Anda di halaman 1dari 23

Makalah Keperawatan Komunitas

“Konsep Rural ,Migran dan Urban dalam Konteks Keperawatan Komunitas (ASKEP ) “

Disusun oleh kelompok 3 :

Alief wulan (17.156.01.11.088)

Amalya sukmawati (17.156.01.11.090)

Cucu rumdayani (17.156.01.11.094)

Delima oktavia (17.156.01.11.096)

Irma yunita (17.156.01.11.104)

Rifda qotrunnada (17.156.01.11.

Rizal hidayat (17.156.01.11.118)

Sahnaz fitria (17.156.01.11.121)

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

STIKes Medistra Indonesia

Jl. Cut Mutia Raya No. 88 A – Kel. Sepanjang Jaya – Bekasi

Telp. (021) 82431375, Fax. (021) 82431374

Website : http//www.stikesmedistra-indonesia.ac.id,

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyusun laporan ini
sampai selesai tepat pada waktunya. Dimana laporan ini merupakan salah satu
dari tugas mata kuliah Keperawatan komunitas yaitu “Konsep Rural ,Migran
dan Urban dalam Konteks Keperawatan Komunitas (ASKEP ) ” Sholawat serta
salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SA W.
Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing, dosen
mata kuliah dan tak lupa kepada teman-teman yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan laporan ini. Saya menyadari bahwa dalam
penulisan laporan ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kelompok
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan
penyempurnaan laporan. Dan semoga dengan selesainya laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman yang membutuhkan.
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

Masyarakat desa dan kota dari dahulu memiliki sesuatu daya tarik
untuk diteliti lebih dalam. Banyak aspek-aspek yang menarik perhatian dan
hubungan antara desa dan kota tanpa disadari sangat kuat dan penting untuk
dipahami secara lebih mendalam. Dari permasalahan-permasalahan dalam
masing-masing masyarakat kelompok urban dan rural mendapatkan perhatian
dan memiliki sesuatu yang menarik.

Bukan hanya mengenai permasalahan yang ada dalam kedua


kelompok tersebut tetapi masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui apa
itu kelompok urban dan kelompok rural. Melihat kenyataan tersebut perlu
dibuat sebuah pembahasan yang sistematis yang mampu menjelaskan seperti
apa komunitas rural dan urban yang terjadi disekitar masyarakat.

Proses-proses terbentuknya masyarakat urban dan rural cukup menarik


untuk diamati dan dapat mengetahui bagaimana solusi yang diberikan akibat
munculnya kesua kelompok tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Komunitas Urban ,Migran dan Komunitas Rural

Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih
dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi
yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan
interest atau values (Kertajaya Hermawan, 2008).

Ciri-ciri Kelompok Sosial

1. Merupakan satuan yang nyata dan dapat dibedakan dari kesatuan


manusia yang lain.
2. Memiliki struktur sosial, yang setiap anggotanya memiliki status
dan peran tertentu.
3. Memiliki norma-norma yang mengatur di antara hubungan para
anggotanya.
4. Memiliki kepentingan bersama
5. Adanya interaksi dan komunikasi diantara para anggotanya.

Dasar Pembentukan Kelompok Sosial

1. Faktor kepentingan yang sama (Common Interest)

2. Faktor darah / keturunan yang sama (common in cestry)

3. Faktor geografis

4. Factor daerah asal yang sama


Komunitas Rural dan Urban

Secara umum dan sederhana, masyarakat mengenal dua bentuk karakteristik


wilayah, yaitu Desa dan Kota. Desa dianggap sebagai suatu wilayah agraris
dengan peri-kehidupan yang cenderung tradisional, dan pengaruh kebudayaan
yang cenderung kental. Kota, sebaliknya dianggap sebagai wilayah yang non-
agraris dengan peri-kehidupan yang serba modern, dan pengaruh kebudayaan
yang sudah tidak begitu lekat dengan masyarakat yang hidup di dalamnya.
Walaupun begitu, baik desa maupun kota sama-sama merupakan suatu
wilayah/tempat konsentrasi penduduk dengan segala aktivitasnya.

Dalam kajian sosiologi perkotaan (urban sociology) dikenal beberapa istilah


penting, yakni: Kota (city), Perkotaan (urban), Urbanisasi (urbanization) dan
Urbanisme (urbanism). Kota dapat diartikan sebagai suatu batasan wilayah
administratif, Perkotaan sebagai suatu wilayah dengan karakteristik dari Kota,
sedangkan Urbanisasi dan Urbanisme sebagai suatu pendekatan akan proses
yang merubah wilayah rural (pedesaan) menjadi wilayah urban (perkotaan).

 Pengertian Rural Community ( Masyarakat Pedesaan )

Pedesaan adalah gambaran orang, tempat dan hal – hal yang berkaitan
dengan kehidupan masyarakat desa yang sebagian besar
bermatapencaharian bertani.

Menurut Paul H. Landis, desa adalah pendudunya kurang dari 2.500


jiwa. Dengan ciri ciri sebagai berikut:

- Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal


antara ribuan jiwa.
- Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap
kebiasaan
- Cara berusaha (ekonomi)adalah agraris yang paling umum
yang sangat
- Dipengaruhi alam seperti : iklim, keadaan alam ,kekayaan
alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat
sambilan
 Komunitas desa adalah, sekumpulan orang yang tinggal jauh dari
daerah perkotaaan yang jumlah penduduknya kurang dari 2500 jiwa
dan sebagian besar bermatapencaharian bertani karena masih sangat
bergantung pada alam
 Pengertian Urban Community ( Masyarakat Kota)
Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia dengan
kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang
heterogen, dan corak kehidupan yang materialistik. Masyarakat
perkotaan sering juga disebut urban community. Pengertian
masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupan serta ciri-
ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.
Masyarakat kota memiliki tatanan yang heterogen sehingga
kelompoknya lebih dinamis. Masyarakat kota mempunyai daya tarik
bagi masyarakat desa untuk melakukan urbanisasi. Perhatian khusus
masyarakat kota tidak terbatas pada aspek-aspek seperti pakaian,
makanan dan perumahan, tetapi mempunyai perhatian lebih luas lagi.
 Masyarakat Kota (urban),yaitu:
1. Kehidupan keagamaan berkurang dibandingkan dengan
kehidupan agamadi Desa. Ini disebabkan cara berfikir yang
rasional, yang didasarkan padaperhitungan eksak yang
berhubungan dengan realita masyarakat. Cara kehidupan
demikian mempunyai kecenderungan kearah
keduniawian(sekuler tren), dibandingkan dengan kehidupan
warga desa yangcenderung kearah agama (Relegius trend).
2. Orang kota biasanya mengurus dirinya sendiri tanpa harus
bergantung padaorang lain.
3. Pembagian kerja diantara warga kota juga lebih tegas dan
punya batas-batasnyata.
4. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan,
juga lebihbanyak diperoleh warga kota dari pada desa, karena
pembagian kerja yangtegas tersebut diatas.
5. Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut
masyarakat,perkotaan,menyebabkan interaksi-interaksi yang
terjadi lebih didasarkan pada faktorkepentingan daripada
faktor pribadi.
6. Jalan kehidupan yang cepat dikota, mengakibatkan pentingnya
faktorwaktu, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat
penting untuk dapatmengejar kebutuhan-kebutuhan individu.
7. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata dikota-kota,
karena kotabiasanya terbuka dalam menerima pengaruh
luar.Masyarakat dalam hal ini, dipandang sebagai satu
komunitas yangtidak dapat terlepas dari bagian lainnya yang
saling tergantung satu sama lain.Dan karakter masing-masing
kelompok saling mempengaruhi dalam prosesinteraksinya.
 Ciri Masyarakat Desa

Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup


bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian
mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik
dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa.
Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan
perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian
karakteristik tersebut sudah “tidak berlaku”. Berikut ini
disampaikan sejumlah karakteristik masyarakat desa, yang terkait
dengan etika dan budaya mereka, yang bersifat umum yang
selama ini masih sering ditemui. Setidaknya, ini menjadi salah
satu wacana bagi kita yang akan bersama-sama hidup di
lingkungan pedesaan.

a. Sederhana
Sebagian besar masyarakat desa hidup dalam
kesederhanaan. Kesederhanaan ini terjadi karena dua hal:
- Secara ekonomi memang tidak mampu\
- Secara budaya memang tidak senang menyombongkan
diri.
- Mudah curiga
b. Secara umum, masyarakat desa akan menaruh curiga pada:
- Hal-hal baru di luar dirinya yang belum dipahaminya
- Seseorang/sekelompok yang bagi komunitas mereka
dianggap “asing”
- Menjunjung tinggi “unggah-ungguh”
c. Sebagai “orang Timur”, orang desa sangat menjunjung
tinggi kesopanan atau “unggah-ungguh” apabila:
- Bertemu dengan tetangga
- Berhadapan dengan pejabat
- Berhadapan dengan orang yang lebih tua/dituakan
- Berhadapan dengan orang yang lebih mampu secara
ekonom
- Berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat
pendidikannya
d. Guyub, kekeluargaan

Sudah menjadi karakteristik khas bagi masyarakat desa bahwa


suasana kekeluargaan dan persaudaraan telah “mendarah-
daging” dalam hati sanubari mereka.

e. Lugas
“Berbicara apa adanya”, itulah ciri khas lain yang dimiliki
masyarakat desa. Mereka tidak peduli apakah ucapannya
menyakitkan atau tidak bagi orang lain karena memang mereka
tidak berencana untuk menyakiti orang lain. Kejujuran, itulah
yang mereka miliki.

f. Tertutup dalam hal keuangan

Biasanya masyarakat desa akan menutup diri manakala ada


orang yang bertanya tentang sisi kemampuan ekonomi
keluarga. Apalagi jika orang tersebut belum begitu dikenalnya.
Katakanlah, mahasiswa yang sedang melakukan tugas
penelitian survei pasti akan sulit mendapatkan informasi
tentang jumlah pendapatan dan pengeluaran mereka.

g. Perasaan “minder” terhadap orang kota

Satu fenomena yang ditampakkan oleh masayarakat desa, baik


secara langsung ataupun tidak langsung ketika bertemu/bergaul
dengan orang kota adalah perasaan mindernya yang cukup
besar. Biasanya mereka cenderung untuk diam/tidak banyak
omong.

h. Menghargai (“ngajeni”) orang lain

Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan


orang lain yang pernah diterimanya sebagai “patokan” untuk
membalas budi sebesar-besarnya. Balas budi ini tidak selalu
dalam wujud material tetapi juga dalam bentuk penghargaan
sosial atau dalam bahasa Jawa biasa disebut dengan “ngajeni”.
i. Jika diberi janji, akan selalu diingat

Bagi masyarakat desa, janji yang pernah diucapkan


seseorang/komunitas tertentu akan sangat diingat oleh mereka
terlebih berkaitan dengan kebutuhan mereka. Hal ini didasari
oleh pengalaman/trauma yang selama ini sering mereka alami,
khususnya terhadap janji-janji terkait dengan program
pembangunan di daerahnya.

Sebaliknya bila janji itu tidak ditepati, bagi mereka akan


menjadi “luka dalam” yang begitu membekas di hati dan sulit
menghapuskannya. Contoh kecil: mahasiswa menjanjikan
pertemuan di Balai Desa jam 19.00. Dengan tepat waktu,
mereka telah standby namun mahasiswa baru datang jam
20.00. Mereka akan sangat kecewa dan selalu mengingat
pengalaman itu.

j. Suka gotong-royong

Salah satu ciri khas masyarakat desa yang dimiliki dihampir


seluruh kawasan Indonesia adalah gotong-royong atau kalau
dalam masyarakat Jawa lebih dikenal dengan istilah
“sambatan”. Uniknya, tanpa harus dimintai pertolongan, serta
merta mereka akan “nyengkuyung” atau bahu-membahu
meringankan beban tetangganya yang sedang punya “gawe”
atau hajatan. Mereka tidak memperhitungkan kerugian materiil
yang dikeluarkan untuk membantu orang lain. Prinsip mereka:
“rugi sathak, bathi sanak”. Yang kurang lebih artinya: lebih
baik kehilangan materi tetapi mendapat keuntungan bertambah
saudara.
k. Demokratis

