Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini, dunia diguncang oleh merebaknya virus corona.World Health


Organization memberi nama virus baru tersebut Servere acute respiratory
syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya sebagai
Coronavirus Disease2019 (Covid-19). Corona virus Diseases 2019 (Covid-19)
pertama kali muncul di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok virus ini diduga
muncul karena adanya sebuah pasar makanan di Wuhan yang menjual bebagai
jenis hewan hidup maupun sudah mati.Virus ini telah tersebar di seluruh dunia,
termasuk Indonesia sejak awal bulan Maret 2020. Pemerintah Indonesia langsung
menindak lanjuti kasus tersebut. Salah satu tindakan pemerintah adalah
melakukan Social Distancing selama 14 hari untuk meminimalisir penyebaran
virus tersebut (Pratiwi, 2020:22).

Penyakit Coronavirus 2019 (Covid-19) merupakan jenis penyakit baru


yang belum pernah teridentifikasi pada manusia sebelumnya. Tanda dan gejala
umum infeksi Covid-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti
demam, batuk, dan sesak napas(Dewi, 2020:56).

Wabah penyakit coronavirus 2019 (Covid-19) yang melanda 215 negara di


seluruh dunia menjadi tantangan bagi institusi pendidikan. Di Indonesia,
keberadaan virusCovid-19 juga menjangkiti semua bidang, terutama di bidang
pendidikan di Indonesia(Sadikin, 2020:7). Pandemi Corona 2019 mengakibatkan
penutupan sekolah, madrasah, perguruan tinggi, danpesantren (Setiawan, 2020:5).
Saat ini, pemerintah mengiklankan sekolah rumah tempat siswanya belajar online
dan tidak bersekolah. Jika keadaan seperti itu berlangsung dalam jangka waktu

1
yang lama, maka tentunya tidak hanya kondisi fisik siswa, tetapi juga kondisi
mental siswa memiliki pengaruh yang jauh lebih besar(Nurkholis, 2020:54).

Menurut UNESCO (2020), Pada 17 April 2020, diperkirakan 91,3% atau


sekitar 1,5 miliar siswa di seluruh dunia tidak dapat bersekolah karena pandemic
Covid-19. Menurut BadanPusat Statistik (2020), terdapat kurang lebih 45 juta
siswa di Indonesia atau sekitar 3% dari total populasi siswa di seluruh dunia.
Penyebaran Covid-19 memaksa pemerintah menutup sekolah dan mendorong
pembelajaran jarak jauh di rumah. Berbagai inisiatif dilakukan untuk memastikan
kegiatan belajar tetap berlangsung meskipun tidak adanya sesi tatap muka
langsung. Teknologi, lebih spesifiknya internet, ponsel pintar, dan laptop sekarang
digunakan secara luas untuk mendukung pembelajaran jarak jauh. Salah satu
penyedia jasa telekomunikasi terbesar di Indonesia mencatat peningkatan
arusbroadbandsebesar 16% selama krisis Covid-19, yang disebabkan oleh
tajamnya peningkatan penggunaanplatformpembelajaran jarak jauh (Azzahra,
2020:62).

Mengingat penyebaran yang semakin meluas, Kementerian Pendidikan


dan Kebudayaan kemudian memutuskan untuk menunda semua kegiatan sekolah
dan beralih ke pembelajaran online / jarak jauh di rumah melalui melalui Surat
Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam
Masa Darurat Penyebaran COVID, dalamSurat Edaran tersebutmenjelaskan
bahwa proses pembelajaran dilakukandi rumahmelalui online atau jarak jauh yang
dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.
Pembelajaran di rumah dapat berfokus pada pendidikan kecakapan hidup,
termasuk dalam hal pandemiCovid-19(Dewi, 2020:25). Pembelajaran pada siswa
sekolah dasar juga menggunakan pembelajaran online/jarak jauh melalui
bimbingan orang tua. Pembelajaran online adalah penggunaan internet dalam
proses pembelajaran. Dengan pembelajaran online, siswa dapat belajar waktu
secara fleksibel dan dapat belajar kapanpun, dimanapun. Siswa dapat
menggunakan berbagai aplikasi untuk berinteraksi dengan guru, seperti
classroom,video converence, telepon atau live chat,zoommaupun melalui
whatsapp group. Pembelajaran ini merupakan inovasi pendidikan yang dirancang
untuk menjawab tantangan ketersediaan berbagai sumber belajar. Keberhasilan

2
model atau media pembelajaran tergantung pada karakteristik siswa (Dewi,
2020:35).

Pemerintah juga bekerja sama dengan pihak swasta untuk memberikan


berbagai solusi siap pakai guna mendukung penyelenggaraan pembelajaran jarak
jauh. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai bekerja sama dengan
penyedia layanan pembelajaran online. Selama pandemi ini, beberapa
platformpembelajaran memberikan akses gratis ke beberapa atau semua konten.
Beberapa perusahaan telekomunikasi juga memberikan kuota internet gratis untuk
mengakses platform pembelajaran online yang tersedia (Azzahra, 2020:35).

Untuk mendorong proses berbagi pengetahuan, Kementerian Pendidikan


dan Kebudayaan menyediakanplatformpembelajaran online gratis yang disebut
"Rumah Belajar" dan platform berbagi antar guru yang disebut "Program Guru
Berbagi". "Rumah Belajar" menyediakan bagi penggunanya bahan ajar dan fungsi
komunikasi, sedangkan "Program Guru Berbagi" membagi rencana pelajaran
(RPP) dengan guru di seluruh Indonesia (Azzahra, 2020:34). Namun, kehancuran
sistem pendidikan tradisional ini telah merugikan kehidupan keluarga miskin dann
siswa di pedesaan. Para siswa ini sudah menghadapi hambatan pendidikan bahkan
dalam kondisi normal. Kini mereka perlu menghadapi kendala lain yang
disebabkan oleh akses yang tidak merata ke infrastruktur teknologi (Azzahra,
2020:35).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama perlu


mempertimbangkan penerapan pembelajaran jarak jauh yang sesuai dengan
karakteristik berbagai daerah di Indonesia. Pembelajaran jarak jauh menambah
hambatan bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam menerima pendidikan, oleh
karena itu selain internet perlu diperhatikan media distribusi yang banyak. Untuk
daerah dengan konektivitas internet yang buruk, pemerintah telah bekerja sama
dengan stasiun televisi nasional TVRI untuk memberikan materi pembelajaran
yang termasuk dalam program "Belajar di Rumah" selama beberapa bulan. Pilihan
lain mungkin berupa program penyiaran atau menggunakan layanan pos di area
dengan konektivitas rendah(Azzahra, 2020:23).

3
Krisis Covid-19 juga memaksa sekolah mengalokasikan kembali lebih
banyak anggaran untuk belanja pembelajaran jarak jauh. Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 19 Tahun 2020 dan Surat Edaran Kemenag
nomor B-699/ Dt.l.l/PP.03/03/2020 memungkinkan penggunaan dana BOS untuk
pelaksanaan pembelajaran jarak jauh. Ini termasuk biaya koneksi internet untuk
siswa dan guru serta biaya pembelian peralatan pendukung pembelajaran jarak
jauh (Azzahra, 2020:24).

Berdasakan hasil observasi yang dilakukan, SD Negeri 53/1 Tebing Tinggi


telah mengimplementasikan pembelajaran jarak jauh untuk membatasi penyebaran
virus, namun kegiatan pembelajaran masih tetap berjalan agar siswa dapat terus
belajar dan dapat menerima materi pelajaran. Guru di kelas V SD Negeri 53/1
Tebing Tinggi telah menggunakan aplikasi yang mendukung untuk proses
pembelajaran jarak jauh. Karena pendidikan harus tetap dilanjutkan, maka
pembelajaran jarak jauh mungkin merupakan pilihan paling tepat dalam prosesnya
selamapandemi Covid-19. Namun dalam penerapannya,gurumerasa kesulitan
dalam melakukan pembelajaran jarak jauh karena guru merasa peserta didik juga
sulit memahami mata pelajaran yang diajarkan guru, hal ini dapat diketahui ketika
pembelajaran tata muka berlangsung, namun masih terdapat peserta didik yang
tidak dapat memahami materi yang dikenalkan oleh guru. Berdasarkan latar
belakang masalah diatas maka peneliti tertarik untuk untuk melakukan penelitian
dengan judul “Implementasi Pembelajaran Jarak Jauh Selama Masa Pendemi
Covid-19 Belajar Dari Rumah (Studi pada SD Negeri 53/1 Tebing Tinggi )”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi pembelajaran jarak jauh selama masa pendemi


Covid- 19 yang dilakukanSD Negeri 53/1 Tebing Tinggi?

2. Apa hambatan dalam menerapkan pembelajaran jarak jauh selama masa


pendemiCovid-19yang dilakukanSD Negeri 53/1 Tebing Tinggi ?

1.3 Tujuan Penelitian

4
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahuiimplementasi pembelajaran jarak jauh selama masa pendemi


Covid-19yang dilakukanSD Negeri 37/IX Rukam.

2. Untuk mengetahui hambatan dalam menerapkan pembelajaran jarak jauh

selama masa pendemiCovid-19yang dilakukanSD Negeri 37/IX Rukam.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini adalah untuk memberikan informasi


implementasi pembelajaran jarak jauh selama masa pendemi belajar dari rumah
(Studi pada SD Negeri 53/1 Tebing).

1.4.2 Manfaat praktis

1. Bagi Peserta Didik

Memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang materi


pelajaran yang disajikan dalam pembelajaran jarak jauh selama masa
pendemi belajar dari rumah.

2. Bagi Guru

Sebagai motivasi dalam melaksanakanpembelajaran jarak jauh selama


masa pendemi belajar.

3. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui implementasi pembelajaran jarak jauh selama


masa pendemi belajar dari rumah yang dilakukan di SD Negeri 53/1
Tebing Tinggi.

4. Bagi sekolah

Sebagai referensi untuk meningkatkanpembelajaran jarak jauh selama

masa pendemi.

5
BAB II

KAJIAN TEORITIK

2.1 Implementasi

2.1.1Pengertian Implementasi

Implementasi berasal dari Bahasa inggris yaitu to implement yang berarti


mengimplementasikan. Implementasi merupakan sarana melakukan sesuatu yang
berdampak atau mempengaruhi sesuatu. Hal-hal yang dapat berdampak atau
membuahkan hasil dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan
peradilan dan kebijakan yang dirumuskan oleh instansi pemerintah dalam
kehidupan berbangsa. Biasanya dilaksanakan setelah rencana dianggap sempurna.
Implementasi mengarah pada adanya aktivitas, tindakan, atau mekanisme sistem.

Implementasi tidak hanya merupakan aktivitas, tetapi juga aktivitas yang


telah direncanakan dan mencapai tujuan aktivitas. Secara sederhana, implementasi
mengacu padakegiatan atau aplikasi, dan implementasi adalah perluasan dari
kegiatan yang saling menyesuaikan. Implementasi merupakan rangkaian kegiatan
yang bertujuan untuk mempublikasikan kebijakan kepada masyarakat sehingga
kebijakan tersebut dapat memberikan hasil yang diharapkan. Rangkaian kegiatan
ini meliputi, pertama-tama, menyiapkan perangkat regulasi lain sebagai
interpretasi kebijakan. Kedua, menyiapkan sumber daya untuk mendorong
kegiatan pelaksanaan, termasuk sarana dan prasarana, sumber daya keuangan, dan
tentu saja menentukan siapa yang bertanggung jawab untuk melaksanakan
kebijakan. Ketiga, bagaimana menyampaikan kearifan khusus kepada masyarakat
(Mamonto dkk, 2018:3).

2.1.2 Proses Implementasi

Proses implementasi kebijakan yang sebenarnya tidak hanya melibatkan


perilaku badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan
rencana dan mendesaknya untuk mematuhi kelompok sasaran, tetapi juga
melibatkan jaringan kekuatan politik, ekonomi, dan sosial, yang secara langsung
atau tidak langsung dapat mempengaruhi arah pihak-pihak yang terlibat. Oleh

6
karena itu, tujuan kebijakan publik dapat dicapai melalui kegiatan pemerintah.
Ada tiga elemen penting dalam proses implementasi yaitu (Mamonto dkk,2018:4):

a. Ada rencana atau kebijakan yang sedang dilaksanakan

b. Kelompok sasaran, yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan


bertekad untuk memperoleh manfaat dari rencana, perubahan atau perbaikan

c. Organisasi atau elemen pelaksana individu (pelaksana), bertanggung jawab


untuk memperoleh implementasi dan memantau prosesimplementasi.

Implementasi adalah proses transformasi aktivitas dari politik


administrative menjadi tindakan kebijakan. Kembangkan kebijakan untuk
meningkatkan rencana. Implementasi merupakan perpanjangan dari kegiatan,
proses interaksi antara tujuan dan tindakan dapat disesuaikan untuk mencapai
tujuan, dan dibutuhkan jaringan pelaksana. Implementasi kebijakan mengacu
padapelaksanaan kebijakan atau rencana (Mamonto dkk, 2018:4).

2.2 Pembelajaran Jarak Jauh

2.2.1Pengertian Pembelajaran Jarak Jauh

Pembelajaran jarak jauh mengacu pada pembelajaran ketika siswa dan


guru tidak selalu hadir di sekolah. Implementasi bisa sepenuhnya jarak jauh
(hybrid) atau campuran jarak jauh dengan kelas (blended)(Setiawan, 2020:25).
Pembelajaran jarak jauh perlu dirancang dengan cermat untuk memfasilitasi
pembelajaran siswa dengan sebaik-baiknya. Ada banyak prinsip desain
instruksional dalam literatur yang dapat melakukan ini. Misalnya, prinsip
"mengajar sebagai interaksi" digunakan sebagai kerangka kerja untuk merancang
pembelajaran jarak jauh. Prinsip ini mengakui bahwa mengajar melibatkan proses
yang kompleks di antara peserta belajar. Peserta dalam pembelajaran semacam ini
bergantung satu sama lain. Selain itu prinsip ini dapat memberikan gambaran
tentang interaksi antar peserta pembelajaran dalam pembelajaran jarak jauh.

Terakhir, prinsip ini juga memberikan peluang bagi metode pembelajaran


modern yang membutuhkan interaksi antar siswa dalam lingkungan pembelajaran
online (Kristanto, 2020:12).

7
Sebagai prinsip pengajaran interaktif terdapat sebuah aksioma, yaitu
mengajar adalah interaksi antara pendidik dan siswa di sekitar konten
pembelajaran. Dengan kata lain, prinsip tersebut mendefinisikan pengajaran
sebagai cara pendidik dan siswa berpikir, berpikir, dan berpikir tentang konten
pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran (Kristanto, 2020:13). Pada tataran
implementasi, pembelajaran online membutuhkan dukungan perangkat mobile
seperti smart phone atau android phone, laptop, komputer, tablet, dan iPhone yang
dapat digunakan untuk mengakses informasi kapanpun dan dimanapun.
Pembelajaran online mengacu pada penggunaan jaringan Internet dengan
aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk menghasilkan
berbagai jenis interaksi pembelajaran (Sadikin, 2020:24).

2.2.2 Pola Pembelajaran

Menurut Dirjen Paud Dikdasmen Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan, Hamid Muhammad (2020:35) menjelaskan Model pembelajaran
tahun ajaran 2020/2021 didasarkan pada prinsip kesehatan dan keselamatan kerja,
dan menjadi prioritas utama bagi peserta didik, pendidik, pendidik dan seluruh
anggota departemen pendidikan. Tahun ajaran baru 2020/2021 akan dimulai pada
Juli 2020. Modus pembelajaran dan metode tiap daerah berbeda-beda sesuai
dengan kondisi keamanan penularan virus corona. Wilayah di wilayah kuning,
oranye dan merah dilarang menggunakan sistem pembelajaran tatap muka untuk
membuka kembali satuan pendidikan.

Dinas pendidikan di wilayah tersebut terus melakukan pembelajaran jarak


jauh (PJJ) sesuai dengan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 4 tahun 2020 dan SE Sesjen No. 15 Tahun 2020 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam Masa Darurat Penyebaran Corona
Virus Disease (COVID-19). Kawasan dalam RTH dapat dibuka kembali untuk
satuan pendidikan dengan pembelajaran tatap muka sesuai dengan ketentuan dan
prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah, diantaranya:

a. Satgas Covid-19 Nasional merancang ruang hijau

b. Pemerintah daerah menentukan berdasarkan penilaian komprehensif

8
c. Kualifikasi sekolah untuk pembelajaran tatap muka

d. Paraorang tua bersedia menyekolahkan anaknya

2.2.3Prinsip PembelajaranJarak Jauh

Menurut Dirjen Paud Dikdasmen Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan, Hamid Muhammad (2020:34) menjelaskan prinsip pembelajaran
jarak jauh sebagai berikut:

a. Berikan siswa pengalamanbelajar yang bermakna

b. Fokus pada pendidikan kecakapan hidup yang inklusif dan kontekstual

c. Minat dan kondisi setempat, pekerjaan rumah berbeda-beda untuk setiap

siswa

d. Pendidik memberikan umpan balik yang lebih kualitatif

e. Promosikan mode interaksi dan komunikasi yang positif antara guru dan

orang tua / wali

2.2.4 Metode PembelajaranJarak Jauh

Menurut Dirjen Paud Dikdasmen Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan, Hamid Muhammad (2020:56) menjelaskan metode pembelajaran
jarak jauh sebagai berikut:

a. Pembelajaran jarak jauh dalam jaringan (daring)

1) Gunakan Google Meet, Zoom, Webex, Teams, dan aplikasi lain untuk
virtual tatap muka.

