Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGANTAR SOSIOLOGI
RUANG LINGKUP SOSIOLOGI
Dosen Pengampu :
Dr. I NYOMAN RUJA, S.U
NIP. 196112311988121002

Disusun Oleh Kelompok 1 :


MUHAMMAD FARIZ DWITANTO (190741639203)
AULIA ISNAENI FARISKI (190741639251)
TASYA ERVIANA SAFITRI (190741639226)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
S1 PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
2019
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
makalah yang berjudul “ Pengantar Sosiologi Ruang Lingkup Sosiologi” dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini sudah selesai kami susun secara maksimal. Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Sosiologi. Di samping itu makalah
ini dimaksudkan untuk mengetahui apa apa saja Ruang Lingkup Sosiologi. Dan makalah ini
disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan tentang ruang lingkup sosiologi.
Akhir kata penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam kepenulisan makalah ini dan
semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Malang, 27 Agustus 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................4
1.3 Manfaat Penulisan ..............................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Apakah Sosiologi Itu ...........................................................................5
2.2 Objek Kajian Sosiologi .......................................................................6
2.3 Perkembangan Ilmu Sosiologi ............................................................6
2.4 Perkembangan Sosiologi di Indonesia ..............................................10
2.5 Sosiologi Sebagai Ilmu .....................................................................11
2.6 Metode Ilmu Pengetahuan ................................................................12
2.7 Sikap Ilmiah ......................................................................................13
2.8 Sosiologi Sebagai Ilmu Pengetahuan.................................................13
2.9 Perspektif Sosiologi ..........................................................................14
2.10 Metode Dalam Sosiologi .................................................................15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................17
3.2 Saran...................................................................................................17

Daftar Pustaka..................................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku sosial antara individu dengan
individu, individu dengan kolompok, dan kelompok dengan kelompok. Dengan kata lain
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang interkasi yang terjadi antar manusia. Kita
sebagai manusia tentu saja membutuhkan orang kain untuk berinteraksi. Maka dari itu kita
mempelajari sosiologi agar bisa berinteraksi dengan baik.
Ada banyak materi yang dicakup oleh sosiologi. Untuk lebih memahami sosiologi kita
harus mengetahui dasar-dasar yang ada di sosiologi. Darimanakah ilmu sosiologi dan sejarah
perkembangan sosiologi. Maka dari itu mata kuliah pengantar sosiologi diberikan. Pada
mata kuliah pengantar sosiologi terdapat beberapa bab. Bab pertama mata kuliah sosiologi
adalah ruang lingkup sosiologi. Dibuatnya makalah ruang lingkup sosiologi ini untuk
memahami sosiologi dari awal pengertian hingga metode penelitian sosiologi. Makalah ini
kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah pengantar sosiologi

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Untuk menuliskan pengertian dan ruang lingkup sosiologi secara
khusus dan mendalam.
1.2.2 Untuk mengetahui perkembangan sosiologi di Indonesia.
1.2.3 Mengetahui tokoh yang mencetus ilmu sosiologi.
1.2.4 Memahami metode dalam sosiologi.
1.2.5 Memahami tentang perspektif sosiologi.
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Hasil karya ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
pengembangan ilmu sosiologi.
1.3.2 Diharapkan dapat memperkaya kajian tentang ruang lingkup
sosiologi.
1.3.3 Makalah ini menjadi karya mahasiswa dan bisa menjadi bahan
tulisan selanjutnya.
1.3.4 Bagi para mahasiswa, makalah ini bisa menjadi bahan bacaan guna
menambah referensi bacaan tentang pengertian dan ruang lingkup
sosiologi.
1.3.5 Bagi kelompok 1 diharapkan tulisan makalah ini menjadi pemenuhan
tugas mata kuliah Konsep Dasar Sosiologi.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 APAKAH SOSIOLOGI ITU ?
Sampai saat ini tidak ada batasan yang pasti dan baku tentang apa yang dimaksud
dengan sosiologi itu. Tetapi sudah ada titik temu dari berbagai definisi sosiologi yang
dikemukakan oleh para ahli, yaitu sosiologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial
yang mempelajari tentang pola-pola hubungan antara manusia dan manusia, baik secara individu
maupun secara kelompok yang berakibat pada lahirnya pola-pola sosial, diantaranya : nilai-nilai,
norma-norma, dan kebiasaan yang dianut oleh manusia didalam kelompok tersebut.
Kata sosiologi berasal dari kata Latin socius yang artinya teman dan kata bahasa Yunani
logos yang berarti cerita, diungkapkan pertama kali dalam buku yang berjudul “Course De
Philosophie Positive” karangan August Comte (1798-1857). Sosiologi sudah muncul sejak
ribuan tahun yang lalu. Namun, sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat, sosiologi baru lahir
di Eropa yang sejak awal abad ke-19 dapat dikatakan sebagai pusat tumbuhnya peradaban dunia.
Pada saat itu, para ilmuan mulai menyadari perlunya mempelajari kondisi dan perubahan sosial
secara khusus.
Batasan sosiologi menurut para ahli:
1. Pitirim Sororkin membatasi sosiologi sebagai suatu ilmu yang mempelajari hubungan dan
pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala gejala sosial, seperti antara gejala
ekonomi dan agama, keluarga dan moral, hukum dan ekonomi, gerakan masyarakat dan
politik dan sebagainya.
2. Roucek dan Warren mengemukakan batasannya bahwa sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok.
3. William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian
secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial.
4. J.A.A van Doorn dan C.J Lammers. Ia berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang struktur-struktur dan proses-proses
kemasyarakatan yang bersifat stabil.
5. Selo Soemarjan dan Soelaiman Soemantri membatasi sosiologi sebagai ilmu yang
mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, yang termasuk didalamnya adalah
perubahan-perubahan sosial.
6. Max Weber yang lebih berorientasi pada behavioralis (pendekatan tingkah laku)
menekankan sosiologi sebagai ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.
7. Paul B. Horton berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu yang memutuskan penelaahan
pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.
8. Soerjono Soekamto mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang memusatkan
perhatiannya pada segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk
mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.

5
9. William Kornblum mendefinisikan sosiologi sebagai upaya ilmiah untuk mempelajari
masyarakat dan perilaku sosial anggota dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan
dalam berbagai kelompok dan kondisi.
10. Allan Johnson mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari kehidupan dan
perilaku terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem
tersebut memengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat di dalamnya
memengaruhi sistem itu.
11. Mayor Polak mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
masyarakat sebagai keseluruhan, yakni hubungan diantara manusia dan kelompok,
kelompok dan kelompok , baik kelompok formal maupun kelompok material atau baik
kelompok statis maupun kelompok dinamis.
Dari definisi para ahli dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari :
 Manusia yang hidup dalam kelompok yang disebut masyarakat,
 Pola-pola hubungan antara manusia baik secara individu maupun secara
kelompok,
 Hubungan manusia dengan lembaga-lembaga sosial, seperti norma-norma dan
kaidah-kaidah sosial,
 Pola-pola kehidupan manusia kaitannya dengan kondisi lingkungannya.
Jadi, secara singkat bahwa sosiologi adalah ilmu yang berobjek pada pola-pola
hubungan antarmanusia.
2.2 OBJEK KAJIAN SOSIOLOGI
Objek kajian sosiologi adalah manusia. Dalam hal ini, sosiologi mempelajari manusia
dari aspek sosialnya yang sering disebut masyarakat. Para ilmuan telah sepakat bahwa manusia
adalah makhluk sosial yang senantiasa berhubungan (berinteraksi) dengan manusia lain dalam
suatu kelompok sehingga menimbulkan produk-produk dari interaksi itu sendiri, seperti nilai-
nilai sosial, norma-norma yang dianut oleh anggota-anggota masyarakat tersebut.
Nilai merupakan sesuatu yang dianggap baik,patut, layak, pantas yang keberadaannya
dicita-citakan dan diinginkan bersama, sehingga manusia sebagai makhluk sosial selalu
berhubungan dengan manusia lain dan hidup berkelompok dalam rangka mengejar cita-cita
bersama tersebut yaitu nilai-nilai sosial. Adapun norma adalah pedoman atau petunjuk yang
mengarahkan perilaku manusia di dalam kelompok, terutama yang berkaitan dengan hal-hal yang
dianggap boleh dilakukan dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan. Ringkasnya, nilai dan norma
adalah pola-pola tata kelakuan yang harus dilakukan oleh manusia ketika ia berhubungan dengan
orang lain. Dengan demikian, seseorang yang berada dalam kesendirian tidak memerlukan nilai
dan norma.
Sosiologi tidak mempelajari manusia sebagai individu tetapi mempelajari manusia
sebagai makhluk sosial. Ketika suatu ilmu membicarakan kepribadian manusia secara individu,
maka ilmu yang demikian itu termasuk ilmu kejiwaan (psikologi). Dengan demikian, objek

6
kajian sosiologi hanyalah kehidupan manusia yang hidup didalam kelompok sosial yang disebut
masyarakat.
2.3 PERKEMBANGAN ILMU SOSIOLOGI
A. Sosiologi Klasik
Sosiologi adalah cabang dari ilmu pengetahuan sosial yang usianya relatif masih muda walaupun
telah menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Yang menarik ialah bagaimana asal mulanya
ilmu tersebut berkembang. Pada awalnya banyak orang mengulas masyarakat dengan penekanan
berbagai hal yang menarik perhatian umum saja, seperti perang, kejahatan, kekuasaan golongan
dari pihak-pihak yang berkuasa seperti pemerintah atau raja, gejala-gejala keagamaan, dan
sebagainya. Dari pemikiran ini para pemerhati ilmu sosial mengembangkan pengetahuannya ke
dalam bentuk filsafat kemasyarakatan yang didalamnya menguraikan tentang harapan, susunan
serta kehidupan masyarakat yang diinginkan atau yang dianggap ideal.
Pada zaman dahulu, sumber semua ilmu pengetahuan adalah filsafat. Filsafat lebih
bersifat subjektif karena filsafat merupakan ilmu pengetahuan yang hanya bersandar pada aspek
pemikiran manusia sehingga skala keilmiahannya masih sangat kecil. Syarat ilmu pengetahuan
harus bersandar pada bukti-bukti yang bersifat faktual. Pada perkembangan selanjutnya, ilmu
pengetahuan dan filsafat berkembang sendiri-sendiri, terpisah satu sama lain. Pemisahan itu
didasarkan kepada filsafat yang bersumberkan aspek pemikiran manusia, yang kebenarannya
berdasarkan pada tingkat pengetahuan dan wawasan pemikirannya, bukan pada fakta yang ada.
Pertama kali sosiologi berkembang di Benua Eropa sebagai akibat adanya revolusi
Perancis dan revolusi industri di Inggris. Sebelum bergulirnya revolusi, masyarakat Eropa berada
dalam pola-pola kehidupan tradisional yang diwarnai oleh sistem sosial yang feodalistik. Kondisi
feodalistik ini dilihat dari beberapa indikator dalam masyarakat yaitu:
1. Ketergantungan kehidupan pada sektor pertanian dan perkebunan.
2. Ukuran kelas sosial selalu didasarkan pada factor kepemilikan tanah.
3. Pembedaan status sosial kemasyarakatan dengan gelar-gelar kebangsawanan.
4. Pola – pola hubungan perekonomian lebih banyak didominasi oleh pola-pola hubungan
antara tuan tanah dan buruh tani, petani penggarap dan penyewah tanah pertanian.
Sebagian masyarakat menganggap sistem feodalisme sebagai pola kehidupan yang
didominasi oleh berbagai ketidakadilan. Oleh karena itu, revolusi industri diharapkan akan
mengubah pola kehidupan tradisional ke pola modern, dari sistem pemerintah yang sewenang-
wenang menjadi sistem pemerintah yang adil dengan indikator adanya pengakuan atas
persamaan hak-hak dan kewajiban sebagai warga Negara yang setara yang di sebut dengan
sistem pemerintahan yang demokratis.
Akan tetapi, revolusi justru mengundang kekhawatiran dari banyak pihak, terutama
kekhawatiran terjerumusnya kehidupan masyarakat ke pola-pola yang lebih buruk yaitu
anarkis. Kekhawatiran tersebut menjadi kenyataan dengan keadaan sosial yang menjadi anarkis
akibat hancurnya tatanan pemerintahan di Perancis. Sementara itu, revolusi industri yang
diharapkan membawa kemajuan dan keadilan yang rusak akibat sistem tradisional yang
feodalistik tersebut justru menimbulkan ketidakadilan yang lebih parah dalam bentuk
ketimpangan sosial. Hal ini dapat dilihat dengan semakin membengkaknya kemiskinan di

