Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

UPT PUSKESMAS PASIRKALIKI


(PERIODE MARET 2021)

Disusun oleh:
Debby Silviani 31181074
Aura Fitriani Putri 31181085
Hesti Asriyani 31181087

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN


UPT PUSKESMAS PASIRKALIKI
PERIODE MARET 2021

Disusun Oleh :
Debby Silviani 31181074
Aura Fitriani Putri 31181085
Hesti Asriyani 31181087

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan mata kuliah PKL


Program Studi Diploma III Universitas Bhakti Kencana Bandung

Bandung, Maret 2021

Disetujui oleh :

Preseptor Pembimbing
UPT Puskesmas Pasirkaliki Universitas Bhakti Kencana

(apt. Sri Wahyuningsih M.S. Farm., ) (apt. Dadih Supriadi,M.Si.,)

2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb,


Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia-Nya penulis masih diberikan kesehatan sehingga dapat
menyelesaikan Program Kerja Praktik Lapangan di UPT Puskesmas Pasirkaliki
dan dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktik ini dengan sebaik-baiknya dan
tepat pada waktu yang telah di tetapkan.
Laporan ini merupakan hasil yang telah penulis laksanakan pada saat di UPT
Puskesmas Pasirkaliki yang berlangsung pada tanggal 01 Maret sampai dengan 31
Maret 2021 sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi D3
Farmasi di Universitas Bhakti Kencana Bandung. Dalam penyelesaian laporan ini
tidak terlepas dari bimbingan, pengarahan, bantuan, serta do’a dari berbagai
pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati ingin
menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak-pihak yang senantiasa membantu penulis, terutama kepada :
1. Bapak H. Mulyana, SH., M.Pd., MH.Kes., selaku Ketua Yayasan Adhi
Guna Kencana.
2. Bapak Dr. apt. Entris Sutrisno, MH.Kes. selaku Rektor Universitas Bhakti
Kencana Bandung.
3. Ibu Dra. apt. Patonah, M.Si., selaku ketua Dekan Universitas Bhakti
Kencana Bandung.
4. Ibu apt. Ika Kurnia Sukmawati., M.Si. selaku Ketua Program Studi
Diploma III Fakultas Farmasi Universitas Bhakti Kencana.
5. Bapak apt. Dadih Supriadi,M.Si., selaku Pembimbing di Universitas
Bhakti Kencana Bandung.
6. Ibu apt. Sri Wahyuningsih M.S. Farm., selaku pembimbing di UPT
Puskesmas Pasirkaliki.
7. Jajaran karyawan di UPT Puskesmas Pasirkaliki yang telah membantu
penulis selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di UPT Puskesmas
Pasirkaliki.
8. Keluarga yang telah memberikan do’a dan dukungannya sehingga

3
pelaksanaan PKL dan penyelesaian laporan dapat berjalan lancar.
9. Teman-teman program studi Ahli Madya Farmasi Universitas Bhakti
Kencana angkatan 2018 atas doa, dukungan yang sudah diberikan.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari
sempurna, walau demikian penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk
penulisan ini dan karenanya penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk perbaikan kedepan. Harapan penulis adalah agar yang telah
dipaparkan dalam laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
khususnya bagi penulis sendiri dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
di bidang kefarmasian. Akhir kata, Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
balasan yang tidak terhingga kepada semua pihak atas jasa – jasa dan bantuannya.
Aamiin.

Bandung, Maret 2021

Penulis

4
DAFTAR ISI

5
Table of Contents
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................2

KATA PENGANTAR.............................................................................................3

DAFTAR ISI............................................................................................................5

DAFTAR TABEL....................................................................................................6

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................7

DAFTRA LAMPIRAN............................................................................................8

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................9

1.1 Latar Belakang..........................................................................................9

1.2 Tujuan......................................................................................................10

1.3 Waktu dan Tempat..................................................................................11

BAB II................ TINJAUAN UMUM DINAS KESEHATAN BANDUNG DAN


PUSKESMAS........................................................................................................12

2.1 Gambaran umum Dinas Kesehatan.........................................................12

2.1.1 Sejarah singkat Dinas Kesehatan Kota Bandung.............................12

2.1.1 Profil Dinas Kesehatan Kota Bandung............................................13

2.2 Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Bandung.......................................14

2.3 Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan Kota Bandung................................14

2.3.1 Tugas Pokok.....................................................................................14

2.3.2 Fungsi...............................................................................................14

2.4 Gambaran Umum Puskesmas..................................................................15

2.4.1 Tujuan Puskesmas............................................................................15

2.4.2 prinsip puskesmas............................................................................15

2.4.3 Tugas puskesmas..............................................................................16

2.4.4 Persyaratan Ketenagaan...................................................................16

2.4.5 Struktur Organisasi Puskesmas........................................................17

6
2.5 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai.................18

2.6 Standar Pelayanan Farmasi Klinik..........................................................23

2.7 Sumber Daya Kefarmasian......................................................................23

2.7.1 Sumber Daya Manusia.....................................................................23

2.7.2 Sarana dan Prasaran.........................................................................26

7
DAFTAR TABEL

8
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Sruktur Organisasi.............................................................................17

9
DAFTRA LAMPIRAN

10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan manusia
yang senantiasa menjadi prioritas dalam pembangunan nasional suatu bangsa,
bahkan kesehatan menjadi salah satu tolak ukur indeks pembangunan manusia
suatu bangsa. Hal ini terkait dengan upaya meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dari bangsa tersebut. Sumber daya manusia yang berkualitas maka akan
semakin meningkatkan pula daya saing bangsa tersebut dalam persaingan global
saat ini.
Tujuan pembangunan kesehatan dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah
tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum dari tujuan nasional (Permenkes, 2016).
Upaya kesehatan merupakan setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan
dasar yang menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (rehabilitatif), yang dilaksanakan
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Konsep upaya kesehatan ini
menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas pelayanan kesehatan di
Indonesia termasuk puskesmas (Permenkes, 2016)
Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan memiliki peran yaitu
menyediakan data dan informasi obat dan pengelolaan obat (kegiatan
perencanaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi, pencatatan dan pelaporan,
dan evaluasi). Obat dan perbekalan kesehatan hendaknya dikelola secara optimal
untuk menjamin tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat penyimpanan, tepat
waktu pendistribusian, tepat penggunaan dan tepat mutunya di tiap unit
(Permenkes, 2010).
Pelayanan kefarmasian di puskesmas merupakan suatu kesatuan yang
tidak dapat terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting

11
dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan
kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi Puskesmas, yaitu sebagai
pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan
kesehatan masyarakat (Permenkes, 2016).
Praktik Kerja Lapangan merupakan wujud aplikasi terpadu antara sikap,
kemampuan dan keterampilan yang diperoleh mahasiswa dibangku perkuliahan.
Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan diberbagai instansi akan sangat berguna bagi
mahasiswa untuk dapat menimba ilmu pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman. Praktik Kerja Lapangan merupakan syarat untuk menyelesaikan
pendidikan Diploma III. Melalui Praktik Kerja Lapangan ini mahasiswa akan
mendapat kesempatan untuk mengembangkan cara berpikir, menambah ide-ide
yang berguna dan dapat menambah pengetahuan mahasiswa sehingga dapat
menumbuhkan rasa disiplin dan tanggung jawab mahasiswa terhadap apa yang
ditugaskan kepadanya.
1.2 Tujuan
Secara jelas, maksud dan tujuan pelaksanaan diadakannya Praktik Kerja Lapangan
(PKL) di puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan pemahaman calon Ahli Madya Farmasi tentang peran,
fungsi, posisi, dan tanggung jawab Ahli Madya Farmasi dalam praktik
kefarmasian.
2. Membekali calon Ahli Madya Farmasi agar memiliki wawasan,
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan
pekerjaan kefarmasaian.
3. Memberi kesempatan kepada calon Ahli Madya Farmasi untuk melihat
praktik Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) di Puskesmas.
4. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian
serta mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan
dalam rangka pengembangan praktik kefarmasian.
5. Mempersiapkan calon Ahli Madya Farmasi dalam memasuki dunia kerja
sebagai Tenaga Kefarmasian yang Profesional.

12
1.3 Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di mulai pada tanggal
01 Maret 2021 sampai dengan 31 Maret 2021. Tempat Praktik Kerja Lapangan
(PKL) dengan profesi sebagai Asisten Apoteker di UPT Puskesmas Pasirkaliki di
laksanakan secara online dan offline:
1. Online: dilakukan melalui aplikasi Zoom atau Google Meet pada pukul
13.30 sampai dengan selesai.
2. Offline: dilakukan di UPT Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung yang
terletak di Jl. Pasirkaliki No. 188, Kel. Pasirkaliki, Kec. Cicendo Kota
Bandung 40171, Jawa Barat pada pukul 07.30 s/d -14.30.

13
BAB II
TINJAUAN UMUM DINAS KESEHATAN BANDUNG DAN PUSKESMAS

2.1 Gambaran umum Dinas Kesehatan


Dinas Kesehatan Kota Bandung merupakan suatu instansi pemerintah
yang berperan penting untuk membangun kesehatan di Kota Bandung. Dengan
prioritas pembangunan kesehatan berupa kesehatan ibu dan anak, pelayanan untuk
masyarakat miskin, pendayagunaan tenaga kesehatan, penanggulangan penyakit
menular, gizi buruk, dan krisis kesehatan akibat bencana serta peningkatan
pelayanan kesehatan daerah kumuh perkotaan. Hal tersebut merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional, karena kesehatan
menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia dan telah berhasil
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Dinkes Bandung, 2018).
2.1.1 Sejarah singkat Dinas Kesehatan Kota Bandung
Dinas Kesehatan Kota Bandung adalah salah satu intansi pemerintah
yang sudah ada sejak jaman kependudukan Belanda. Pada tahun 1946 sampai
dengan tahun 1949 Dinas Kesehatan disebut juga ”Plaatselijke gezond
Heidsdienst Bandung” yang berkantor di Gemeente Bandung. Pimpinannya
adalah Dr.Molte V.Kuhlewein sebagai Hoofd Gouvermentsart Hoofd V.D
Plaatselijke Gezondheids Bandung. Tahun 1950 Plaatselijke Gezondheids
berubah menjadi Jawatan Kesehatan Kota Besar Bandung. Adapun pejabat
yang ditunjuk adalah Dr.R Admiral Suratedja, Kepala Kesehatan Kota Besar
Bandung. Wilayahnya berturut-turut Dr.R.Poerwo Soewarjo kemudian
Dr.R.Sadikun.
Kantor pusat Dinas Kesehatan berkedudukan di Gemeente Bandung
atau Kantor Kotapraja Bandung yang sekarang dikenal sebagai Kantor
Pemerintah Daerah Kotamadya Bandung sampai pertengahan tahun 1960 dan
bagian preventif yang sekarang dikenal sebagai Seksi Pemberantasan
Penyakit Menular berkantor di Jalan Bawean No.1 Bandung. Pada tahun 1960
Kantor Pusat Dinas Kesehatan pindah kejalan Badak Singa No.10 Bandung,
menempati sebagian dari kantor penjernihan air yang sekarang merupakan
Kantor Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sampai tanggal 9 Oktober

14
1965. Pada tanggal 9 Oktober 1965 pindah lagi ke jalan Supratman No.73
Bandung sampai sekarang.
Pada tahun 1950 Jawatan Kesehatan Kota Besar Bandung terdiri dari
10 balai pengobatan kemudian pada tahun 1972 berkembang menjadi pusat
kesehatan yang terdiri dari :
- 1 pusat kesehatan masyarakat
- 18 balai kesehatan khusus kemudian 18 balai kesehatan dan anak
- 6 klinik bersalin.
Berdasarkan SK No.50 tahun 1952 tentang pelaksanaannya yaitu
penyerahan sebagai Pemerintah Pusat mengenai kesehatan kepada daerah-
daerah di kota besar atau kecil. Pengelolaan Kepegawaian Dinas Kesehatan
secara berangsur-angsur diserahkan kepada Pemda Kotamadya Dati II
Bandung dan status pegawainya terdiri dari :
1. Pegawai pusat
2. Pegawai Pemberantas Penyakit Cacar dan Mata
Dinas Kesehatan Kota Bandung ini didirikan dengan tujuan
meningkatkan derajat kesehatan yaitu melalui :
1. Kegiatan kuratif atau pencegahan pengobatan seperti puskesmas
2. Kegiatan preventif atau pencegahan terhadap penyakit misalnya
mencegah jangan sampai orang menjadi sakit dan menjaga kebersihan
lingkungan dan lain-lain.
2.1.1 Profil Dinas Kesehatan Kota Bandung
Dinas Kesehatan Kota Bandung terletak di Jl. Supratman No. 73
Bandung dan dipimpin oleh Dr. Hj. Rita Verita Sri Hasniarti, MM. MH.Kes.
Dinas Kesehatan Kota Bandung adalah Instansi Kesehatan Tertinggi dalam
satu wilayah administrasi Pemerintah Kota Bandung yang Bertanggung jawab
kepada Walikota Bandung. Departemen Kesehatan berhubungan secara teknis
fungsional dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kabupaten/Kota dan
sebaliknya. Dinas Kesehatan Kota Bandung mempunyai Unit Pelaksana
Teknis Dinas (UPT) terdiri dari 80 Puskesmas (30 Puskesmas induk dan 43
Puskesmas pembantu). Dinas Kesehatan merupakan salah satu Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan pemerintah Kota Bandung yang

15
bertanggung jawab dalam bidang Pembangunan Kesehatan (Dinkes Bandung,
2018).
2.2 Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Bandung
1. Visi
“Mewujudkan Bandung Kota Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”.
2. Misi
Untuk mencapai masyarakat yang sehat, cerdas dan mandiri ditempuh
melalui misi sebagai berikut:
a. Meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat yang paripurna,
merata bermutu, dan terjangkau.
b. Mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan dan
menggerakkan masyarakat berperilaku hidup sehat.
c. Meningkatkan tata kelola manajemen pembangunan kesehatan.
2.3 Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan Kota Bandung
2.3.1 Tugas Pokok
Melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang
kesehatan berdasarkan asas otonomi dan pembantuan.
2.3.2 Fungsi
1. Melaksanakan tugas teknis operasional di bidang kesehatan yang
meliputi pengembangan dan pembinaan pelayanan kesehatan,
pencegahan pemberantasan penyakit menular dan penyehatan
lingkungan, kesehatan keluarga, pelayanan kefarmasian dan
pengawasan makanan dan minuman serta pembinaan program
berdasarkan kebijakan walikota Bandung.
2. Pelaksanaan tugas teknis fungsional di bidang kesehatan berdasarkan
kebijakan Gubernur Provinsi Jawa Barat.
3. Pelaksanaan pelayanan teknis administrasi ketatausahaan yang meliputi
kepegawaian, keuangan, umum dan perlengkapan.
2.4 Gambaran Umum Puskesmas
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor 43 tahun
2019 tentang pusat kesehatan masyarkat, pusat kesehatan masyarakat yang
selanjutnya disebut puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

16
menyelenggarakan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotive dan preventif diwilayah kerjanya..
2.4.1 Tujuan Puskesmas
Pembangunan kesehatan yang di selenggarakan di Puskesmas bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat yang:
1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat
2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
3. Hidup dalam lingkungan sehat; dan
4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat. (Permenkes 43, 2019)
2.4.2 Prinsip Puskesmas
Prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi:
1. Pradigma sehat
Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk
berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan
yang dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
2. Pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas menggerakan dan bertanggung jawab terhadap
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
3. Kemandirian masyarakat
Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
4. Pemerataan
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses
dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil
tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya, dan
kepercayaan.
5. Teknologi tepat guna
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan
teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah
dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.

