Anda di halaman 1dari 5

Nama : Angga Mardiansyah

NIM : 1193020016
Kelas : HES A
Semester : IV

Tugas!!!
1. Jelaskan pengetian pejanjian menurut bahasa dan menurut KUHPedata?
- Menurut bahasa sendiri perjanjian banyak sekali yang menggunakan istilah berbeda
beda menurut para sarjana hukum di Indonesia Menurut Munir Fuady, istilah
perjanjian merupakan kesepadanan dari istilah overeenkomst dalam bahasa Belanda
atau agreement dalam bahasa Inggris. Achmad Ichsan memakai istilah verbintenis untuk
perjanjian, sedangkan Utrecht dalam bukunya Pengantar dalam Hukum Indonesia memakai
istilah overeenkomst untuk perjanjian.
- Pengertian perjanjian berdasarkan ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata ialah: “Perjanjian
adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang atau lebih lainnya.
2. Jelaskan pengertian perjanjian baik teori lama maupun menurut teori baru?
- Menurut doktrin (teori lama), yang disebut perjanjian adalah hukum berdasarkan kata
sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Dari definisi di atas,telah tampak adanya asas
konsensualisme dan timbulnya akibat hukum (tumbuh/lenyapnya hak dan kewajiban).
- Menurut teori baru yang dikemukakan oleh Van Dunne, yang diartikan dengan
perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata
sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Teori baru tersebut tidak hanya melihat
perjanjian semata-mata, tetapi juga harus dilihat perbuatan- perbuatan sebelumnya atau
yang mendahuluinya.
3. Jelaskan pengertian perjanjian menurut definisi para ahli ilmu hukum?
- Menurut Sri Soedewi Masychon Sofyan, perjanjian adalah suatu perbuatan hukum
dimana seorang atau lebih mengkatkan dirinya terhadap seorang lain atau lebih.
- Menurut Abdulkadir Muhammad, perjanjian adalah:Suatu persetujuan dengan dua
orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan
harta kekayaan. Dalam definisi tersebut, secara jelas terdapat konsensus antara para pihak,
yaitu persetujuan antara pihak satu dengan pihak lainnya. Selain itu juga, perjanjian yang
dilaksanakan terletak pada lapangan harta kekayaan.
-Menurut M. Yahya Harahap, perjanjian maksudnya adalah hubungan hukum yang
menyangkut hukum kekayaan antara 2 (dua) orang atau lebih, yang memberi hak pada satu
pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi.
-Menurut Subekti yang dimaksud dengan perjanjian adalah suatu peristiwa dimana
seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu salingberjanji untuk
melaksanakan sesuatu hal. Dari peritiwa ini timbul suatu hubungan perikatan.
-Menurut Setiawan, perjanjian adalah suatu perbuatan hukum dimana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.
-Menurut Wirjono Prodjodikoro, perjanjian adalah suatu perhubungan hukum mengenai
benda antara dua pihak dalam mana salah satu pihak berjanji untuk melakukan suatu hal
atau tidak melakukan suatu hal, sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji
itu.
-Menurut Syahmin AK, dalam bentuknya perjanjian itu berupa suatu rangkaian
perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.
4. Jelaskan unsur yang harus ada dalam sebuah perjanjian?
1. Adanya pihak-pihak yang sekurang-kurangnya duaorang.
Pihak-pihak yang dimaksudkan di sini adalah subyek perjanjian yang dapat berupa badan
hukum dan manusia yang cakap untuk melakukan perbuatan hukum menurut undang-
undang. Dalam suatu perjanjian akan selalu ada dua pihak, dimana satu pihak adalah
pihak yang wajib berprestasi (debitor) dan pihak lainnya adalah pihak yang berhak atas
prestasi tersebut (kreditor).
Masing-masing pihak tersebut dapat terdiri dari satu orang atau lebih orang, bahkan
dengan berkembangnya ilmu hukum, pihak tersebut juga dapat terdiri dari satu atau
lebih badan hukum.
2. Adanya persetujuan atau katasepakat.
Persetujuan atau kata sepakat yang dimaksudkan adalah konsensus antara para pihak
terhadap syarat-syarat dan obyek yang diperjanjikan.
3. Adanya tujuan yang ingindicapai.
Tujuan yang ingin dicapai dimaksudkan di sini sebagai kepentingan parapihakyang akan
diwujudkan melalui perjanjian.
Dengan membuat perjanjian pihak yang mengadakan perjanjian, secara “sukarela”
mengikatkan diri untuk menyerahkan sesuatu, berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat
sesuatu guna kepentingan dan keuntungan dari pihak terhadap siapa ia telah berjanji
atau mengikatkan diri, dengan jaminan atau tanggungan berupa harta kekayaan yang
dimiliki dan akan dimiliki oleh pihak yang membuat perjanjian atau yang telah
mengikatkan diri tersebut. Dengan sifat sukarela, perjanjian harus lahir dari kehendak
dan harus dilaksanakan sesuai dengan maksud dari pihak yang membuat perjanjian.
4.Adanya prestasi atau kewajiban yang akandilaksanakan.
Prestasi yang dimaksud adalah sebagai kewajiban bagi pihak-pihak untuk
melaksanakannya sesuai dengan apa yang disepakati. Perjanjian mengakibatkan
seseorang mengikatkan dirinya terhadap orang lain, iniberartidari suatu perjanjian
lahirlah kewajiban atau prestasi dari satu orang atau lebih orang (pihak) kepada satu
atau lebih orang (pihak) lainnya yang berhak atas prestasi tersebut.
 Adanya bentuk tertentu.
Bentuk tertentu yang dimaksudkan adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak harus
jelas bentuknya agar dapat menjadi alat pembuktian yang sah bagi pihak-pihak yang
mengadakan perjanjian. Untuk beberapa perjanjian tertentu, undang-undang
menentukan suatu bentuk tertentu, yaitu bentuk tertulis sehingga apabila bentuk itu
tidak dituruti maka perjanjian itu tidak sah. Dengan demikian, bentuk tertulis tidaklah
hanya semata-mata hanya merupakan pembuktian saja, tetapi juga syarat untuk adanya
perjanjian itu.
 Adanya syarat-syarattertentu.
Syarat-syarat tertentu yang dimaksud adalah substansi perjanjian sebagaimana yang
telah disepakati oleh para pihak dalam perjanjian
5. Sebutkan sebelas asas perjanjian berikut penjelasannya masing-masing?
1. Asas kebebasan berkontrak (freedom ofcontract)
Kebebasan berkontrak adalah salah satu asas yang sangat penting dalam hukum
perjanjian. Kebebasan ini merupakan perwujudan dari kehendak bebas,pancaran hak
asasi manusia.Dengan kebebasan berkontrak berarti orang dapat menciptakan hak-hak
perseorangan yang tidak diatur dalam Buku III KUH Perdata, tetapi diatur sendiri dalam
perjanjian. Pasal-pasal di dalam Buku III KUH Perdata baru mengikat terhadap mereka,
jika mereka tidak mengatur sendiri kepentingannya atau mengaturnya dalam perjanjian,
tetapi tidak lengkap sehingga soal-soal yang tidak diatur tersendiri itu diberlakukan
pasal-pasal hukum perikatan. Kebebasan berkontrak memberikan jaminan kebebasan
kepada seseorang untuk secara bebas dalam beberapa hal yang berkaitan dengan
perjanjian, di antaranya:bebas menentukan apakah ia akan melakukan perjanjian
atautidak;
1) bebas menentukan dengan siapa ia akan melakukanperjanjian;
a. bebas menentukan isi atau klausulperjanjian;
b. bebas menentukan bentuk perjanjian;dan
c. kebebasan-kebebasanlainnyayang tidak bertentangan dengan
peraturanperundang-undangan.
2) Asas konsensualisme (persesuaiankehendak)
Pada mulanya, suatu perjanjian atau kesepakatan harus ditegaskan dengan sumpah,
namun pada abad ke-13 pandangan tersebut telah dihapus oleh gereja kemudian
terbentuklah paham bahwa dengan adanya kata sepakat di antara para pihak, suatu
perjanjian sudah memiliki kekuatan mengikat. Asas ini dapat ditemukan dalam Pasal
1320 KUH Perdata yang mensyaratkan adanya kesepakatan sebagai syarat sahnya suatu
perjanjian, meskipun demikian perludiperhatikan bahwa terhadap asas konsensualisme
terdapat pengecualian, yaitu dalam perjanjian riil dan perjanjian formil yang
mensyaratkan adanya penyerahan atau memenuhi bentuk tertentu yang disyaratkan
oleh undang-undang.
3) Asas kepastian hukum (pacta suntservanda)
Asas pacta sunt servanda atau disebut juga dengan asas kepastian hukum. berhubungan
dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau
pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak,
sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan
intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak. Asas pacta sunt
servanda dapat disimpulkan dalam pasal 1338 ayat (1) KUH perdata, yang berbunyi :
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya”. Setiap orang yang membuat kontrak, dia terikat untuk memenuhi
kontrak tersebut karena kontrak tersebut mengandung janji-janji yang harus dipenuhi
dan janji tersebut mengikat para pihak sebagaimana mengikatnya undang-undang.
4) Asas iktikad baik (geodetrouw)
Asas iktikad baik dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang berbunyi:
“Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik”. Dengan rumusan iktikad baik
adalah bahwa suatu perjanjian yang dibuat hendaknya dari sejak perjanjian ditutup,
perjanjian tersebut sama sekali tidak dimaksudkan untuk merugikan kepentingan
debitor maupun kreditor,maupunpihak lain atau pihak ketiga lainnya di luar
perjanjian.Di dalam hukumperjanjian, itikad baik mempunyai dua pengertian, yaitu:

a) Iktikad baik dalam pengertian yang subyektif, dapat diartikan sebagai kejujuran
seseorang, yaitu apa yang terletak pada seseorang pada waktu diadakan perbuatan
hukum.
b) Itikad baik dalam pengertian obyektif adalah bahwa pelaksanaan suatu
perjanjian harus didasarkan pada norma kepatuhan atau apa-apa yang dirasa sesuai
dengan yang patut dalammasyarakat.
5) Asas kepribadian(personalia)
Asas personalia diatur dan dapat kita temukan dalam ketentuan Pasal 1315 KUH
Perdata, yang berbunyi: “Pada umumya tak seorangpun dapat mengikatkan diri atas
nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu perjanjian daripada untuk dirinya
sendiri”. Suatu perjanjian hanya meletakkan hak-hak dan kewajiban- kewajiban antara
para pihak yang membuatnya dan tidak mengikat orang lain (pihak ketiga).
Selain kelima asas di atas, Mariam Darus Badrulzaman (dkk) dalam bukunya Kompilasi
Hukum Perikatan mengemukakan beberapa asas lain yang diatur dalam KUH Perdata
yaitu:
6) Asas kepercayaan(vertrouwensbeginsel)
Seseorang yang mengadakan perjanjian dengan pihak lain menumbuhkan kepercayaan
di antara kedua belah pihak itu bahwa satu sama lain akan memegang janjinya, dengan
kata lain akan memenuhi prestasinya di belakang hari. Tanpa adanya kepercayaan itu,
maka perjanjian itu tidakmungkin akan diadakan oleh para pihak. Dengan kepercayaan
ini, kedua pihak mengikatkan dirinya dan untuk keduanya perjanjian itu mempunyai
kekuatan mengikat sebagai undang-undang.
7) Asas persamaanhukum
Asas ini menempatkan para pihak di dalam persamaan derajat, tidak ada perbedaan,
walaupun ada perbedaan kulit, bangsa, kekayaan, kekuasaan, jabatan, dan lain-lain.
Masing-masing pihak wajib melihat adanya persamaan ini dan mengharuskan kedua
pihak untuk menghormati satu sama lain sebagai manusia ciptaan Tuhan.

8) Asaskeseimbangan
Asas ini menghendaki kedua pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian itu. Asas
keseimbangan ini merupakan kelanjutan dari asas persamaan. Kreditur mempunyai
kekuatan untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan
prestasi melalui kekayaan debitur, namun kreditur memikul pula beban untuk
melaksanakan perjanjian itu dengan iktikad baik. Kedudukan kreditur yang kuat
diimbangi dengan kewajibannya untuk memperhatikan iktikad baik sehingga kedudukan
kreditur dan debiturseimbang.
9) Asas kepastianhukum
Perjanjian sebagai suuatu fitur hukum harus mengandung kepastian hukum. Kepastian
ini terungkap dari kekuatan mengikat perjanjian itu yaitu sebagai undang-undang bagi
parapihak.
10) Asasmoral
Asas ini terlihat dalam perikatan wajar dimana suatu perbuatan sukarela dari seseorang
tidak menimbulkan hak baginya untuk menggugat kontraprestasi dari pihak debitur juga
hal ini terlihat di zaman zaakwarneming dimana seseorang yang melakukan suatu
perbuatan dengan sukarela (moral) yang bersangkutan mempunya kewajiban (hukum)
untuk meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya, asas ini terdapat dalam Pasal
1339 KUH Perdata. Faktor-faktor yang memberikan motivasi pada yang bersangkutan
melakukan perbuatan hukum itu berdasarkan pada kesusilaan (moral) sebagai panggilan
dari hati nuraninya.
11) Asaskepatutan
Asas ini dituangkan dalam Pasal 1339 KUH Perdata, asas kepatutan di sini berkaitan
dengan ketentuan mengenai isi perjanjian. Asas kepatutan ini harus dipertahankan
karena melalui asas ini ukuran tentang hubungan ditentukan juga oleh rasa keadilan
dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai