Anda di halaman 1dari 4

KLINIK

Senin, 04 Juni 2012


Keabsahan Surat Pernyataan Pelepasan Hak atas Tanah (SPPHT)

Ivor Ignasio Pasaribu, S.H.


Pertanahan & Perumahan
Leks&Co

Pertanyaan
Saya ingin bertanya, apakah suatu surat pernyataan pelepasan hak atas tanah yang
dibuat tanpa saksi dan atau di hadapan pemerintah adalah sah menurut hukum?
Kemudian, apakah surat pernyataan pelepasan hak atas tanah harus mencantumkan
persetujuan isteri/suami apabila objek yang akan dilepaskan haknya merupakan harta
perolehan bersama ketika dalam status menikah?". Mohon penjelasannya. Terima
kasih.  
Ulasan Lengkap
Pelepasan Hak atas Tanah

Pada dasarnya, pelepasan hak atas tanah meliputi banyak aspek. Seperti, pelepasan
hak atas tanah dalam rangka pembaharuan hak atau perubahan hak, pelepasan hak
atas tanah dalam rangka pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan
umum, pelepasan hak atas tanah untuk kepentingan swasta maupun pelepasan hak
atas tanah bagi perusahaan dalam rangka penanaman modal.
 
Adapun pelepasan hak atas tanah dalam rangka perolehan tanah bagi orang maupun
badan hukum yang hendak mendapatkan tanah dilakukan dengan pemberian ganti
kerugian atas dasar musyawarah dengan orang yang melepaskan hak tersebut. Namun,
pelepasan hak tersebut tidak secara otomatis menjadikan kedudukan si pemberi ganti
kerugian kemudian menjadi pemegang hak atas tanah. Tanah yang dilepaskan
tersebut akan menjadi tanah negara, dan kemudian diberikan kepada si pemberi ganti
kerugian tersebut.
 
Dalam praktiknya, masing-masing aspek pelepasan hak atas tanah sebagaimana
diuraikan di atas memiliki bentuk (form) Surat Pernyataan Pelepasan Hak atas Tanah
(“SPPHT”) dan ketentuan-ketentuan yang mengaturnya. Misalnya, apakah harus
dibuat di hadapan dan disaksikan oleh Kepala Kantor Pertanahan, atau dibuat dalam
bentuk akta notaris atau juga disaksikan oleh Camat setempat maupun disaksikan oleh
saksi-saksi lain.
 
SPPHT Tanpa Saksi atau Pejabat yang Berwenang
Sehubungan dengan pertanyaan Anda, mengenai sah atau tidaknya SPPHT yang dibuat
tanpa saksi atau pejabat yang berwenang, maka Anda harus mengetahui terlebih
dahulu SPPHT tersebut meliputi aspek dalam bidang apa. Namun secara umum, SPPHT
harus dibuat dengan disaksikan oleh pihak lain, baik itu disaksikan oleh pejabat yang
berwenang, maupun notaris. Apabila tidak memenuhi ketentuan tersebut, maka
berdasarkan Pasal 131 ayat (3) Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional No. 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (“Permenag No. 3/1997”),
permohonan pendaftaran hapusnya hak atas tanah tidak akan diterima, apabila tidak
memenuhi syarat sebagai berikut:
 
“(3) Pendaftaran hapusnya hak atas tanah dan Hak Milik atas Satuan Rumah Susun
yang disebabkan oleh dilepaskannya hak tersebut oleh pemegangnya dilakukan oleh
Kepala Kantor Pertanahan berdasarkan permohonan dari pihak yang berkepentingan
dengan melampirkan:
a.       1) akta notaris yang menyatakan bahwa pemegang yang bersangkutan
melepaskan hak tersebut, atau
2) surat keterangan dari pemegang hak bahwa pemegang hak yang bersangkutan
melepaskan hak tersebut yang dibuat di depan dan disaksikan oleh Camat letak
tanah yang bersangkutan, atau
3) surat keterangan dari pemegang hak bahwa pemegang hak yang bersangkutan
melepaskan hak tersebut yang dibuat di depan dan disaksikan oleh Kepala Kantor
Pertanahan.
b.persetujuan dari pemegang Hak Tanggungan apabila hak tersebut dibebani Hak
Tanggungan;
c.sertifikat hak yang bersangkutan;”
 
Pencantuman Persetujuan Istri/Suami dalam SPPHT

Jika memang pelepasan hak atas tanah dilakukan oleh salah satu dari pasangan suami
istri, maka pelepasan hak tersebut harus disetujui oleh pasangannya, kecuali tidak
ada persatuan harta terhadap pasangan suami istri tersebut. Hal ini diatur
dalam Pasal 36 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang berbunyi:
 
“(1) Mengenai harta bersama, suami atau isteri dapat bertindak atas persetujuan
kedua belah pihak.
(2) Mengenai harta bawaan masing-masing, suami dan isteri mempunyai hak
sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya.”
 
Demikian jawaban dan penjelasan ini kami sampaikan. Atas perhatian dan
kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.
 
Dasar hukum:
1.    Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
2.    Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 1997
tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah

KLINIK
Senin, 19 April 2010
Pelepasan Hak Milik atas Tanah

PELEPASAN HAK MILIK ATAS TANAH

Pertanyaan
Apakah pelepasan hak milik atas tanah di Indonesia boleh dilakukan oleh pengadilan
luar negeri dan apakah peraturan tersebut diakui oleh hukum di Indonesia? Yang kami
maksud adalah pelepasan hak milik atas tanah kepada PMA di mana ada perjanjian
antara pemilik dan PMA tetapi tidak melalui notaris. Terima kasih.
Ulasan Lengkap
Pelepasan hak atas tanah tidak dapat dilakukan oleh pengadilan negeri, apalagi oleh
pengadilan luar negeri.
Pelepasan hak milik atas tanah dapat dilakukan dengan akta yang menyatakan bahwa
hak yang bersangkutan telah dilepaskan oleh pemegang haknya, secara notariil atau
bawah tangan, yaitu dengan:
1)     akta notaris yang menyatakan bahwa pemegang yang bersangkutan melepaskan
hak atas tanah (dalam hal ini Hak Milik), atau
2)     surat keterangan dari pemegang hak bahwa pemegang hak yang bersangkutan
melepaskan hak atas tanah (dalam hal ini Hak Milik) yang dibuat di depan dan
disaksikan oleh Camat letak tanah yang bersangkutan, atau
3)     surat keterangan dari pemegang hak bahwa pemegang hak yang bersangkutan
melepaskan hak atas tanah (dalam hal ini Hak Milik) yang dibuat di depan dan
disaksikan oleh Kepala Kantor Pertanahan setempat.
Akta/surat dimaksud umumnya berjudul “Pelepasan Hak.” Sesuai kasus, dalam
akta/surat pelepasan hak haruslah dicantumkan klausul bahwa pelepasan hak atas
tanah (Hak Milik) tersebut dilakukan dengan maksud agar PT. PMA (penanaman modal
asing) yang dimaksud memperoleh kesempatan untuk meminta/memohon sesuatu hak
atas tanah sesuai ketentuan hukum yang berlaku kepada instansi yang berwenang.
Juga dicantumkan besarnya ganti rugi dari PT PMA kepada pemegang hak atas tanah.
Dengan adanya pelepasan hak, maka tanah yang bersangkutan (Hak Milik) menjadi
tanah negara. PT PMA dapat mengajukan permohonan hak baru sesuai ketentuan
undang-undang dan sesuai keperluannya, sehingga PT PMA yang dimaksud
mendapatkan hak atas tanah sesuai ketentuan undang-undang dan sesuai
keperluannya.
Demikian sejauh yang kami ketahui. Semoga bermanfaat.
Dasar hukum:
1.     Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
 
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun
1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

Anda mungkin juga menyukai