Disusun Oleh :
Kelompok 3
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
karena penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa sholawat serta salam semoga
senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarganya, sahabatnya hingga kepada kita selaku umatnya hingga akhir zaman.
Pada makalah ini penulis membahas mengenai “Agregat Populasi Rentan dan
kecacatan”. Dalam menyusun makalah ini, penulis menggunakan beberapa sumber sebagai
referensi. Penulis mengambil referensi melalui buku dan internet.
Penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan pembelajaran pada masa depan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
A. Populasi Rentan...............................................................................................................3
D. Populasi Kecacatan.........................................................................................................6
A. Pengkajian.......................................................................................................................9
B. Diagnosa Keperawatan..................................................................................................11
C. Intervensi.......................................................................................................................12
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................17
A. Kesimpulan...................................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Populasi berasal dari Bahasa latin yaitu populous (rakyat, berarti penduduk).
Didalam pelajaran ekologi, populasi adalah sekelompok individu yang sejenis.
Apabila kita membicarakan populasi, haruslah disebut jenis individu yang dibicarakan
dengan menentukan batas-batas waktunya serta tempatnya. Jadi, populasi adalah
kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan waktu tertentu.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
TINJUAN TEORI
A. Populasi Rentan
Kerentanan merupakan hasil gabungan efek dari keterbatasan sumber kondisi
tidak sehat dengan tingginya faktor resiko yang dimiliki seseorang. Kerentanan
merupakan interaksi antara keterbatsan fiisk dan sumber lingkungan, sumber personal
(humancapital), sumber biopsikososial berupa ada tidaknya penyakit dan faktor
genetik (Stanhope dan Lancaster, 2015).
Sedangkan populasi rentan adalah bagian dari populasi yang lebih mudah
mengalami masalah kesehatan akibat terpapar resiko atau akibat buruk dari masalah
kesehatan (Stanhope dan Lancaster, 2015). Menurut (Maurer dan Smith, 2013)
pupulasi rentan adalah populasi yang memiliki karakteristik lebih memungkinkan
berkembangnya masalah kesehatan, dan lebih mengalami kesulitan dalam
menjangkau pelayanan kesehatan, kemungkinan besar penghasilan kurang,, atau masa
hiduplebih singkat akibat kondisi kesehatan. Populasi rentan juga didefinisikan
sebagai suatu populasi yang memiliki resiko – resiko atau kombinasi resiko salah
satunya kemiskinan atau status sosial ekonomi yang rendah yang dapat
mempengaruhi kesehatan mereka dan biasanya menjadi lebih buruk (Lundy dan
Janes, 2009).
Populasi rentan adalah kondisi yang mempengaruhi seesorang atau populasi
untuk menjadi sakit atau sehat. Pengertian Kelompok Rentan tidak dirumuskan
secara eksplisit dalam peraturan perundang-undangan, seperti tercantum dalam
Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang No 39 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa setiap
orang yang termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh
perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan khususannya. Dalam penjelasan
pasal tersebut disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kelompok masyarakat yang
rentan, antara lain adalah orang lanjut usia, anak-anak, fakir miskin, wanita hamil dan
penyandang cacat. Sedangkan menurut Humam Rights Reference disebutkan, bahwa
yang tergolong ke dalam kelompok rentan adalah :
a. Refugees (pengungsi)
b. Internally Displaced Persons (IDPs) (orang yang terlantar)
c. National Minoritie (kelompok minoritas)
d. Migrant Workers (pekerja migran)
3
e. Indigenous Peoples (orang pribumi/penduduk asli dari tempat pemukimannya)
f. Children (anak)
g. Women (wanita)
Menurut Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, kelompok rentan
adalah semua orang yang menghadapi hambatan atau keterbatasan dalam menikmati
standar kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan berlaku umum bagi kemanusiaan
dan berlaku umum bagi suatu masyarakat yang berperadaban. Jadi kelompok rentan
dapat didefinisikan sebagai kelompok yang harus mendapatkan perlindungan dari
pemerintah karena kondisi sosial yang sedang mereka hadapi.
Keberadaan kelompok rentan mempunyai arti penting dalam masyarakat yang
tetap menjunjung tinggi nilai-nilai HAM. Untuk memberikan gambaran keempat
kelompok masyarakat tersebut selama ini, maka penelaahan perlu diawali dengan
mengetahui keadaan sebenarnya yang terjadi di dalam masyarakat. Berbagai bukti
empiris menunjukan bahwa masih dijumpai keadaan dari kelompok rentan yang
belum sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Upaya perlindungan guna mencapai
pemenuhan hak kelompok rentan telah banyak dilakukan Pemerintah bersama
masyarakat, namun masih dihadapkan pada beberapa kendala yang antara lain berupa:
kurangnya koordinasi antar instansi pemerintah, belum terlaksananya sosialisasi
dengan baik, dan kemiskinan yang masih dialami masyarakat.
4
atau berisiko mengalmai masalah kesehatan atau penyakit. Bentuk pendikan
keperawatan yang dapat dilakukan adalah identifikasi resiko masalah kesehatan,
pemeriksaan kesehatan berkala, melakukan rujukan untuk individu atau
keluarga atau kelompok atau masyarakat yang memerlukan penatalaksanaan
yang lebih lanjut serta upaya penemuan masalah kesehatan dini (skrinning
kesehatan). Misalnya melakukan skrinning kesehatan pada populasi rentan.
3. Pencegahan tersier
Merupakan upaya pencegahan yang ditunjukan kepada individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat yang ebrada pada masa pemulihan setelah
mengalami masalah kesehatan serta mencegah upaya yang dialami. Bentuk
tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah upaya rehabilitasi pasca
perawatan difasilitas pelayanan kesehatan untuk mencegah ketidak mampuan,
ketidakberdayaan atau kecacatan lebih lanjut, mengulangi ketidakmampuan
pada populasi rentan. Misalnya memberikan terapi pada individu yang
menderita gangguan mental atau penyakit menular atau penyakit kronis ;
kegiatan pemulihan pasca bencana.
Upaya pencegahan terhadap kerentanan atau meningkatnya populasi rentan
antara lain :
a. Berfokus pada upaya promosi kesehatan dan pencegahan masalah
kesehatan
b. Berkoordinasi dan membangun jejaring dengan sektor lain
c. Memperluas jaringan akses pelayanan kesehatan
d. Tidak membuat asumsi atau stigma buruk pada populasi rentan
e. Memberikan dukungan atau support kepada populasi rentan
f. Membentuk suatu jaringan yang dapat mendukung populasi rentan
g. Advokasi kepada pemerintah untuk mmebuat kebijakan dan melingdungi
populasi rentan
h. Advokasi dalam upaya penyediaan lapangan pekerjaan bagi populasi rentan
5
atau dana berdampak pada ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Hal ini juga akan berdampak pada pemenuhan upaya
meningkatkan kesehatannya serta akan mengalami keterbatsan dalam
menjangkau pelayanan kesehatan untuk mendapatkan perawatan kesehatan yang
optimal. Selain hal tersebut, kurangnya dukungan dari orang sekitar juga dapat
meningkatkan kerentanan pada seseorang. Dukungan dapat diperoleh dari
dukungan keluarga dan dukungan sosial yaitu dari teman, tetangga sekitar dan
kelompok yang berada disekitarnya.
2. Usia
Karakteristik berdasarkan usia biasa juga disebut dengan rentan secara
fisiogolis. Kerentana seseorang semakin meningkat sesuai dengan
meningkatnya usia kornologisnya.
3. Kesehatan
Perubahan status kesehatan mempengaruhi individu untuk menjadi
rentan akibat dari proses penyakit seperti individu yang memiliki penyakit
kronis. Populasi rentan tidak hanya mengalami beberapa resiko kumulatif, tetapi
populasi tersebut juga sangat sensitif terhadap efek dari resiko tersebut. Resiko
yang berasal dari bahaya lingkungan (paparan zat adiktif) atau bahaya sosial
(kejahatan, kekerasan dan pengabaian), dalam perilaku pribadi (diet dan
kebiasaan olahraga) atau susunan bilogis dan genetik (bawaan atau status
kesehatan).
4. Pengalam hidup
Seseorang yang memiliki pengalaman hidup yang kurang baik akan
meningkatkan resiko kerentanan terutama pengalaman terhadap kesehatan,
misalnya kecacatan akibat kecelakan dimasa lalu. Peristiwa kehidupan yang
terjadi dimasa lalu dapat berdampak pada berkurangnya pendapatan, perubahan
peran, gangguan kesehatan akibat penyakt kronik yang diderita maupun persepsi
negatif dari lingkungan sekitar.
D. Populasi Kecacatan
Penyandang cacat juga memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam segala
aspek kehidupan dan penghidupan diantaranya adalah berhak memperoleh pekerjaan
sesuai dengan jenis dan derajat kecacatan yang ada pada mereka. Perhatian
masyarakat akan keterbatasan yang dimiliki penyandang cacat masih sangat kurang
6
bahkan sering kali diabaikan dan dianggap sebagai beban. Tidak jarang ketersediaan
lapangan pekerjaan yang layak sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki
menjadi masalah tersendiri yang perlu mendapat perhatian.
Pasal 14 Undang-undang no 4 tahun 1997, pasal 28-31 PP no 43 tahun 1998
tentang upaya peningkatan kesejahteraan sosial penyandang cacat, mewajibkan bahwa
setiap pengusaha yang memiliki jumlah karyawan 100 orang atau lebih pada
perusahaanya wajib memperkejakan minimal 1 orang penyandang cacat untuk
memenuhi persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerjaan atau kurang dari 100 orang
jika perusahaan tersebut menggunakan teknologi tinggi.
Menurut Undang-undang No 4 tahun 1997 yang dimaksud dengan penyandang
cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik atau mental, yang dapat
mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan
kegiatan secara selayaknya. Dari sisi pengelompokkannya, maka penyandang cacat
dapat dikelompokkan menjadi 3 hal : penyandang cacat fisik, penyandang cacat
mental, penyandang cacat fisik dan mental.
7
bawaan, sakit atau akibat kecelakaan (kehilangan organ tubuh), polio dan
lumpuh.
b. Kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra)
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan.
Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total
(blind) dan low vision.
c. Kelainan Pendengaran (Tunarungu)
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam
pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Karena memiliki
hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam
berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara.
d. Kelainan Bicara (Tunawicara)
Adalah seseorang yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan
pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti
oleh orang lain. Kelainan bicara ini dapat dimengerti oleh orang lain.
Kelainan bicara ini dapat bersifat fungsional di mana kemungkinan
disebabkan karena ketunarunguan, dan organik yang memang disebabkan
adanya ketidaksempurnaan organ bicara maupun adanya gangguan pada
organ motorik yang berkaitan dengan bicara
8
BAB III
A. Pengkajian
1. Data inti komunitas
a. Sejarah/ Riwayat daerah komunitas
Identifikasi terkait lamanya kelompok rentan (mental illnes, kecacatan,
kelompok terlantar) mulai ada, sejarah berdirinya komunitas tersebut (jika
komunitas berdiri secara formal),tujuan dan misi yang ingin dicapai
• Komunitas mental illness : populasi mental illness di RSJ
• Komunitas kecacatan : HWPCI,PPCI
• Komunitas kelompok terlantar : populasi di Dinas Sosial
b. Data demografi
Identifikasi terkait jumlah laki-laki dan perempuan, usia, termasuk
populasi yang homogen atau heterogen
c. Etnik
Catat Indikator perbedaan kelompok etnis, perbedaan budaya atau
kebiasaan, ide maupun gagasan
d. statistik vital
e. Nilai dan kepercayaan
Identifikasi adanya tempat-tempat ibadah, keyakinan populasi rentan
terhadap adanya Tuhan dan kepercayaan kepada agama tentang kondisi yang
menimpa dirinya
2. Data sub sistem komunitas
a. Lingkungan fisik
Bagaimana kualitas udara, flora fauna, perumahan, batas wilayah,
ruang terbuka, area hijau, keindahan alam, air dan iklimnya. Kemudian bisa
dilanjutkan dengan identifikasi pemetaan daerah, apakah termasuk wilayah
luas atau sempit
b. Pelayanan kesehatan dan sosial,
Dengan mengamati keberadaan klinik, rumah sakit, kantor-kantor
praktisi kesehatan, puskesmas, IGD, rumah perawatan, fasilitas pelayanan
sosial, pelayanan kesehatan mental, apakah terdapat sumber daya di luar
9
komunitas tetapi digunakan oleh masyarakat. Fakta-fakta kondisi akut atau
kronis di komunitas, tempat-tempat perlindungan, adanya pengobatan
tradisional atau herbal
c. Ekonomi
Dengan mengamati adanya pabrik Industry, toko, tempat-tempat
bekerja, dimana biasanya orang berbelanja, apakah ada makanan khusus
yang dikonsumsi, atau apakah rata-rata mayoritas dalam populasi tersebut
tidak bekerja/ tidak beraktivitas
d. Transportasi dan keamanan
Mengidentifikasi bagaimana anggota populasi biasa berkeliling
wilayah, apa tipe transportasi umum yang bisa digunakan, apakah ada trotoar
atau area sepeda, apakah ada daerah khusus untuk distabilitas, apakah
masyarakat merasa aman, layanan keamanan apa yang tersedia, apakah ada
pemadam kebakaran, kepolisian atau sanitasi lingkungan dalam komunitas
kelompok rentan
e. Politik dan pemerintahan
Dengan mengamati apakah ada aktivitas politik seperti poster atau
pertemuan tertentu, mengamati apakah ada keterlibatan masyarakat dalam
membuat keputusan, mengamati jenis wilayah komunitas, apakah termasuk
kota, kabupaten, kecamatan atau lainnya. Apakah kebijakan-kebijakan yang
diambil pemerintah menguntungkan untuk populasi rentan
f. Komunikasi
Mengamati adanya area yang biasanya digunakan masyarakat untuk
berkumpul, jenis koran yang digunakan oleh komunitas, apakah masyarakat
punya televisi atau radio, apa yang biasa mereka lihat melalui TV atau yang
mereka dengar dari radio, apakah ada komunikasi formal atau informal di
masyarakat
g. Pendidikan
Dengan Mengamati keberadaan sekolah di daerah tersebut, bagaimana
keadaan sekolah tersebut (dapat diakses oleh kelompok cacat mental atau
populasi terlantar )bagaimana reputasinya, apakah ada papan pengumuman,
apakah papan tersebut difungsikan, apakah ada kegiatan ekstrakurikuler,
apakah ada layanan kesehatan sekolah, apa ada perawat sekolah
h. Rekreasi
10
Mengamati dimana anak-anak biasa bermain, apakah ada tempat-
tempat rekreasi di wilayah tersebut dan siapa yang biasanya datang ke tempat
tersebut, fasilitas apa saja yang tampak di tempat rekreasi itu Adanya tempat
rekreasi khusus untuk penyandang distabilitas
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko cedera fisik
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
3. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
11
C. Perencanaan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC NIC
KODE DIAGNOSIS KODE HASIL KODE INTERVENSI
12
- Manajemen
1902 lingkungan keamanan
6486 (Modifikasi
2) Prevensi sekunder lingkungan)
- Kontrol resiko
1705 - Terapi kelompok
(Senam sendi,
5450 relaksasi otot
2012 - Health orientation progresif, teknik
penguatan otot)
00188
1855
1) Prevensi primer - Pendidikan
- Pengetahuan; kesehatan (Tentang
Perilaku kesehatan cenderung 5510
perilaku sehat gizi seimbang)
beresiko
- Pengetahuan diet
sehat - Pengajaran
kelompok
13
1603 (Mengajarkan
5604 pengolahan
makanan yang baik
dan benar)
- Monitoring
- Pencarian perilaku
kebijakan kesehatan
sehat
1902 (Kerja sama dengan
7970 tenaga kesehatan
dengan membuat
GERMAS)
- Pengontrolan
4310 berkala (Cek
- Efektivitas skrining kesehatan secara
1621 kesehatan rutin)
komunitas
7620
14
3) Prevensi tersier
- Dukungan
- Dukungan keluarga
sosial
(kolaborasi keluarga
4350
dalam monitoring
status kesehatan)
7140
- Pengembangan
- Perilaku kesehatan
1602 meningkatkan 8500 komunitas (Program
status kesehatan sosialisasi
kesehatan)
- Pendidikan
kesehatan (pola
- Perilaku mencari
1603 5510 hidup sehat)
pelayanan
kesehatan
- Skrining kesehatan
15
(Pengukutran tinggi
badan, berat badan,
2006 2) Prevensi sekunder 6520
pemeriksaan fisik
- Status kesehatan
lain)
personal
- Identifikasi resiko
(Pengkajian dengan
1602 6619 wawancara
kelompok rentan)
- Perilaku
meningkatkan
status kesehatan
- Rujukan
(Keikutsertaan
tenaga medis dalam
1603 8100
3) Prevensi tersier mengambil
- Perilaku mencari kesehatan)
pelayanan
kesehatan
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Populasi rentan adalah kondisi yang mempengaruhi seesorang atau populasi
untuk menjadi sakit atau sehat. Pengertian Kelompok Rentan tidak dirumuskan
secara eksplisit dalam peraturan perundang-undangan, seperti tercantum dalam
Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang No 39 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa setiap
orang yang termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh
perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan khususannya.
Menurut Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, kelompok rentan
adalah semua orang yang menghadapi hambatan atau keterbatasan dalam menikmati
standar kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan berlaku umum bagi kemanusiaan
dan berlaku umum bagi suatu masyarakat yang berperadaban. Jadi kelompok rentan
dapat didefinisikan sebagai kelompok yang harus mendapatkan perlindungan dari
pemerintah karena kondisi sosial yang sedang mereka hadapi.
Pasal 14 Undang-undang no 4 tahun 1997, pasal 28-31 PP no 43 tahun 1998
tentang upaya peningkatan kesejahteraan sosial penyandang cacat, mewajibkan bahwa
setiap pengusaha yang memiliki jumlah karyawan 100 orang atau lebih pada
perusahaanya wajib memperkejakan minimal 1 orang penyandang cacat untuk
memenuhi persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerjaan atau kurang dari 100 orang
jika perusahaan tersebut menggunakan teknologi tinggi.
B. Saran
1. Perawat kesehatan komunitas diharapkan dapat bekerja sama dengan komunitas
dan populasi untuk memperbaiki kembali kesehatan.
2. Perawat kesehatan komunitas diharapkan dapat memperhatikan standar evaluasi
atau penilaian dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas.
3. Perawat kesehatan komunitas diharapkan dapat terlibat dalam koordinasi dan
organisasi dalam merespons isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan.
17
DAFTAR PUSTAKA
18