Tutor :
drg. Cicih Bhakti Purnamasari, MMedEd
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami sehingga dapat terselesaikannya laporan ini, diantaranya :
1. drg. Cicih Bhakti Purnamasari, MMedEd selaku tutor kelompok 3 yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan Diskusi Kelompok Kecil (DKK) dan
selaku Dosen Penanggung Jawab untuk modul Fisiologi Berbicara.
2. Teman-teman kelompok 3 yang telah menyumbangkan pemikiran dan
tenaganya sehingga Diskusi Kelompok Kecil (DKK) 1 dan 2 dapat berjalan
dengan baik, serta dapat menyelesaikan laporan hasil Diskusi Kelompok Kecil.
3. Serta semua pihak lainnya yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................. ii
Daftar Isi ..................................................................................................................... iii
Bab 1 Pendahuluan ...................................................................................................... 1
1. 1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1. 2 Tujuan ....................................................................................................... 1
1. 3 Manfaat ..................................................................................................... 2
Bab 2 Pembahasan ....................................................................................................... 3
2. 1 Skenario .................................................................................................... 3
2. 2 Identifikasi Istilah ..................................................................................... 3
2. 3 Identifikasi Masalah .................................................................................. 4
2. 4 Analisis Masalah ....................................................................................... 5
2. 5 Strukturisasi Konsep ................................................................................. 9
2. 6 Learning Objective ................................................................................... 9
2. 7 Sintesis ...................................................................................................... 9
2. 8 Analisis Masalah (Sumber Valid)........................................................... 21
Bab 3 Penutup ............................................................................................................ 38
2. 1 Kesimpulan ............................................................................................. 38
3. 2 Saran ....................................................................................................... 38
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1
4. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme berbicara
5. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor yang mempengaruhi proses
berbicara
6. Mahasiswa mampu menjelaskan gangguan pada proses berbicara
1.3 Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skenario
3
nada tertinggi yang dimiliki wanita ; suara
4. Sopran :
tertinggi dalam klasifikasi vocal.
pengerasan dari pita suara yg membengkak akibat
5. Nodul :
seseorang menggunakan suara yang salah ataupun
berlebihan ; keadaan dimana terjadi pertumbuhan
yang tidak normal, terjadi pada pita suara.
bunyi yang beraturan dan memiliki frekuensi
6. Nada :
tunggal tertentu ; gabungan dari frekuensi.
nada yang mencakup suara terendah pada wanita,
7. Alto :
dan tertinggi pada pria. Antara sopran dan tenor.
jenis suara yang umum bagi pria dewasa, antara
8. Bariton :
suara bass dan tenor.
penampilan
9. Performa :
organ yang digunakan manusia pada saat
10. Organ suara :
berbicara. berbunyi atau bersuara nyaring dan
11. Melengking :
keras.
12. Bass :
suara yang paling rendah yang dimiliki oleh laki-
laki, jangkauan dari E2 sampai E4
13. Pusing :
sakit di kepala yang membuat seseorang
kehilangan keseimbangan, bahkan sampai pingsan
; sensasi seperti melayang atau berputar, gejala
dari perubahan suatu kondisi tubuh atau penyakit
tertentu.
4
8. Apakah orang gagap termasuk dalam afasia?
9. Kenapa ada orang yang saat bernyanyi ada yang memiliki suara bagus
dan ada yang tidak, apakah bisa diperbaiki?
10. Apa saja kelainan dari proses bicara selain afasia?
11. Bagaimana perkembangan bicara dari kecil hingga dewasa?
12. Bagaimana cara menjaga kesehatan pita suara?
13. Mengapa suara kita bisa mendadak habis atau hilang?
14. Apa saja otot dan innervasi yang berperan dalam mengatur suara?
15. Bagaimana mekanisme berbicara?
16. Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan bicara?
5
a. Respirasi : rongga dada : menekan rongga dada kearah paru paru
dengan arah berbeda, mengakibatkan arus keluarnya udara sesuai
dengan jumlah tekanan yang dilakukan. Mempengaruhi tingkat
kenyaringan suara yang dihasilkan ; diafragma : memeiliki otot
yang memiliki fungsi ..... ; paru – paru : karena adanya tekanan,
paru – paru akan menyesuaikan udara yang dihasilkan,
menggetarkan vocal chord
b. Fonasi : laring : vocal chord memiliki kartilago. Dibagi dalam tiga
regio.
c. Resonansi : mempunyai tiga saluran utama : faring, rongga hidung,
rongga mulut. Hanya sebagai tabung udara (faring) ; sumber suara
intensitas lemah,
d. Artikulasi : lidah, palatum lunak dan keras , uvula, gigi dan bibir ;
4. Tergantung pada saraf otak yang terutama mngatur otot – otot lidah.
Selain itu juga dikarenakan cadel : lidah pendek, kekuatan lidah
terganggu
5. Karena ketebalan pita suara ; frekuensi wanita lebih besar dari pria.
6. Karena perubahan anatomi dari organ – organ suara ; Selain itu juga
karena hormone testosterone
7. Karena adanya over training yang menyebabkan ketegangan pada otot
leher , dada di kepala ; terjadi tekanan intraabdominal kuat ototmatis
meningkatkan tekanan cranial ; produksi adrenalin
8. Gangguan kefasihan sama dengan fluensi disorder ; penyebab : faktor
genetic ;
9. Karena otak tidak mampu menangkap nada dengan tepat ; faktor
genetic resesif ; getaran pada pita suara ; frekuensi
10. Flurensi disorder gangguan kefasihan berbicara, gangguan motoric
yang diakibatkan oleh lesi pada otak ; afraksia ; distalia ; gangguan
biologis, ketidaksempurnaan organ, gangguan pada mekanisme bicara ;
gangguan laringal ; faktor resonansi ; rhotacism ; disleksia ;
11. Pada saat lahir – 2 bulan, 2-6 bulan, 6-12 bulan , 12-18 bulan. 4-5
tahun (suara seperti org dewasa) 5-6 (perkembangan Bahasa
kompleks) . dua periode : periode pralinguistik : fonasi stage 0-2
bulan, growing stage, expen...tion stage 4-7 bulan ; tahap kedua
6
babbling stage ; canonical stage ; periode linguistic 12 bulan ; 3 tahun ;
4 tahun ;
12. Menjaga kesehatan pita suara, menjaga keseimbangan air, minum air
putih yang cukup , menghindari minum alkohol, menjga otot
tenggorokan tetap rileks, konsumsi vit a dan c.
13. Karena pilek, mengurangi penggunaan suara berlebihan, disebabkan
oleh penyakit penyakit tenggorokan, GERD .
14. Otot ketika pita suara berada di posisi tengah selama produksi suara
(glotis tertutup)
a. Otot thyroarytenoid : otot R & L ; menempel pada thyroid cartilage
dan arytenoid cartilage di setiap sisinya. Bertindak memperpendek
dan melemaskan vocal ligament
b. Otot cricoarytenoid lateral (otot R & L) Melekat pada cricoid
cartilage dan arytenoid di setiap sisinya. Menutup atau
menambahkan lipatan vokal
c. Otot inter-arytenoid (melintang dan miring) Terlampir antara
arytenoid cartilage kanan dan kiri Otot-otot ini bekerja secara
koordinatif untuk memposisikan kedua lipatan pita suara tepat di
garis tengah selama produksi suara yang berperan dalam: 1.
Memproduksi suara 2. Melindungi jalan napas saat menelan.
Saraf input yang berperan adalah Recurrent Laryngeal Nerve (RLN).
7
Saraf yang berperan yaitu Recurrent Laryngeal Nerve (RLN) Superior
Laryngeal Nerve (SLN).
15. Mekanisme berbicara: Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu
proses sensoris dan motoris. Aspek sensoris meliputi pendengaran,
penglihatan, dan rasa raba berfungsi untuk memahami apa yang
didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-
alat untuk artikulasi, tindakan artikulasi dan laring yang bertanggung
jawab untuk pengeluaran suara.
Pada hemisfer dominan otak atau sistem susunan saraf pusat
terdapat pusat-pusat yang mengatur mekanisme berbahasa yakni dua
pusat bahasa reseptif area 41 dan 42 (area wernick), merupakan pusat
persepsi auditori-leksik yaitu mengurus pengenalan dan pengertian
segala sesuatu yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39
broadman adalah pusat persepsi visuo-leksik yang mengurus
pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang bersangkutan dengan
bahasa tulis. Sedangkan area Broca adalah pusat bahasa ekspresif.
Pusat-pusat tersebut berhubungan satu sama lain melalui serabut
asosiasi.
Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang
ditimbulkan akan masuk melalui lubang telinga luar kemudian
menimbulkan getaran pada membran timpani. Dari sini rangsangan
diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah ke telinga
bagian dalam. Di telinga bagian dalam terdapat reseptor sensoris untuk
pendengaran yang disebut Coclea. Saat gelombang suara mencapai
coclea maka impuls ini diteruskan oleh saraf VIII ke area pendengaran
primer di otak diteruskan ke area wernick. Kemudian jawaban
diformulasikan dan disalurkan dalam bentuk artikulasi, diteruskan ke
area motorik di otak yang mengontrol gerakan bicara. Selanjutnya
proses bicara dihasilkan oleh getaran vibrasi dari pita suara yang
dibantu oleh aliran udara dari paru-paru, sedangkan bunyi dibentuk
oleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langit-langit). Jadi untuk proses
bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan sensoris dimana
organ pendengaran sangat penting.
16. Faktor yang mempengaruhi perkembangan bicara pada usia dini : 1.
Kondisi jasmani dan kemampuan motoric anak ; 2. Kesehatan secara
8
umum ; 3. Neurologi ; Ada tidaknya gigi ; interpretasi korteks cerebri ;
lidah (frenulum linguae) ; jenis kelamin
PROSES
BERBICARA
FAKTOR YANG
ANATOMI PERKEMBANGAN MEKANISME MEMPENGARUHI GANGGUAN
MEKANISME
PEMBENTUKAN
SUARA
MEKANISME
BERBICARA
2.7 Sintesis
1. Anatomi dalam Proses Berbicara
Anatomi
Bibir: berfungsi untuk membendung udara pada pembentukan
suara dan sebagai pintu penjaga rongga mulut. Bunyi yang
dihasilkan oleh bibir disebut labial.
9
dan membentuk aliran udara turbulen dan sebagai kompas bagi
lidah bahwa suara terbaik sudah dihasilkan. Bunyi yang dihasilkan
palatum mole disebut palatal.
10
Otot
Musculus cricothyroideus: menegangkan pita suara
Musculus tyroarytenoideus (vocalis): relaksasi pita suara
Musculus cricoarytenoideus lateralis: adduksi pita suara
Musculus cricoarytenoideus posterior: abduksi pita suara
Musculus arytenoideus transversus: menutup bagian posterior
rima glottis
Musculus longitudinalis superior: melebarkan lidah,
mengangkat dan menurunkan ujung lidah
Musculus longitudinalis inferior: melebarkan lidah, mengangkat
dan menurunkan ujung lidah
Musculus transversus linguae: menyempitkan lidah bersama
m.verticales linguae
Musculus vericalis linguae: menyempitkan dan melebarkan
lidah
Musculus genioglossus: menjulurkan lidah
Musculus hyoglosus: menarik lidah
Musculus chondroglossus: retraksi lidah dan menekan pangkal
dan badan lidah
Musculus styloglosus: retraksi dan mengangkat lidah
Musculus temporalis: elavasi dan oklusi mandibular
Musculus masseter: elavasi dan oklusi mandibular
Musculus pterygoideus lateralis external: depresi dan gerakan ke
arah lateral dan arah anterior pada mandibular
Musculus pterygoideus medialis internal: elavasi dan protrusi
mandibular
Musculus levator veli palatini: menegangkan dan mengangkat
palatum molle
Musculus tensor veli palatine: menegangkan dan mengangkat
palatum molle
Musculus palatoglosus: menurunkan palatum dan mengangkat
pangkal lidah
Musculus uvulae: memendekkan uvula
11
Musculus palathopharyngeus: depressor atau menurunkan
palatum
Inervasi
Nervus trigeminus (N.5): saraf yang bertanggung jawab dalam
pergerakan rahang saat berbicara
Nervus vagus (N.10): saraf laring dan faring yang berfungsi
untuk berbicara. Saraf ini menginerfasi organ dada, perut dan
pernafasan.
Nervus glossopharyngeus (N.9): mempersyarafi palatum
Nervus hypoglosus (N.12): mempersyarafi lidah
12
Tabel perkembangan bicara
Umur Aktifitas Keterangan
0 – 2 Bersuara secara refleks Menangis, menyeringai, mulai
bulan bersuara vocal k, l, g, dan h
2 – 6 Ngoceh (babbling) Mulai menyadari suara sendiri,
bulan terdapat variasi tangisan dan
mulai terdapat tambahan
konsonan p, b, m, n, ng, dan th
6 – 12 Bermain dengan suara Meniru dan mengulamg suara
bulan (babbling) tanpa arti, mulai
memberi tanggapan terhadap
suara dari luar
12 – 18 Bicara Mulai mengucap kata-kata,
bulan melakukan gerakan sambil
bicara
Umur Keterangan
13
2. Artikulasi: artikulator vokal ( lidah, langit-langit lunak, dan bibir)
memodifikasi suara yang disuarakan. Para artikulator menghasilkan
kata-kata yang dapat dikenali.
3. Radiasi: Suara yang dihasilkan untuk dipancarkan ke lingkungan
sekitar sumber suara tersebut.
14
Bunyi suara dihasilkan karena terjadinya penyempitan pada
pita suara kemudian udara dihembuskan melewati celah
gotis,yang kemudian pita suara akan bergetar dan
menghasilkan bunyi yang disebut penyuaraan bunyi yang
dihasilkan.
Proses artikulasi
Proses oro nasal
4. Mekanisme Berbicara
Komunikasi memiliki 2 aspek yaitu sensorik (language input),
yang melibatkan telinga dan mata, dan motorik (language output)
yang melibatkan vokalisasi dan kontrolnya.
Jalur yang terlibat dalam mendengar dan berbicara :
1. Suara yang menyandikan kata-kata akan diterima di Primary
Auditory Area. Letak Primary Auditory Area ini berada di
lobus temporalis.
2. Kemudian, dari Primary Auditory Area berlanjut ke Wernicke’s
Area untuk menginterpretasi kata-kata tersebut. Wernicke’s
Area ini letaknya di ujung posterior lobus temporal bagian
superior.
3. Terjadi penentuan (determination) mengenai pemikiran dan
kata-kata yang ingin kita ucapkan. Tahap ini juga terjadi di
Wernicke’s Area.
15
4. Transmisi sinyal dari Wernicke’s Area ke Broca’s Area melalui
arcuate fasciculus. Broca’s Area ini letaknya di lobus frontal
tepat di depan ujung inferior korteks motorik.
5. Broca’s Area memproses informasi yang diterima dari
Wernicke’s Area menjadi pola terperinci dan terkoordinasi
untuk vokalisasi.
6. Transmisi sinyal dari Broca’s Area ke korteks motorik untuk
mengendalikan otot-otot bicara. Pengiriman sinyal ini melalui
Speech Articulation Area di Insula.
Jalur yang terlibat dalam melihat dan berbicara :
1. Penerimaan sinyal di Primary Visual Area. Letak Primary Visual
Area ini berada di lobus occipitalis.
2. Informasi tersebut kemudian melewati tahap awal penafsiran di
Angular Gyrus Region. Letak Angular Gyrus Region berada
tepat di belakang Wernicke’s Area. Angular Gyrus Region
bertugas untuk memproses informasi dari kata-kata yang dilihat
sehingga dapat dikonversi menjadi bentuk kata-kata
pendengaran.
3. Transmisi sinyal dari Angular Gyrus Region ke Wernicke’s
Area. Kemudian berlanjut seperti jalur yang terlibat dalam
mendengar dan berbicara.
16
saat berbicara.
5. Kondisi kesehatan
Kondisi kesehatan dapat mempengaruhi suara yang dihasilkan. Sebagai
contoh, pada saat batuk maka suara yang dihasilkan akan lebih serak.
17
suara yang serak atau hilang, tanpa kelainan semantik dan
sinataksis. Artinya, dilihat dari segi semantik dan sintaksis
ucapannya bisa diterima.
Akibat faktor lingual
Lidah yang sariawan atau terluka akan terasa pedih jika
digerakkan. Untuk mencegah rasa sakit itulah cara
berbicara diatur dengan gerak lidah yang dibatasi. Dalam
keadaan seperti ini maka pengucapan sejumlah fonem
menjadi tidak sempurna. Pada orang yang terkena stroke
dan badannya lumpuh sebelah, maka lidahnya pun lumpuh
sebelah. Berbicaranya menjadi pelo atau cadel yang dalam
istilah medis disebut disatria (terganggunya artikulasi).
Akibat faktor resonansi
Gangguan akibat faktor resonansi ini menyebabkan suara
yang dihasilkan menjadi sengau. Misalnya yang diderita
orang sumbing akibat gangguan resonansi pada langit-
langit keras (palatum) pada rongga mulut. Selain itu juga
terjadi pada orang yang mengalami kelumpuhan pada
langit-langit lunak (velum). Rongga langit-langit itu tidak
memberikan resonansi yang seharusnya sehingga suaranya
menjadi bersengau.
Laryngitis
Kelainan pada laring biasanya memberikan keluhan utama suara
yang tidak normal dan stridor, terutama pada bayi. Pada orang
dewasa dengan kelainan pada laring dapat juga mengeluh rasa
iritasi pada tenggorok, merasa ada sesuatu didalam tenggorok, sakit
sewaktu menelan, sulit menelan, nafas seperti tersumbat, dan lain
sebagainya.
Radang laring dapat akut atau kronik. Radang akut biasanya
disertai gejala lain seperti demam, malaise, nyeri menelan atau
berbicara, batuk, disamping suara parau. Kadang-kadang dapat
terjadi sumbatan laring dengan gejala stridor serta cekungan di
epigastrium, sela iga dan sekitar klavikula. Radang kronik tidak
spesifik, dapat disebabkan oleh sinusitis kronis atau bronkitis
18
kronis atau karena penggunaan suara seperti berteriak-teriak atau
biasa berbicara keras (vokal abuse). Radang kronik spesifik
misalnya tuberkulosa dan lues. Gejalanya selain suara parau,
terdapat juga gejala penyakit penyebab atau penyakit yang
menyertainya.
Disfonia
Merupakan perubahan kualitas suara pada nada maupun intensitas
baik karena gangguan fungsional ataupun organik, kelainan
sistemik ataupun lokal. Disfonia fungsional merupakan disfonia
tanpa ditemukan kelainan organik, disfonia ini terjadi karena
abnormalitas tonus otot pita suara yang menimbulkan gangguan
dan irregular osilasi, penyebab tersering karena kebiasaan bersuara,
gangguan emosional dan psikogenik. Sedangkan disfonia organik
timbul apabila adanya kelainan organik pita suara, misalnya
laryngitis akut atau kronis, tumor jinak, tumor ganas, trauma
laring, dan presbifonia. Disfonia bisa berupa suara serak, kasar,
suara yang keluar terlampau keras atau terlampau lemah, puncak
suara yang pecah.
Ankyloglossia
Ketika frenulum lingualis tebal, kencang, dana tau perlekatan dari
lidah terbatas dapat mengakibatkan ankyloglossia. Ankyloglossia
biasanya disebut juga dengan tongue-tie, merupakan kelainan
kongenital dengan tanda klinis frenulum lingualis rendah yang
dapat mempengaruhi terbatasnya pergerakan lidah, kesulitan bicara
dan menelan, menyusui serta sulit untuk menjaga kebersihan
rongga mulut dan masalah lingkungan sosial.
19
Afasia
Merupakan gangguan bahasa yang diakibatkan kerusakan pada
bagian otak yang bertanggung jawab atas bahasa. Semua aspek
bahasa (berbicara, menulis, membaca dan memahami). Penyebab
umum afasia adalah stroke.
Auditory Receptive Aphasia and Visual Receptive Aphasia
Yaitu terjadi kerusakan bagian-bagian dari area pendengaran
atau asosiasi visual dari korteks yang dapat mengakibatkan
ketidakmampuan untuk memahami mata yang
diucapkan/dilihat.
Wernicke’s Aphasia
Seseorang mampu memahami baik kata yang diucapkan atau
kata yang tertulis tetapi tidak dapat menginterpretasi atau
menafsirkan pemikiran yang diungkapkan. Penyebabnya
karena terjadinya kerusakan area Wernicke.
Global Aphasia
Terjadi ketika kerusakan di area Wernicke menyebar dan
memanjang. (1) Mundur ke daerah angular gyrus. (2) Ke bawah
ke daerah bagian bawah dari lobus temporal. (3) Ke arah
superior (atas) menuju perbatasan superior fissure sylvian.
Kemungkinan orang ini sepenuhnya sulit untuk pemahaman
bahasa/komunikasi.
Aphasia Motor
Terkadang seseorang mampu memutuskan apa yang ingin dia
katakan tetapi tidak dapat membuat sistem vokal
mengeluarkan kata-kata atau suara. Disebabkan oleh kerusakan
pada area broca.
Apraxia
Merupakan gangguan bicara motorik yang ditandai oleh kesulitan
merencanakan, mengurutkan, dan mengatur gerakan motorik atau
otot-otot khusus untuk produksi bicara. Disebabkan oleh kerusakan
pada bagian otak yang mengontrol pergerakan otot.
Acquired Apraxia of Speech (Apraxia yang didapat)
Mempengaruhi seseorang pada usia berapapun terutama pada
orang dewasa. Disebabkan oleh kerusakan pada bagian-bagian
20
otak yang terlibat dalam berbicara. Bisa disebabkan oleh
stroke, cedera kepala dan tumor. Dapat terjadi bersamaan
dengan gangguan distartia (kelemahan otot yang
mempengaruhi produksi bicara) atau apasia (kesulitan bahasa
yang disebabkan oleh kerusakan sistem saraf).
Apraxia Childhood of Speech (CAS)
Merupakan kelainan suara bicara masa kanak-kanak
neurologis. Dapat terjadi sebagai akibat dari gangguan
neurologis yang diketahui yaitu gangguan neurobehavioral dan
neurogenic idiopatik.
Dysarthia
Merupakan kelompok gangguan bicara motorik yang ditandai
dengan kelemahan otot-otot bicara akibat kerusakan SSP atau
perifer. Gejalanya berupa bicara yang tidak jelas , kontak
artikulatoris yang lemah, dukungan pernapasan yang lemah dan
volume rendah.
21
bersuara terletak pada ada atau tidaknya gerakan buka-tutup pita suara.
Apabila dalarn pembentukan bunyi itu pita suara melakukan gerakan
menutup dan merapat maka bunyi yang dihasilkan disebut bunyi
bersuara. Hal ini terjadi karena udara yang terkurung di paru oleh
penutupan pita suara lama-kelamaan membesar tekanannya sehingga
dapat menguakkan kedua pita suara. Dan dengan bantuan faring sebagai
tabung udara yang ikut bergetar ketika pita suara menimbulkan getaran
pada arus udara yang lewat dari paru.
Sumber energi utama dalam hal terjadinya bunyi bahasa ialah adanya
udara dari paru – paru
Udara dihisap ke dalam paru – paru dan di hembuskan keluar
bersama – sama waktu sebagai bernafas
Udara yang dihembuskan ( atau dihisap untuk sebagian kecil bunyi
bahasa ) itu kemudian mendapatkan hambatan di berbagai tempat
alat bicara dengan berbagai cara,sehingga terjadi bunyi – bunyi
bahasa
Tempat atau alat bicara yang dilewati di antaranya :
1. Batang tenggorokan ( trakea )
2.Pangkal tenggorokan ( larynx )
3. Faring atau kerongkongan
22
4. Rongga mulut
5. Rongga hidung
6. Atau, Rongga hidung dengan alat yang lain
Pada waktu udara mengalir ke luar,pita suara dalam keadaan terbuka
Jika udara tidak mengalami hambatan pada alat bicara maka bunyi
bahasa tidak akan terjadi,seperti dalam keadaan bernafas
Syarat proses terjadinya bunyi bahasa secara garis besar dapat dibagi
menjadi 4 yaitu :
Proses mengalirnya udara
Proses fonasi
Bunyi bahasa terjadi karena adanya pemompaan udara keluar dari
paru-paru melewati pangkal tenggorokan, yang di dalamnya terdapat
pita suara. Bunyi suara dihasilkan oleh 3 organ tubuh, yaitu : Paru-
paru, pangkal tenggorokan, serba rongga mulut atau rongga hidung.
Bunyi suara dihasilkan karena terjadinya penyempitan pada pita
suara kemudian udara dihembuskan melewati celah gotis,yang
kemudian pita suara akan bergetar dan menghasilkan bunyi yang
disebut penyuaraan bunyi yang dihasilkan.
Proses artikulasi
Proses oro nasal
23
3. Organ yang berperan dalam proses menghasilkan suara?
Anatomi
Bibir: berfungsi untuk membendung udara pada pembentukan
suara dan sebagai pintu penjaga rongga mulut. Bunyi yang
dihasilkan oleh bibir disebut labial.
24
tulang rawan arytenoid, sepasang pita suara, dan tulang rawan
tiroid. Fungsi utama pita suara adalah pintu yang mengatur
pengawasan arus udara antara paru-paru dan hidung atau mulut.
Celah diantara sepasang pita suara dalam peristiwa membuka dan
menurupnya pita suara disebut glottis.
4. Mengapa ada orang yang bisa mengucapkan huruf s atau r dan ada
yang tidak?
25
terakhir pada suku kata. Hal ini disebabkan pula oleh posisi lidah yang
terlalu pendek.
26
Perubahan tekanan darah yang diciptakan saat bernyanyi dapat
berkontribusi pada penyimpangan aliran darah. Dimana aliran darah
ini secara tidak teratur ke lapisan luar kulit sehingga muncul warna
kemerahan.
3. Pusing saat bernyanyi
dikaitkan dengan hiper oksigenasi, ada kemungkinan pusing
disebabkan oleh perubahan tekanan darah yang diciptakan saat
bernyanyi. Selain prubahan tekanan darah juga disertai penumpukan
tekanan udara pada perut ke kepala.
9. Kenapa ada orang saat bernyanyi ada yang memiliki suara bagus
dan ada yang tidak, apakah bisa diperbaiki?
Karena setiap orang akan memiliki warna suara yang berbeda-beda.
Hal ini disebabkan setiap orang memiliki pita suara yang khas. Namun
dari perbedaan suara tersebut bias dikategorikan ke dalam 4 jenis:
1. Sopran
2. Alto
3. Tenor
4. Basas
27
sebagaimana bahasa lisan.
b) Gangguan pada Mekanisme Bicara
Ketidaksempurnaan organ wicara menghambat kemampuan
seseorang memproduksi ucapan (perkataan) yang sejatinya
terpadu dari pita suara, lidah, otot-otot yang membentuk rongga
mulut serta kerongkongan, dan paru-paru. Berdasarkan
mekanismenya, gangguan berbicara dapat terjadi akibat
kelainan pada paru-paru (pulmonal), pada pita suara (laringal),
pada lidah (lingual), serta pada rongga mulut dan
kerongkongan (resonental).
Akibat faktor pulmonal
Gangguan berbicara ini dialami oleh para penderita
penyakit paru-paru. Pada penderita penyakit paru-paru ini
kekuatan bernapasnya sangat kurang, sehingga cara
berbicaranya diwarnai oleh nada yang monoton, volume
suara yang kecil sekali, dan terputus-putus, meskipun dari
segi semantik dan sintaksis tidak ada masalah.
Akibat faktor laringal
Gangguan pada pita suara menyebabkan suara yang
dihasilkan menjadi serak atau hilang sama sekali.
Gangguan berbicara akibat faktor laringal ini ditandai oleh
suara yang serak atau hilang, tanpa kelainan semantik dan
sinataksis. Artinya, dilihat dari segi semantik dan sintaksis
ucapannya bisa diterima.
Akibat faktor lingual
Lidah yang sariawan atau terluka akan terasa pedih jika
digerakkan. Untuk mencegah rasa sakit itulah cara
berbicara diatur dengan gerak lidah yang dibatasi. Dalam
keadaan seperti ini maka pengucapan sejumlah fonem
menjadi tidak sempurna. Pada orang yang terkena stroke
dan badannya lumpuh sebelah, maka lidahnya pun lumpuh
sebelah. Berbicaranya menjadi pelo atau cadel yang dalam
istilah medis disebut disatria (terganggunya artikulasi).
Akibat faktor resonansi
Gangguan akibat faktor resonansi ini menyebabkan suara
28
yang dihasilkan menjadi sengau. Misalnya yang diderita
orang sumbing akibat gangguan resonansi pada langit-
langit keras (palatum) pada rongga mulut. Selain itu juga
terjadi pada orang yang mengalami kelumpuhan pada
langit-langit lunak (velum). Rongga langit-langit itu tidak
memberikan resonansi yang seharusnya sehingga suaranya
menjadi bersengau.
Laryngitis
Kelainan pada laring biasanya memberikan keluhan utama suara
yang tidak normal dan stridor, terutama pada bayi. Pada orang
dewasa dengan kelainan pada laring dapat juga mengeluh rasa
iritasi pada tenggorok, merasa ada sesuatu didalam tenggorok, sakit
sewaktu menelan, sulit menelan, nafas seperti tersumbat, dan lain
sebagainya.
Radang laring dapat akut atau kronik. Radang akut biasanya
disertai gejala lain seperti demam, malaise, nyeri menelan atau
berbicara, batuk, disamping suara parau. Kadang-kadang dapat
terjadi sumbatan laring dengan gejala stridor serta cekungan di
epigastrium, sela iga dan sekitar klavikula. Radang kronik tidak
spesifik, dapat disebabkan oleh sinusitis kronis atau bronkitis
kronis atau karena penggunaan suara seperti berteriak-teriak atau
biasa berbicara keras (vokal abuse). Radang kronik spesifik
misalnya tuberkulosa dan lues. Gejalanya selain suara parau,
terdapat juga gejala penyakit penyebab atau penyakit yang
menyertainya.
Disfonia
29
Merupakan perubahan kualitas suara pada nada maupun intensitas
baik karena gangguan fungsional ataupun organik, kelainan
sistemik ataupun lokal. Disfonia fungsional merupakan disfonia
tanpa ditemukan kelainan organik, disfonia ini terjadi karena
abnormalitas tonus otot pita suara yang menimbulkan gangguan
dan irregular osilasi, penyebab tersering karena kebiasaan bersuara,
gangguan emosional dan psikogenik. Sedangkan disfonia organik
timbul apabila adanya kelainan organik pita suara, misalnya
laryngitis akut atau kronis, tumor jinak, tumor ganas, trauma
laring, dan presbifonia. Disfonia bisa berupa suara serak, kasar,
suara yang keluar terlampau keras atau terlampau lemah, puncak
suara yang pecah.
Ankyloglossia
Ketika frenulum lingualis tebal, kencang, dana tau perlekatan dari
lidah terbatas dapat mengakibatkan ankyloglossia. Ankyloglossia
biasanya disebut juga dengan tongue-tie, merupakan kelainan
kongenital dengan tanda klinis frenulum lingualis rendah yang
dapat mempengaruhi terbatasnya pergerakan lidah, kesulitan bicara
dan menelan, menyusui serta sulit untuk menjaga kebersihan
rongga mulut dan masalah lingkungan sosial.
Afasia
Merupakan gangguan bahasa yang diakibatkan kerusakan pada
bagian otak yang bertanggung jawab atas bahasa. Semua aspek
bahasa (berbicara, menulis, membaca dan memahami). Penyebab
umum afasia adalah stroke.
Auditory Receptive Aphasia and Visual Receptive Aphasia
Yaitu terjadi kerusakan bagian-bagian dari area pendengaran
atau asosiasi visual dari korteks yang dapat mengakibatkan
ketidakmampuan untuk memahami mata yang
diucapkan/dilihat.
Wernicke’s Aphasia
Seseorang mampu memahami baik kata yang diucapkan atau
kata yang tertulis tetapi tidak dapat menginterpretasi atau
30
menafsirkan pemikiran yang diungkapkan. Penyebabnya
karena terjadinya kerusakan area Wernicke.
Global Aphasia
Terjadi ketika kerusakan di area Wernicke menyebar dan
memanjang. (1) Mundur ke daerah angular gyrus. (2) Ke bawah
ke daerah bagian bawah dari lobus temporal. (3) Ke arah
superior (atas) menuju perbatasan superior fissure sylvian.
Kemungkinan orang ini sepenuhnya sulit untuk pemahaman
bahasa/komunikasi.
Aphasia Motor
Terkadang seseorang mampu memutuskan apa yang ingin dia
katakan tetapi tidak dapat membuat sistem vokal
mengeluarkan kata-kata atau suara. Disebabkan oleh kerusakan
pada area broca.
Apraxia
Merupakan gangguan bicara motorik yang ditandai oleh kesulitan
merencanakan, mengurutkan, dan mengatur gerakan motorik atau
otot-otot khusus untuk produksi bicara. Disebabkan oleh kerusakan
pada bagian otak yang mengontrol pergerakan otot.
Acquired Apraxia of Speech (Apraxia yang didapat)
Mempengaruhi seseorang pada usia berapapun terutama pada
orang dewasa. Disebabkan oleh kerusakan pada bagian-bagian
otak yang terlibat dalam berbicara. Bisa disebabkan oleh
stroke, cedera kepala dan tumor. Dapat terjadi bersamaan
dengan gangguan distartia (kelemahan otot yang
mempengaruhi produksi bicara) atau apasia (kesulitan bahasa
yang disebabkan oleh kerusakan sistem saraf).
Apraxia Childhood of Speech (CAS)
Merupakan kelainan suara bicara masa kanak-kanak
neurologis. Dapat terjadi sebagai akibat dari gangguan
neurologis yang diketahui yaitu gangguan neurobehavioral dan
neurogenic idiopatik.
31
Dysarthia
Merupakan kelompok gangguan bicara motorik yang ditandai
dengan kelemahan otot-otot bicara akibat kerusakan SSP atau
perifer. Gejalanya berupa bicara yang tidak jelas , kontak
artikulatoris yang lemah, dukungan pernapasan yang lemah dan
volume rendah.
32
Tabel perkembangan bicara
Umur Aktifitas Keterangan
0 – 2 Bersuara secara refleks Menangis, menyeringai, mulai
bulan bersuara vocal k, l, g, dan h
2 – 6 Ngoceh (babbling) Mulai menyadari suara sendiri,
bulan terdapat variasi tangisan dan
mulai terdapat tambahan
konsonan p, b, m, n, ng, dan th
6 – 12 Bermain dengan suara Meniru dan mengulamg suara
bulan (babbling) tanpa arti, mulai
memberi tanggapan terhadap
suara dari luar
12 – 18 Bicara Mulai mengucap kata-kata,
bulan melakukan gerakan sambil
bicara
Umur Keterangan
33
mencerminkan kepribadian yang baik. Sebaliknya, suara yang
terganggu akan mencerminkan kepribadian yang kurang baik.
14. Apa otot dan innervasi yang berperan dalam mengatur suara?
Otot
Musculus cricothyroideus: menegangkan pita suara
Musculus tyroarytenoideus (vocalis): relaksasi pita suara
Musculus cricoarytenoideus lateralis: adduksi pita suara
Musculus cricoarytenoideus posterior: abduksi pita suara
34
Musculus arytenoideus transversus: menutup bagian posterior
rima glottis
Musculus longitudinalis superior: melebarkan lidah,
mengangkat dan menurunkan ujung lidah
Musculus longitudinalis inferior: melebarkan lidah, mengangkat
dan menurunkan ujung lidah
Musculus transversus linguae: menyempitkan lidah bersama
m.verticales linguae
Musculus vericalis linguae: menyempitkan dan melebarkan
lidah
Musculus genioglossus: menjulurkan lidah
Musculus hyoglosus: menarik lidah
Musculus chondroglossus: retraksi lidah dan menekan pangkal
dan badan lidah
Musculus styloglosus: retraksi dan mengangkat lidah
Musculus temporalis: elavasi dan oklusi mandibular
Musculus masseter: elavasi dan oklusi mandibular
Musculus pterygoideus lateralis external: depresi dan gerakan ke
arah lateral dan arah anterior pada mandibular
Musculus pterygoideus medialis internal: elavasi dan protrusi
mandibular
Musculus levator veli palatini: menegangkan dan mengangkat
palatum molle
Musculus tensor veli palatine: menegangkan dan mengangkat
palatum molle
Musculus palatoglosus: menurunkan palatum dan mengangkat
pangkal lidah
Musculus uvulae: memendekkan uvula
Musculus palathopharyngeus: depressor atau menurunkan
palatum
Inervasi
Nervus trigeminus (N.5): saraf yang bertanggung jawab dalam
pergerakan rahang saat berbicara
35
Nervus vagus (N.10): saraf laring dan faring yang berfungsi
untuk berbicara. Saraf ini menginerfasi organ dada, perut dan
pernafasan.
Nervus glossopharyngeus (N.9): mempersyarafi palatum
Nervus hypoglosus (N.12): mempersyarafi lidah
36
2. Informasi tersebut kemudian melewati tahap awal penafsiran di
Angular Gyrus Region. Letak Angular Gyrus Region berada
tepat di belakang Wernicke’s Area. Angular Gyrus Region
bertugas untuk memproses informasi dari kata-kata yang dilihat
sehingga dapat dikonversi menjadi bentuk kata-kata
pendengaran.
3. Transmisi sinyal dari Angular Gyrus Region ke Wernicke’s
Area. Kemudian berlanjut seperti jalur yang terlibat dalam
mendengar dan berbicara.
37
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suara manusia adalah bunyi yang terbentuk oleh kerja sama beberapa
organ tubuh, sehingga ketika ada satu organ yang sakit atau tidak normal
apakah akan mempengaruhi suara yang dihasilkan.
3.2 Saran
38
Kami terbuka dan mengharapkan kritik maupun saran dari dosen-
dosen pengajar, teman-teman angkatan 2019, dan berbagai pihak demi
tercapainya kesempurnaan laporan ini.
39
DAFTAR PUSTAKA
3. Asyari, A., Novialdi, N., Fitri, F., & amp; Azizah, N. (2017). Disfonia
akibat polip pita suara. Majalah Kedokteran Andalas, 40(1), 52-63.
4. Baker, E.W. 2014. Anatomi untuk Kedokteran Gigi Kepala & Leher.
Jakarta : EGC.
40
10. Indah, R. N. 2017. Gangguan berbahasa.
http://repository.uin- malang.ac.id/1296/6/1296.pdf
16. Matondang, C.E.H. 2019. Gangguan Berbicara Pada Anak Cadel dan
Neurologi. Vol. 3 No. 2 Tahun 2019. Universitas Sumatra utara.
41
21. 2001. Medical Review Guidelines for Speech-Language Pathology
Services. 31 November 2001. American Speech-Language-Hearing
Association.
23. Syamsudin, dkk. 2018. Anatomi Suara : Kajian Fisika Medik. Cetakan
1. Airlangga University Press.
42