Sebanyak 4,1 juta anak indonesia yang tidak bersekolah tercatat pada
kementerian pendidikan dan kebudayaan. Tingkatan anak-anak yang tidak
bersekolah berada di peringkat tinggi. Jikalau tidak ada upaya untuk keluar dari
permasalahan ini maka akan teru berkecambuh didalamnya. Putusnya anak-anak
dalam bersekolah terdapat beberapa faktor, yaitu terdapat faktor eksternal meliputi
faktor ekonomi, orang tua, dan lingkungan. Dan juga terdapat faktor internal
terdapat dalam pribadi seorang anak. Tingginya angka kemiskinan menjadi faktor
utama anak-anak tidak bersekolah. Angka kemiskinan di indonesia mencapai
25,14 juta jiwa, menurut badan pusat statistik anak-anak pada maret 2019. Anak-
anak dituntuk bekerja demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam keluarga yang
kurang mampu cenderung timbul berbagai masalah yang berkaitan dengan
pembiayaan hidup, sehingga anak sering dilibatkan untuk membantu memenuhi
kebutuhan hidup keluarga sehingga anak-anak terbebani dengan permasalahan ini
dan menyebabkan sulitnya untuk belajar. “saya tidak memiliki akta kelahiran,
begitupun adik saya. Kata ibu ia tidak punya uang untuk mengurusnya”. Ungkap
jeorjina vicenti (15 tahun) dari antabua, Nua tenggara timur. Bagaimana mereka
bersekolah sedangkan persyaratannya saja mereka tidak mampu memenuhinya.
Karena sulitnya memenuhi kebutuhan hidup banyaknya masyarakat melakukan
urbanuasi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ditambah lagi dengan uang sekolah
yang tinggi menyebabkan orang tua tidak mampu membiayai sehingga anak-anak
harus berhenti bersekolah. Faktor orang tua, pendidikan orang tua yang rendah
sangat berpengaruh bagi anak-anak. Orang tua yang memiliki pendidika rendah
cenderung kepada hal-hal tradisi dan adat, dan ditambah lagi dengan pemikiran
yang tidak luas. Mereka menyekolahkan anaknya hanyab sebatas bisa membaca
dan menulis saja, dan beranggapan bahwa anak-anak lebih baik diarahkan kepada
kegiatan yang nyata, seperti membantu orang tua, dan juga mereka beranggapan
bahwa menyekolahkan anak ke jenjang yang tinggi ujung-ujungnya untuk
mendapatkan sebuah pekerjaan, jadi mereka mengarahkan anak untuk bekerja dari
pada sekolah hanya membuang-buang uang. Faktor lingkungan sangat
mempengaruhi proses belajar bagi anak. Adanya lingkungan mayarakat yang
kurang baik, akan mengganggu anak dalam belajar.lingkungan berperan penting
dalam proses belajar anak, dari lingkngan anak mengetahui cara kehidupan, dan
sangat berpengaruh pada pembentukan karakter. Kemudian pergaulan anak, jika
dilingkunnya mengarah positif, semuanya mendukung minat dan bakat anak maka
akan sangat berpengaruh pada prestasi anak, tapi jika linkungan sebaliknya juga
sangat berpengaruh bagi anak, terutama teman pergaulan, anak akan sangat
berpengaruh pada teman, apapun itu akan dilakukan. Kemudian lagi maraknya
pernikah dini yang sangat berpengaruh pada pendidikan, banyaknya angka
pernikahan dini maka akan menurunnya angka anak yang berpendidikan. Maka
akan menimbulkan konflik sosial karena tidak cukupnya ilmu untuk mengatasi
masalah, dan juga menyebabkan tingginya angka perceraian yang sangat
berpengaruh pada psikologi anak. Dalam diri seorang anak karena malas,meliputi
lalainya seorang anak dengan suatu hal (bermain), dan minder terhadap teman-
teman karena susahnya menangkap pelajaran dan telatnya membayar uang
sekolah. Akibat putus sekolah menyebabkan meningkatnya permaalahan sosial
yaitu tingginya angka pengangguran sehingga menimbulkan kelompok pemuda-
pemuda nakal, timbulnya kegiatan bersifat negatif, seperti mencuri, memakai
narkoba, dan mabuk-mabukan. Seharunya selain pemerintah yang meningkatkan
mutu pendidikan indonesia, masyarakat juga harus menunjukkan rasa peduli
terhadap pendidikan, karena dewasa kini minimnya kepedulian masyarakat
terhadap pendidikan memicu rendahnya mutu pendidikan di indonesia.