis dan membran mukosa lembab
Intervensi :
1. Observasi kesadaran, suhu, nadi, TD, penatalaksanaan
2. Kaji tanda dan gejala yang kurang volume cairan (selaput
mukosa kering, haus, produksi urine menurun)
3. Monitor dan catat cairan masuk dan keluar
4. Jelaskan pada klien/ keluarga upaya untuk menambah volume
cairan 
5. Beri minum yang cukup dan jelaskan dengan cairan infuse
6. Kolaborasi : pemberian cairan perantal (RL/asering)
Rasional
1. Mengetahui keadaan umum klien
2. Mengetahui seberapa banyak volume cairan yang dibutuhkan
3. Agar dapat mengetahui seberapa jauh dari cairan yang kurang
atau keluar
4. Untuk mempertahankan kesimbangan cairan
5. Agar cairan dapat terpenuhi
6. Untuk mempertahankan cairan yang ada didalam tubuh

 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


mual, muntah, anoreksia
Tujuan  : Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi yang adekuat
Intervensi :
1. Timbang BB sesuai kebutuhan
2. Identifikasi makanan yang disukai pasien
3. Pertahankan kebersihan mulut klien
4. Anjurkan keluarga untuk makan bersama
5. Anurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan tekhnik kecil
tapi sering
6. Kolaborasi :Pemberian suplemen vitamin, antiemetic nutrisi parental
Rasional
1. Indikator kebutuhan nutrisi atau pemasukan yanga adekuat
2. Untuk mengidentifikasi makanan yang disukai klien
3. Kebersihan mulut dapat meningkatkan nafsu makan
4. Untuk meningkatkan nafsu makan klien keluarga itu sangat diperlukan
5. Dengan makan sedikit tapi sering dapat memenuhi kebutuhan  nutrisi
6. Membantu dalam pemenuhan nutrisi pada klien dan mempertahankannya

 Resiko terjadi perdarahan berulang b.d trombositopenia


Tujuan  : Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut dan jumlah 
`Intervensi :
1. Observasi suhu, tekanan darah, nadi, pernapasan, dan kesadaran 
2. Monitor jumlah cairan yang masuk dan keluar
3. Perhatikan keluhan pusing, lemah dan nyeri perut
4. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis
5. Monitor trombosit setiap hari
6. Anjurkan klien untuk banyak istirahat
7. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda
perdarahan seperti : hematemesis, melena, dan epistaksis
8. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara
kebersihan mulut, berikan tekanan 5 sampai 10 menit setiap selesai ambil
darah
9. Berikan infus RL/asering
10. Berikan obat sesuai indikasi
Rasional
1. Mengetahui seberapa jauh perdarahan yang muncul
2. Menanggulangi resiko perdarahan terulang kembali
3. Mengetahui seberapa jauh syok yang diderita klien
4. Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah
yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti :
petiki, epistaksis
5. Dengan trombosit yang dipantau setiap hari dapat diketahui tingkat kebocoran
pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien
6. Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan
7. Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penanganan dini bila
terjadi perdarahan
8. Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut
9. Menanggulangi terjadinya syok kembali
10. Pemberian obat seperti antibiotik dapat mengurangi terjadinya perdarahan
berulang

 Resiko Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang


berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
Intervensi :
1. Monitor keadaan umum pasien
2. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
3. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika
terjadi perdarahan
4. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
5. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombosit
Rasional :
1. Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi
perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok /syok.
2. Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi
presyok / syok.
3. Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat
segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan
4. Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara
hebat.
5. Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien
dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

 Hidayat, Aziz Alimul.(2015). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:

Salemba Medika

 Nelson. (2017).ilmu kesehatan anak.edisi 15 vol 2 Jakarta: EGC

 Rasyid. (2017). Demam Berdarah. diakses pada tanggal 3 Juli 2013 dalam

web ttp://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/01/20/demam-berdarah-

haruskah-kita-kembali-menjadi-nomor-satu-di-asean/

 Soedarto. (2018). Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Salemba Medika

 Suriadi. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 2. Jakarta : Sagung

Seto

 Wong, D.L. (2016). Keperawatan Pediatric, (Edisi 4) Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai