Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jenis-jenis makhluk hidup di bumi ini sangatlah beranekaragam.
Keanekaragaman makhluk hidup dapat dilihat dengan adanya perbedaan-
perbedaan bentuk, struktur, warna, fungsi organ dan habitatnya. Baik
yang berada di tingkat takson yang paling rendah seperti organisme prokariota
hingga organisme eukariota, mulai yang uniseluler hingga multiseluler. Jutaan
spesies dari masing-masing individu berbeda sangat mudah ditemui di bumi
ini.
Kenyataan bahwa semakin banyaknya jenis-jenis mahluk hidup yang
ditemukan ini justru membuat manusia bingung untuk mengenalinya satu per
satu. Makhluk hidup pasti memiliki tingkatan tertentu dalam suatu takson
kehidupan yang mana memiliki ciri-ciri yang sama satu sama lain. Karena
itulah, diperlukan adanya pengelompokan makhluk hidup atau yang biasa
disebut dengan klasifikasi makhluk hidup. Klasifikasi itu sendiri adalah
pengelompokan mahluk hidup berdasarkan persaman-persamaan ciri, cara
hidup, tempat hidup, daerah penyebaran, morfologi, anatomi dan ciri biokimia
(Ahmad Amirul Huda, 2011). Klasifikasi ini bertujuan untuk mengelompokkan
masing-masing makhluk hidup berdasarkan hubungan kekerabatan yang paling
dekat. Dengan demikian, setiap jenis makhluk hidup menjadi lebih mudah
dipelajari dan dicari ciri-cirinya.

B. Tujuan
1. Memahami prinsip atau dasar klasifikasi mahluk hidup.
2. Melakukan klasifikasi menggunakan dasar tertentu.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Daun (leaf) adalah organ fotosintesis utama pada sebagian besar


tumbuhan, meskipun batang yang berwarna hijau juga melakukan fotosintesis.
Bentuk daun sangat bervariasi, namun pada umumnya terdiri dari suatu helaian
daun (blade) yang pipih dan tangkai daun yang disebut petiole, yang
menyambungkan daun dengan buku batang. Daun tumbuhan monokotil dan
dikotil berbeda dalam hal susunan tulang daun utamanya. Sebagian besar
monokotil memiliki tulang daun utama parallel (sejajar) yang menjalar sepanjang
helaian daun. Sebaliknya, daun tumbuhan dikotil umumnya memiliki banyak
percabangan pada tulang daun utama.(Campbell,2003:298)

Daun (folium) sebagai organus nutritivum mempunyai fungsi-fungsi


antara lain : memungkinkan terjadinya asimilasi, memungkinkan berlangsungnya
respirasi (pernapasan), memungkinkan berlangsungnya transpirasi. Daun (folium)
dibagi menjadi bagian yang lengkap (folium completum) dan daun dengan bagian
yang tidak lengkap (folium incompletum). Daun lengkap apabila bagian-bagian
tertentu pada sehelai daunnya adalah lengkap, yakni mempunyai pelepah atau
upih daun (vagina), tangkai daun (petiolus) dan lembaran daun (lamina). Sebagian
besar tumbuhan ternyata hanya mempunyai bagian-bagian di atas antara stu
sampai dua bagian saja, jadi tidak lengkap tiga-tiganya, maka tumbuhan itu
disebut daun tidak lengkap (folium incompletum). (Sutedjo, 1989)

Secara morfologi dan anatomi daun merupakan organ tumbuhan yang paling
bervariasi. Berdasarkan variasi tersebut maka daun dapat diklasifikasikan sebagai
berikut : daun lebar, katafil, hipsofil, kotiledon. Daun lebar adalah organ utama
yang melakukan fotosintesis. Katafil adalah sisik yang terlihat pada kuncup dan
batang dalam tanah dan berfungsi sebagai pelindung atau penyimpan cadangan
makanan. Hipsofil adalah berbagai tipe daun pelindung yang bergabung dengan
bunga dan agaknya berfungsi sebagai pelindung. Kotiledon adalah daun pertama
pada tumbuhan (Zuluhida, 2010).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. WaktudanTempatPengamatan
Waktu : 13.00 – 14.40 WIB
Tempat : Laboratorium Botani FMIPA

B. Alat dan Bahan


1. Alat tulis
2. kamera
3. Objek biologi ( 12 macam daun dari tanaman berbeda)

C. Metode kerja

Mengumpulkan 12 daun dari tanaman yang berbeda

Menempatkan dan menata daun di atas meja

Mengelompokkan daun berdasarkan kesamaan ciri tertentu

Melakukan pengelompokkan berdasarkan ciri tertentu secara berkelanjutan


sampai tidak dapat dipisahkan lagi

Mencatat hasil pengelompokan dalam bentuk skema dikotomis

Menentukan kedudukan taksonomik masing-masing spesies menurut hasil


klasifikasi
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabulasi Data
Tumbuhan

merah hijau
Warna daun
Hanjuang Suplir markisa
Bayam merah Kelengkeng kolomento
Meniran rumput teki
Tulang daun Lamtoro glodokan
Bugenfil mubei
menyirip Tidak menyirip
Jumlah daun
Bayam merah Hanjuang
tunggal majemuk

Bugenfil rumput teki


Markisa glodokan Suplir lamtoro
Kolomento murbei Meniran kelengkeng

Tulang daun Letak anak


daun
sejajar Tidak sejajar tunggal ganda

Rumput teki Bugenfil glodokan Kelengkeng Suplir


Kolomento Markisa murbei Meniran Lamtoro

Tepi daun spora


trikoma Pangkal
daun
lancip
ada
ada
Kelengkeng
Rumput teki Rata Tidak lancip Suplir

Bugenfil
Tidak ada Tidak rata Meniran

Kolomento Markisa Tidak ada


Glodokan bergerigi
Murbei Lamtoro
Markisa
Tepi daun Murbei
Tidak bergerigi Tidak lancip
lancip Ujung daun
Glodokan
Murbei Markisa
B. Pembahasan
a. Bayam merah
Tanaman bayam termasuk dalam genus Amaranthus. Bayam merah
merupakan keluarga dari rumpun Amaranthus dan memiliki nama
latin Amaranthus gangeticus. Tanaman bayam berasal dari Amerika
hingga kemudian menyebar hingga ke daerah tropis dan sub tropis. Di
Indonesia, tanaman bayam dapat tumbuh di daerah panas dan dingin
dengan ketinggian 5 - 2000 meter diatas permukaan laut. Tanaman
bayam merah merupakan tanaman semak dengan tinggi 0,4 - 1 meter,
memiliki batang lemah dan berair dengan daun berwarna merah
kehijauan dan pertulangan daun menyirip. Bayam terkenal dengan
sayuran sumber zat besi, selain mengandung vitamin A, vitamin C,
dan kalsium (Smith, 2002). Manfaat utama bayam merah adalah
memperlancar sistem pencernaan, menurunkan resiko terkena kanker,
mengurangi kolesterol, dan anti diabetes (Purwaningsih, 2007:57).
Bayam biasanya tumbuh di daerah tropis, bayam tumbuh baik di
daerah dataran rendah hingga ketinggian 1.400 m dibawah permukaan
laut. Tanaman ini juga biasanya sering ditemukan tumbuh liar di tepi
jalan, pekarangan yang tidak terawat, ladang, kebun, dan lain-lain.
Tanaman bayam memerlukan cahaya matahari penuh, kebutuhan sinar
matahari akan tanaman bayam cukup besar. Kelembaban udara yang
cocok untuk tanaman bayam antara 40-60% dan suhu udara yang
cocok untuk tanaman bayam berkisar antara 16-20 derajat Celsius.
Bayam cocok ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi.
Pertumbuhan dan produksi tanaman dapat mencapai hasil maksimal
jika dibudidayakan ditempat yang terbuka dengan kondisi tanah yang
subur dan gembur (Rukmana, 2005:52).
Secara taksonomi tumbuhan glodokan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus gangeticus

b. Hanjuang
Tanaman hanjuang merah (Cordyline fruticosa) adalah tanaman
yang termasuk kategori suku bawang-bawangan, biasa ditanam
sebagai tanaman hias di halaman rumah atau disebuah taman.
Tanaman ini juga biasa dipakai sebagai tanaman pagar atau pembatas
di sebuah perkebunan, karena warnanya yang merah mencolok.
Tanaman hanjuang berasal dari Asia Timur dan bisa ditemukan dari
dataran rendah sampai diatas ketinggian 1900M.
Tanaman hanjuang merupakan tanaman berbentuk perdu tegak,
jarang bercabang, tinggi 2-4 m. Tanaman ini berdaun tunggal,
daunnya berbentuk lanset dengan panjang sekitar 30-50cm, sedangkan
lebar daun 5-10 cm, pada ujung dan pangkalnya berbentuk runcing,
tepi rata, letak daunnya terutama diujung batang terlihat berjejal
dengan susunan seperti spiral. Pelepah 5-10 cm, pertulangan sejajar.
Tanaman ini memiliki warna merah tua, merah kecoklatan, atau hijau.
Secara taksonomi tumbuhan glodokan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Liliales
Family : Agavaceae
Genus : Cordyline
Species : Cordyline fruticosa
c. Suplir
Berdasarkan hasil pengamatan kami, daun suplir (Adiantum
capillus) termasuk kedalam jenis tumbuhan dengan daun berwarna
hijau seperti halnya daun kelengkeng, daun lamtoro, daun kolomento,
daun meniran, daun gelodokan, daun murbei, daun bougenvile,
rumput teki,daun markisa. Daun suplir mempunyai banyak tangkai
anak daun dalam satu tangkai daunnya. Tumbuhan yang mempunyai
tangkai anak daun termasuk kedalam jenis tumbuhan berdaun
majemuk. (Estiti B Hidayat,1994:36) Sehingga tumbuhan suplir
termasuk jenis tumbuhan berdaun majemuk. Daun majemuk dibagi
menjadi dua jenis yaitu daun majemuk beranak daun tunggal dan daun
majemuk beranak daun ganda. Tumbuhan suplir termasuk kedalam
tumbuhan yang mempunyai daun majemuk dengan anak daun ganda
karena dalam satu tangkai anak daun suplir terdapat lebih dari satu
helai anak daun. Di permukaan bawah daun suplir terdapat spora yang
berfungsi untuk perkembangbiakan.
Dari sedikit uraian diatas, suplir dikelompokkan kedalam
tumbuhan yang mempunyai daun berwarna hijau, daunnya majemuk
ganda yang mempunyai spora.

d. Kelengkeng
Kelengkeng (Dimocarpus longan) merupakan tanaman berbiji
tertutup. Batangnya berkayu dan bercabang-cabang. Dari pengamatan
kami, kami mengelompokkan daun kelengkeng ke dalam jenis daun
berwarna hijau. Daun kelengkeng yang hijau disebabkan karena
mengandung pigmen klorofil yang menimbulkan warna hijau. Selain
berwarna hijau, daun kelengkeng termasuk jenis daun majemuk
karena dalam satu tangkai daun terdapat beberapa helai daun. Namun
dalam satu tangkai anak daun, hanya terdapat satu helai daun saja.
Daun dengan satu helaian daun dalam tiap tangkai anak daunnya
dinamakan daun majemuk tunggal. (Estiti B Hidayat,1994:36)
Sehingga kelengkeng termasuk kedalam jenis tumbuhan berdaun
majemuk tunggal. Selain berdaun majemuk, kelengkeng mempunyai
daun dengan ujung runcing atau lancip. Daun yang ujungnya runcing
adalah daun yang jika kedua tepi daun di kanan dan di kiri ibu tulang
daun sedikitdemi sedikit menuju keatas dan pertemuannya pada
puncak daun membentuk suatu sudut lancip. (Gembong
Tjitrosoepomo,2001:32)
Dari sedikit uraian tersebut, kelengkeng di kelompokkan kedalam
tumbuhan dengan daun berwarna hijau, daunnya majemuk tunggal
dengan ujung runcing.

e. Meniran
Meniran (Phyllanthus niruri) tumbuh di daerah dataran rendah
hingga dataran tinggi dengan ketinggian ± 1000 m di atas permukaan
laut. Tumbuh secara liar di tempat yang berbatu dan lembab seperti di
tepi sungai, pantai, semak, lahan bekas sawah atau tumbuh di sekitar
pekarangan rumah, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Iklim
tropis merupakan syarat tumbuh tanaman meniran. Klasifikasi
tumbuhan meniran adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Phyllanthus
Spesies : Phyllanthus niruri
Morfologi Meniran
a) Daun

Daun tersusun majemuk dan berwarna hijau, duduk


melingkar pada batang, anakan daun mengkilap, ujung daun
runcing, pangkal tumpul dan tepi yang rata. Bentuk daun bundar
telur sampai bundar memanjang, panjang daun 5-10 mm, lebar
2,5-5 mm, ujung bundar atau runcing, permukaan daun bagian
bawah berbintik-bintik (BPOM RI, 2010 : 55). 
b) Batang

Tanaman meniran (Phyllanthus niruri) ini memiliki batang


yang berbentuk bulat, tegak, permukaan kasar dan bercabang,
berbatang basah dengan tinggi mencapai 40-100 cm, berwarna
hijau, dan diameternya ± 3 mm. 
c) Bunga
Bunga keluar dari ketiak daun, bunga jantan terletak di
bawah ketiak daun, berkumpul 2-4 bunga, tangkai bunga 0,5-1
mm, helaian mahkota bunga berbentuk bundar telur terbalik,
panjang 0,75-1 mm, berwarna merah pucat, sedangkan bunga
betina, letaknya di bagian atas ketiak daun, tangkai bunga 0,75-1
mm, helaian mahkota bunga berbentuk bundar telur sampai
bundar memanjang, tepi berwarna hijau muda, panjang 1,25-2,5
mm (Depkes RI, 1978).

f. Lamtoro
Lamtoro (Leucaena leucocephala ) sering disebut juga dengan
petai cina atau petai selong adalah sejenis perdu dari suku Fabaceae
(Leguminosae, polong-polongan). Tanaman ini termasuk legum pohon
yang mempunyai banyak varietas tergantung dari bentuk dan
besarnya, saat ini diketahui lebih dari 800 varietas yang
diklasifikasikan menjadi 3 tipe yaitu tipe common, tipe giant, tipe
Peru.
Sistematika tanaman lamtoro menurut Suprayitno, dkk (1995)
adalah sebagai berikut.
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Leucaena
Spesies : Leucaena leucocephala

Morfologi Lamtoro
a) Daun
Lamtoro memiliki daun majemuk berbentuk simestris kecil-
kecil berpasangan tetapi tidak pernah gugur. Daun bersirip dua
dengan 3-10 pasang sirip, bervariasi dalam panjang sampai 35
cm, dengan glandula besar (sampai 5 mm) pada dasar petiole,
helai daun 11-22 pasang/sirip, 8-16 mm x 1-2 mm, akut.
Berdasarkan susunan anak-anak daun dan tangkai anak daunnya,
daun lamtoro termasuk jenis daun majemuk menyirip genap
karena anak-anak daun tersusun dalam jumlah genap di kiri-kanan
ibu tangkai daun, sehingga tersusun secara berpasangan. Warna
daun hijau pupus dan berfungsi untuk memasak makanan
sekaligus sebagai penyerap nitrogen (N2) dan karbondioksida
(CO2) dari udara bebas. Nitrogen dan karbon dioksida ini berasal
dari sisa-sisa pembakaran yang kemudian mengotori udara
(populasi). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, daun
lamtoro (petai cina) mengandung zat aktif yang berupa alkaloid,
saponin, flavonoid, mimosin, leukanin, protein, lemak, kalsium,
fosfor, besi, vitamin A dan vitamin B.
b) Batang
Lamtoro merupakan tanaman semak yang mempunyai tinggi
antara 2 sampai 10 meter, bercabang banyak dan kuat, dengan
kulit batang abu-abu. Pohon lamtoro mempunyai batang yang
kuat dan elastik, sehingga tidak mudah patah. Batang lamtoro
dalam waktu satu tahun dapat mencapai garis tengah (middle line)
10-15 cm. Jadi merupakan pembesaran yang sangat cepat
dibandingkan dengan jenis pohon lainnya.
c) Akar
Lamtoro mempunyai akar yang sangat kokoh, karena akar
tunggangnya menembus kuat ke dalam tanah. Akar rambutnya
tidak terlalu besar dan tidak menonjol ke permukaan tanah, tetapi
memiliki fungsi untuk mencengkram tanah sehingga dapat
merupakan pencegah kelongsoran tanah di sekitar pohon tersebut.
Oleh karena itu, lamtoro sangat baik bila ditanam di pinggir
saluran-saluran irigasi.
Menurut Suprayitno,dkk (1995) semakin besar pohon
lamtoro maka semakin dalam akar tunggangnya menembus
kedalam tanah, sedangkan akar lainnya tetap seperti akar rambut
yang perkembangannya tidak terlalu besar. Akar pohon lamtoro
tidak bersifat merusak, karena akar rambut yang tersebut
dimanfaaatkan oleh pohon induknya, untuk menyimpan zat
nitrogen dalam butiran-butiran yang dapat dilihat pada akar
rambutnya. Butiran-butiran tersebut berisi nitrogen yang semula
diserap dari udara bebas dan dari dalam tanah. Hal inilah yang
menjadi sebab mengapa akar lamtoro agak kurang
perkembangannya untuk menjadi besar dan tidak menonjol keluar
tanah.

g. Bugenfil
Bugenfil merupakan jenis tanaman perdu tegak yang mempunyai
sistem perakaran tunggang. Batangnya bulat cenderung melilit serta
lentur dan permukaan yang berduri. Arah tumbuh batannya memanjat
pada durinya dan percabangan monopodial. (Gembong,1985:82)
Pada pengamatan yang kami lakukan bugenfil memiliki warna
daun hijau yang disebabkan oleh kandungan klorofil didalam daun
tersebut. Jumlah daun pada bugenfil termasuk pada jenis daun tunggal
yaitu daun yang pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian
daun saja. Bugenfil memiliki pertulangan daun jenis menyirip yaitu
daun mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung,
dan merupakan terusan tangkai daun. dari ibu tulang ini kesamping
keluar tulang-tulang cabang, sehingga susunannya mirip sirip-sirip
pada ikan. Tepi daun bugenfil cenderung rata. (Rosanti, 2013:18)
Secara taksonomis tumbuhan murbei dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :

Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Carryophyllales
Famili : Nyctaginaceae
Genus : Bougainvillea
Spesies : Bougainvillea spectabilis

h. Markisa
Tanaman markisa merupakan tanaman berupa semak menjalar.
Pada umumnya batannya dapat menjalar sampai 5 meter dan
kemudian mengayu. Letak daunnya berselang-seling. Tanaman
markisa memiliki bunga sempurna berkelopak 5 helai, tajuk bunga 5
helai. Biji markisa dilapisi atau dibungkus oleh selaput yang berisikan
cairan (sari buah) yang rasanya bisa manis ataupun asam.
Pada pengamatan yang kami lakukan markisa memiliki warna daun
hijau yang disebabkan oleh kandungan klorofil didalam daun tersebut.
“Hijaunya klorofil yang tergabung di dalam membrannya itulah yang
memberikan warna hijau kepada kloroplas dan kepada sel serta
jaringan tumbuhan yang terkena cahaya” (Kimball, 1983:98). Jumlah
daun pada markisa termasuk pada jenis daun tunggal yaitu daun yang
pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja. markisa
memiliki pertulangan daun jenis menyirip yaitu daun mempunyai satu
ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan merupakan
terusan tangkai daun. dari ibu tulang ini kesamping keluar tulang-
tulang cabang, sehingga susunannya mirip sirip-sirip pada ikan.
(Rosanti, 2013:18). Pada pengamatan berbeda dengan bugenfil tepi
daun markisa tidak rata dan tergolong pada tepi daun bergerigi,
sedangkan untuk ujung daunnya adalah tumpul.

i. Kolomento
Tumbuhan Kolomento termasuk suku rumput-rumputan yang
sering digunakan sebagai tanaman hias. Tanaman ini mempunyai daun
yang berwarna hijau dengan tepi daunnya berwarna putih. Sama
seperti rumput teki, kolomento juga mempunyai daun tunggal dan
pertulangan daun yang sejajar yaitu mempunyai satu tulang ditengah
yang membujur, sedang tulang-tulang lainnya mempunyai arah sejajar
dengan ibu tulang.
Berbeda dengan ruput teki, kolomento tidak mempunyai trikoma
pada daunnya. Itu karena tumbuhan kolomento biasa hidup didaerah
yang lembab. Jadi tidak memerlukan trikoma untuk mengurangi
penguapan.
Dari pernyataan-pernyataan di atas menurut Plantamor, 2011
susunan klasifikasi dari Kolomento yaitu:
Kingdom :Plantae
Subkingdom :Tracheobionta
Super Divisi :Spermatophyta
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Liliopsida
Sub Kelas :Commelinidae
Ordo :Poales
Famili : Poaceae
Genus : Leersia
Spesies : Leersia hexandra Sw.

j. Rumput teki
Rumput teki mempunyai berbagai nama yaitu teki, tekan, motta
(Jawa), rukut teki wuta(Maluku), karehawai (Nusa Tenggara), rukut
teki wuta, bulili manggasa buai (Sulawesi), xiang lu (Cina). Rumput
Teki (Cyperus rotundus) termasuk suku Cyperaceae (teki-tekian)
( Mugetsuki, 2014 ).
Rumput teki memiliki daun berbangun garis, licin, tidak berambut
dan berwarna hijau. Warna permukaan atas daun hijau tua dan
permukaan bawahnya berwarna hijau muda. Rumput teki mempunyai
daun tunggal, dimana daun yang terletak pada tangkai daunnya hanya
terdapat satu helai daun saja.
Pada bagian tengah daun rumput teki terdapat parit yang membujur
di bagian tengah, ujungnya agak runcing, lebih pendek dari batang
yang membawa bunga. Itulah mengapa daun rumput teki termasuk
daun yang mempunyai pertulangan sejajar. Tulang daun sejajar
biasanya terdapat pada daun-daun bangun garis dan bangun pita, yang
mempunyai satu tulang ditengah yang besar membujur daun, sedang
tulang-tulang lainnya jelas lebih kecil dan nampaknya semua
mempunyai arah sejajar dengan ibu tulangnya tadi.
Pada daun rumput teki juga terdapat trikoma. Trikoma (rambut;
jamak: trikomata) adalah turunan epidermis yang mempunyai
bentuk, struktur, dan fungsi yang bervariasi terdiri dari satu sel atau
banyak sel yang dibentuk dari sel epidermis. Fungsi dari trikoma ini
yaitu untuk melindungi orgn daun terhadap gangguan dari luar dan
mengurangi penguapan.
Dari pernyataan-pernyataan di atas menurut Plantamor, 2011
susunan klasifikasi dari Rumput teki yaitu:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Cyperales
Family : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus rotundus L.

