Anda di halaman 1dari 3

1.

Sekresi saliva
Secara rerata, sekitar 1 hingga 2 liter liur dikeluarkan setiap hari, berkisar
dari laju basal spontan kontinu sebesar 0,5 mL/mnt hingga laju aliran maksimal
sekitar 5 ml/mnt sebagai respons terhadap rangsangan kuat misalnya menghisap jeruk.
Tanpa adanya rangsangan terkait-makanan, stimulasi tingkat-rendah oleh saraf
parasimpatis memicu sekresi basal saliva. Sekresi basal ini penting untuk menjaga
mulut dan tenggorok selalu basah. Selain sekresi kontinu tingkat rendah ini, sekresi
liur dapat ditingkatkan oleh dua jenis refleks liur, yaitu refleks liursederhana dan
terkondisi.
a.  Refleks liur sederhana terjadi ketika kemoreseptor dan reseptor tekan di dalam
rongga mulut berespons terhadap keberadaan makanan. Pada pengaktifan, reseptor-
reseptor ini menghasilkan impuls serat-serat sarat aferen yang membawa informasi ke
pusat liur, yang terletak di medulla batang otak, seperti semua pusat otak yang
mengontrol aktivitas pencernaan. Pusat liur, nantinya, mengirim impuls melalui saraf
autonom ekstrinsik ke kelenjar liur untuk meningkatkan sekresi liur. Tindakan gigi
mendorong sekresi liur tanpa adanya makanan karena manipulasi ini mengaktifkan
reseptor tekan di mulut.
b. Pada refleks liur terkondisi, atau didapat, salivasi terjadi tanpa stimulasi oral. Hanya
berpikir, melihat, mencium, atau mendengar pembuatan makanan yang lezat memicu
salivasi melalui reflek ini

Sumber : Ganong

1. \Kandungan dan fungsinya


a. Liur (saliva), sekresi yang berkaitan dengan mulut, terutama dihasilkan olehtiga
pasang kelenjar liur utama yang terletak di luar rongga mulut danmengeluarkan liur
melalui duktus pendek ke dalam mulut. Liur mengandung 99,5% H2O dan 0,5%
elektrolit dan protein. Pratein-protein ini berperan dalarnfungsi saliva sebagai berikut:
b. Liur memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja amilase liur. Produk-
produk digesti mencakup maltosa, yaitu suatu disakaridayang terdiri dari dua molekul
glukosa (lihat Gambar 16-1 b), dan a-limitdekstrin, yaitu poEisakarida rantai cabang
sebagai hasil dari pencernaan amilopektin
c. Liur mempermudah proses menelan dengan membasahi partikelmakanan sehingga
partikel-partikel tersebut menyatu, sertamenghasilkan pelumasan oleh adanya mukus,
yang kental dan Iicin.
d. Liur memiliki silat antibakteri melalui efek empat kali lipat—pertama,dengan lisozim,
suatu enzim yang melisiskan, atau menghancurkan,bakteri tertentu dengan merusak
dinding sel; kedua, dengan glikoprotein pengikat yang mengikat erat besi yang di
perlukan untu kmultiplikasi baktari; dan keempat, dengan membilas bahan yang
mungkin berfungsi sebagai sumber makanan untuk bakteri.
e. Liur berfungsi sebagai bahan pelarut molekul yang merangsang kuntum kecap. Hanya
molekul dalam larutan yang dapat bereaksi dengan reseptor kuntum kecap.
f.  Liur membantu berbicara dengan mempermudah gerakan bibir dan lidah. Kita sulit
berbicara jika mulut kita kering.
g.  Liur berperan penting dalam higiene mulut dengan membantu mulut dan gigi bersih.
Aliran liur yang konstan membantu membilas residu makanan, partikel asing, dan sel
epitel tua yang terlepas dari mukosa mulut.
h. Liurkaya akan dapar bikarbonat, yang menetralkan asam dalam makanan serta asam
yang dihasilkan oleh bakteri di mulut sehingga karies dentis dapat dicegah.

Pengosongan lambung umumnya dikontrol oleh faktor di duodenum. :


i. Faktor utama di lambung yang memengaruhi kekuatan kontraksi adalah jumlah kimus
di lambung. Jika hal-hal lain setara, lambung mengosongkan isinya dengan kecepatan
yang sebanding dengan volume kimus di dalamnya setiap saat. Peregangan lambung
memicu peningkatan matilitas lambung melalui efek langsung peregangan pada otot
polos serta melalui keterlibatan pleksus intrinsik, saraf vagus, dan hormon lambung
gastrin.

ii. Meskipun lambung berpengaruh, faktor-faktor di duodenum sangat penting dalam


mengontrol kecepatan pengosongan lambung. Duodenum harus siap menerima kimus
dan dapat menunda pengosongan lambung dengan mengurangi kekuatan peristalsis
antrum hingga duodenum siap menampung lebih banyak kimus. 

Empat faktor duodenum terpenting yang memengaruhi pengosongan lambung adalah lemak,
asam, hipertonisitas, dan peregangan.

Sekresi gastrin :
a. Sekresi Gastrin
Gastrin merupakan salah satu hormon pencernaan di dalam tubuh. Gastrin dihasilkan oleh sel
G pada daerah kalenjar pilorik (DKP). Karena gastrin berada di luar lumen lambung, maka
sebelum memberikan efek pada lambung, gastrin terlebih dahulu masuk kedalam darah, baru
kemudian gastrin masuk ke lambung dan memebrikan efeknya. Gastrin memiliki efek yang
spesifik yaitu berfungsi dalam mengatur sekresi getah lambung. Bila gastrin dikeluarkan,
maka efeknya sekresi getah lambung akan meningkat. Biasanya gastrin dikeluarkan bila
saluran pencernaan dalam hal ini lambung dan duodenum kesulitan dalam mencerna
makanan, dengan begitu akan merangsang pembentukan gastrin lewat saraf vagus dan
hasilnya, sekresi lambung meningkat dan makanan menjadi lebih mudah dicerna.
Sherwood, Laura Iee. 2011.
Sekresi Pankreas (Eksokrin & Endoktrin)
Pankreas pada dasarnya mensekresikan eksokrin dan endokrin,
eksokrin berupa enzim dan endokrin berupa hormon.
>Pankreas eksokrin memiliki 2 komponen yaitu :
1.Enzim pankreas yang secara aktif disekresikan oleh sel-sel asinus (sel
sekretorik mirip anggur yang membentuk kantong).
2.Larutan cair basa yang secara aktif disekresi oleh sel duktus yang
melapisi duktus pankreatikus.
a). Sel asinus mengeluarkan enzim.
Sel-sel asinus menghasilkan enzim berupa enzim proteolitik yang
berfungsi untuk mencerna protein. Enzim proteolitik ini dibagi menjadi
3 yaitu enzim tripsinogen, kimotripsinogen, dan prokarboksipeptidase.
Enzim lain yang dihasilkan oleh sel-sel asinus seperti amilase camilase
pankreas untuk mencerna karbohidrat, dan lipase pankreas untuk
mencerna lemak.

b). Sel duktus mengeluarkan cairan basa.


Setelah kimus masuk ke duodenum suasana asam yang dihasilkan
akan merangsang endokrin pankreas untuk mensekresi pengeluaran
sekretin yaitu hormon yang nantinya akan masuk ke dalam darah dan
dibawa ke pankreas sehingga pankreas mengeluarkan cairan basa untuk
menetralkan kimus di duodenum tersebut agar dinding dari duodenum
tidak mengalami iritasi.

Sherwood, Laura Iee. 2011.

Anda mungkin juga menyukai