Anda di halaman 1dari 8

KINESTETIK : Jurnal Ilmiah Pendidikan Jasmani, 1 (1) 2017.

ISSN 2477-3311

PERBEDAAN LATIHAN NAIK TURUN TANGGA TUNGGAL (SATU TANGGA)


DENGAN NAIK TURUN TANGGA JAMAK (ENAM TANGGA) TERHADAP
KEMAMPUAN LARI SPRINT 60 METER SISWA KELAS V SD NEGERI 69 KOTA
BENGKULU.
Fardede Pujiansyah Ismail
Universitas Bengkulu
fardede@gmail.com
Arwin
Universitas Bengkulu
Tono Sugihartono
Universitas Bengkulu
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan latihan naik turun tangga
tunggal (satu tangga) dengan latihan naik turun tangga jamak (enam tangga)
untuk menentukan latihan mana yang baik digunakan untuk meningkatkan
kemampuan lari sprint 60 meter siswa kelas V SD 69 Kota Bengkulu. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian
menggunakan Eksprimen kuasi. Sampel pada peneletian ini adalah siswa kelas V
SD Negeri 69 Kota Bengkulu yang berjumlah 40 siswa. Hasil penelitian
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara tangga tunggal (satu tangga)
dengan latihan naik turun tangga jamak (enam tangga) dengan t-hitung 2,278
dan t-tabel 2,101. Yang menunjukkan bahwa t-hitung lebih besar dari t-hitung
maka terdapat perbedaan antara tangga tunggal (satu tangga) dengan latihan
naik turun tangga jamak (enam tangga).
Kata kunci: latihan naik turun tangga tunggal, latihan naik turun tangga jamak,
lari spirint 60 meter
Abstract
The aim of this research is to know the difference of down one staircase (one
ladder) exercise with up and down stairs plot (six stairs) to determine which good
exercise is used to improve sprint 60 meter ability of grade V SD 69 Bengkulu. The
type of this research is quantitative research with research method using quasi
expriment. The sample in this research is the students of class V SD Negeri 69
Kota Bengkulu which amounts to 40 students. The results showed that there was
a significant difference between single ladder (one ladder) with practice of up and
down stairs plural (six stairs) with t-count 2,278 and t-table 2,101. Which shows
that t-count is greater than t-Caa111ount then there is a difference between
single ladder (one ladder) with practice up and down stairs plural (six stairs).
Keywords: down stairs single exercise, up and down stairs plural exercise, spirint
sprint 60 meters

PENDAHULUAN Pendidikan Jasmani dan Kesehatan


pada dasarnya merupakan bagian integral
dari sistem pendidikan secara keseluruhan,

6
KINESTETIK : Jurnal Ilmiah Pendidikan Jasmani, 1 (1) 2017. ISSN 2477-3311

bertujuan untuk mengembangkan aspek tiada lain adalah untuk menambah


kesehatan, kebugaran jasmani, kekuatan otot kaki agar mampu
keterampilan berpikir kritis, stabilitas meningkatkan kempuan lari sprint. Menurut
emosional, keterampilan sosial, penalaran peneliti ada beberapa alasan latihan naik
dan tindakan moral melalui aktivitas turun tangga dapat berpengaruh terhadap
jasmani dan olahraga. Pendidikan Jasmani kemampuan lari sprint pada olahraga
dan Kesehatan sebagai pendidikan gerak atletik, salah satunya adalah latihan naik
dan pendidikan melalui gerak memiliki turun bangku.
aspek-aspek gerak yang ingin dicapai. Berdasarkan hasil pengamatan pada
Adapun struktur materi Pendidikan Jasmani saat melakukan magang 3 di SD Negeri 69
untuk TK sampai SD/MI kelas 3 SD meliputi Kota Bengkulu kemampuan lari siswa belum
kesadaran akan tubuh dan gerakan, maksimal, masalah yang ditemukan peneliti
kecakapan gerak dasar, gerakan ritmik, pada saat magang 3, kaki anak yang kurang
permainan, akuatik (olahraga di air bila bertenaga pada saat berlari, langkahnya
memungkinkan), senam, kebugaran jasmani kelihatan berat, singkronisasi antar gerak
dan pembentukan sikap dan perilaku. Dan tangan dan kaki kurang stabil, posisi tulang
materi pembelajaran untuk SD/MI kelas 4 punggung yang kurang pas, dan disebabkan
sampai 6 adalah aktivitas pembentukan lapangan yang kurang memadai, Oleh
tubuh, permainan dan modifikasi olahraga, karena itu peneliti berinisiatif untuk
kecakapan hidup di alam bebas, dan melakukan latihan naik turun tangga
kecakapan hidup personal (kebugaran tunggal (satu tangga) dengan naik turun
jasmani serta pembentukan sikap dan tangga jamak (enam tangga). Untuk
prilaku). memecahkan masalah diatas peneliti
Seorang siswa yang ingin berprestasi berfikir latihan naik turun tangga tunggal
harus memiliki kondisi fisik yang prima dan (satu tangga) dan latihan naik turun tangga
teknik yang baik. Apabila seorang siswa jamak (enam tangga) adalah solusi yang
mempunyai kondisi fisik dan teknik yang tepat.
baik maka untuk mencapai prestasi yang Penelitian ini peneliti akan
maksimal akan mudah terwujud. Akan membandingkan hasil dari latihan naik
tetapi, unsur fisik dan teknik saja tidak akan turun tangga tunggal atau (satu tangga)
cukup untuk mencapai prestasi yang dengan hasil latihan naik turun tangga
maksimal sebab prestasi yang dicapai para jamak (enam tangga) terahadap
pelari pada umumnya ternyata harus kemampuan dan kecepatan waktu yang
didukung pula oleh aspek lain yang tidak diperoleh pada saat melakukan lari sprint
kalah pentingnya, yakni aspek taktik, mental 60 meter. Hasil tersebut akan menunjukkan
dan latihan. Mengenai pentingnya aspek- perbedaan yang signifikan dalam
aspek tersebut, Harsono (1988 : 60) melakukan latihan. Melaui penelitian
mengemukakan bahwa “Ada empat aspek mampu mengetahui perbedaan antara
latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih latihan naik turun tangga tunggal dengan
secara seksama oleh altet yaitu : (a) latihan naik turun tangga jamak.
fisik, (b) latihan teknik, (c) latihan taktik,dan Berdasarkan latar belakang di atas
(d) latihan mental”. peneliti tertarik untuk mengetahui
Bermacam teknik dan metode latihan perbedaan latihan naik turun tangga
lari sprint pada olahraga atletik yang dapat tunggal atau satu tangga dangan latihan
diterapkan oleh guru Penjas orkes terhadap naik turun tangga jamak dengan enam anak
para siswa, salah satunya adalah dengan tangga di SD Negeri 69 Kota Bengkulu
latihan naik turun tangga yang tujuanya dengan judul penelitian “Perbedaan Latihan