Sejalan dengan adanya perubahan struktur organisasi di desa,


pengambilan keputusan terhadap suatu kegiatan pembangunan
selalu dilakukan melalui mekanisme musyawarah untuk
mufakat. Dalam hal ini peran BPD (Badan Perwakilan Desa)
sangat penting dalam mengakomodasi pendapat/input dari
warga.

l. Religius

Masyarakat pedesaan dikenal sangat religius. Artinya, dalam


keseharian mereka taat menjalankan ibadah agamanya. Secara
kolektif, mereka juga mengaktualisasi diri ke dalam kegiatan
budaya yang bernuansa keagamaan. Misalnya: tahlilan,
rajaban, Jumat Kliwonan, dll.

 Perbedaan Kelompok Urban dan Rural


 Masyarakat Kota:

1). Perilaku heterogen

2). Perilaku yang dilandasi oleh konsep pengandalan diri dan


kelembagaan

3). Perilaku yang berorientasi pada rasionalitas dan fungsi

4). Mobilitassosial,sehingga dinamik

5). Kebauran dan diversifikasi cultural

6). Birokrasi fungsional dan nilai-nilaisekular

7). Individualisme

8). Kehidupan keagamaannya berkurang,


9). Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri
tanpa harus berdantung pada orang lain (Individualisme).

10). Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih


tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.

11). Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan


pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota.

12). Jalan kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatkan


pentingnya faktor waktu bagi warga kota, sehingga pembagian
waktu yang teliti sangat penting, intuk dapat mengejar
kebutuhan-kebutuhan seorang individu.

13). Perubahan-perubahan tampak nyata dikota-kota, sebab


kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-
pengaruh dari luar.

 Masyarakat Pedesaan

1). Perilaku homogeny

2). Perilaku yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan


kebersamaan

3). Perilaku yang berorientasi pada tradisi dan status .

4). Isolasi sosial, sehingga static

5). Kesatuan dan keutuhan cultural

6). Banyak ritual dan nilai-nilai sacral

7). Kolektivisme

8). Sederhana
9). Mudah curiga

10). Menjunjung tinggi “unggah-ungguh” atau kesopanan

11). Lugas

12). Tertutup dalam hal keuangan

13). Perasaan “minder” terhadap orang kota

14). Menghargai (“ngajeni”) orang lain

15). Jika diberi janji, akan selalu diingat

16). Suka gotong-royong

17). Demokratis

18). Religius

Pengertian Migrasi

Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain,


baik antar negara ataupun dalam satu wilayah negara.

Keadaan penduduk disuatu wilayah dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri


tertentu, seperti:

1. Biologis, meliputi umur dan jenis kelamin.

2. Sosial, meliputi tingkat pendidikan, status perkawinan.

3. Ekonomi, meliputi lapangan kerja, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan.

4. Geografis, meliputi daerah tempat tinggal.

“Bermigrasi” berarti “pindah dari satu tempat ke tempat lain.” Pergerakan


orang-orang ini dapat terjadi di dalam sebuah Negara, ini yang disebut sebagai
“migrasi internal”. Migrasi juga dapat terjadi ketika orang-orang pindah dari
negara asalnya ke negara lain – ini disebut sebagai “migrasi eksternal” atau
“emigrasi”.

Orang-orang bermigrasi untuk beragam alasan. Sebagian orang


bermigrasi untuk perkembangan pribadi dan/atau profesional, dan ingin
bepergian dan melihat dunia.

Sebagian orang bermigrasi karena kejadian-kejadian yang terjadi


disekeliling mereka yang berada diluar kendali mereka, contohnya pengungsi
kerusuhan sipil, bencana alam seperti kelaparan, kekeringan, gempa bumi,
banjir.

Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk upaya pelayanan di


bidang / sektor kesehatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan kesehatan
masyarakat dalam lingkungan tertentu dengan memperhatikan faktor-faktor
yang mempengaruhi kesehatan, seperti :

1. