Anda di halaman 1dari 4

MENUJU INDONESIA MAJU DALAM PENDIDIKAN

Tergolong dalam kategori apakah mutu pendidikan di indonesia? Atas,


menengah, ataukah bawah? Kilas balik dunia pendidikan di indonesia belum
efisien. Para penggiat pendidikan menganggap sistem pendidikan sudah
berkembang. Kenyataannya masih terdapat banyak kekurangan yang belum
diatasi. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh pengajar melalui
metode pengajaran dan wajib dilakanakan oleh setiap individu. Namun dunia
pendidikan di indonesia belum sesuai dengan pengertian dalam pelaksanaanya,
masih banyak kendala yang harus dituntaskan untuk mengembangkan pendidikan
agar mampu bersaing ke kancah internasional. Diantara kendala-kendalanya
adalah tingginya angka anak yang putus sekolah, kurikulum pendidikan yang
selalu berubah-ubah, dan keterbatan failitas pendidikan.

Sebanyak 4,1 juta anak indonesia yang tidak bersekolah tercatat pada
kementerian pendidikan dan kebudayaan. Tingkatan anak-anak yang tidak
bersekolah berada di peringkat tinggi. Jikalau tidak ada upaya untuk keluar dari
permasalahan ini maka akan teru berkecambuh didalamnya. Putusnya anak-anak
dalam bersekolah terdapat beberapa faktor, yaitu terdapat faktor eksternal meliputi
faktor ekonomi, orang tua, dan lingkungan. Dan juga terdapat faktor internal
terdapat dalam pribadi seorang anak. Tingginya angka kemiskinan menjadi faktor
utama anak-anak tidak bersekolah. Angka kemiskinan di indonesia mencapai
25,14 juta jiwa, menurut badan pusat statistik anak-anak pada maret 2019. Anak-
anak dituntuk bekerja demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam keluarga yang
kurang mampu cenderung timbul berbagai masalah yang berkaitan dengan
pembiayaan hidup, sehingga anak sering dilibatkan untuk membantu memenuhi
kebutuhan hidup keluarga sehingga anak-anak terbebani dengan permasalahan ini
dan menyebabkan sulitnya untuk belajar. “saya tidak memiliki akta kelahiran,
begitupun adik saya. Kata ibu ia tidak punya uang untuk mengurusnya”. Ungkap
jeorjina vicenti (15 tahun) dari antabua, Nua tenggara timur. Bagaimana mereka
bersekolah sedangkan persyaratannya saja mereka tidak mampu memenuhinya.
Karena sulitnya memenuhi kebutuhan hidup banyaknya masyarakat melakukan
urbanuasi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ditambah lagi dengan uang sekolah
yang tinggi menyebabkan orang tua tidak mampu membiayai sehingga anak-anak
harus berhenti bersekolah. Faktor orang tua, pendidikan orang tua yang rendah
sangat berpengaruh bagi anak-anak. Orang tua yang memiliki pendidika rendah
cenderung kepada hal-hal tradisi dan adat, dan ditambah lagi dengan pemikiran
yang tidak luas. Mereka menyekolahkan anaknya hanyab sebatas bisa membaca
dan menulis saja, dan beranggapan bahwa anak-anak lebih baik diarahkan kepada
kegiatan yang nyata, seperti membantu orang tua, dan juga mereka beranggapan
bahwa menyekolahkan anak ke jenjang yang tinggi ujung-ujungnya untuk
mendapatkan sebuah pekerjaan, jadi mereka mengarahkan anak untuk bekerja dari
pada sekolah hanya membuang-buang uang. Faktor lingkungan sangat
mempengaruhi proses belajar bagi anak. Adanya lingkungan mayarakat yang
kurang baik, akan mengganggu anak dalam belajar.lingkungan berperan penting
dalam proses belajar anak, dari lingkngan anak mengetahui cara kehidupan, dan
sangat berpengaruh pada pembentukan karakter. Kemudian pergaulan anak, jika
dilingkunnya mengarah positif, semuanya mendukung minat dan bakat anak maka
akan sangat berpengaruh pada prestasi anak, tapi jika linkungan sebaliknya juga
sangat berpengaruh bagi anak, terutama teman pergaulan, anak akan sangat
berpengaruh pada teman, apapun itu akan dilakukan. Kemudian lagi maraknya
pernikah dini yang sangat berpengaruh pada pendidikan, banyaknya angka
pernikahan dini maka akan menurunnya angka anak yang berpendidikan. Maka
akan menimbulkan konflik sosial karena tidak cukupnya ilmu untuk mengatasi
masalah, dan juga menyebabkan tingginya angka perceraian yang sangat
berpengaruh pada psikologi anak. Dalam diri seorang anak karena malas,meliputi
lalainya seorang anak dengan suatu hal (bermain), dan minder terhadap teman-
teman karena susahnya menangkap pelajaran dan telatnya membayar uang
sekolah. Akibat putus sekolah menyebabkan meningkatnya permaalahan sosial
yaitu tingginya angka pengangguran sehingga menimbulkan kelompok pemuda-
pemuda nakal, timbulnya kegiatan bersifat negatif, seperti mencuri, memakai
narkoba, dan mabuk-mabukan. Seharunya selain pemerintah yang meningkatkan
mutu pendidikan indonesia, masyarakat juga harus menunjukkan rasa peduli
terhadap pendidikan, karena dewasa kini minimnya kepedulian masyarakat
terhadap pendidikan memicu rendahnya mutu pendidikan di indonesia.

Sebanyak sebelas kali berganti kurikulum, terhitung sejak indonesia


merdeka yaitu pada tahun 1947 hingga 2015. Dari kurikulum 1947 (rencana
pelajaran 1947), rencana pelajaran terurai 1952, rencana pendidikan 1964,
kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum
berbasis kompetensi 2004, KTSP 2006, hingga kurikulum 2013 indonesia tetap
belum memperlihatkan peningkatan yang signifikan. Semua kurikulum yang
pernah berlaku sebenarnya baik, dan adanya kurikulum baru guna
menyempurnakan kurikulum sebelumnya. Namun dengan bergantinya kurikulum
membuat peserta didik bingung dan seakan-akan peserta didik dijadikan sebagai
kelinci percobaan dalam setiap program baru. Terutama untuk siswa yang tinggal
di pendesaaan, kurikulum A belum sepenuhnya diterapkan bahkan ada yang
belum diterapkan sama sekali kurikulum baru sudah diberlakukan lagi.
“kurikulum jangan banyak diubah, selain membingungkan juga kurang efektif,
perubahan kurikulum hanya ramai diatas, sedangkan dibawah tenang-tenang saja
atau kurangb banyak terpengaruhi.ucap prof. Dr. Nanang fattah dosen besar
universita pendidikan indonesia. Baru-baru ini indonesia dihebohkan dengan
pengangkatan menteri pendidikan yang baru yaitu Nadiem makarim, yang asal-
usulnya adalah seorang pembisnis, bukan berasal dari seorang penggiat
pendidikan, hal ini menyebabkan kontroversi dikalangan masyarakat. Hal-hal
yang masih menjadi pertanyaan besar di mayarakat adalah mampukah seorang
pembinis yang mengenyam pendidikan di dunia bisnis mengatur jalannya roda
pendidikan. Belum lagi preident memerintahkan kepada menteri pendidikan yang
baru untuk merombak kurikulum secara besar-besaran, demi menyelaraskan
lulusan sekolah dengan tuntunan dunia ekonomi dan industri. Apakah dengan
perombakan kurikulum akan meningkatkan mutu pendidikan di indonesia?
Pertanyaan tersebut muncul dan belum terjawab sampai detik ini. Pergantian
kurikulum hanya didasarkan pada pengetahuan pemerintah tanpa memperhatikan
kualitas pada masyarakat. Pada kurikulum 2013 dikela diisi dengan presentasi dan
menggunakan media bantu erta dievaluasi dengan cara yang berbeda, dominannya
pada penggunaan tekhnologi sedangkan daerah pendesaan masih sangat susah
untuk mengakses tekhnologi, oleh karena itu perlu kesiapan yang berjenjang baik
dari pihak pemerintah maupun pengajar.

Fasilitas pendidikan adalah semua perangkat perlengkapan dasar yang


secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan. Menurut prof.
Dr. Ibrahim bafadhal. M. Pd fasilitas pendidikan adalah alah satu sumber daya
yang menjadi tolak ukur mutu sekolah dan perlu peningkatan terus-menerus
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin
canggih. Kualitas pendidikan sangat berpengaruh pada pembelajaran dan sangat
penting dalam menunjang kualita belajar mengajar. Realitanya fasilitas
pendidikan di indonesia masih sangat minim, masih banyak terdapat fasilitas yang
tidak layak lagi digunakan seperti gedung kelas yang bocor, bangku yang rusak,
perpustakaan yang tidak mumpuni, dan juga kurangnya tenaga pengajar, terutama
di daerah terpencil, terluar, dan tertinggal (3T). Dan dapat menyebabkan para
siswa tidak tidak mampu menerima pelajaran dengan baik dan nyaman. Sungguh
miris jika kita mengetahui bagaimana kondisi pendidikan di indonesia ini
khususnya di daerah pedalaman yang jauh dari ibu kota, banyak anak-anak
indonesia yang tinggal di pedalam berhak mendapatkan pendidikan yang lebih
layak, sangat susah bagi mereka untuk mengakes pendidikan ada pelajar yang rela
menyebrangi sungai, melewati jembatan yang rusak, dan berjalan jauh untuk
mendapatkan pendidikan, sesampai di sekolah siswa harus bersabar lagi
menunggu pengajar, hal ini disebabkan oleh kurangnya tenaga pengajar
dikarenakan kurangnya fasilitas dan rendahnya gaji di daerah pedalaman.
Seharunya pemerintah mampu menyamaratakan alokasi fasilitas untuk sarana-
sarana pendidikan antar daerah, karena tidak adil kiranya pembangunan gedung-
gedung pendidikan megah diperkotaan dengan fasilitas yang serba canggih.
Namun berbanding terbalik dengan keadaan di daerah terpencil, maka dari itu
tentu sangat diharapkan agar seluruh sarana pendidikan di indonesia memiliki
fasilitas yang memadai. Dan tentunya adanya campur tangan pemerintah sangat
diperlukan agar indonesia dapat mencapai mutu pendidikan yang optimal, dan kita
juga harus melakukan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di indonesia
sehingga mutu pendidikan dapat merata.
Pendidikan di indonesia belum terlihat peningkatan yang signifikan
sampai saat ini, terutama di daerah terpencil, kualitas pendidikan di indonesia
masih sangat rendah. Hal-hal yang menjadi penyebab utamanya yaitu efektifitas,
efisiensi, dan standardiasi pendidikan yang masih kurang dioptimalkan. Dan juga
masalah lainnya yang menjadi penyebab rendahnya mutu pendidikan yaitu,
tingginya angka anak yang tidak bersekolah, kurikulum pendidikan yang selalu
berubah-ubah, dan keterbataan fasilitas pendidikan. Dengan berkembanya dunia
di era globalisasi ini memang banyak menuntut peningkatan sistem pendidikan,
maka disinilah dibutuhkan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat untuk
mengatasi segala permasalahan pendidikan di indonesia.

Anda mungkin juga menyukai