7
KINESTETIK : Jurnal Ilmiah Pendidikan Jasmani, 1 (1) 2017. ISSN 2477-3311

Naik Turun Tangga Tunggal (satu tangga) lahirnya atlet-atlet nasional saat ini
dengan Naik Turun Tangga Jamak (enam membuktikan bahwa cabang olahraga
tangga) Terhadap Kemampuan Lari Sprint altetik cukup mendominasi perkembangan
60 Meter Siswa Kelas V SD Negeri 69 Kota olahraga di Indonesia. Menurut Kamus
Bengkulu. Berdasarkan pembatasan Umum Bahasa Indonesia tulisan
masalah diatas, maka rumusan masalah Purwadanninta (1996 :28) dalam Nanang
yang dalam penelitian ini adalah “Apakah (2012), kemampuan adalah kesanggupan,
ada perbedaan Latihan Naik Turun Tangga kecakapan, kekuatan, dan kekayaan.
Tunggal (Satu tangga) Dengan Naik Turun Kemampuan merupakan suatu kapasitas
Tangga Jamak (enam tangga) Terhadap umum yang berkaitan dengan prestasi
Kemampuan Lari Sprint 60 Meter Siswa berbagai macam ketrampilan atau lebih
Kelas V SD Negeri 69 Kota Bengkulu? (Yanuar Kiram, 1992:11). Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2002: 28),
Kajian Teori kemampuan memiliki kata dasar mampu
yang berarti kuasa melakukan sesuatu,
Atletik juga dijelaskan Saputra.
sanggup, atau dapat. Kemudian
(2001:1) adalah: Atletik merupakan istilah
kemampuan adalah kesanggupan, kekuatan
yang sudah diahli bahasakan dari berbagai
untuk melakukan sesuatu, berdasarkan apa
istilah sebelumnya. Sebenarnya, istilah
yang dimilikinya.”
Atletik berasal dari Bahasa yunani yaitu
Dengan melihat defenisi di atas
“Athlon” memiliki makna bertanding atau
kemampuan dapat diartikan bahwa sesuatu
berlomba. Istilah Athlon hingga saat ini
yang dimiliki dalam diri seseorang,
masih sering digunakan seperti yang kita
kemudian seseorang dapat dan sasnggup
dengar kata “Pentathlon” atau “Decathlon”.
untuk melakukan sesuatu. Dengan defmisi
Pentatlhon memiliki makna panca lomba,
tersebut kemampuan lari adalah
meliputi lima jenis lomba, sedangkan
kesanggupan atau kecakapan seseorang
Decathlon adalah dasa lomba, meliputi 10
dalam melakukan lari secara benar dan
jenis lomba.
terstruktur sesuai kaidah lari yang ada;
Atletik adalah aktifitas jasmani yang
kesanggupan seseorang melakukan aktivitas
kompetitif atau dapat diadu berdasarkan
lari dengan menempuh jarak tertentu dan
gerak dasar manusia, yaitu seperti berjalan,
dengan waktu yang sesingkat mungkin.
berlari, melempar, dan melompat. Atletik
Kemampuan lari dibagi menjadi 3 yaitu
seperti yang kita ketahui sekarang, dimulai
kemampuan start, lari, dan melakukan
sejak diadakan olympiade modern yang
finish. Kemampuan lari menerapkan
pertama kali diselenggarakan di kota
berbagai kecakapan dan ketrampilan teknik,
Athena pada tahun 1896 dan sampai
fisik, dan psikis dalam melakukan lari.
terbentuknya badan dunia federasi athletik
amatir internasional tahun 1912. Atletik Lari Cepat (Sprint) 60 Meter
pertama kali diperkenalkan di Indonesia
dengan sebutan Netherlands Indische Lari cepat (Sprint) dijelaskan Yudha M.
Athletick Unie (NIAU) tanggal 12 Juli 1917 Saputra (2001:39) adalah: Lari cepat (sprint)
dan dalam perkembangannya terbentuk adalah suatu kemampuan yang ditandai
suatu organisasi yang bergerak dibidang proses memindahkan posisi tubuhnya, dari
atletik dengan nama Persatuan Atletik satu tempat ketempat yang lainnya secara
Seluruh Indonesia (PASI). cepat, melebihi gerak dasar pada
Atletik saat ini menjadi salah satu keterampilan lari santai (jogging). Lari cepat
cabang olahraga yang cukup populer di (sprint) terdiri dari tiga jenis keterampilan
kalangan masyarakat indonesia. Dengan yaitu, lari cepat, lari gawang dan lari estafet.

8
KINESTETIK : Jurnal Ilmiah Pendidikan Jasmani, 1 (1) 2017. ISSN 2477-3311

Lari jarak pendek disebut juga dengan menunjukan waktu pemulihan setelah
istilah sprint atau lari cepat. Sprint latihan.
merupakan suatu perlombaan lari. Peserta
berlari dengan kecepatan penuh sepanjang Naik turun tangga jamak
jarak yang harus ditempuh. Disebut dengan
Olahraga naik turun tangga adalah
lari cepat karena jarak yang ditempuh
salah satu jenis olahraga yang efektif
adalah pendek atau dekat. Jadi, dalam
membakar lemak, olahraga ini juga efektif
nomor lari ini yang diutamakan adalah
untuk menguatkan jantung dan
kecepatan yang maksimal mulai dari awal
meningkatkan ketahanan tubuh. setiap
lari (start) sampai akhir lari (finish).
menitnya, aktivitas naik tangga diperkirakan
Mengingat dalam lari ini yang diutamakan
akan mengkonsumsi enegri (membakar
adalah kecepatan maka kekuatan fisik yang
kalori) sebanyak 8-11 kalori. Nilai ini
prima sangat diperlukan.
merupakan nilai yang cukup tinggi jika
Definisi Latihan dibandingkan dengan aktivitas olahraga
dengan intensitas sedang seperti tenis,
Latihan sebagaimana dijelaskan dalam badminton, sepak bola dan juga basket,
Apta Mylsidayu dan Febi Kurniawan yang mengonsumsi energi sebanyak 7-9
(2015:47) adalah : Istilah latihan berasal kalori permenit. (Anggraeni, 2013).
dari kata bahasa inggris yang dapat Pengertian latihan menurut Nurhasan
mengandung beberapa makna seperti : (1986:23). Dalam I Gede Gunawan (2014).
practice, exercise, dan traning. Pengertian Latihan naik tangga dapat juga disebut
latihan yang berasal dari kata practice harvard step, latihan naik turun tangga ini
adalah aktivitas untuk meningkatkan dilakukan bertujuan untuk peningkatan
keterampilan (kemahiran) berolahraga unsur kecepatan dan kekuatan pada kondisi
dengan menggunakan berbagai peralatan fisik. Sebab unsur kecepatan dan kekuatan
sesuai dengan tujuan dan kebutuhan merupakan bagian mendasar pada daya
cabang olaharaganya. Artinya, selama tahan. Daya tahan otot adalah kemampuan
dalam kegiatan proses berlatih melatih agar otot untuk menjalani kontraksi dengan
dapat menguasai keterampilan gerak beban submaksimal secara berulang atau
cabang olahraganya selalu dibantu dengan mempertahankan kontraksi otot dalam
mengggunakan berbagai peralatan periode waktu tertentu. Jika kamu memiliki
pendukung. daya tahan otot yang baik maka kamu bisa
melakukan keiatan yang lama tanpa
Naik turun tangga tunggal
mengalami kelelahan, tetapi sebaliknya jika
Latihan naik turun bangku (tangga kamu tidak memiliki daya tahan yang baik
tunggal) merupakan tes kesegaran jasmani maka kamu mudah mengalami kelelahan.
yang sederhana Menurut Agustina Utari Daya tahan seseorang bisa terus
(2007:35). Tes ini bertujuan untuk ditingkatkan melalui latihan naik turun
mengukur kesegaran jasmani untuk kerja tangga, latihan naik turun tangga ini
otot dan kemampuannya pulih dari kerja. bertujuan untuk meningkatkan daya tahan
Caranya adalah dengan naik turun bangku otot tungkai.
terus menerus selama 5 menit dengan METODE
kecepatan 30 langkah menit. Selama 5
menit denyut jantung diukur dalam menit Metode penelitian yang digunakan
ke-1, menit ke-2 dan menit ke-3 yang dalam penelitian ini adalah penelitian yang
berbetuk kuantitatif yang berbentuk Quasi

9
KINESTETIK : Jurnal Ilmiah Pendidikan Jasmani, 1 (1) 2017. ISSN 2477-3311

eksperimental design. Quasi eksperimen jenis kelamin atau hal apapun, apabila
adalah eksperimen yang memiliki perlakuan terpilih dengan cara diundi.
(treatments), pengukuran-pengukuran Pada penelitian ini menggunakan
dampak (outcome measures), dan unit-unit teknik simple random sampling. Dikatakan
eksperimen (eksperimental units) namun simpel (sederhana) karena pengambilan
tidak menggunakan secara acak. Pada anggota sampel dari populasi dilakukan
penelitian lapangan biasanya menggunakan secara acak tanpa memperhatikan starata
rancangan eksperimen semu. Sugiyono yang ada dalam populasi itu.
(2011:77). Karena populasi besar, dan peneliti
Penelitian eksperimental semu tidak mungkin mempelajari semua yang ada
bertujuan untuk memperoleh informasi pada populasi, misalnya keterbatasan dana,
yang merupakan perkiraan bagi informasi tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
yang dapat diperoleh dengan eksperimen menggunakan sampel yang diambil dari
yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak populasi itu. Menurut Winarno dalam
memungkinkan untuk mengontrol atau Cholid Narbuko dan Abu Achmadi
memanipulasi semua variabel yang relevan. (2007:110), “apabila populasi cukup
Peneliti harus mengerti dengan jelas homogen (serba sama), terhadap populasi
kompromi-kompromi apa yang ada pada di bawah 100 dapat dipergunakan sampel
validitas internal. Rancangannya dan 50%, di atas 1000 sebesar 15%”. Memang
berbuat dengan keterbatasan-keterbatasan sebaiknya pupulasi itu lebih banyak
tersebut. Narbuko,Ahmadi, (2007:54). daripada sedikit atau kurang.
Dijelaskan juga dalam Awal Isgiyanto Apa yang dipelajari dari sampel itu,
(2009:4), Populasi adalah semua nilai yang kesimpulannnya akan dapat diberlakukan
mungkin, baik hasil menghitung atau untuk populasi. Untuk itu sampel yang
mengukur, Kuantitatif atau Kualitatif diambil dalam penelitian ini adalah 20
mengenai karakteristik tertentu dari semua orang dari kelas Va dan kelas Vd 20 orang,
elemen himpunan data yang ingin di teliti dengan cara diundi untuk mewakili setiap
sifat-sifatnya. Populasi harus didenifisikan kelasnya, jadi jumlah sampel yang diambil
dengan jelas, dan objek yang menjadi berjumlah 40 orang siswa kelas V SDN 69
sasaran penelitian harus dijelaskan secara Kota Bengkulu.
specifik.
Populasi adalah wilayah generalisasi Teknik Analisis Data
yang terdiri atas: objek atau subjek yang
Uji Normalitas
mempunyai kualitas dan karayeristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti Uji normalitas data dilakukan untuk
untuk dipelajari dan kemudian dan ditarik mengetahui kenormalan data atau data
kesimpulannya. Sugiyono (2011:80). berada dalam keadaan normal. Uji
Populasi pada penelitian ini adalah siswa Normalitas data dalam penelitian ini
kelas Va dan Vd SDN 69 Kota Bengkulu yang menggunakan metode Lillieforse dan
berjumlah 70 orang. Sudjana ( 1996 : 466 ), dalam skripsi
Sampel adalah bagian dari jumlah dan (Romei Hadi, 2010:39). Untuk mengetahui
karakteristik yang dimiliki oleh populasi apakah populasi penelitian ini normal atau
tersebut. Sampel yang diambil tidak. Adapun prosedur uji Normalitas
menggunakan teknik random sampling tersebut adalah sebagai berikut: dengan
(sampel acak) dimana menentukan sampel menggunakan rumus :
dengan teknik acak tanpa membedakan

10
KINESTETIK : Jurnal Ilmiah Pendidikan Jasmani, 1 (1) 2017. ISSN 2477-3311

X − X kemampuan lari sprint 60 meter Siswa kelas


=
S V SD Negeri 69 Kota Bengkulu, maka
Uji Homogenitas peneliti melakukan pengumpulan data.
Data yang diperoleh merupakan hasil tes
Untuk mencari atau menguji kemampuan lari sprint 60 meter.
homogenitas data, digunakan rumus dari Hasil analisis tersebut dapat di
Sudjana ( 1996 : 386 ) dalam Romei Hadi interprestasikan sebagai hasil pengujian
(2010:39). sebagai berikut. hipotesis, yaitu : (1) Pengujian hipotesis
pertama, terdapat perbedaan antara hasil
F =
: 2 latihan naik turun tangga tunggal ( satu
tangga) dengan latihan naik turun tangga
Uji Perbedaan jamak (enam tangga) terhadap kemampuan
lari sprint 60 meter Siswa kelas V SD Negeri
Dijelaskan Sutrisno Hadi (1989 : 278) 69 Kota Bengkulu. Perhitungan dengan 1567
dalam Romei Hadi (2010). Untuk untuk mengetahui perbedaan dari masing-
menghitung perbedaan latihan naik turun masing kelompok latihan naik turun tangga
tangga tunggal dengan naik turun tangga tunggal diperoleh hasil 18 59:; = 2,328 >
jamak menggunakan rumus t- test yang 15<=6> dengan taraf signifikan sebesar 0,05
digunakan dalam Eksperimen-eksperimen adalah 2,101. Melihat harga 18 59:; > 15<=6>
yang menggunakan sampel-sampel yang maka dapat disimpulkan bahawa latihan
sudah disamakan salah satu variabelnya. dengan menggunakan metode latihan naik
Rumus t- test yang digunakan adalah sebagai turun tangga tunggal (satu tangga)
berikut: memberikan perbedaan yang signifikan