7
Negara tersebut, upah buruh yang jauh dari layak, dan pemegang modal yang semakin
bergelimang kekayaan.
Berangkat dari persoalan itulah para pemikir mulai mencari jawaban, terutama
menyangkut persoalan; mengapa kehidupan masyarakat berubah menjadi pola-pola kehidupan
seperti itu. Beberapa pemikir yang berusaha mencari jawaban dari persoalan tersebut secara
ilmiah adalah August Comtee yang pertama kali memberikan nama bagi ilmu yang mengkaji
hubungan sosial kemasyarakatan tersebut dengan istilah sosiologi.
Berikut adalah uraian tentang sejarah pemikiran sosiologi:
1. August Comtee (1798-1857)
August Comtee adalah seorang kebangsaan Perancis yang pertama kali memberikan
nama sosiologi pada ilmu yang mengkaji hubungan sosial kemasyarakatan. Dia menyusun
suatu sistematika dari filsafat sejarah dalam kerangka tahap-tahap pemikiran yang berbeda-
beda. Ada tiga tahap yang akan dilalui manusia mengenai gejala alam dan gejala sosial,
sebagai berikut:
1. Jenjang teologi yang memiliki arti yaitu tahapan yang dilakukan manusia untuk
menafsirkan gejala-gejala di sekelilingnya dengan kekuatan-kekuatan yang
dikendalikan oleh roh dewa-dewa atau Tuhan Yang Maha Kuasa.
2. Jenjang metafisika yang mengungkapkan bahwa manusia mengacu pada hal-hal yang
berada di luar kemampuan akal pikirannya atau yang bersifat abstrak.
3. Jenjang positif yang berarti tahap final dari ketiga jenjang. Pada jenjang ini manusia
akan memikirkan atau membahas tentang gejala alam dan gejala sosial dengan cara
deskriptif ilmiah.
August Comtee mengatakan bahwa sosiologi terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu,
statistika sosial yang mewakili stabilitas dan kemantapan dan dinamika sosial yang
mewakili perubahan.
2. Karl Marx (1818-1883)
Karl Marx merupakan sosok filsuf dan teoritikus yang sangat terkemuka pada abad
ke-19. Latar belakang pemikiran Karl Marx adalah eksploitasi besar-besaran yang
dilakukan oleh kaum pemilik modal atau para pengusaha (kapitalis) yang disebut borjuis
terhadap para buruh atau pekerja (pro letar). Eksploitasi diwujudkan dalam bentuk jam
kerja yang ditentukan sesuai keinginan dari pemilik modal dan pembagian upah yang
tidak sebanding dengan pekerjaanya. Marx menuduh kemiskinan yang terjadi di
akibatkan oleh kaum borjuis yang berdampak buruk kepada kaum proletar karena adanya
pemaksimalan jam kerja dan dengan upah yang amat rendah. Kondisi ini akan berimbas
pada ketimpangan sosial yang sangat tajam yang berakhir pada ledakan revolusi sosial.
Sasaran revolusi ini adalah membentuk kehidupan suatu masyarakat tanpa adanya kelas-
kelas sosial dengan pola pembagian ekonomi yang sama rata. Sehingga tidak ada lagi
ketimpangan sosial dikarenakan kedudukan semua orang adalah sama.
3. Herbert Spencer (1820-1903)

8
Spencer adalah seorang berkebangsaan Inggris yang menguraikan materi sosiologi
secara terperinci dan sistematis. Dalam bukunya yang berjudul The Principles of
Sociology (3jilid, 1877). Herbert Spencer mengatakan bahwa objek sosiologi yang pokok
adalah keluarga, politik, agama, pengendalian sosial dan industri. Ada tambahan juga
yaitu asosiasi, masyarakat setempat, pembagian kerja, lapisan sosial, sosiologi
pengetahuan dan ilmu pengetahuan, serta penelitian terhadap kesenian dan keindahan.
4. Emile Durkheim (1858-1917)
Emile Durkheim adalah salah seorang yang melopori perkembangan sosiologi.
Menurutnya, sosiologi meneliti lembaga-lembaga dalam masyarakat dan proses-proses
sosial. Ia membagi sosiologi kedalam tujuh bagian setelah ia melakukan banyak
penelitian terhadap berbagai lembaga dalam masyarakat dan proses sosial, berikut
ketujuh bagian tersebut:
1. Sosiologi umum yang mencakup kepribadian individu dan kelompok.
2. Sosiologi agama yang membahas perilaku penganut agama yang terbagi-bagi
dalam kelompok agama yang berbeda.
3. Sosiologi yang mebahas tentang perilaku kejahatan secara individual ataupun
kelompok.
4. Sosiologi hukum dan moral yang mencakup organisasi politik, organisasi sosial,
perkawinan dan keluarga.
5. Sosiologi ekonomi yang mencakup ukuran-ukuran penelitian dan kelompok kerja.
6. Sosiologi yang mencakup perilaku masyarakat perkotaan (urban society) dan
perilaku masyarakat pedesaan (rural society)
7. Sosiologi estetika yang mencakup karya seni dan budaya.
Emile Durkheim juga mengulas solidaritas dan angka bunuh diri dalam
masyarakat bersahaja sebagai bersifat mekanis karena sifatnya yang spontan,
sedangkan masyarakat yang kompleks bersifat organis. Salah satu karyanya yang
terkenal adalah Rules of Sociological Method (1895), yang banyak membahas
tentang metodologi dalam penelitian klasik tentang “bunuh diri” di berbagai
kelompok masyarakat.
5. Max Weber (1864-1920)
Max Weber adalah seseorang yang berasal dari Jerman yang berusaha
memberikan pengertian mengenai perilaku manusia dan sekaligus menelaah dan
sebab-sebab terjadinya interaksi sosial. Ia memperkenalkan pendekatan vestehen
(pemahaman), yang perupaya menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan dan sikap yang
menjadi penuntun perilaku masyarakat yang melahirkan interaksi sosial. Max Weber
juga terkenal dengan teori ideal typus. Ideal typus adalah suatu kontruksi dalam
pikiran seorang peneliti yang digunakan sebagai alat untuk menganalisis gejala-gejala
dalam masyarakat.

9
Perkembangan ilmu sosiologi telah membawa perubahan pendekatan dimana pada
dekade sebelumnya analisis sosiologi lebih bersifat makro, maka perkembangan
selanjutnya lebih bersifat mikro.
B. Sosiologi Modern
Sosiologi merupakan suatu ilmu yang berkembang di Eropa, tetapi pada sosiologi
modern perkembangannya banyak terjadi di Amerika Serikat dan Kanada. Pada abad ke-20 yang
merupakan abad gelombang besar imigrasi ke Amerika Utara yang mengakibatkan pertumbuhan
penduduk semakin pesat dan bermunculan kota-kota industri baru. Dengan adanya fenomena
tersebut tentu akan membawa gejolak kehidupan sosial perkotaan seperti adanya kriminalitas dan
berbagai macam kerusuhan yang ada seperti tuntutan kaum buruh dan hak-hak kaum perempuan.
Adanya perubahan inilah yang mendorong para sosiolog untuk memikirkan gejala sosial yang
terjadi.
Berawal dari adanya permasalah tersebut, para ilmuan sosial mencari pendekatan
baru dalam menganalisis permasalahan tersebut yang melahirkan sosiologi modern yang bersifat
mikro yang berarti lebih bersifat empiris. Dalam pendekatan modern, perubahan masyarakat
dapat dipelajari mulai dari berbagai fakta sosial yang muncul. Dan hasil dari identifikasi tersebut
dapat digunakan untuk menarik suatu kesimpulan terhadap permasalahan yang ada.
2.4 Perkembangan Sosiologi di Indonesia
Pada hakikatnya para pemimpin di Indonesia belum pernah mempelajari teori-
teori formal sosiologi sebagai ilmu pengetahuan, tetapi banyak dari mereka yang telah
memasukkan unsur-unsur sosiologi ke dalam ajaran-ajaran mereka. Misalnya pada ajaran
“Wulang Reh”yang ditulis oleh Sri Paduka Mangkunegoro IV dari Keraton Surakarta yang
mengajarkan tentang pola hubungan para anggota-anggota masyarakat Jawa yang berasal dari
golongan yang berbeda. Dalam kata lain dari persoalan tersebut dapat diketahui bahwa persoalan
tersebut mengandung unsur sosiologi yaitu tepatnya pada bidang hubungan antargolongan (inter-
group relations). Tak berbeda dengan ajaran “Wulang Reh”, pada ajaran dari Ki Hajar
Dewantara yang merupakan pelopor utama sebagai peletakkan dasar-dasar pendidikan nasional
di Indonesia, tentang dasar-dasar kepemimpinan dan keluarga yang terangkum dalam konsep
“Ing ngarsa sung tuladha, (di depan memberikan contoh yang baik) ing madya mangun karsa
(di tengah memberikan semangat) tut wuri handayani (dibelakang memberikan dorongan atau
kekuatan)”. Yang secara tidak langsung merupakan peletak dasar konsep sosiologi. Ki Hajar
Dewantara juga memberikan sumbangan yang sangat banyak pada sosiologi dengan konsepnya
mengenai kepemimpinan dan kekeluargaan Indonesia yang dengan nyata dipraktikan dalam
organisasi Pendidikan Taman Siswa.
Unsur-unsur sosiologi juga dapat ditemukan dalam karya-karya peneliti sebelum
masa kemerdekaan. Seperti pada karya Snouck Hurgronje, C. van Valenhoven, Ter Har,
Duyvendak dan masih ada yang lain. Objek penulisan mereka adalah keadaan masyarakat
Indonesia. Akan tetapi deskripsi sosiokultural masyarakat Indonesia pada saat itu masih bersifat
nonsosiologis dan bukan sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Dengan adanya
pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa deskripsi tentang keadaan sosiokultural masyarakat

10
Indonesia tersebut sudah dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah tetapi konsep penelaahan
ilmiah tersebut belum menjadi ilmu yang berdiri sendiri melainkan sebagai pembantu terhadap
ilmu-ilmu lainnya. Dan bisa disebut hanya bersifat komplementer.
Sebelum terjadi Perang Dunia II, Sekolah Tinggi Hukum (Rechtshogeschool) di
Jakarta yang merupakan satu-satunya lembaga perguruan tinggi yang berada di Indonesia
memberikan kuliah-kuliah sosiologi. Akan tetapi, ilmu sosiologi hanyalah sebagai ilmu
pelengkap bagi mata pelajaran ilmu hukum. Sosiologi yang diajarkan masih berupa filsafat dan
teori sosial. Para pengajarnya pun bukan seorang sarjana yang khusus membidangi didiplin ilmu
sosiologi. Pada tahun 1934-1935 mata kuliah sosiologi pada Sekolah Tinggi Hukum justru
dihilangkan, dikarenakan guru besar dalam mata kuliah hukum berpendapat bahwa pengetahuan
tentang bentuk dan susunan masyarakat serta proses-prosesnya tidak diperlukan dalam
pendidikan hukum.
Setelah terjadi Perang Dunia II, setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945, untuk pertama kalinya bagi seorang sarjana Indonesia yaitu Prof. Mr.
Soenario Kolopaking memberikan kuliah sosiologi pada tahun 1948 di Akademi Ilmu Politik di
Yogyakarta yang kemudian di satukan kedalam Universitas Negeri Gajahmada Yogyakarta yang
kemudian menjadi Fakultas Sosial dan Politik. Di Universitas tersebut sosiologi diajarkan
sebagai ilmu pengetahuan dalam jurusan ilmu pemerintahan dalam negeri dan publisistik. Pada
tahun 1950 mulai ada beberapa orang yang memperdalam sosiologi di luar negeri dan ada juga
yang mempelajari ilmu sosiologi secara khusus sehingga menjadi dorongan, berkembang dan
meluasnya ilmu pengetahuan sosiologi juga sekaligus membawa perubahan dalam sifat dan
sosiologi di Indonesia. Perkembangan dari para ilmuan sosial tersebut ditandai dengan
diterbitkannya buku sosiologi yang berjudul Sosiologi Indonesia yang ditulis dalam bahasa
Indonesia oleh Mr. Djody Gondokusumo yang memuat pengertian dasar sosiologi secara teoritis
dan bersifat filsafat. Untuk kedua kalinya pada tahun 1950 terbitlah buku sosiologi karya
Barsono. Selanjutnya dikemukakan buku karangan Hassan Shadily yang berjudul “Sosiologi
untuk Masyarakat Indonesia” yang memuat sosiologi modern. Dalam perkembangan perguruan
tinggi di Indonesia dan karena kurangnya buku-buku sosiologi dalam bahasa Indonesia ditambah
buku yang diimpor dari luar negeri dan juga kekurangan kemampuan dari mahasiswa pada
persiapannya, buku dari Hassan Shadily yang lulusan dari Cornell University di Amerika Serikat
bisa memenuhi kebutuhan para mahasiswa yang sedang memulai belajar ilmu pengetahuan
sebagai ilmu pembantu.
Sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang tidak mempelajari manusia sebagai
individu tetapi mempelajari manusia sebagai makhluk sosial. Pada saat ini telah ada sejumlah
Universitas Negeri yang ada di Indonesia yang mempunyai Fakultas Sosial dan Politik ataupun
Fakultas Ilmu Sosial dimana ada jurusan sosiologi dikuliahkan sampai tingkat yang lebih tinggi.
Seperti contoh di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang, Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Indonesia dan masih banyak universitas lain yang ada jurusan sosiologi disalah satu
fakultasnya. Dari adanya jurusan sosiologi itulah diharapkan sumbangan dan dorongan lebih
besar untuk mempercepat dan memperluaskan perkembangan sosiologi di seluruh Indonesia.
2.5 Sosiologi Sebagai Ilmu

11
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang tersusun sistematis dengan kekuatan
pemikiran dan pengetahuan yang kebenarannya dapat ditelaah atau dikontrol oleh setiap
orang.
 Unsur-unsur ilmu pengetahuan
a) Pengetahuan (knowledge)
Yang dimaksud pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan pancaindra untuk mengamati/mengalami sesuatu yang dapat
dibuktikan kebenaranya. Contoh, tanaman yang diberi pupuk akan lebih subur
daripada tanaman yang tidak dipupuk. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian
yang telah dibuktikan kebenarannya bukan sekedar kepercayaan atau suatu mitos.
b) Tersusun secara sistematis
Maksud dari sistematika pengetahuan adalah elemen-elemen yang ada di ilmu
pengetahuan itu tersusun secara rapih dan urut sehingga dapat menggambarkan
garis besar ilmu pengetahuan tersebut. Untuk menjawab suatu permasalahan, ilmu
pengetahuan harus berdasarkan realita dan penelitian yang menggunakan
seperangkat metodelogi. Semua metode yang digunakan dalam meneliti harus
urut agar hasil penelitian tersusun rapih dan akurat.
c) Menggunakan pemikiran
Yang dimaksud pemikiran adalah pengetahuan yang didapat dari pengalaman dan
penelitian yang kemudian dianalisis oleh otak melalui logika. Pemikiran
memunculkan pertanyaan-pertanyaan dari realita yang telah dilihat, didengar, dan
dirasakan.
d) Dapat dikontrol kebenarannya
Ilmu pengetahuan bersifat objektif maksudnya ilmu pengetahuan tersebut dapat
dikemukakan, diketahui dan diuji kebenarannya oleh umum.
 Sifat-sifat ilmu pengetahuan
a) Rasional
Ilmu pengetahuan bersifat rasional yaitu ilmu pengetahuan yang ada harus
didasari oleh logika. Berpikir secara rasional maksutnya ilmu pengetahuan
tersebut harus mempunyai dasar pemikiran yang kuat dan telah melewati
beberapa pengujian.
b) Empiris
Empiris adalah sesuatu yang diperoleh dari pengamatan yang telah dilakukan. jadi
ilmu pengetahuan bersifat empiris yaitu ilmu pengetahuan yang didasarkan pada
observasi terhadap kenyataan dan logika yang bersifat netral.
c) Terdiri atas fakta dan teori
Ilmu pengetahuan merupakan teori yang menjelaskan suatu fakta yang terjadi di
lapangan. fakta yang terjadi telah diamati dan ditelaah oleh peneliti sehingga
terbukti kebenaranya.
d) Bersifat umum
Kebenaran ilmu pengetahuan dapat diperiksa, dipelajari, diikuti dan diajarkan
kepada siapapun.

12
e) Bersifat akumulatif (saling berkaitan)
Maksutnya, ilmu pengetahuan tersusun atas teori yang sudah ada sebelumnya.

2.6 Metode Ilmu Pengetahuan


Metode ilmu adalah cara berfikir dalam penelitian untuk memperoleh kesimpulan
berdasarkan realitas. Metode ilmu pengetahuan terbagi menajdi 3, yaitu :
1) Pernyataan masalah penelitian
Pernyataan masalah penelitian dilakukan untuk menentukan masalah yang akan
diteliti lebih lanjut.
2) Pemecahan hipotesis
Hipotesis diberikan untuk mengira ngira hasil dari penelitian. Jawaban sementara ini
bersifat sementara dan masih harus diuji kebenaranya dengan data hasil penelitian.
3) Perluasan deduktif hipotesis
Hipotesis diperluas untuk menunjukan benar atau salahnya anggapan terhadap suatu
masalah. Hipotesis digunakan sebagai pedoman arah penelitian meskipun hipotesis
dapat dinyatakan salah ketika setelah diteliti.
4) Tes dan verifikasi hipotesis
Tes dan verifikasi hipotesis dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis yang ada,
tindakan ini dapat merubah teori yang ada dengan teori yang baru jika tidak
ditemukan kebenaran dari teori sebelumnya.

2.7 Sikap Ilmiah

a. Objektivitas
Kebenaran ilmiah didasari oleh kebenaran objek tanpa ada campur tangan opini
peneliti. Peneliti hanya memaparkan objek sesuai dengan kondisi saat penelitian
terjadi tanpa ada seidikitpun unsur rekayasa dari peneliti.
b. Relatif
Sikap peneliti tidak ditujukan untuk mencari kebenaran mutlak. Jika teori yang
diteliti tidak dapat dibuktikan kebenarannya dan ditemukan teori baru yang lebih
rasional maka teori awal ini tergeser oleh teori baru.
c. Skeptis
Sikap peneliti harus harus meragukan pernyataan yang belum terbutki kuat
karena sikap keragu-raguan tersebut akan mengantarkan pada keingin tahuan
mencari bukti kebenaran.
d. Kesabaran intelektual
Peneliti harus mempunya sikap kesabaran dalam hal mempublikasi hasil
penelitian sebelum penelian itu benar-benar terbukti. Kesabaran yang dimaksut
adalah bekerja dengan teliti, tekun , sistematis, dan tanpa tergesa-gesa.
e. Kesederhanaan
Seorang peneliti harus bisa berfikir dan menyampaikan pendapat dengan
sederhana karena hasil penelitan harus dapat dipahami oleh umum. Bahasa yang

13
digunakan untuk menuliskan hasil penelitian juga harus jelas dan mudah
dipahami.
f. Sikap yang tidak memihak pada etika
Ilmu tidak memiliki tujuan untuk membuat penilaian apa yang baik dan salah,
melainkan ilmu memiliki tugas untuk mengemukakan salah benarnya suatu hal
secara relative berdasarkan penelitian. Dalam penelitian tidak memihak pada
norma yang berlaku kecuali penelitian yang dilakukan pada bidang social.

2.8 Sosiologi Sebagai Ilmu Pengetahuan


Istilah sosial memiliki arti yang berbeda dengan istilah sosialisme. Dalam ilmu-ilmu sosial,
istilah sosial merujuk pada objek kajian ilmu itu sendiri yaitu masyarakat. Sedangkan sosialisme
merujuk pada ideologi suatu bangsa yang terkait dengan persoalan-persoalan metode
memakmurkan bangsa.
Lazimnya sebuah pengetahuan yang menjadi disiplin keilmuan, sosiologi memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
 Sosiologi bersifat empiris, artinya sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang objek
kajiannya didasarkan pada observasi terhadap kenyataan kehidupan manusia dan akal
sehat yang hasil penelaahan ilmu tersebut tidak bersifat spekulatif atau tidak mengira-
ngira suatu kebenaran. Adapun bukti empiris adalah informasi yang konkret, artinya
dapat dilihat, diraba, dibaca, didengar, dan sebagainya.
 Sosiologi bersifat teoretis dalam arti ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha
menyusun abstraksi (perwujudan) dari hasil-hasil observasi. Abstraksi merupakan
kerangka pemikiran yang tersusun secara logis dan bertujuan untuk menjelaskan
hubungan sebab akibat, sehingga abstraksi tersebut menjadi sebuah teori. Teori disusun
berdasarkan dari generalisasi hasil-hasil kerja ilmiah untuk diakumulasikan kedalam
bentuk sistematika pengetahuan.
 Sosiologi bersifat kumulatif, yang artinya teori-teori dari masing-masing ilmu dibentuk
atas dasar teori-teori yang sudah ada dalam arti memperbaiki, memperluas atau
memperhalus teori yang sudah ada sebelumnya. Teori yang sudah ada saat ini adalah
akumulasi dari teori yang sudah ada sebelumnya hingga akhirnya mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu. Kenyataan ini didasarkan pada sifat ilmu yang selalu
berkembang disepanjang zaman.
 Sosiologi bersifat non-etis yang berarti dalam ilmu tersebut dipersoalkan adalah fakta
yang menjadi objek kajiannya, bukan baik atau butuknya fakta tertentu berdasarkan pola-
pola aturan yang bersifat normatif, oleh karena itu kajian ilmu tersebut lebih terfokus
pada menjelaskan fakta secara analitis.
2.9 Perspektif Sosiologi
Yang dimaksud dengan perspektif sosiologi adalah asumsi dari sifat-sifat objek
kajian sosiologi. Adapun yang dimaksud dengan asumsi atau paradigma merupakan cara

14
pandang atau cara memahami gejala-gejala tertentu berdasarkan keyakinan orang yang
mempelajari objek tersebut. Dalam sosiologi terdapat beberapa perspektif diantaranya :
 Perspektif evolusionis, artinya sosiologi memusatkan perhatiannya pada pola-pola
perubahan dan perkembangan yang muncul pada masyarakat. Masyarakat adalah realitas
sosial yang dinamis, dimana sifat dinamis tersebut ditunjukkan dalam berbagai gejala
perubahan, baik perubahan sosial maupun budaya. Berdasarkan sifat dinamis masyarakat
tersebut, maka tidak ada satupun kehidupan sosial yang tidak mengalami perubahan.
Akan tetapi perubahan dalam sosiologi tidak hanya mengarah ke arah uang lebih baik,
sebab kenyataan yang ada menunjukkan sebagian perubahan mengarah kepada
kehancuran, misalnya hancurnya peradaban Yunani dan Kerajaan Majapahit. Gejala
perubahan itu sendiri akan menghasilkan pola-pola konflik dan integrasi sosial.
Perspektif ini didasarkan pada tulisan-tulisan August Comtee dan Herbet Spencer.
 Perspektif interaksionis, artinya sosiologi memusatkan perhatiannya pada interaksi sosial,
sebab interaksi sosial merupakan salah satu gejala masyarakat yang mewarnai kehidupan
masyarakat sebagai wujud dari sifat manusia sebagai makhluk sosial yang selalu
berhubungan dengan manusia lain. Interaksi dalam konsep sosiologi merupakan
hubungan manusia dengan manusia dalam kehidupan sosial.
 Perspektif fungsionalis, artinya sosiologi memandang masyarakat sebagai objek kajian
sosiologi sebagai suatu jaringan kelompok yang bekerja sama secara terorganisasi dan
memiliki seperangkat aturan dan nilai yang dianut oleh sebagian besar anggotanya.
Masyarakat dipandang sebagai sesuatu hal yang stabil dengan kecenderungan kearah
yang berkesinambungan, yaitu mempertahankan sistem kerja yang mengarah pada
keseimbangan. Dengan demikian tidak ada satu pun unsur sosial yang mampu berdiri
sendiri, sehingga antara unsur satu dan lainnya saling memiliki hubungan
ketergantungan. Perspektif ini merujuk pada karya Talcott Parson.
 Perspektif konflik, artinya sosiologi memandang pertentangan yang terjadi didalam
kehidupan masyarakat sebagai akibat dari produk interaksi itu sendiri. Dalam sosiologi
masyarakat merupakan arena konflik, artinya dalam setiap kehidupan sosial akan terjadi
perselisihan dan pertikaian yang disebabkan oleh banyaknya keanekaragaman sosial.
Namun dipihak lain terjadi kerjasama atau integrasi yang tidak kalah penting dalam
mengisi setiap gerak kehidupan sosial itu sendiri. Dengan demikian konflik dan integrasi
merupakan gejala yang selalu hadir dalam kehidupan sosial. Penganut pandangan ini
diantaranya Karl Max, Frederic Engle, Ralf Dahrendorft, dan lain-lain.
2.10 metode dalam sosiologi
Yang dimaksud dengan metodologi dalam sosiologi adalah cara kerja dalam
mengkaji objek kajian dalam sosiologi. Sedangkan metode ilmiah adalah merumuskan
masalah melalui observasi (pengamatan) terhadap gejala-gejala terhadap kajian ilmu dari
itu sendiri. Rumusan masalah yang diajukan tersebut kemudian dianalisis melalui
kerangka pemikiran untuk mendapatkan hipotesis. Setelah itu dilakukan langkah
pembuktian ilmiah atas hipotesis ini melalui data-data dari realitas sosial. Secara garis

15
besar mekanisme kerja dalam sosiologi tidak berbeda dengan mekanisme kerja ilmu-ilmu
lainnya, diantaranya sebagai berikut :
 Metode kualitatif dan metode kuantitatif. Yang dimaksud dengan metode kualitatif
adalah metode kerja ilmiah yang mengutamakan bahan atau informasi yang akan diuji
berdasarkan tingkat kualitas data. Metode ini juga dikenal sebagai metode historis dan
metode komparatif, artinya setiap analisis ilmiah dari gejala atas objek kajian sosiologi
lebih menekankan pada analisis peristiwa-peristiwa sosial untuk kemudian dirumuskan
kedalam prinsip-prinsip umum. Sementara dalam metode komparatif lebih
mementingkan perbandingan antara berbagai macam masyarakat dan bidang-bidang
untuk memperoleh persamaan dan perbedaanya dan sebabnya. Persamaan dan perbedaan
tersebut untuk memperoleh petunjuk tentang perilaku masyarakat, misalnya perilaku
masyarakat silam dengan masyarakat sekarang, juga untuk mengenali masyarakat yang
memiliki tingkat peradaban yang berbeda atau yang sama. Metode ini disebut studi kasus,
yaitu semua metode ilmiah yang bertujuan untuk mempelajari sedalam-dalamnya tentang
salah satu gejala nyata dalam kehidupan masyarakat. Alat-alat yang digunakan dalam
metode ini adalah wawancara, pertanyaan dengan cara menyebarkan angket kepada
responden, memberikan daftar pertanyaan kepada responden, penelitian dengan cara
peneliti ikut melibatkan diri kedalam masyarakat namun tidak mempengaruhi kehidupan
masyarakat yang diteliti. Sedangkan yang dimaksud dengan metode kuantitatif adalah
metodologi ilmiah yang menggunakan angka-angka sebagai bahan-bahan keterangan
sebagai data ilmiah. Dalam metodologi ini gejala sosial dapat ditelaah melalui angka
indeks, skala, tabel dan rumusan lain yang menggunakan matematika.
 Metode induktif dan metode deduktif. Metode induktif adalah metode ilmiah yang
mempelajari suatu gejala secara khusus untuk mendapatkan kaidah-kaidah yang berlaku
dilapangan yang lebih luas. Artinya data diambil, dikumpulkan, dianalisis untuk
kemudian dibuat kesimpulan. Adapun metode deduktif adalah metode ilmiah yang
dimulai dengan merumuskan kaidah secara umum kemudian dipelajari secara khusus.
Dengan kata lain membuat kesimpulan umum terlebih dahulu intuk kemudian dibuktikan
melalui penelitian atau percobaan.
 Metode empiris dan rasional. Metode empiris adalah metode ilmiah yang menyadarkan
diri pada keadaan-keadaan yang ada dalam masyarakat. Metode ini dilakukan melalui
penelitian-penelitian dengan cara mempelajari masalah secara sistematis dan intensif
untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak tentang suatu masalah. Sedangkan
metode rasional adalah jenis metode yang mengutamakan pada logika pemikiran untuk
mencapai pengertian tentang masalah kemasyarakatan.
 Metode fungsionalis, artinya metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kegunaan
lembaga kemasyarakatan dan struktur sosial dalam masyarakat. Metode ini didasarkan
pada asumsi bahwa unsur yang membentuk masyarakat memiliki hubungan yang timbal
balik yang saling mempengaruhi, masing-masing memiliki fungsi tersendiri dalam
masyarakat.
Diantara metode-metode tersebut bersifat saling melengkapi dan oleh para
sosiolog sering digunakan untuk meneliti suatu objek kajian sosiologi.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia satu dan
lainnya dalam suatu kelompok yang berakibat timbulnya pola hubungan antar
manusia sehingga berguna untuk menghindari benturan antar-individu. Objek kajian
sosiologi adalah manusia. Karena manusia adalah makhluk sosial yang selalu
berinteraksi dengan manusia lain dalam suatu kelompok. Pada perkembangan ilmu
sosiologi terbagi menjadi dua bagian yaitu sosiologi klasik dan sosiologi modern.
Pada saat perkembangan sosiologi di Indonesia mulai bermunculan berbagai tokoh
yang mulai menuangkan ilmu sosiologi pada ajaran atau karya tulisannya.
Dalam sosiologi sebagai ilmu, ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang
tersusun sistematis dengan kekuatan pemikiran dan pengetahuan yang kebenarannya
dapat ditelaah oleh setiap orang. Ilmu pengetahuan memiliki beberapa unsur yaitu
pengetahuan, tersusun secara sitematis, menggunakan pemikiran dan dapat dikontrol
kebenarannya. Selain itu, ilmu pengetahuan juga memiliki sifat, yaitu rasional,
empiris, terdiri atas fakta dan teori, bersifat umum, bersifat akumulatif (saling
berkaitan). Metode ilmu pengetahuan terbagi menjadi 4, yaitu pernyataan masalah
penelitian, pemecahan hipotesis, perluasan deduktif hipotesis, dan mengadakan tes
dan verifikasi terhadap hipotesis. Sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh peneliti ada 6,
yaitu objektivitas, Relatif, Skeptis, Kesabaran intelektual, Kesederhanaan dan sikap
yang tidak memihak pada etika.
Sosiologi tentu termasuk suatu ilmu sosial yang objeknya adalah masyarakat.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri karena telah memenuhi
segenap unsur-unsur ilmu pengetahuan yang ciri utamanya adalah bersifat empiris,
teoritis, kumulatif dan non-etis. Didalam sosiologi juga terdapat perspektif
diantaranya adalah perspektif evolusionis, interaksionis, fungsionalis dan konflik.
Serta terdapat beberapa metode yaitu metode kualitatif, kuantitatif, induktif, deduktif,
empiris, rasionalis dan fungsionalis. Diantara metode tersebut bersifat saling
melengkapi.

3.2 Saran

17
Diharapkan kepada para mahasiswa untuk dapat mengetahui tentang ruang
lingkup sosiologi. Dalam pembuatan makalah ini tentu masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu sangat diharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan pada
makalah berikutnya.

Daftar Pustaka
- Setiadi, Elly M dan Usman Kolip. 2011.Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana.
- Soekanto, Soerjono, 2013. Budi Sulistyowati. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta,
Rajawali Press.

18

Anda mungkin juga menyukai