Anda di halaman 1dari 10

A.

KESULTANAN BANTEN

1.PERKEMBANGAN MASYARAKAT

Islam mulai masuk dan berkembang di Banten ini membuat wilayah Banten menjadi suatu
peradaban Islam baru di Nusantara. Pada abad ke 16 ketika Banten di pimpin oleh Sultan
Ageng Tirtayasa sudah membuat suatu perubahan besar bagi Banten terlihat dari segi
sosial masyarakat Banten yang makmur, kondisi politik yang cukup tertata yang dilakukan
oleh Sultan Ageng Tirtayasa dan sampai bentuk peninggalan-peninggalan kesultanan
Banten pada waktu itu masih dikenal di era sekarang. Kedatangan VOC membawa dampak
buruk sekaligus kemunduran Kerajaan Islam Banten. Politik adu domba sengaja dibuat
untuk melemahkan kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif, data diperoleh melalui observasi, wawancara narasumber, jurnal, dan buku. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada masa Sultan Ageng Tirtayasa perkembangan aspek
sosial dan budaya di Banten cukup maju
2.PEMERINTAHAN

Sultan pertama Kerajaan Banten ini adalah Sultan Hasanuddin yang memerintah tahun
1522-1570. Ia adalah putra Fatahillah, seorang panglima tentara Demak yang pernah diutus
oleh Sultan Trenggana menguasai bandarbandar di Jawa Barat. Pada waktu Kerajaan
Demak berkuasa, daerah Banten merupakan bagian dari Kerajaan Demak. Namun setelah
Kerajaan Demak mengalami kemunduran, Banten akhirnya melepaskan diri dari pengaruh
kekuasaan Demak.
Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis (1511) membuat para pedagang muslim memindahkan
jalur pelayarannya melalui Selat Sunda. Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin,
Kerajaan Banten berkembang menjadi pusat perdagangan. Hasanuddin memperluas
kekuasaan Banten ke daerah penghasil lada, Lampung di Sumatra Selatan yang sudah
sejak lama mempunyai hubungan dengan Jawa Barat. Dengan demikian, ia telah
meletakkan dasar-dasar bagi kemakmuran Banten sebagai pelabuhan lada. Pada tahun
1570, Sultan Hasanuddin wafat.
Penguasa Banten selanjutnya adalah Maulana Yusuf (1570-1580), putra Hasanuddin. Di
bawah kekuasaannya Kerajaan Banten pada tahun 1579 berhasil menaklukkan dan
menguasai Kerajaan Pajajaran (Hindu). Akibatnya pendukung setia Kerajaan Pajajaran
menyingkir ke pedalaman, yaitu daerah Banten Selatan, mereka dikenal dengan Suku
Badui. Setelah Pajajaran ditaklukkan, konon kalangan elite Sunda memeluk agama Islam.
3.KEHIDUPAN EKONOMI
Banten di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa dapat berkembang menjadi
bandar perdagangan dan pusat penyebaran agama Islam. Adapun faktor-faktornya ialah: (1)
letaknya strategis dalam lalu lintas perdagangan; (2) jatuhnya Malaka ke tangan Portugis,
sehingga para pedagang Islam tidak lagi singgah di Malaka namun langsung menuju
Banten; (3) Banten mempunyai bahan ekspor penting yakni lada.
Banten yang menjadi maju banyak dikunjungi pedagang-pedagang dari Arab, Gujarat,
Persia, Turki, Cina dan sebagainya. Di kota dagang Banten segera terbentuk
perkampungan-perkampungan menurut asal bangsa itu, seperti orang-orang Arab
mendirikan Kampung Pakojan, orang Cina mendirikan Kampung Pacinan, orang-orang
Indonesia mendirikan Kampung Banda, Kampung Jawa dan sebagainya.

4.BUDAYA

Sejak Banten di-Islamkan oleh Fatahilah (Faletehan) tahun 1527, kehidupan sosial
masyarakat secara berangsur- angsur mulai berlandaskan ajaran-ajaran Islam. Setelah
Banten berhasil mengalahkan Pajajaran, pengaruh Islam makin kuat di daerah pedalaman.
Pendukung kerajaan Pajajaran menyingkir ke pedalaman, yakni ke daerah Banten Selatan,
mereka dikenal sebagai Suku Badui. Kepercayaan mereka disebut Pasundan Kawitan yang
artinya Pasundan yang pertama. Mereka mempertahankan tradisi-tradisi lama dan menolak
pengaruh Islam
Kehidupan sosial masyarakat Banten semasa Sultan Ageng Tirtayasa cukup baik, karena
sultan memerhatikan kehidupan dan kesejahteran rakyatnya. Namun setelah Sultan Ageng
Tirtayasa meninggal, dan adanya campur tangan Belanda dalam berbagai kehidupan sosial
masyarakat berubah merosot tajam. Seni budaya masyarakat ditemukan pada bangunan
Masjid Agung Banten (tumpang lima), dan bangunan gapura-gapura di Kaibon Banten. Di
samping itu juga bangunan istana yang dibangun oleh Jan Lukas Cardeel, orang Belanda,
pelarian dari Batavia yang telah menganut agama Islam. Susunan istananya menyerupai
istana raja di Eropa.

B.KESULTANAN ACEH

1.PERKEMBANGAN MASYARAKAT
Kehidupan sosial di Kerajaan Aceh pada saat itu muncul dua golongan yang saling
berebut untuk menjadi golongan yang berpengaruh di Aceh. Dua golongan itu ialah
golongan Teuku dan golongan Teungku. Yang mana golongan Teuku ini merupakan
golongan dari orang-orang bangsawan yang memegang kekuasaan sipil.

Sedangkan golongan Teungku merupakan golongan dari para ulama’ yang memiliki
peran penting di dalam bidang agama. Di dalam golongan para ulama’ yang
memegang kekuasaan atas dasar agama, masih ada dua persaingan yaitu
persaingan antara aliran Syiah dengan aliran Ahlussunnah wal Jama’ah. Pada saat
kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, aliran yang berkembang dengan pesat adalah
aliran syi’ah.

Adapun tokoh pada aliran ini adalah Hamzah Fansuri dan selanjutnya dilanjutkan
oleh Syamsuddin Pasai. Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, aliran ahlussunnah
waljama’ah menjadi berkembang pesat.

Adapun tokoh pada aliran ini adalah Nurruddin Ar Raniri yang mana tokoh ini
berhasil menuliskan sejarah Aceh dengan judul “Bustanussalatin”. Selain dalam
bidang sosialnya, dalam bidang budaya dapat diketahui dengan adanya Bangunan
Masjid peninggalan Sultan Iskandar Muda sebagai bukti. Di dalamnya ada bangunan
Masjid Baiturrohman
2.pemerintahan

Sultan Aceh atau Sultanah Aceh merupakan penguasa / raja dari Kesultanan Aceh. Sultan
awalnya berkedudukan di Gampông Pande, Bandar Aceh Darussalam kemudian pindah ke
Dalam Darud Dunia di daerah sekitar pendopo Gubernur Aceh sekarang. Dari awal hingga
tahun 1873 ibu kota berada tetap di Bandar Aceh Darussalam, yang selanjutnya akibat
Perang dengan Belanda pindah ke Keumala, sebuah daerah di pedalaman Pidie.
pemerintahan aceh bersistem kesultanan yang artinya kepemimpinan berada ditangan
sultan, raja pertama aceh sulta mughayat syah, raja yang membuat aceh merasakan
kejayaan adalah sultan iskandar muda.
3. EKONOMI

Kehidupan ekonomi masyarakat Aceh adalah dalam bidang pelayaran dan perdagangan.
Pada masa kejayaannya, perekonomian berkembang pesat. Penguasaan Aceh atas
daerah-daerah pantai barat dan timur Sumatra banyak menghasilkan lada. Sementara itu,
Semenanjung Malaka banyak menghasilkan lada dan timah. Hasil bumi dan alam menjadi
bahan ekspor yang penting bagi Aceh, sehingga perekonomian Aceh maju dengan pesat.

Bidang perdagangan yang maju menjadikan Aceh makin makmur. Setelah Sultan Ibrahim
dapat menaklukkan Pedir yang kaya akan lada putih, Aceh makin bertambah makmur.
Dengan kekayaan melimpah, Aceh mampu membangun angkatan bersenjata yang kuat.
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh mencapai puncak kejayaan. Dari
daerah yang ditaklukkan didatangkan lada dan emas sehingga Aceh merupakan sumber
komoditas lada dan emas.

4.KEHIDUPAN BUDAYA

Kehidupan sosial budaya dapat dilihat landasan hukum yang berlaku yang didasari dari
ajaran Islam. Hukum adat ini disebut hukum adat Makuta Alam. Berdasarkan hukum ini,
pengangkatan seorang sultan diatur dengan sedemikian rupa dengan melibatkan ulama dan
perdana menteri.

Sisa-sisa arsitektur bangunan peninggalan kesultanan Aceh keberadaannya tidak terlalu


banyak, disebabkan karena sudah terbakar pada masa perang Aceh. Beberapa bangunan
yang masih tersisa contohnya seperti Istana Dalam Darud Donya yang sekarang menjadi
Pendopo Gubernur Aceh.

Selain istana, beberapa peninggalan yang masih dapat kita lihat sampai sekarang seperti
Masjid Tua Indrapuri, Benteng Indra Patra, Gunongan, Pinto Khop, dan kompleks
pemakaman keluarga kesultanan Aceh

C.kesultanan gowa-TALLO

1.perkembangan masyarakat

Dalam kehidupannya masyarakat Makassar


sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan
masyarakat Makassar diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut
Pangadakkang. Dan masyarakat Makassar sangat percaya terhadap norma-norma tersebut.
Walaupun demikian tidak menghalangi mereka untuk memiliki kebebasan berusaha dalam
mencapai kesejahteraan hidupnya,

Masyarakat Makassar juga mengenal pelapisan sosial dalam kehidupannya, lapisan


masyarakat ini terdiri dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan
keluarganya disebut dengan “Anakarung/ Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan disebut
“to Maradeka” sedangkan masyarakat lapisan bawah adalah para hamba-sahaya disebut
dengan golongan “Ata”.
2.PEMERINTAHAN

Kerajaan Gowa Tallo adalah gabungan dua kerajaan bernama Gowa dan Tallo. Dengan
kesepakatan dua raja satu rakyat, kedua kerajaan ini bergabung dan dalam kerajaan
gabungan itu, keturunan raja Gowa menjadi Sombaya (Raja Tertinggi) sedangkan keturunan
raja Tallo menjadi Tumabicara Buta (Perdana Menteri).

Kerajaan Gowa Tallo memeluk Islam dan menjadi Kesultanan pada masa pemerintahan
Sultan Alauddin, dan mencapai masa keemasannya pada masa pemerintahan Sultan
Hasanuddin (1653 - 1669) yang dijuluki Belanda sebagai Ayam Jantan dari Timur. Pada
masa itu Kesultanan Gowa Tallo menaklukkan kerajaan Bone, Wajo dan Posseng di
Sulawesi Selatan dan memperluas kekuasannya hingga ke bagian timur kepulauan Nusa
Tenggara dan pulau Flores. Karena itu Kesultanan Gowa Tallo menguasai jalur perdagangan
rempah-rempah dari Indonesia Timur.
3. kehidupan ekonomi

Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Makassar merupakan kerajaan maritim yang berkembang sebagai pusat
perdagangan di Indonesia bagian Timur. Selain karena ditunjang oleh letaknya yang
strategis, juga karena Kerajaan Makassar memiliki pelabuhan yang baik serta didukung oleh
jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada tahun 1511 yang menyebabkan banyak pedagang
pindah ke Indonesia Timur.

Dengan banyaknya bandar dagang di sana, Makassar kemudian berkembang sebagai


pelabuhan internasional yang banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti
Portugis, Inggris, Denmark dan sebagainya yang datang untuk berdagang di Makassar.

Pelayaran dan perdagangan di Makassar diatur berdasarkan hukum niaga yang disebut
dengan Ade’ Aloping Loping Bicaranna Pabbalue. Dengan adanya hukum niaga tersebut,
diharapkan perdagangan di Makassar menjadi teratur dan mengalami perkembangan yang
pesat. Selain perdagangan, Makassar juga mengembangkan kegiatan pertanian karena
Makassar juga menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi Selatan.
4.kehidupan budaya

Dari segi kebudayaan, masyarakat Makassar banyak menghasilkan benda-benda budaya


yang berkaitan dengan dunia pelayaran hal ini disebabkan bahwa kerajaan Makassar
merupakan kerajaan Maritim. Hasil kebudayaan dalam dunia pelayaran ini disebutkan
bahwa masyarakat Makassar terkenal sebagai pembuat kapal, merancang kapal. dan jenis
kapal yang dibuat oleh orang Makassar dikenal dengan sebutan Pinisi dan Lombo. Kapal
Pinisi dan Lombo adalah kebanggaan dari rakyat Makassar dan terkenal hingga ke
mancanegara karena keunikan dan diakui sebagai salah satu model kapal modern pada
jamannya

Anda mungkin juga menyukai