t= terhadap kemampuan lari sprint 60 meter
1 1
+
Siswa kelas V SD Negeri 69 Kota Bengkulu.
Sedangkan kelompok latihan naik turun
tanga jamak (enam tangga) diperoleh hasil
− 1!S + n − 1!S 18 59:; = 2,506 > 15<=6> dengan taraf
S =
n +n −2 signifikan sebesar 0,05 adalah 2,101. Hasil
Peningkatan persentase dari 18 59:; > 15<=6> maka dapat disimpulkan
latihan yang telah dilakukan, dicari bahwa latihan dengan menggunakan
dengan cara sebagi berikut : metode latihan naik turun tangga jamak
peningkatan prosentasi (enam tangga) memberikan perbedaan
,-
= 2100%
yang signifikan terhadap kemampuan lari
,./0 − 10 sprint 60 meter Siswa kelas V SD Negeri 69
keterangan : Kota Bengkulu. Hipotesis yang menyatakan
Md : perbedaan dari rata-rata test “terdapat perbedaan antara latihan naik
akhir dikurangi test awal turun tangga tunggal (satu tangga) dengan
M pre- tes : rata-rata tes awaL latihan naik turun tangga jamak (enam
tangga) terhadap kemampuan lari sprint 60
HASIL DAN PEMBAHASAN meter Siswa kelas V SD Negeri 69 Kota
Bengkulu”. (2) Latihan naik turun tangga
Hasil
jamak (enam tangga) memberikan
Untuk mencapai tujuan penelitian peningkatan yang lebih signifikan dari pada
yang berjudul perbedaan latihan naik turun latihan naik turun tangga tunggal (satu
tangga tunggal (satu tangga) dengan naik tangga) terhadap peningkatan kemampuan
turun tangga jamak (enam tangga) terhadap lari sprint 60 meter Siswa kelas V SD Negeri

11
KINESTETIK : Jurnal Ilmiah Pendidikan Jasmani, 1 (1) 2017. ISSN 2477-3311

69 Kota Bengkulu. Hasil tes akhir pada dengan latihan naik turun tangga tunggal
kedua kelompok latihan ternyata ada (satu tangga). Sesuai dengan pendapat
perbedaan, dengan taraf signifikan 5% Nurhasan (1986:23) Latihan naik turun
diperoleh 15<=6> 2,101 . Dengan demikian tangga ini dilakukan bertujuan untuk
dapat disimpulkan bahwa 18 59:;A 22,78 > peningkatan unsur kecepatan dan kekuatan
15<=6> A 2,101. Untuk mengetahui latihan pada kondisi fisik. Sebab unsur kecepatan
yang lebih baik dianalisis dari peningkatan dan kekuatan merupakan bagian mendasar
pre-test dan post-test masing-masing pada daya tahan.
kelompok eksperimen.
PENUTUP
Pembahasan
Simpulan
Data awal diambil dari hasil lari sprint
siswa, kemudian di bagi menjadi dua Berdasarkan hasil penelitian dan
kelompok. Kelompok yang pertama dengan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
nilai maksimal 18,25 dan nilai minimal 8,45. terdahulu dapat dikemukakan kesimpulan
Nilai kelompok yang kedua 18,21 dan nilai sebagai berikut, diketahui bahwa nilai rata-
minimal 9,05. Kelompok yang pertama rata kelompok ekspremen 1 adalah 10,42
diberikan perlakuan latihan naik turun detik dan nilai rata-rata eksperiemen 2 yaitu
tangga tunggal (satu tangga) selama lima 10,24 detik. Kemudian data dilanjutkan
minggu dengan 15 kali pertemuan. dengan uji prasyarat statitik statis semua
Kelompok yang kedua diberikan perlakuan data hasil penelitian berdistribusi normal
latihan naik turun tangga jamak (enam dengan masing-masing varians berdistribusi
tangga) dengan waktu yang sama. homogen. Uji hipotesis penelitian diperoleh
Kemudian setelah latihan selam lima t hitung sebesar 2,278 dan t tabel 2,101
minggu siswa melakukan test akhir lari dengan taraf pengujian B 5% maka
sprint untuk menentukan perbedaan hipotesis diperoleh “latihan naik turun
kecepatan latihan lari sprint. tangga jamak (enam tangga) lebih baik
Data hasil tes awal dan tes akhir dibandingkan latihan naik turun tangga
dihitung menggunakan rumus normalitas, tunggal (satu tangga)” di terima. Maka
homogenitas. Setalah mendapatkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan latihan
data yang normal dan homogen data mana yang lebih baik, Bahwa latihan naik
kemudian dihitung uji perbedaan dan turun tangga jamak (enam tangga) lebih
mendapatkan perbedaan yang signifikan baik dibandingkan dari pada metode latihan
sebesar 2,278. Dengan naik turun tangga tunggal (satu tangga)
Kelebihan latihan naik turun tangga terhadap kemampuan lari sprint siswa 60
jamak dibandingkan naik turun tangga meter kelas V SD Negeri 69 Kota Bengkulu.
tunggal adalah bisa mengatur pernapasan
Saran
yaitu ketika naik tangga dengan cepat dan
ketika turun tangga bisa mengatur Berdasarkan hasil kesimpulan diatas
pernapasan, dapat meningkatkan kekuatan maka peneliti dapat memberikan saran
otot karena tangga yang harus dilewati yang dapat membantu mengatasi masalah
lebih dari satu tangga, meningkatkan daya yang ditemui dalam pencapaian lari sprint
kecepatan dengan cara naik dan turun 60 meter dalam olahraga atletik yaitu : (1)
tangga berulang. Karena dengan bisa Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
mengatur pernapasan serta meningkatnya disarankan pada guru olahraga khusunya
kekuatan dan kecepatan maka lari sprint 60 pada lari sprint untuk dapat meningkatkan
meter siswa akan meningkat di bandingkan kemampuan lari sprint siswa guru bisa

12
KINESTETIK : Jurnal Ilmiah Pendidikan Jasmani, 1 (1) 2017. ISSN 2477-3311

menggunakan latihan naik turun tangga


jamak. (2) Setiap melakukan pembelajaran
olahraga khususnya lari sprint diharapkan
menggunakan lapangan yang datar dan luas
sehingga anak-anak bisa lari sprint dengan
maksimal. (3) Untuk siswa sebaiknya
menggunakan latihan naik turun tangga
jamak (enam tangga) untuk meningkatkan
kecepatan lari sprint 60 meter.

DAFTAR PUSTAKA
Dian Anggraeni (2013). Pengaruh Latihan
Naik Turun Bangku Dan Naik Turun
Tangga Terhadap Peningkatan
Kebugaran Jasmani. Universitas
Lampung
Ahmadi, Narbuko. (2007). Metodologi
penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Awal, Isgiyanto. (2009). Teknik
Pengambilan Sampel. Jogjakarta:Mitra
Cendika.
I Gede Gunawan. (2014). Pengaruh Naik
Turun Bangku Dan Tangga Terhadap
Keterampilan Renang Gaya Bebas.
Universitas Lampung.
Nanang Budianto (2012). Perbedaan
Kemampuan Lari 40 M Siswa Sekolah
Dasar Di Daerah Perkotaan Dengan
Siswa Sekolah Dasar Didaerah
pegunungan. Universitas Negari
Yogyakarta.
Saputra. Y. M (2011). Dasar-dasar
keterampilan atletik. Jakarta:
Direktorat Jenderal Olahraga
Sugiyono. (2011). Metode penelitian
Kuantitatif,kualitatif dan R dan D.
Bandung : Alfabeta

13

Anda mungkin juga menyukai