Anda di halaman 1dari 22

PENGARUH SANKSI PAJAK,BIAYA KEPATUHAN,DAN

PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB


PAJAK

METODOLOGI PENELITIAN
MINI RISET

Disusun Oleh :
Annisa Safitri 171011250066

Dewi Diana 171011250418

Nursipa Ramdania Fujriyanti 171011250244

Rosidah Nurnaningsih 171011250116

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGGERANG SELATAN
2020
ABSTRAK

Pemeriksaan merupakan pagar penjaga agar Wajib Pajak tetap berada pada
koridor peraturan pajak dan fiskus dalam melaksanakan tugasnya tidak hanya
untuk kegiatan formalitas saja, melainkan juga untuk memperkuat kebenaran dari
transaksi dan kepatuhan hukum dengan Undang-Undang yang berlaku agar Wajib
Pajak tetap patuh dalam menjalankan hak dan kewajibannya membayar pajak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh sanksi pajak, biaya
kepatuhan pajak dan pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal
serupa sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya dengan hasil
yang berbeda, oleh karena itu kebutuhan untuk mengulang penelitian adalah untuk
melihat dan menemukan bukti empiris pengaruh sanksi pajak, biaya kepatuhan
pajak dan pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang selalu mencurahkan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan mini riset dengan judul “Pengaruh
sanksi pajak, biaya kepatuhan, dan pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan wajib
pajak” untuk memenuhi nilai mata kuliah Metodoogi Penelitian.

Mini riset ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan mini riset ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa mini riset “Pengaruh
sanksi pajak, biaya kepatuhan pajak, dan pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan
wajib pajak”. Yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi penyusunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar kami bisa menjadi lebih baik
lagi dimasa yang akan mendatang.

Akhir kata kami harap semoga mini riset ini bisa menambah wawasan para pembaca
dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Tangerang, 12 Desemebr 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional yang berlangsung secara terus menerus dan


berkesinambungan diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masalah
pembiayaan menjadi sangat vital dalam melaksanakan pembangunan nasional tersebut.
Pemerintah membutuhkan dana yang besar untuk melaksanakan pembangunan nasional.
Dana yang dibutuhkan tersebut semakin meningkat seiring dengan peningkatan
kebutuhan pembangunan itu sendiri.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam mewujudkan
pembangunan nasional yaitu dengan menggali sumber dana berupa pajak. Pajak
merupakan sumber pendanaan dalam melaksanakan tanggung jawab negara untuk
mengatasi masalah sosial, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran serta menjadi
kontrak sosial antara warga negara dengan pemerintah (Ruyadi, 2009).
Masih rendahnya rasio pajak (tax ratio) Indonesia menunjukkan bahwa pemungutan
pajak di Indonesia belum optimal. Data Worldbank menunjukkan bahwa rasio pajak
Indonesia pada tahun 2011 adalah sebesar 11,90% (www.data.worldbank.org, 19
September 2013). Di tingkat regional, angka ini lebih rendah jika dibandingkan tax ratio
negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara seperti Filipina (12,3%),Thailand (17,6%),
atau Singapura (14,1%). Rasio pajak Indonesia juga masih jauh di bawah rasio pajak
negara berkembang seperti Australia dengan tax ratio sebesar 20,6%. Selain masih
rendahnya tax ratio, tax coverage ratio Indonesia juga belum menunjukkan rasio yang
ideal. Aviliani (2003) menunjukkan bahwa tax coverage ratio sebesar 1:18, artinya dari
18 juta wajib pajak yang efektif terjaring hanya 1 (satu) juta wajib pajak.
Rendahnya penerimaan pajak kemungkinan besar berhubungan dengan tingkat
kepatuhan wajib pajak. Hasil empiris menunjukkan bahwa penerimaan pajak ditentukan
oleh tingkat kepatuhan wajib pajak. Asri dan Vinola (2009) memberikan bukti empiris
bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak badan berpengaruh positif terhadap peningkatan
penerimaan pajak. Penerimaan perpajakan Indonesia dari pajak penghasilan (PPh) orang
pribadi pada 2008 hanya 22,89%, sedangkan penerimaan dari PPh badan terhadap
realisasi penerimaan PPh nonmigas mencapai 77,11% (www.pajakonline.com, 30 Januari
2009). Padahal di negara maju, penerimaan PPh dari WP orang pribadi justru lebih besar
daripada WP badan.
Dalam rangka optimalisasi penerimaan pajak, Ditjen Pajak berupaya menegakkan
aturan-aturan perpajakan antara lain melalui pemeriksaan pajak dan denda pajak yang
tinggi bagi WP orang pribadi/badan yang diduga melakukan pelanggaran pajak (tax
evasion). Kebijakan pemeriksaan tersebut antara lain diatur dalam Surat Edaran Dirjen
Pajak tertanggal 24 Februari 2009 nomor SE-02/-PJ.04/2009 tentang Rencana dan
Strategi Penyelesaian Pemeriksaan Tahun 2009. Namun, program pemeriksaan pajak
tersebut mempunyai kendala yaitu terbatasnya jumlah pemeriksa pajak (fiskus). Dirjen
Pajak menyatakan bahwa di negara-negara lain paling tidak rasio fiskus adalah rata-rata
30%- 35% dari keseluruhan jumlah pegawai pajak yang dimiliki, sedangkan di Indonesia
rasionya masih di bawah 10% (www.indotaxcenter. com, 30 Maret 2009).
Mekanisme pemeriksaan dan denda pajak merupakan mekanisme yang sangat penting
untuk meningkatkan kesadaran dan kepatuhan pajak WP orang pribadi, sekaligus untuk
meningkatkan perim-bangan penerimaan pajak antara WP orang pribadi dan WP badan.
UU No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan mengatur
bahwa Dirjen Pajak dapat melakukan pemeriksaan pajak untuk mengetahui apakah wajib
pajak telah memenuhi kewajiban formal dan/ atau kewajiban material. Hasil pemeriksaan
tertuang pada Surat Ketetapan Pajak yang menunjukkan Kurang Bayar ataupun Lebih
Bayar. Dirjen pajak juga berwenang untuk memberikan sanksi administrasi berupa denda
untuk kepentingan tertib administrasi perpajakan dan meningkatkan kepatuhan Wajib
Pajak dalam memenuhi kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan WP orang pribadi di Indonesia harus
dipaksakan melalui mekanisme denda dan pemeriksaan pajak (enforced tax compliance).
Dengan kata lain, WP orang pribadi belum mematuhi peraturan perpajakan secara sadar
dan sukarela. Terkait dengan kebijakan pemeriksaan pajak, Gosh dan Crain (1996)
menyatakan bahwa kebijakan tersebut mungkin hanya mempunyai dampak kepatuhan
pada jangka pendek saja.
Berbeda dengan WP badan, dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kepatuhan
pajak WP orang pribadi, otoritas pajak perlu memahami faktor-faktor keperilakuan
(behavioral) apa yang memengaruhi tingkat kepatuhan pajak (tax compliance) individu
WP orang pribadi sehingga dapat menyusun suatu kebijakan perpajakan yang efektif.
Meskipun juga ada aspek keperilakuan, namun WP badan merupakan organisasi yang
terdiri atas sekumpulan individu sehingga analisis perilakunya menjadi lebih sulit
dilakukan. Oleh karena itu, Gosh dan Crain (1996) menyatakan bahwa fokus penelitian
kepatuhan pajak pada umumnya adalah pada WP orang pribadi.
Salah satu faktor lain adalah biaya kepatuhan pajak yang mempengaruhi kepatuhan
wajib pajak. Biaya kepatuhan pajak adalah sejumlah biaya yang harus dikeluarkan oleh
wajib pajak dalam melaksanakan pembayaran perpajakan. Semakin besar biaya yang
harus dikeluarkan oleh wajib pajak, maka akan semakin menyebabkan wajib pajak tidak
patuh. Sandford (1994) menjelaskan bahwa, biaya kepatuhan pajak (tax compliance cost)
dapat dibagi menjadi tiga yakni: 1) biaya uang (direct money card), 2) biaya waktu (time
cost), 3) biaya pikiran (psychological cost). Semakin tinggi tax compliance cost (biaya
kepatuhan pajak) yang dikeluarkan, maka akan mengakibatkan wajib pajak tidak patuh
dalam melaksanakan pembayaran pajak.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka secara khusus peneliti merumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak?
2. Apakah biaya kepatuhan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak?
3. Apakah pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dari penelitian ini, adalah sebagai
berikut :
1. Untuk menguji dan memberikan bukti empiris pengaruh sanksi pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak.

2. Untuk menguji dan memberikan bukti empiris biaya keppatuhan pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak.

3. Untuk menguji dan memberikan bukti empiris pengaruh pemeriksaan pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
pengembang ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan sebagai referensi atau acuan bagi
peneliti sejenis yang membahas tentang kepatuhan wajib pajak dimasa mendatang.
a. Bagi Akademis
1. Dapat memperluas pengetahuan dan referensi dalam melakukan
penelitian yang serupa, terutama bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi
dan Bisnis jurusan Akuntansi Konsentrasi perpajakan dan Universitas
Pamulang pada umumnya yang ingin meneliti lebih dalam mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.
2. Memberikan kontribusi terhadap perkembangan teori yang berkaitan
dengan sanksi pajak, biaya kepatuhan pajak, pemeriksaan pajak, dan
kepatuhan wajib pajak.
b. Bagi Peneliti
1. Dapat memperluas pandangan dan pemahaman mengenai kepatuhan

wajib pajak serta dapat menerapkan teori dan memperoleh pemahaman

mengenai sanksi pajak,biaya kepatuhan pajak,pemeriksaan pajak,dan

kepatuhan wajib pajak.

2. Menjadikan sarana dalam mengimplementasikan berbagai teori yang

diperoleh selama menempuh perkuliahan.

3. Menambah pengalaman dan intelektual dengan harapan dapat

meningkatkan kemampuan dalam daya pikir ilmiah.

2. Manfaat Praktis
a) Bagi Direktorat Pajak memberikan informasi dan referensi dalam menyusun
kebijakan perpajakan yang tepat untuk meningkatkan kepatuhan perpajakan.
b) Bagi peneliti lain dapat mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan yang mungkin
ditemukan dalam penelitian ini, apabila ke depan ingin melakukan penelitian sejenis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Akuntansi

Akuntansi adalah seni pencatatan, pengklarifikasian dan pengikhthisara yang signifikan


dansatuan mata uang, transaksi-transaksi dan kejadian yang paling tidak sebagian
diantaranya, memiliki sifat keuangan, dan selanjutnya menginterpretasikan hasilnya
(American institute of certified Public Accountants dalam Belkaoui, 2015:50). Menurut A
Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) uang diterbitkan oleh American
Accounting Association (AAA) pada tahun 1966, akuntansi didefisinikan sebagai proses
mengindentifikasi, mengukur, dan menyampaikan informasi ekonomi bagi para penggunanya
dalam mempertimbangkan sebagai alternative yang ada dan membuat kesimpulan (dalam
Hery, 2013;3)

2.2 Konsep Akuntansi Pajak

Akuntansi pajak menurut Agoes dan Estralita (2013:10) Akunatsi pajak adalah menetapkan
besarnya pajak terutang berdasarkan laporan keuangan yang disususn oleh perusahaan.
Akuntansi pajk merupakan bagian dalam akuntansi yang timbul dari unsur spesialisasi yang
menurut keahlian dalam bidang tertentu. Akuntansu pajak tercipta karen adanya suatu prinsip
dasar yangdiatur dalam Undang-Undang perpajakan dan pembentukan terpengaruh oleh
fungsi perpajakan dalam mengimplementasikan sebagai kebijakan pemerintah.

2.2.1 Fungsi Pajak

Menurut Mardiasmo(2016:4) ada dua (2) Fungsi pajak yaitu:

1. Fungsi Anggaran (Budgetair)


Fungsi yang paling utama dari pajak yaitu suatu fungsi dimana pajak digunakan
sebagai alat atau sumber dalam meningkatkan pendapatan atau dana secara o[timal ke
kas negara, dinegara Indonesia sendiri, banyak berbagai jenis pajak yang hal itu sudah
diatur dalam konstitusi.
2. Fungsi Mengatur (Regulair)
Disebut juga sebagai fungsi mengatur adalah salah satu fungsi pajak yang digunakan
oleh pemerintah sebagai alat atau instrument guna mencapai tujuan yang diinginkan
atau tujuan lain yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat banyak. Fungsi ini
merupakan fungsi tambahan dikarenakan hal ini sebagai pelengkap dari fungsi pajak
yang lain. Untuk mencapai tujuan terntetu, maka fungsi yang kedua ini sengaja
diterapkan, untuk mengatur sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.

2.2.2 Syarat Pemungutan Pajak Beberapa syarat pemungutan pajak yang harus dipenuhi
berdasarkan Sumarsan (2015:7) yaitu : 1. Pemungutan pajak harus adil Seperti halnya produk
hukum pajak pun mempunyai tujuan untukmenciptakan keadilan dalam hal pemungutan
pajak. Adil dalam perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya. 2. Pemungutan
pajak tidak mengganggu perekonomian Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa
agar tidak mengganggukondisi perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan, maupun
jasa. 3. Pemungutan pajak harus efisien Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka
pemungutan pajak harusdiperhitungkan. Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah
daripadabiaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu, sistem pemungutan pajakharus
sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. 4. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang
harus dibiayai sehingga akan memberikan dampak positif bagi wajib pajak untuk
meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya jika sistem pemungutan pajak
rumit, orang akan semakinenggan membayar pajak.

2.2.3 Asas-Asas Pemungutan Pajak

1. Asas tempat tinggal (domisili) Asas domisili menyatakan bahwasuatu negara memiliki
hak untuk mengenakan pajak kepada semua penghasilan para wajib pajak yang tinggal di
wilayah negara tersebut, baik itu penghasilan yang berasal dari dalam negeri, maupun dari
luar negeri. Setiap wajib pajak yang tinggal atau berdomisili di wilayah negara Indonesia,
dikenakan pajak pada seluruh penghasilannya yang diperoleh dari Indonesia maupun dari luar
(Ratnawati & Hermawati, 2015:7)

2. Asas Sumber Asas sumber menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas
penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak
(Mardiasmo, 2016:9)
3. Asas Kebangsaan Dalam asas kebangsaan, yang menjadi landasan penganaan pajak adalah
status kewarganegaraan dari orang atau badan yang memperoleh penghasilan. Dalam asas ini,
tidak akan diperhatikan sumber penghasilan tersebut (Sumarsan, 2015:11)

2.2.4 Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2016:9) yaitu :

a. Official Assessment System Official Assessment System adalah suatu sistem pemungutan
yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya: wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang
ada pada fiskus, wajib pajak bersifat pasif dan utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat
ketetapan pajak oleh fiskus.

b. Self Assessment System Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak
yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang
terutang. Ciri-cirinya: wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib
pajak sendiri, wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri paja
yang terutang, dan fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

c. With holding System With holding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang
bersangkutan) untuk memotong atau memungut pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-
cirinya: wewenang memotong atau memungut pajak yang terutang ada pada pihak ketiga,
yaitu pihak selain fiskus dan wajib pajak.

2.2.5 Tarif Pajak

1. Tarif Pajak Tarif pajak adalah tarif berupa angka yang tetap, berapapun dasar pengenaan
pajaknya (Ratnawati & Hermawati, 2015:12).

2. TarifProposional Tarif proposional adalah tarif yang berupa presentase tertentu yang
sifatnya tetap terhadap berapapun dasar pengenaan pajaknya. Sehingga berapapun dasar
pengenaan pajaknya, besarnya hutang pajak akan sebanding dengan dasar pengenaan pajak
(Ratnawati & Hermawati, 2015:12).

3. Tarif Progresif Tarif progresif adalah tarif yang berupa presentase tertentu yang semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak (Ratnawati & Hermawati,
2015:12).
4. Tarif Degresif Presentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai
pajak semakin besar (Mardiasmo, 2016:13).

2.2.6 Pengelompokan Jenis Pajak

Menurut Sari Diana (2013:43) :

1. Menurut Sifatnya
2. Menurut Pembebannya
3. Menurut Kewenangannya

2.3 Sanksi Perpajakan

Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan perundang-undangan perpajakan


(norma perpajakan) akan dituruti, ditaati dan dipatuhi. Atau dengan kata lain sanksi
perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan
(Mardiasmo, 2016:62).

2.3.1 Jenis-Jenis Sanksi Perpajakan

Mardiasmo (2016:62) menyatakan sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan


peraturan perundang–undangan perpajakan (normaperpajakan) akan dituruti, ditaati, dipatuhi
atau bisa dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar wajib
pajak tidak melanggar norma perpajakan.

2.3.2 Sanksi Administrasi

1. Sanksi Administrasi Berupa Denda


2. Sanksi Administrasi Berupa Bunga
3. Sanksi Administrasi Berupa Kenaikan

2.3.3 Sanksi Pidana

1. Denda Pidana
2. Pidana Kurungan
3. Pidana Penjara

2.4 Kesadaran Wajib Pajak

Kesadaran wajib pajak artinya wajib pajak mau dengan sendirinya melakukan kewajiban
perpajakannya seperti mendaftarkan diri, menghitung, membayar dan melaporkan jumlah
pajak terutangnya (Suand, 2011).
2.4.1 Hak-Hak Wajib Pajak

Dalam Sari Diana (2013:170) hak-hak wajib pajak yang diatur dalam Undang-Undang
perpajakan adalah sebagai berikut:

1. Hak untuk mendapatkan pembinaaan dan pengarahan dari fiskus


2. Hak untuk membetulkan Surat Pemberitahuan (SPT)
3. Hak untuk memperpanjang waktu penyampaian SPT
4. Hak untuk menunda atau mengangsur pembayaran pajak
5. Hak memperoleh kembali kelebihan pembayaran pajak
6. Hak mengajukan keberatan dan banding
7. Hak kerahasiaan bagi wajib pajak
8. Hak untuk pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan
9. Hak untuk pembebasan pajak

2.4.2 Kewajiban Wajib Pajak

KewajibanWajib Pajak dalam Sari Diana (2013:173) yang diatur dalamUndangUndang


perpajakan adalah sebagai berikut:

1. Kewajiban untuk mendaftarkan diri


2. Kewajiban mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan
3. Kewajiban membayar atau menyetor pajak
4. Kewajiban membuat pembukuan atau pencatatan
5. Kewajiban menaati pemeriksaan pajak
6. Kewajiban melakukan pemotongan atau pemungutan pajak
7. Kewajiban membuat faktur pajak
8. Dalam hal terjadi pemeriksaan pajak

2.5 Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Kepatuhan wajib pajak adalah ketaatan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Umumnya kepatuhan wajib pajak
diukur dariketaatannya dalam membayar dan melaporkan pajaknya, apakah telah
dilakukandengan benar sesuai dengan peraturan yang berlaku (Hidayatulloh, 2013).
2.5.1 Jenis Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010) sebagaimana dikutip dalam penelitian Kusuma (2016)
menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak dapatdibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: Kepatuhan
Formal dan Kepatuhan Materiil.

2.6 Tinjauan Penelitian

1. Hilman Akbar Hidayatulloh (2013) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Kualitas
Pelayanan Pajak Dan Pengetahuan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada
KPP Pratama Bandung Cicadas). Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk menganalisis
pengaruh kualitas pelayanan pajak dan pengetahuan pajak pada kepatuhan wajib pajak di
KPP Pratama Bandung Cicadas. Hasil dari penelitian ini menunjukan Kualitas pelayanan dan
pengetahuan pajak secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak.

2. Lusiana Jayanti Sara (2014) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Pengetahuan Pajak
dan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Tujuan dari
penelitian ini adalah Untuk menentukan pengaruh dari pengetahuan pajak dan sistem
administrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Bandung
Karees. Hasil dari penelitian ini menunjukan Pengetahuan pajak dan sistem administrasi
perpajakan modern berpengaruh positifsecara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

2.7 Kerangka Penelitian

Sanksi pajak

X1

Biaya Kepatuhan Kepatuhan wajib pajak


H1
X2 Y

Pemeriksaan pajak H2

X3

H3
2.8 Hubungan Antara Variabel

2.8.1 Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada orang yang melanggar
peraturan (Arum, 2012). Sanksi perpajakan dikenakankepada wajib pajak yang tidak patuh
dalam memenuhi perpajakannya (Rohmawati dan Rasmini, 2012). Sanksi pajak memiliki
peran penting guna memberikan pelajaran bagipelanggar pajak agar tidak meremehkan
peraturan perpajakan dan patuh dalam membayarpajak. Pengenaan sanksi pajak kepada wajib
pajak dapat menyebabkan terpenuhinyakewajiban perpajakan oleh wajib pajak sehingga
dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajakitu sendiri (Widowati, 2014).

2.8.2 Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Kesadaran wajib pajak adalah sebuah itikad baik seseorang untuk memenuhi kewajiban
perpajakannya secara tulus ikhlas tanpa adanya imbalan (Susilawati, 2013). Kesadaran wajib
pajak seringkali menjadi kendala dalam masalah pengumpulan pajak dari masyarakat.
Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimanawajib pajak mengetahui,memahami dan
melaksanakanketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela.Semakin tinggi tingkat
kesadaran wajib pajak maka pamahamandan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik
sehingga dapat meningkatkan kepatuhan (Muliari dan Setiawan, 2011).

2.8.3 Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Erly Suandy (2011:203) menjelaskan tentang Pemeriksaan Pajak yaitu : “Pemeriksaan pajak
adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan/atau
keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan”.

2.9 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu rumusan masalah yang masih harus
dilakukan kebenarannya melalui pengujian-pengujian secara empiris.Berdasarkan kerangka
penelitian diatas dan penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu maka dapat
disusun sebuah hipotesis sebagai berikut:
1. H1: Sanksi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

2. H2: Biaya kepatuhan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

3. H3: Pemeriksaan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak


2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian
sehingga penulis memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang
dilakukan. Dari penelitian terdahulu penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai
referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penulisan penulis. Berikut ini beberapa
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kecanggihan teknologi, kemampuan tekniki,
dukungan manajemen puncak dan sistem informasi akuntansi adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian


1 Pengaruh Sampel yang telah Pemeriksaan pajak,
Pemeriksaan Pajak, ditentukan sebanyak 100 kesadaran, dan kualitas
Kesadaran, Kualitas jumlah Wajib Pajak pelayanan berpengaruh
Pelayanan Pada Badan akan dibagikan positif pada tingkat
Tingkat Kepatuhan kuesioner dengan dipilih kepatuhan Wajib Pajak
Wajib Pajak Badan secara acak atau random Badan. Artinya peningkatan
(Dewi dan Supadmi tanpa meperhatikan strata sistem pemeriksaan yang
2014) yang ada dalam populasi dilakukan fiskus,
tersebut. peningkatan kesadaran yang
didukung oleh semakin
besarnya pengetahuan
perpajakan Wajib Pajak,
serta peningkatan kualitas
pelayanan akan
meningkatkan kepatuhan
Wajib Pajak Badan dalam
membayar dan
menyampaikan SPT di KPP
Madya Denpasar.
2 Peranan Etika, Penelitian ini Hasil penelitian ini menun-
Pemeriksaan, dan menggunakan desain jukkan bahwa faktor
Denda Pajak Untuk eksperimen untuk terpenting untuk upaya
Meningkatkan meningkatkan validitas peningkatan kepatuhan pajak
Kepatuhan Wajib internal dan obyektivitas sukarela (voluntary tax
Pajak Orang Pribadi data. Pemahaman tentang compliance) adalah
(Cahyonowati, mengapa individu- peningkatan etika dan moral
Ratmono, dan Faisal individu taat atau tidak wajib pajak. Rekomendasi
2012) taat terhadap aturan pajak ini juga didukung oleh hasil
telah menjadi ketertarikan empiris pengujian setiap
banyak penelitian (Gosh variabel. Hasil eksperimen
dan Crain 1996). menunjukkan hanya variabel
etika yang berperan
signifikan
dalammeningkatkankepatuh
anpajak.Variabel denda
pajak berpengaruh signifikan
terhadap kepatuhan pajak
jika wajib pajak mempunyai
standar uetika rendah.
3 Pengaruh Kualitas Sampel Penelitian yang Penelitian ini bertujuan
Pelayanan, Sanksi menjadi populasi adalah untuk memberikan bukti
Perpajakan, Biaya- wajib pajak orang pribadi empiris mengenai pengaruh
Biaya Kepatuhan di Desa Sengguruh yang variabel kualitas pelayanan,
Pajak dan Penerapan terdaftar pada KPP sanksi perpajakan, biaya
E-Filing Pada Pratama Kepanjen pada kepatuhan pajak dan
Kepatuhan Wajib tahun 2017. penerapan e-filing terhadap
Pajak (Indriyani dan kepatuhan wajib pajak.
Askandar 2018) Sampel dalam penelitian ini
adalah wajib pajak orang
pribadi yang terdaftar di
wilayah KPP Pratama
Kepanjen Malang. Analisis
dalam penelitian ini
menggunakan Regresi Linier
Berganda.
4 Pengaruh Kualitas Metode pengumpulan Pembahasan dapat
Pelayanan, Sanksi data dengan cara disimpulkan bahwa kualitas
Perpajakan dan Biaya melakukan tanya jawab pelayanan dan sanksi
Kepatuhan Terhadap dengan Wajib Pajak perpajakan berpengaruh
Kepatuhan Wajib maupun fiskus mengenai positif dan signifikan pada
Pajak (Utama 2013) pengaruh kualitas tingkat kepatuhan wajib
pelayanan, sanksi pajak dalam membayar
perpajakan dan biaya pajak kendaraan bermotor
kepatuhan pada tingkat pada Kantor Bersama
kepatuhan Wajib Pajak di SAMSAT Tabanan. Biaya
Kantor Bersama kepatuhan berpengaruh
SAMSAT Tabanan. negatif dan signifikan pada
tingkat kepatuhan wajib
pajak dalam membayar
pajak kendaraan bermotor
pada Kantor Bersama
SAMSAT Tabanan.
5 Pengaruh Kesadaran Peneliti menggunakan Penelitian ini memiliki
Wajib Pajak, desain penelitian untuk tujuan untuk mengetahui
Pelayanan Fiskus dan memberikan bukti pengaruh variabel
Sanksi Pajak empiris dan menganalisis independen yaitu Kesadaran
Terhadap Kepatuhan kesadaran wajib pajak, Wajib pajak, pelayanan
Wajib Pajak Orang kualitas pelayanan fiskus, fiskus, dan Sanksi pajak
Pribadi Yang penyuluhan wajib pajak terhadap variabel dependen
Melakukan Kegiatan dan sanksi perpajakan yaitu kepatuhan Wajib Pajak
Usaha dab Pekerjaan terhadap kepatuhan wajib dan adanya interaksi variabel
Bebas Sebagai pajak orang pribadi. intervening yaitu wajib pajak
orang pribadi yang
Variabel Intervening
melakukan kegiatan usaha
(Anam, Andini, dan
dan pekrjaan bebas.
Hartono 2018)
6 Pengaruh Kesadaran Data yang digunakan Berdasarkan hasil penelitian,
Wajib Pajak dan peneliti dalam penelitian (1) Kesadaran wajib pajak
Sanksi Perpajakan ini merupakan data berpengaruh positif dan
Terhadap Kepatuhan primer yaitu data yang signifikan terhadap
Dalam Membayar diperoleh langsung dari kepatuhan pajak dalam
Pajak Bumi dan wajib pajak. Metode membayar Pajak Bumi dan
Bangunan (Mubarok, pengumpulan data yang Bangunan (PBB); (2) Sanksi
Faridah, dan Nasmila digunakan dalam perpajakan berpengaruh
2019) penelitian ini adalah positif dan signifikan
metode survei dimana terhadap kepatuhan
peneliti mengajukan perpajakan dalam membayar
pertanyaan atau Pajak Bumi dan Bangunan
pernyataan kepada (PBB); dan (3) Kesadaran
responden baik secara wajib pajak, dan sanksi
lisan maupun tertulis perpajakan secara simultan
dan signifikan berpengaruh
terhadap kepatuhan
perpajakan dalam membayar
pajak PBB di Kota
Palembang.

7 Pengaruh Dalam menyusun Hasil penelitian ini


Pengetahuan penelitian ini, metode menyimpulkan bahwa:
Perpajakan dan yang digunakan adalah Tidak ada pengaruh variabel
Kesadaran Pajak metode penelitian pengetahuan pajak terhadap
Terhadap UMKM kuantitatif. Menurut kepatuhan pajak.
Terhadap Kepatuhan Sugiyono (2012), metode Ada pengaruh variabel
Pembayar Pajak Di penelitian kuantitatif kesadaran pajak terhadap
Provinsi Khusus dapat dimaknai sebagai kepatuhan pajak.
Yogyakarta (Negara metode penelitian yang
dan Purnamasari didasarkan pada filosofi
2018) positivisme.

8 Pengaruh Data Jurnal Solusi Penelitian ini memberikan


Pengetahuan Ekonomi & Bisnis bukti empiris bahwa
Perpajakan Terhadap Yang digunakan untuk pengetahuan wajib pajak
Kepatuhan Wajib penelitian ini adalah atas hak dan kewajibannya
Pajak Perorangan jawaban responden yang dalam pelaporan perpajakan,
(Damajanti dan diperoleh melalui penghasilan yang dapat
Karim 2017) kuesioner. Penyebaran dianggap sebagai
kuesioner dilakukan penghasilan kena pajak,
dengan menggunakan serta pengetahuan tentang
metode convenience hak dan kewajiban dalam
sampling, dengan membayar pajak
mendatangi langsung berpengaruh terhadap
Wajib Pajak yang kepatuhan wajib pajak.
melakukan kegiatan
usaha

9 Pengaruh Kesadaran, Untuk menguji apakah Berdasarkan hasil analisis


Pengetahuan, dan daftar kuisioner dibuat data dan pembahasan yang
Sikap Kepatuhan berdasarkan indikator- dilakukan pada bagian
Pajak Pembayar indikator yang ada pada sebelumnya, penelitian ini
Pajak Bagi Wajib masing-masing variabel menghasilkan:
Pajak penelitian, baik variabel Sebuah. Pengaruh Kesadaran
Dikantor Pelayanan bebas maupun variabel Membayar Pajak
Pajak Boyolali terikat (valid) dan reliabel Terhadap Kepatuhan Wajib
(Lestari dan (reliabel) maka digunakan Pajak. Hasil penelitian
Wicaksono 2017) dua alat uji yaitu uji menunjukkan bahwa
validitas dan uji kesadaran membayar pajak
reliabilitas. secara parsial berpengaruh
signifikan positif terhadap
kepatuhan wajib pajak.

Anda mungkin juga menyukai