Anda di halaman 1dari 5

LEARNING JOURNAL

Program Pelatihan : Pelatihan Dasar CPNS


Angkatan/ Kelas : VI
Nama Agenda : Nilai-Nilai Dasar ASN (ANTI KORUPSI)
Nama Peserta : Yulia Atiyah, S.Pd
No. Daftar Hadir :-
Lembaga Penyelenggara : PPSDM Regional Bandung

A. POKOK PIKIRAN
1. Pengertian Korupsi
Corruptio atau Corruptus berasal dari bahasa latin yang berarti kerusakan,
kebobrokan, dan kebusukan, perbuatan yang tidak baik, curang, dapat disuap
dan tidak bermoral. Secara harfiah korupsi berarti kebusukan, keburukan,
kebejatan, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-
kata/ucapan menghina dan memfitnah.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia korupsi adalah perbuatan buruk
seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dlsb. Dari berbagai definisi
di atas dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah kegiatan yang secara sadar
melawan hukum merugikan negara untuk memperkaya diri sendiri atau orang
lain atau korporasi sehingga dapat dikatakan perbuatan tindak pidana.
Sedangkan tindak pidana adalah suatu perbuatan yang diancam dengan
pidana oleh undang-undangm bertentangan dengan hukum, dilakukan dengan
kesalahan oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab.
2. Jenis-Jenis Korupsi
Menurut Syed Husein Alatas ada 7 jenis korupsi yaitu korupsi transaktif,
korupsi ekstroaktif, korupsi investif, korupsi nepotistik, korupsi autogenik,
korupsi suportif dan korupsi defensif.
3. Tindak Pidana Korupsi
Terdapat 30 delik tindak pidana korupsi menurut UU no. 31/1999 jo no.
20/2001 yang kemudian dikelompokkan menjadi 7 antara lain: (1) Kerugian
Keuangan Negara; (2) Suap-Menyuap; (3) Pemerasan; (4) Perbuatan Curang;
(5) Penggelapan dalam Jabatan; (6) Benturan Kepentingan dalam Pengadaan;
dan (7) Grafitikasi
4. Ciri-Ciri Korupsi
Korupsi dapat terjadi karena adanya niat dan kesempatan. Ada beberapa
ciri - ciri korupsi, yaitu:
a. Dilakukan oleh lebih dari satu prang
b. Merahasiakan motif/ ada keuntungan yang diraih
c. Berhubungan dengan kekuasaan/ kewenangan tertentu
d. Berlindung dibalik pembenaran hukum
e. Melanggar kaidah kejujuran dan norma hukum
f. Mengkhianati kepercayaan
5. Dampak Negatif Korupsi
Secara umum dampak negatif dari korupsi adalah merugikan negara dan
merusak sendi-sendi kebersamaan serta memperlambat tercapainya tujuan
nasional, diantaranya:
a. Tata Ekonomi, seperti pemborosan sumber daya.
b. Tata sosial budaya, seperti revolusi sosial dan ketimpangan sosial.
c. Tata politik, seperti ketidakstabilan politik, pengambilalihan kekuasaan.
d. Tata administrasi, seperti keterbatasan kebijakan pemerintah
6. Penyebab Korupsi
Korupsi merupakan perpaduan antara pencurian serta pencurian. Dimana
pencurian berarti melaan hukum dan mengambil sebagian atau seluruhnya
barang atau hak orang lain dengan tujuan memiliki atau memperoleh
keuntungan. Sedangkan penggelapan adalah pencurian barang atau hak yang
dipercayakan atau berada dalam kekuasaan pelaku serta penyalahgunaan
kewenangan atau kepercayaan. Ada beberapa penyebab dari korupsi, yaitu:
a. Penegakan hukum tidak konsisten
b. Penyalahgunaan kekuasaan/ kewenangan
c. Langkanya lingkungan yang anti korupsi
d. Rendahnya pendapatan penyelenggara negara
e. Kemiskinan/ keserakahan
f. Keuntungan korupsi lebih besar dibandingkan kerugian ditangkap
g. Pemberian imbalan jasa
h. Gagalnya pendidikan agama dan etika
Penyebab korupsi menurut Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan Republik Indonesia adalah:
a. Aspek individu pelaku korupsi
b. Aspek organisasi
c. Aspek masyarakat tempat individu dan organisasi berada
d. Sistem yang buruk
7. Pencegahan Korupsi
Ada dua cara pencegahan korupsi (preventif). Pertama perbaikan sistem,
yaitu peraturan perundangan, reformasi birokrasi, menegakkan etika profesi
dan tata tertib lembaga, penerapan prinsip Good Govermance. Kedua
perbaikan manusia, yaitu memperbaiki moral, meningkatkan kesadaran hukum,
mengentaskan kemiskinan, memilij pimpinan yang bersih, jujur dan anti korupsi.
Dalam pemberantasan dan pembasmian korupsi dibutuhkan niat,
semangat, dan komitmen dengan cara mengenali korupsi juga dampak dari
korupsi. Kesadaran anti korupsi memuncak pada spiritual acocountability yaitu
sadar akan nilai-nilai ketuhanan dan memahami hakikat kehidupannya bahwa
Tuhan yang menciptakan kehidupan, memberikan amanah pada manusia, dan
akan meminta pertanggungjawaban kelak.
Tunas Integritas yaitu pribadi-pribadi yang memiliki komitmen integritas
yang tinggi, dan bersedia untuk membangun sistem integritas organisasi. Peran
Tunas Integritas adalah (1) menjadi jembatan masa depan kesuksesan
organisasi; (2) berpartisipasi aktif membangun sistem integritas; peluang
korupsi ditutup; (3) mempengaruhi orang lain untuk berintegritas tinggi.
Tingkatan Komitmen: (1) Berontak; (2) Menggerutu di belakang; (3) Ikut dengan
terpaksa; (4) Ceria berkontribusi; (5) Komitmen sepenuh hati; dan (6) Bahagia
berkarya. Level komitmen yang semakin tinggi akan memudahkan untuk
mendapatkan impian Indonesia yang bebas dari korupsi (Indonesia dengan
budaya integritas yang tinggi).
Nilai Dasar Anti Korupsi yang harus diinternalisasi, diimplementasikdan
dan diaktualisasikan: (1) Jujur (2) Peduli (3) Mandiri (4) Disiplin (5) Tanggung
Jawab (6) Kerja Keras (7) Sederhana (8) Berani (9) Adil. Tiga proses sosial
yang berperan dalam proses perubahan sikap dan perilaku: (1) Kesediaan
(compliance); (2) identifikasi (identification); dan (3) internalisasi (internalization)
integritas sebagai suatu proses sosial yang ditujukan untuk mengatasi korupsi.
Ada 7 semangat dasar yang diharapkan dapat ditumbuhkan kembali di bumi
pertiwi antara lain: (1) Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; (2)
Keikhlasan dan Ketulusan; (3) Pengabdian dan Tanggung Jawab; (4)
Menghasilkan yang terbaik; (5) Kekeluargaan; (6) Keadilan dan Kemanusiaan,
dan; (7) Perjuangan.
8. Contoh Kasus dan Profil Tokoh