2) Gunakan learning management system (LMS), seperti ruang belajar, ruang

guru, smart class, sekolah Anda, Zenius.net,dan lain-lain.

3) Gunakan media sosial dan jaringan, seperti Whatsapp, YouTube, Instagram,


dan lain-lain.

b. Pembelajaranjarakjauhluarjaringan(luring)

9
1) Menggunakan buku, modul dan bahan ajar dari lingkungan sekitar

2) Gunakan media TV nasional atau lokal (yaitu, program BDR yang

dilakukan melalui TVRI, pendidikan TV)

3) Menggunakan siaran nasional atau regional (misalnyaProgram BDR yang

dilakukan melalui RRI, Suara Edukasi)

2.3 Masa Pandemi

2.3.1 Pengertian Masa Pandemi

Pandemi (daribahasa Yunani yang artinya semua dandemosyang artinya


orang) adalah Epidemi penyakit tersebar di wilayah yang luas, seperti beberapa
benua atau di seluruh dunia. Epidemi yangmeluas dengan jumlah orang yang tetap
stabil bukan merupakan pandemi. Peristiwa pandemi influenza biasanya tidak
mencakup kasus influenza musiman. Sepanjang sejarah, banyak terjadi pandemi,
seperti penyakit cacar (smallpox) dan tuberkulosis. Salah satu epidemic paling
mematikan adalah kematian orang kulit hitam, yang menewaskan sekitar 75
hingga 200 juta orang diabad ke-14(https://id.wikipedia.org/wiki/Pandemi).

Pandemi adalah epidemi yang melintasi batas internasional dan biasanya


menyerang banyak orang. Penyakit atau kondisi bukanlah pandemi hanya karena
menyebar luas atau membunuh banyak orang; penyakit atau kondisi tersebut juga
harus menular. Misalnya, kanker menyebabkan banyak kematian, tetapi karena
penyakitnya tidak menular, maka tidak dianggap sebagai pandemic
(https://id.wikipedia.org/wiki/Pandemi).

Pandemi adalah wabah penyakit global. Menurut Organisasi Kesehatan


Dunia (WHO), ketika penyakit baru menyebar ke seluruh dunia, pandemic
diumumkan. Menurut KBBI istilah “pandemi” diartikan sebagai wabah yang
menyebar secara serentak dalam suatu wilayah geografis yang luas.

Dalam pengertian yang paling klasik, ketika suatu epidemi menyebar ke


beberapa negara atau wilayah di dunia
(https://www.wartaekonomi.co.id/read276620/apa-itu- pandemi).

10
Pandemi COVID-19 adalah bencana dahsyat bagi semua penghuni planet
ini.Tanpa terkecuali pendidikan, semua bagian kehidupan manusia terganggu.
Banyak negara yang memutuskan untuk menutup sekolah, perguruan tinggi dan
universitas, termasuk Indonesia. Krisis benar-benar datang tiba-tiba. Pemerintah
di mana pun di dunia, termasuk Indonesia, harus membuat keputusan sulit untuk
menutup sekolah untuk mengurangi kontak massa dan menyelamatkan nyawa,
atau mereka tetap harus membuka sekolah agar para pekerja dapat menopang
perekonomian untuk bertahan dalam hal keberlanjutan.(Aji, 2020:45).

2.3.2 Dampak Masa Pandemi

Pandemi Covid-19 memiliki duadampakpada keberlanjutan pendidikan (Aji,


2020:46).

a. Dampak jangka pendek,hal ini banyak dirasakan oleh keluarga di kota dan desa
di Indonesia. Di Indonesia, banyak keluarga yang kurang akrab bersekolah di
rumah. Bagi keluarga Indonesia, homeschooling merupakan kejutan besar,
terutama bagi produktivitas orang tua yang biasanya sibuk bekerja di luar rumah.
Hal yang sama juga berlaku untuk masalah psikologis anak siswa yang terbiasa
belajar tatap muka dengan guru. Akibat Covid-19, semua elemen pendidikan
dalam kehidupan sosial "terpapar" penyakit. Pengajaran dilakukan secara online.
Skala proses ini tidak pernah diukur dan diuji karena tidak pernah terjadi.Tak
pelak, karena infrastruktur teknologi informasi yang sangat terbatas, desa-desa
terpencil dengan penduduk usia sekolah yang sangat padat menjadi bingung.
Penilaian siswa dilakukan secara online, dan karena sistem yang tidak dapat
diprediksi, banyak terjadi trial and error. Bahkan banyak penilaian yang
dibatalkan.

b. Dampak jangka panjang. Banyak kelompok masyarakat di Indonesia akan


terpengaruh oleh efek jangka panjang Covid-19. Dampak jangka panjang
pendidikan merupakan aspek keadilan dan penyebab meningkatnya ketimpangan
antar kelompok masyarakat dan daerah di Indonesia.