k. Glodokan
Glodokan mempunyai bentuk daun yang panjang dan ujungnya
menyempit, tepinya berombak berwarna hijau mengilat. Panjang daun
antara 15 – 20 cm. bentuk tanaman ini menyerupai kerucut, menjulang
tingi bisa mencapai 20 m bahkan lebih.dari ketiak daun atau ranting
muncul bunga majemuk yang menghasilkan buah berwarna kuning
kehijauan, bentuknya bulat, besarnya kira-kira 2 cm. biji yang sudah
tua dapat digunakan untuk memperbanyak tanaman. Bisa juga dengan
mencangkok dari cabang yang sudah tua. (Emir, 2006:49)
Berdasarkan karakteristik umum glodokan tersebut sesua dengan
hasil pengamata kami, yaitu daun glodokan berwarna hijau dan
merupakan daun tungal. Daun glodokan yang kami amati tersebut
mempunyai pertulangan daun menyirip dengan tepi daun tidak rata.
Tepi daun yang tidak rata tersebut berbentuk seperti gelombang.
Secara taksonomi tumbuhan glodokan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Famili : Annondceap
Genus : Polyalthia
Spesies : Polyalthia logifolia Sonn

l. Murbei
Murbei merupakan tanaman perdu, berkayu, tinggi dapat mencapai
5 meter, bercabang banyak. Tanaman ini tumbuh secara liar di hutan-
hutan, ladang, daerah ketinggian, tebing, dan ada juga ditanam
penduduk untuk dimanfaatkan daunnya sebagai makanan ulat sutra.
Daunnya berbentuk segitiga atau jantung, sedikit kasar, berwarna
hijau muda hingga tua. Buahnya bergugus, bulat kecil, berdompel,
berambut berwarna merah, kuning, hijau, coklat, bila masih muda
berwarna hijau bila sudah tua merah kecoklatan (Soenanto, 2009:77).
Secara umum murbei memiliki daun tunggal, letak berseling,
bertangkai yang panjangnya 1 – 4 cm. helaian daun bulat telur sampai
berbentuk jantung, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi,
pertulangan daun menyirip agak menonjol, permukaan atas dan bawah
kasar, panjang 2,5 – 20 cm, lebar 1,5 – 12 cm, warnanya hijau
(Dalimartha, 1999:91).
Karakteristik daun murbei tersebut sesuai dengan pengamatan
kami, yang mana dalam pengamatan kami, daun murbei berwarna
hijau dan merupakan daun tunggal. Daun murbei yang kami amati
tersebut, mumpunyai pertulangan daun menyirip dengan tepi daun
yang tidak rata. Tepi daun yang tidak rata tersebut berbentuk seperti
gerigi dan pada ujung daun murbei berbentuk lancip.
Secara taksonomis tumbuhan murbei dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
Divisi : Spermatophyte
Sub divisi : Magnoliophyta
Kelas : Delliniidae
Ordo : Urticales
Famili : Moraceae
Genus : Morus
Spesies : Morus Alba L
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan observasi, kami dapat menyimpulkan bahwa
klasifikasi makhluk hidup dapat didasarkan pada persamaan dan perbedaan
ciri yang dimiliki makhluk hidup tersebut, seperti halnya atas dasar
anatomi-morfologi populasi, susunan genetis populasi, dan ekologi. Pada
percobaan ini kami menggunakan dasar klasifikasi morfologi dengan
sistem klasifikasi dikotomi. Daun dikelompokan berdasarkan pangkal
daun, ujung daun, tulang daun, bentuk daun, tepi daun, dan ada tidaknya
spora, sehingga masing-masing daun individu tersebut dapat berdiri sendiri
atas pengelompokkan morfologi yang tidak dimiliki daun individu lain.

B. Saran
1. Sebelum melakukan observasi, praktikan harus mempelajari dan
memahami mengenai apa yang dimiliki objek tersebut sesuai sistem
klasifikasi yang akan digunakan,
2. Saat melakukan observasi pada objek pengamatan, observasi harus
dilakukan dengan menggunakan sebanyak mungkin panca indera,
karena klasifikasi tidak hanya dapat dilakukan melalui indera
penglihatan saja.
3. Praktikan harus lebih cermat dan teliti selama proses observasi,
termasuk dalam menentukan dasar klasifikasi dalam sistem klasifikasi
pada objek yang diamati.

Anda mungkin juga menyukai