17
6. Keterpaduan dan kesinambungan
Puskesmas mengintegrasikan dan mengkoordinasikan penyelengaraan
UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan
sistem rujukan yang didukung dengan manajemen puskesmas.
(Permenkes No 43, 2019).
2.4.3 Tugas puskesmas
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43
tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas mempunyai
tugas dan fungsi sebagai berikut:
1. Tugas
Tugas melaksanakan kebijakan untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Melaksanakan
kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan
di wilayah kerjanya. Dalam rangka pendukung terwujudnya
kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas pokoknya, puskesmas
menjalankan yaitu upaya Kesehatan Masyarakat Perorangan.
2. Fungsi
a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
2.4.4 Persyaratan Ketenagaan
Persyaratan ketenagaan di puskesmas meliputi:
1. Dokter dan/atau dokter layanan primer
2. Dokter gigi
3. Perawat
4. Bidan
5. Tenaga promosi kesehatan ilmu perilaku
6. Tenaga sanitasi lingkungan
7. Nutrisionis
8. Tenaga apoteker dan Tenaga Teknik Kefarmasian
9. Ahli laboratorium medik
10. Tenaga non kesehatan mendukung kegiatan ketata usahaan,
administrasi keuangan, system informasi, dan kegiatan operasional

18
keuangan, system informasi, dan kegiatan operasional lain di
Puskesmas (Permenkes. No. 43, 2019)
2.4.5 Struktur Organisasi Puskesmas

Gambar 2. 1 Sruktur Organisasi

Berdasarkan peraturan Mentri kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang


Puskesmas, organisasi puskesmas disusun oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota berdasarkan kategtori, upaya kesehtan dan beban kerja
Puskesmas. Organisasi Puskesmas paling sedikit terdiri atas :
1. Kepala Puskesmas
2. Kepala sub bagian Tata Usaha
3. Penanggung Jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
4. Penanggung Jawab UKP, kefarmasian dan labolatorium dan
5. Penanggung jawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan.

2.5 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


Menurut Permenkes No.26 Tahun 2020 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas, Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari
perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi.

19
Tujuannya adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang efisien, efektif dan rasional,
meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem
informasi mamajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.
Kepala Ruang Farmasi di Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung
jawab untuk menjamin terlaksananya pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai yang baik. Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai meliputi :
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah Sediaan
Farmasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Tujuan perencanaan
adalah untuk mendapatkan :
a. Perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
yang mendekati kebutuhan.
b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di
Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh Ruang Farmasi di Puskesmas.
Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi Sediaan Farmasi
periode sebelumnya, data mutasi Sediaan Farmasi, dan rencana
pengembangan. Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan
Formularium Nasional. Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga kesehatan
yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat, serta
pengelola program yang berkaitan dengan pengobatan. Proses perencanaan
kebutuhan Sediaan Farmasi per tahun dilakukan secara berjenjang (bottom-
up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan
menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).

20
2. Permintaan
Tujuan permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah
memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di
Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat.
Permintaan diajukan kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah
setempat.
3. Penerimaan
Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dari
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas secara
mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar
Sediaan Farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
permintaan yang diajukan oleh Puskesmas, dan memenuhi persyaratan
keamanan, khasiat, dan mutu.
Tenaga Kefarmasian dalam kegiatan pengelolaan bertanggung jawab atas
ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan. Obat
dan Bahan Medis Habis Pakai berikut kelengkapan catatan yang
menyertainya. Tenaga Kefarmasiannya wajib melakukan pengecekan terhadap
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup
jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan
Farmasi sesuai dengan isi dokumen LPLPO, ditandatangani oleh Tenaga
Kefarmasian, dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi
syarat, maka Tenaga Kefarmasian dapat mengajukan keberatan. Masa
kedaluwarsa minimal dari Sediaan Farmasi yang diterima disesuaikan dengan
periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satu bulan.
4. Penyimpanan
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan
suatu kegiatan pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang diterima agar aman
(tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap
terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

21
Tujuannya Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Bentuk dan jenis sediaan
b. Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan Sediaan
Farmasi, seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban
c. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar
d. Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan
e. Tempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
5. Pendistribusian
Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan
kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub
unit/satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu,
jumlah dan waktu yang tepat. Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya
antara lain :
a. Sub unit pelayanan di dalam lingkungan Puskesmas
b. Puskesmas Pembantu
c. Puskesmas Keliling
d. Posyandu dan
e. Polindes
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain)
dilakukan dengan cara pemberian obat sesuai resep yang diterima (floor
stock), pemberian obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau
kombinasi, sedangkan pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan
dengan cara penyerahan obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock).
6. Pemusnahan dan Penarikan

22
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan
perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi
sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan
laporan kepada Kepala BPOM.
Penarikan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin
edarnya dicabut oleh Menteri. Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi
dan Bahan Medis Habis Pakai bila :
a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
b. Telah kadaluwarsa
c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan
atau kepentingan ilmu pengetahuan, dan/atau
d. Dicabut izin edarnya.
Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
terdiri dari :
a. Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan
dimusnahkan
b. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan
c. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak
terkait
d. Menyiapkan tempat pemusnahan dan
e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta
peraturan yang berlaku.
7. Pengendalian
Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai
dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar.

23
Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit
pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari :
a. Pengendalian persediaan
b. Pengendalian pengawasan dan
c. Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak, dan kadaluwarsa.
8. Administrasi
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh
rangkaian kegiatan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai, baik Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit
pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah :
a. Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
telah dilakukan
b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian dan
c. Sumber data untuk pembuatan laporan.
9. Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai dilakukan secara periodic dengan tujuan untuk :
a. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan
Sediaan Farmaasi dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga dapat menjaga
kualitas maupun pemerataan pelayanan
b. Memperbaiki secara terus menerus pengelolaan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai dan
c. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.
Setiap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai,
harus dilaksanakan sesuai prosedur operasional. Standar Prosedur Operasional
(SPO) ditetapkan oleh Kepala Puskesmas.

2.6 Standar Pelayanan Farmasi Klinik


Menurut Permenkes No.26 tahun 2020 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas, Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari
Pelayanan Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien

24
berkaitan dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk:
1. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas.
2. Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas,
keamanan dan efisiensi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
3. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan
pasien yang terkait dalam Pelayanan Kefarmasian.
4. Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan
penggunaan Obat secara rasional.
Pelayanan farmasi klinik meliputi:
1. Pengkajian dan pelayanan Resep
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
3. Konseling
4. Visite Pasien (khusus Puskesmas rawat inap)
5. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
7. Evaluasi Penggunaan Obat

2.7 Sumber Daya Kefarmasian


2.7.1 Sumber Daya Manusia
Penyelengaraan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas minimal harus
dilaksanakan oleh 1 (satu) orang tenaga Apoteker sebagai penanggung jawab,
yang dapat dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai kebutuhan.
Jumlah kebutuhan Apoteker di Puskesmas dihitung berdasarkan rasio
kunjungan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan serta memperhatikan
pengembangan Puskesmas.
Rasio untuk menentukan jumlah Apoteker di Puskesmas bila
memungkinkan diupayakan 1 (satu) Apoteker untuk 50 (lima puluh) pasien
perhari. Semua tenaga kefarmasian harus memiliki surat tanda registrasi dan
surat izin praktik untuk melaksanakan Pelayanan Kefarmasian di fasilitas
pelayanan kesehatan termasuk Puskesmas, sesuai dengan ketentuan peraturan

25
perundang-undangan. Setiap tahun dapat dilakukan penilaian kinerja tenaga
kefarmasian yang disampaikan kepada yang bersangkutan dan
didokumentasikan secara rahasia.
Hasil penilaian kinerja ini akan digunakan sebagai pertimbangan untuk
memberikan penghargaan dan sanksi (reward and punishment). Semua
tenaga kefarmasian di Puskesmas harus selalu meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan perilaku dalam rangka menjaga dan meningkatkan
kompetensinya. Upaya peningkatan kompetensi tenaga kefarmasian dapat
dilakukan melalui pengembangan profesional berkelanjutan.
1. Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan adalah salah suatu proses atau upaya
peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang kefarmasian
atau bidang yang berkaitan dengan kefarmasian secara
berkesinambungan untuk mengembangkan potensi dan produktivitas
tenaga kefarmasian secara optimal. Puskesmas dapat menjadi tempat
pelaksanaan program pendidikan, pelatihan serta penelitian dan
pengembangan bagi calon tenaga kefarmasian dan tenaga
kefarmasian unit lain.
- Tujuan Umum:
a. Tersedianya tenaga kefarmasian di Puskesmas yang mampu
melaksanakan rencana strategi Puskesmas.
b. Terfasilitasinya program pendidikan dan pelatihan bagi calon
tenaga kefarmasian dan tenaga kefarmasian unit lain.
c. Terfasilitasinya program penelitian dan pengembangan bagi
calon tenaga kefarmasian dan tenaga kefarmasian unit lain.
- Tujuan Khusus:
a. Tersedianya tenaga kefarmasian yang mampu melakukan
pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai.
b. Tersedianya tenaga kefarmasian yang mampu melakukan
Pelayanan Kefarmasian.
c. Terfasilitasinya studi banding, praktik dan magang bagi calon
tenaga kefarmasian internal maupun eksternal.

26
d. Tersedianya data Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan
konseling tentang Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
e. Tersedianya data penggunaan antibiotika dan injeksi.
f. Terwujudnya Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas yang
optimal.
g. Tersedianya Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
h. Terkembangnya kualitasdanjenispelayana ruang farmasi
Puskesmas.
2. Pengembangan Tenaga Kefarmasian dan Program Pendidikan
Dalam rangka penyiapan dan pengembangan pengetahuan dan
keterampilan tenaga kefarmasian maka Puskesmas
menyelenggarakan aktivitas sebagai berikut:
a. Setiap tenaga kefarmasian di Puskesmas mempunyai
kesempatan yang sama untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya.
b. Apoteker dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian harus
memberikan masukan kepada pimpinan dalam menyusun
program pengembangan staf.
c. Staf baru mengikuti orientasi untuk mengetahui tugas, fungsi,
wewenang dan tanggung jawabnya.
d. Melakukan analisis kebutuhan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan bagi tenaga kefarmasian.
e. Tenaga kefarmasian difasilitasi untuk mengikuti program
yang diadakan oleh organisasi profesi dan institusi
pengembangan pendidikan berkelanjutan terkait.
f. memberikan kesempatan bagi institusi ;ain untuk melakukan
praktik, magang, dan penelitian tentang pelayanan
kefarrmasian di Puskesmas.
Pimpinan dan tenaga kefarmasian di ruang farmasi
Puskesmas berupaya berkomunikasi efektif dengan semua
pihak dalam rangka optimalisasi dan pengembangan fungsi
ruang farmasi Puskesmas.

27
2.7.2 Sarana dan Prasaran
Sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di
Puskesmas meliputi sarana yang memilikifungsi:
1. Ruang penerimaan resep
Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan resep, 1 (satu)
set meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer, jika memungkinkan. Ruang
penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah
terlihat oleh pasien.
2. Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara
terbatas)
Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara
terbatas meliputi rak Obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang
peracikan disediakan peralatan peracikan, timbangan Obat, air minum (air
mineral) untuk pengencer, sendok Obat, bahan pengemas Obat, lemari
pendingin, termometer ruangan, blanko salinan resep, etiket dan label
Obat, buku catatan pelayanan resep, buku-buku referensi/standar sesuai
kebutuhan, serta alat tulis secukupnya. Ruang ini diatur agar mendapatkan
cahaya dan sirkulasi udara yang cukup. Jika memungkinkan disediakan
pendingin ruangan (air conditioner) sesuai kebutuhan.
3. Ruang penyerahan Obat
Ruang penyerahan Obat meliputi konter penyerahan Obat, buku
pencatatan penyerahan dan pengeluaran Obat. Ruang penyerahan Obat
dapat digabungkan dengan ruang penerimaan resep.
4. Ruang konseling
Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari
buku, buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu
konseling, buku catatan konseling, formulir jadwal konsumsi Obat
(lampiran), formulir catatan pengobatan pasien (lampiran), dan lemari
arsip (filling cabinet), serta 1 (satu) set komputer, jika memungkinkan.
5. Ruang penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi,
temperatur, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu

28
produk dan keamanan petugas. Selain itu juga memungkinkan masuknya
cahaya yang cukup. Ruang penyimpanan yang baik perlu dilengkapi
dengan rak/lemari Obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin,
lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, lemari
penyimpanan obat khusus, pengukur suhu, dan kartu suhu.
6. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan
dengan pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan Pelayanan
Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu. Ruang arsip memerlukan
ruangan khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan
menyimpan dokumen dalam rangka untuk menjamin penyimpanan sesuai
hukum, aturan, persyaratan, dan teknik manajemen yang baik. Istilah
‘ruang’ di sini tidak harus diartikan sebagai wujud ‘ruangan’ secara fisik,
namun lebih kepada fungsi yang dilakukan. Bila memungkinkan, setiap
fungsi tersebut disediakan ruangan secara tersendiri. Jika tidak, maka
dapat digabungkan lebih dari 1 (satu) fungsi, namun harus terdapat
pemisahan yang jelas antarfungsi.

29
30
31
32
33
34

35
Skrining Resep Debby

Gambar resep
A. Kajian Resep Secara Administratif
No Kajian Administratif Ada Tidak Keterangan
1 Nama Pasien  Ny. Euis Sutarsih
2 Umur  67 tahun
3 Jenis Kelamin 
4 Alamat 
5 Berat Badan  48 kg
6 Nama Dokter  Dr. Nana
7 Nomor SIP 
8 Alamat Dokter  Jl. Pasirkaliki No. 188
9 No. Telepon Dokter  022-20522186
10 Paraf Dokter 
11 Tanggal Penulisan Resep  24 Maret 2021

B. Kajian Resep Secara Farmasetika


No Kajian Farmasetika Ada Tidak Keterangan
1 Bentuk Sediaan  FDC Kat I Awal : Tablet
Metformin : Tablet
Chlorpheniramine : Tablet
2 Kekuatan Sediaan  FDC Kat I Awal :

36
Metformin : 500 mg
Chlorpheniramine : 4 mg
3 Jumlah Sediaan  FDC Kat 1 Awal : 42 Tablet
Metformin : 30 Tablet
Chlorpheniramine : 6 Tablet
4 Aturan Pakai  FDC Kat I Awal : S 1 dd 3
Sehari 1 kali 3 tablet
Metformin : S 3 dd 1
Sehari 3 kali 1 tablet
Chlorpheniramine: S 2 dd 1
Sehari 2 kali 1 tablet
5 Stabilitas  FDC Kat 1 Awal : Simpan
pada suhu 25°C
Metformin : Simpan pada suhu
25°C
Chlorpheniramine : Simpan
pada suhu 25°C

37
C. Kajian Resep Secara Klinis
No Kajian Klinis Ada Tidak Keterangan
1 Indikasi Obat FDC Kat I Awal :
H=Isoniazid : Tuberkulosis dalam
kombinasi dengan obat lain untuk
pengobatan tuberkulosis yang
disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis R=Rifampisin : untuk
pengobatan tuberkulosis yang
disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis dalam kombinasi
dengan obat antituberkulosis lain
dan dalam kombinasi dengan obat
antilepra untuk pengobatan lepra
dengan mengubah keadaan infeksi
menjadi keadaan noninfeksi.
Z=Pirazinamid : tuberkulosis yang
disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis dalam kombinasi
dengan anti tuberkulosis lainnya.
E=Etambutol : tuberkulosis dalam
kombinasi dengan obat lain untuk
pengobatan tuberkulosis yang
disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis; pengobatan yang
disebabkan oleh Mycobacterium
avium complex.
Metformin : diabetes mellitus tipe
2, terutama untuk pasien dengan
berat badan berlebih (overweight),
apabila pengaturan diet dan olahraga
saja tidak dapat mengendalikan
kadar gula darah. Metformin dapat
digunakan sebagai monoterapi atau
dalam kombinasi dengan obat
antidiabetik lain atau insulin (pasien
dewasa), atau dengan insulin (pasien
remaja dan anak >10 tahun). Lihat
juga keterangan di atas.
Chlorpheniramine : gejala alergi
seperti hay fever, urtikaria;
pengobatan darurat reaksi
anafilaktik.
2 Duplikasi/Polifarmasi  Tidak terdapat duplikasi atau
polifarmasi
3 Efek Samping Obat  FDC Kat I Awal :
H=Isoniazid : mual, muntah,
konstipasi, pusing, sakit kepala

38
R=Rifampisin : gangguan saluran
cerna meliputi mual, muntah,
anoreksia, diare
Z=Pirazinamid : termasuk demam
anoreksia, mual, muntah, artralgia,
sakit kepala, pusing, insomnia,
E=Etambutol : neuritis optik, buta
warna merah/hijau, neuritis perifer.
Metformin : mual, muntah, diare
(umumnya sementara), nyeri perut,
Chlorpheniramine : sedasi,
gangguan saluran cerna, nyeri kepala
4 Kontraindikasi  FDC Kat I Awal :
H=Isoniazid : penyakit hati yang
akut; hipersensitivitas terhadap
isoniazid; epilepsi; gangguan fungsi
ginjal dan gangguan psikis.
R=Rifampisin : gangguan fungsi
hati berat, hipersensitivitas terhadap
rifampicin, Pasien yang mendapat
antivirus seperti atazanavir,
darunavir, fosamprenavir,
saquinavir, tipranavir
Z=Pirazinamid : gangguan fungsi
hati berat, porfiria, hipersensitivitas
terhadap pirazinamid, gout, wanita
hamil dan menyusui.
E=Etambutol : hipersensitivitas
terhadap zat aktif atau zat rambahan
obat, neuritis optik, gangguan visual;
anak di bawah 6 tahun
Metformin : gangguan fungsi ginjal,
wanita hamil dan menyusui.
Chlorpheniramine : serangan asma
akut, bayi prematur.
5 Interaksi  Tidak terdapat interaksi diantara
obat-obat tersebut, maka dapat
dikonsumsi bersamaan

39
Skrining Resep Hesti

Kajian Resep Secara Administratif

No Kajian Administratif Ada Tidak Keterangan


1 Nama Pasien  Ny Kurniasih
2 Umur  48 Tahun
3 Jenis Kelamin 
4 Alamat 
5 Berat Badan 
6 Nama Dokter  Dr. Nana
7 Nomor SIP 
8 Alamat Dokter  Jl. Pasir Kaliki No. 188
9 No Telepon  022-20522186
10 Paraf Dokter 
11 Tanggal Penulisan Resep  4 Maret 2021

Kajian Resep Secara Farmasetika

40
No Kajian Farmasetika Ada Tidak Keterangan
1 Bentuk Sediaan  Asam Mefenamat : Tablet
Ibuprofen : Tablet
Furosemid : Tablet
2 Kekuatan Sediaan  Asam Mefenamat : 500 mg
Ibuprofen : 400 mg
Furosemide : 40 mg
3 Jumlah Sediaan  Asam Mefenamat : 10
Ibuprofen : 10
Furosemide : 5
4 Aturan Pakain  Asam Mefenamat : S 3 dd
1 : sehari 3 kali 1 tablet
Ibuprofen : S 2 dd 1 : sehari
2 kali 1 tablet
Furosemide : S 1 dd 1 :
sehari 1 kali 1 tablet
5 Stabilitas  Asam Mefenamat : Simpan
pada suhu < 30° C
Ibuprofen : Simpan pada
suhu antara 15-30° C
Furosemide : Simpan pada
suhu antara 15-30° C

Kajian Resep Secara Klinis


No Kajian Klinis Ada Tidak Keterangan
1 Indikasi Obat  Asam Mefenamat:Golongan
AINS pereda nyeri ringan
hingga sedang seperti sakit
kepala, sakit gigi, nyeri haid,
nyeri akibat trauma, nyeri
pada otot dan nyeri sesudah
operasi.
Ibupropen : Nyeri ringan
sampai sedang antara lain
nyeri pada penyakit gigi atau

41
pencabutan gigi, nyeri pasca
bedah, sakit kepala, gejala
artritis reumatoid, gejala
osteoartritis, gejala juvenile
artritis reumatoid, dan
menurunkan demam pada
anak.
Purosemide : Udem karena
penyakit jantung, hati, dan
ginjal. Terapi tambahan pada
udem pulmonari akut dan
udem otak yang diharapkan
mendapat onset diuresis yang
kuat dan cepat.
2 Duplikasi / Polifarmasi  Tidak terdapat duflikasi atau
polifarmasi.
3 Efek Samping Obat  Asam Mefenamat :
gangguan sistem darah dan
limpatik berupa
agranulositosis, anemia
aplastika, anemia hemolitika
autoimun, hipoplasia sumsum
tulang, penurunan hematokrit,
eosinofilia, leukopenia,
pansitopenia, dan purpura
trombositopenia.
Dapat terjadi reaksi
anafilaksis. Pada sistem
syaraf dapat mengakibatkan
meningitis aseptik,
pandangan kabur; konvulsi,
mengantuk. Diare, ruam kulit
(hentikan pengobatan),
kejang pada overdosis.
Ibuprofen : Umum pusing,
sakit kepala, dispepsia, diare,
mual, muntah, nyeri
abdomen, konstipasi,
hematemesis, melena,
perdarahan lambung, ruam.
Tidak umum: rinitis, ansietas,
insomnia, somnolen,
paraestesia, gangguan
penglihatan, gangguan
pendengaran, tinnitus,
vertigo, asma, dispnea, ulkus
mulut, perforasi lambung,
ulkus lambung, gastritis,

42
hepatitis, gangguan fungsi
hati, urtikaria, purpura,
angioedema, nefrotoksik,
gagal ginjal. Jarang:
meningitis aseptik, gangguan
hematologi, reaksi
anafilaktik, depresi,
kebingungan, neuritis optik,
neuropati optik, edema
Furosemide : gangguan
elektrolit, dehidrasi,
hipovolemia, hipotensi,
peningkatan kreatinin darah.
Umum: hemokonsentrasi,
hiponatremia, hipokloremia,
hipokalemia, peningkatan
kolesterol darah, peningkatan
asam urat darah, gout,
enselopati hepatik pada
pasien dengan penurunan
fungsi hati, peningkatan
volume urin. Tidak umum:
trombositopenia, reaksi alergi
pada kulit dan membran
mukus, penurunan toleransi
glukosa dan hiperglikemia,
gangguan pendengaran, mual,
pruritus, urtikaria, ruam,
dermatitis bulosa, eritema
multiformis, pemfigoid,
dermatitis eksfoliatif,
purpura, fotosensitivitas.
4 Kontraindikasi  Asam Mefenamat :
pengobatan nyeri peri operatif
pada operasi CABG,
peradangan usus besar.
Ibupropen : Kehamilan
trimester akhir, pasien dengan
ulkus peptikum (ulkus
duodenum dan lambung),
hipersensitivitas, polip pada
hidung, angioedema, asma,
rinitis, serta urtikaria ketika
menggunakan asam
asetilsalisilat atau AINS
lainnya.
Purosemide : Gagal ginjal
dengan anuria, prekoma dan

43
koma hepatik, defisiensi
elektrolit, hipovolemia,
hipersensitivitas.
5 Interaksi  Tidak terdapat interaksi
diantara obat-obat tersebut,
maka dapat dikonsumsi
bersamaan

44
Skirining Resep Aura

Gambar Resep

A. Kajian Resep Secara Administratif

No Kajian Administratif Ada Tidak Keterangan


1 Nama Pasien  Ny. Lilis Sumiati
2 Umur  53 tahun
3 Jenis Kelamin 
4 Alamat 
5 Berat Badan 
6 Nama Dokter  Dr. Nana
7 Nomor SIP 
8 Alamat Dokter  Jl. Pasirkaliki No. 188
9 No. Telepon Dokter  022-20522186
10 Paraf Dokter 
11 Tanggal Penulisan Resep  23 Maret 2021

B. Kajian Resep Secara Farmasetika

No Kajian Farmasetika Ada Tidak Keterangan


1 Bentuk Sediaan  Metformin : Tablet

45
Glimepiride : Tablet
Miconazol : Salep
Ketoconazol : Tablet
2 Kekuatan Sediaan  Metformin : 500 mg
Glimepiride : 2 mg
Miconazol :
Ketoconazol :
3 Jumlah Sediaan  Metformin: 30 Tablet
Glimepiride : 10 Tablet
Miconazol : 1
Ketoconazole : 10 Tablet
4 Aturan Pakai  Metformin : S 3 dd 1
Sehari 3 kali 1 tablet
Glimepiride : S 1 dd 1
Sehari 1 kali 1 tablet
Miconazol : Sue
Untuk Pemakaian Luar
Ketoconazol : S 2 dd 1
Sehari 2 kali 1 tablet
5 Stabilitas  Metformin : Simpan pada suhu
25°C
Glimepiride : Simpan pada
suhu 25°C
Miconazol : Simpan pada suhu
25°C
Ketoconazole : Simpan pada
suhu 25°C

C. Kajian Resep Secara Klinis


No Kajian Klinis Ada Tidak Keterangan
1 Indikasi Obat Metformin : diabetes mellitus tipe
2, terutama untuk pasien dengan
berat badan berlebih (overweight),
apabila pengaturan diet dan olahraga
saja tidak dapat mengendalikan
kadar gula darah. Metformin dapat
digunakan sebagai monoterapi atau
dalam kombinasi dengan obat
antidiabetik lain atau insulin (pasien
dewasa), atau dengan insulin (pasien
remaja dan anak >10 tahun). Lihat
juga keterangan di atas.
Glimepirid : diabetes mellitus tipe 2
yang kadar gula drahnya tidak
terkontrol dengan diet dan aktivitas
fisik
Miconazole : infeksi jamur pada

46
kulit
Ketokonazole : mukosa sistemik,
kandidiasis mukokutan resisten yang
kronis, mukosa saluran cerna
resisten serius, kandidiasis vaginal
resisten yang kronis, infeksi
dermatofita pada kulit atau kuku
tangan (tidak pada kuku kaki);
profilaksis mikosa pada pasien
imunosupresan; kandidiasis
mukokutan kronis yang tidak
responsif terhadap nistatin dan obat-
obat lain; infeksi mikosis sistemik
(kandidiasis, paraksidioidomikasis,
cocci dioidomycosis,
hiptoplasmosis).
2 Duplikasi/Polifarmasi  Tidak terdapat duplikasi atau
polifarmasi
3 Efek Samping Obat  Metformin : mual, muntah, diare
(umumnya sementara), nyeri perut,
Glimepiride : pusing, sakit kepala,
muntah, mual, sakit perut, atau diare,
gangguan penglihatan, uritkaria.
Miconazole : iritasi, alergi
Ketoconazol : mual, muntah, nyeri
perut; sakit kepala; ruam, urtikaria,
pruritus; jarang trombositopenia,
parestesia, fotofobia, pusing,
alopesia, ginaekomastia dan
oligospermia; kerusakan hati fatal
Peringatan: risiko terbentuknya
hepatitis lebih besar jika diberikan
lebih dari 14 hari.
4 Kontraindikasi  Metformin : gangguan fungsi ginjal,
wanita hamil dan menyusui.
Glimepiride : DM tipe 1,
hipersensitivitas glimepiride dan
golongan sulfonil urea, gangguan
fungsi hati dan ginjal, kehamilan dan
menyusui.
Miconazol : hipersensitif
Ketoconazole : gangguan hati;
kehamilan (teratogenesitas pada
hewan, pada kemasan cantumkan
peringatan kehamilan) dan
menyusui; pemberian bersamaan
dengan terfenadin atau astemizol.
5 Interaksi  Tidak terdapat interaksi diantara

47
obat-obat tersebut, maka dapat
dikonsumsi bersamaan

48

Anda mungkin juga menyukai