2.4 Belajar Dari Rumah

Berdasarkan Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 menjelaskan bahwa :

11
1. Siswatidak dibebanituntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum

2. Difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai

Covid-19

3. Tugas dan aktivitas disesuaikan dengan minat dan kondisi siswa, serta

mempertimbangkan akses dan fasilitas belajar di rumah

4. Bukti atau Produk aktivitas belajar dari rumah diberi umpan balik yang

bersifat kualitatif dari guru, tanpa harus berupa skor/nilai kuantitatif

2.5 Kajian Penelitian Relevan

Untuk menghindari duplikasi, peneliti perlu menelusuri penelitian


sebelumnya. Dari hasil pencarian diperoleh beberapa informasi penelitian yang
relevan. Pertama penelitian yang dilakukan oleh Ali Sadikin dan Afreni Hamidah
mengenai Pembelajaran Daring di Tengah Wabah Covid-19, menunjukkan bahwa
Pademi Covid-19 mengganggu proses pembelajaran tradisional. Oleh karena itu,
diperlukan solusi untuk menjawab pertanyaan tersebut. Pembelajaran online
merupakan cara alternatif untuk mengatasi masalah ini.Tujuan penelitian adalah
untuk memperoleh gambaran pelaksanaan pembelajaran daring di Prodi
Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jambi sebagai upaya menekan penyebaran
covid-19 di Perguruan Tinggi. Subjek penelitian adalah mahasiswa Prodi
Pendidikan Biologi.Data dikumpulkan melalui wawancara melalui Zoom Cloud
Conference.

Gunakan teknologi analisis interaktif Miles & Huberman untukanalisis


data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

(1) Siswa sudah memiliki fasilitas dasar yang dibutuhkan untuk mengikuti
pembelajaran online

(2) Pembelajaran online fleksibel dalam pelaksanaannya, serta dapat


mendorong pembelajaran mandiri dan merangsang semangat belajar;

(3) Meminimalkan dan mengurangi populasi siswa Muncul guna


mengurangi kemungkinan penyebaran Covid-19 di lingkungan universitas.

12
Pengawasan yang lemah terhadap siswa, kurangnya sinyal yang kuat di
daerah terpencil, dan biaya tetap yang tinggi menjadi tantangan dalam
pembelajaran online.

Meningkatkan kemandirian belajar, minat dan motivasi, serta keberanian untuk


mengungkapkan ide dan masalah adalah keuntungan lain dari pembelajaran
online. Kedua penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Aji Fatma Dewi mengenai
Dampak Covid-19 Terhadap Implementasi Pembelajaran Daring Di Sekolah
Dasar, menunjukkan bahwa dampak COVID-19 terhadap pelaksanaan
pembelajaran online di sekolah dasar dapat berjalan dengan baik. Dari hasil data 3
artikel dan 6 berita, terlihat bahwa jika guru, siswa dan orang tua belajar di rumah
maka dampak COVID-19 terhadap pelaksanaan pembelajaran online di sekolah
dasar dapat terealisasi dengan baik. Ketiga Penelitian yang dilakukan oleh Yulia
Indahri mengenai Permasalahan Pembelajaran Jarak Jauh Di Era Pandemi,
menunjukkan bahwa berdasarkan ketentuan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang
dilaksanakan dalam tiga bulan terakhir, pemerintah berkeyakinan bahwa PJJ
masih menjadi pilihan pelaksanaan di tahun ajaran baru 2020/2021.

Artikel ini membahas beberapa masalah yang dihadapi dalam


melaksanakan PJJ selama pandemi. Dalam menjaga keberlangsungan pendidikan
nasional, masih ada beberapa hal yang masih menjadi kendala. Dalam setiap
pembahasan, baik saat pandemi Covid-19 maupun dalam setiap pembahasan
tentang pembangunan pendidikan nasional, DPR akan selalu memperhatikan
konten yang wajar, adaptif dan sesuai dengan kondisi terkini, infrastruktur teknis
dan kursus. Ketika peran guru sebagai fasilitator berubah, guru akan menguasai
mata pelajaran ini. Perlu diingat bahwa guru masih membutuhkan bimbingan,
pelatihan dan bimbingan teknis untuk mempersiapkan diri menghadapi
perubahan. DPR RI dapat menjalankan fungsi pengawasannya dengan mendorong
pengembangan peta jalan pendidikan yang dapat menyelesaikan permasalahan
tersebut. Keempat penelitian yang dilakukan Nika Cahyati dan Rita Kusumah
mengenai Peran Orang Tua Dalam Menerapkan Pembelajaran Di Rumah Saat
Pandemi Covid 19, menunjukkanbahwadalam proses mendidikanak dirumah
peran orang tua sangat diperlukan.Untuk anak yang masih awam dengan wabah
penyakit agar tetap tinggal dirumah agar terhindar dari penularan dan penyebaran

13
wabah penyakit maka peran orang tua juga sangat diperlukan. Pandemi ini. Para
orang tua beranggapan bahwa belajar di rumah sangat efektif, namun bukan
berarti belajar di sekolah lebih efektif daripada belajar di rumah. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui peran orang tua dalam melaksanakan home learning
pada saat pandemi Covid 19 yang difokuskan pada anak usia 5-8 tahun. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif fenomenologi, dan data
diperoleh melalui survei kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua
anak usia 5-8 tahun, dan orang tua anak usia 5-5 tahundi Kabupaten Kuningan.

Hasil dari penelitian ini adalah orang tua dapat meningkatkan hubungan
dengan anaknya, dan orang tua dapat melihat secara langsung perkembangan
kemampuan belajar anaknya.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VA SD Negeri 53/I Tebing Tinggi, yang


beralamat di Desa Tebing Tinggi, RT.03, Kec. Maro Sebo Ulu, Kab. Batang Hari,
Jambi. Waktu pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap
tahun ajaran 2020/2021.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Kepala sekolah, Guru, Peserta Didik, dan Orang

tua Peserta Didik kelas V SD Negeri 53/I Tebing Tinggi. Alasan penelitian ini
dipilih di kelas V peneliti menemukan permasalahan implementasi pembelajaran
jarak jauh selama masa pendemi belajar dari rumah pada siswa SD Negeri 53/I
Tebing Tinggi.

3.3 Data dan Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan


tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.Data

14
dan sumber data merupakan hal yang harus ada dalampenelitian ilmiah. Data dan
sumber data dalam penelitian dapat berbentuk tertulis(Moleong, 2017:157).

3.3.1Data

Data adalah segala jenis informasi yang dikumpulkan untuk mendukung


penelitian. Data dalam penelitian ini menggunakan data berupa kata-kata, kalimat,
ucapan dan gambar yang diperoleh langsung peneliti di lapangan melalui
observasi.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data primer merupakan sumberdata yang menyediakan data secara


langsung ke pengumpul data. Pengumpulan data primer adalah pengumpulan data
yang diperoleh secara langsung selama penelitian lapangan (Sugiyono, 2019:137).
Dalam penelitian ini data primer diperoleh dengan melakukan wawancara,
observasi, dan dokumentasi.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data yang tidak memberikan data secara

langsung kepada pengumpul data, seperti melalui orang lain atau melalui
dokumen. Teknik pengumpulan data tambahan ini digunakan untuk meningkatkan
penemuan dan melengkapi informasi yang dikumpulkan (Sugiyono,
2019:137).Sebagai data penunjang, peneliti memperoleh informasi dari buku-
buku atau literatur yang berkaitan dengan penelitian. Data penelitian sekunder
berupa dokumen-dokumen yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran jarak
jauh selama pembelajaran di rumah di tingkat SD Negeri 53/1 Tebing Tinggi.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah

sebagai berikut:

15
3.4.1 Observasi

Observasi adalah kegiatan melakukan penelitian terhadap subjek


(Sugiyono, 2019:204). Teknik ini digunakan untuk mengamati implementasi
pembelajaran jarak jauh selama masa pendemi belajar dari rumahyang dilakukan
di kelas V SD Negeri 53/1 Tebing Tinggi.

3.4.2 Wawancara

Jika peneliti ingin melakukan penelitian pendahuluan untuk menemukan


permasalahan yang harus diteliti, dan peneliti ingin mengetahui informasi yang
lebih mendalam dari narasumber maka wawancara dapat digunakan sebagai
teknik pengumpulan data (Sugiyono, 2019:198). Dalam penelitian ini, wawancara
dilakukan melalui wawancara via telpon denganmewawancarai Kepala sekolah,
Guru, Peserta Didik, dan Orang tua Peserta Didikkelas V SD Negeri 53/1 Tebing
Tinggi .

3.4.3 Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu metode yang digunakan untuk memperoleh data


dan informasi dari buku, arsip, dokumen, angka dan gambar tertulis (berupa
laporan dan informasi) yang dapat mendukung penelitian. Dokumen digunakan
untuk mengumpulkan data dan kemudian ditinjau (Sugiyono, 2019:329).
Dokumentasi adalah cara yang ditunjukkan untuk memperoleh data sekunder
berupa populasi. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang
dibutuhkan seperti data sejarah sekolah, keadaan siswa, guru, struktur organisasi,
sarana pendidikan, jadwal pelajaran, struktur kurikulum yang digunakan serta
sumber data yang berkaitan dengan implementasi pembelajaran jarak jauh selama
masa pendemi belajar dari rumah yang dilakukan di kelas V SD Negeri53/1
Tebing Tinggi.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakanmodel analisis data Miles


dan Huberman. Adapun langkah analisis adalah sebagai berikut
(Sugiyono,2019:321):

16
1. Pengumpulan data

Kegiatan utama adalah mengumpulkan data. Dalam penelitian kualitatif


pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi atau gabungan
ketiganya (triangulasi). Pengumpulan data dilakukan berhari-hari, mungkin
berbulan-bulan, sehingga data yang diperoleh akan banyak. Pada tahap awal
peneliti melakukan penjelajahan secara umum terhadap situasi sosial/objek yang
diteliti, semua yang dilihat dan di dengar direkam semua. Dengan demikian
peneliti akan memperoleh data yang sangat banyak dan sangat bervariasi.

2. Reduksi data

Reduksi data didefinisikan sebagai proses memilih, menghilangkan fokus


pada penyederhanaan, abstrak, dan transformasi data asli yang dihasilkan dari
catatan lapangan tertulis. Selama masa penelitian, data terus mengalami
penurunan. Dalam penelitian kualitatif, data kualitatif perlu direduksi dan
ditransfer agar. lebih mudah memahami dan menggambarkan berbagai topik dan
pola. Oleh karena itu reduksi data adalah memfokuskan lebih banyak energi,
menyederhanakan data asli dan memindahkannya ke bentuk yang lebihmudah
diatur. Oleh karena itu reduksi adalah penulisan abstrak, coding, penelusuran
topik, pembuatan rubrik, pengelompokan, dan penulisan memo. Kegiatan ini akan
berlanjut hingga laporan akhir selesai.

3. Penyajian data

Penyajian data adalah kumpulan informasi yang terorganisir yang dapat


menarik kesimpulan dan mengambil tindakan. Penyajian data dilakukan setelah
proses restorasi. Proses penyajian data ini melalui seluruh kumpulan data yang
tersedia untuk umum mudah dibaca. Bentuk Penyajian data berupa teks naratif
yang dapat diubah menjadi berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, dan bagan.
Semuanya dirancang untuk menggabungkan informasi yang disusun dalam bentuk
yang konsisten dan mudah diakses sehingga peneliti dapat mengetahui apa yang
terjadi untuk menarik kesimpulan.

4. Penarikan kesimpulan

17
Setelah data disajikan yang terdapat dalam rangkaian analisis data, maka
proses selanjutnya adalah kesimpulan atau verifikasi data maka proses selanjutnya
adalah kesimpulan atau verifikasi data. Pada tahap analisis data, penelitian
kualitatif mulai mencari makna sesuatu, memperhatikan keteraturan, pola,
penjelasan, jalur sebab akibat, dan kemungkinan konfigurasi proposisi.
Kesimpulan dari tahap pertama adalah longgar, tetap terbuka dan mencurigakan,
dan kemudian tidak jelas apakah itu menjadi lebih rinci dan tegas. Bergantung
pada ukuran data akhir, pengkodean yang digunakan, metode penyimpanan dan
pengambilan, dan kemampuan peneliti untuk menarik kesimpulan, kesimpulan
tidak dapat ditarik sampai data akhir dikumpulkan.

3.6 Teknik Uji Validasi Data

Uji validasi data dalam penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi.


Sugiyono (2019:327) menyatakan bahwa “trianggulasi merupakan periksa data
dari berbagai sumber dengan berbagai cara pada waktu yang berbeda”. Adapun
trianggulasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu trianggulasi teknik.
Trianggulasi teknik yaitu memeriksa dan membandingkan informasi yang
diperoleh dari hasil penelitian dengan mencari data dari berbagai sumber.

18

Anda mungkin juga menyukai