Hoegeng Imam Santoso lahir di Pekalongan, 14 Oktober 1921. Dia adalah


sosok yang disegani di kalangan kepolisian Republik Indonesia. Walaupun
hanya menjabat tiga tahun sebagai Kapolri, namun Hoegeng telah membawa
perubahan besar dalam tubuh Kepolisian Republik Indonesia.
Selain itu, sikap tegas, bersih, sederhana, dan jujur membuat namanya menjadi
legenda di kalangan kepolisian. Bahkan dia rela hidup pas-pasan demi menjaga
integritas. Pelaku kejahatan bahkan tak berkutik selama Polri berada di bawah
kepemimpinannya. Hoegeng dikenal luas sebagai pejabat yang tegas, jujur dan
berintegritas. Bahkan Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur
pernah mengungkapkan lelucon yang mengenang integritas Hoegeng. Kala itu,
Gus Dur melontarkan lelucon di sela menyinggung pemberantasan korupsi.
Gus Dur mengungkapkan, di Indonesia hanya ada tiga polisi yang baik Tiga
polisi itu, pertama, mantan Kepala Polri, almarhum Jenderal Hoegeng Iman
Santoso. Kedua, patung polisi dan ketiga adalah polisi tidur. Selain dituturkan
Gus Dur, teladan kejujuran Hoegeng juga banyak diceritakan kerabat dan
koleganya.

B. PENERAPAN
Penerapan konsep anti korupsi di Sekolah sebagai lembaga pendidikan
pencetak calon penerus bangsa memiliki tanggung jawab moral untuk
memberikan pendidikan karakter terutama mengenai anti korupsi bagi para
siswa siswinya. Pendidikan dan penerapan sikap anti korupsi harus di terapkan
sejak dini. Agar saat mereka dewasa kelak sudah terbiasa dengan sikap anti
korupsi tersebut.
Salah satu bentuk sederhana anti korupsi di Sekolah adalah jujur dengan
tidak korupsi waktu yaitu selalu tepat waktu memulai dan mengakhiri waktu
pembelajaran di Sekolah sesuai jam mengajar. Peduli terhadap lingkungan
sekolah, misalnya guru dengan siswa bersama-sama membersihkan
lingkungan sekolah, membuang sampah pada tempatnya. Sebagai guru pun
harus bisa mandiri mengerjakan tugas-tugasnya, berpakaian baik dan sopan
sesuai peraturan sekolah agar bisa menjadi contoh kepada siswa-siswa di
sekolah.
Disiplin dalam menjalankan tugas sebagai seorang guru dengan cara datang
tepat waktu ke sekolah, janganlah meminta hadiah-hadiah dari siswa maupun
siswi sebagai bentuk imbalan atas apa yang telah kita lakukan kepada mereka.
Karena mengajar para siswa di kelas merupakan tugas dan kewajiban kita
sebagai guru. Terlebih apabila ada oknum orang tua murid yang memiliki status
sosial maupun jabatan tertentu yang ingin meminta agar anak-anaknya
diberikan nilai terbaik di kelas atau diberikan ranking tertentu di kelas. Sebagai
guru kita harus tegas menolaknya dan tetap menilai setiap individu siswa
secara adil sesuai kemampuan mereka masing-masing. Itulah beberapa contoh
bentuk penerapan anti korupsi yang bisa diterapkan di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai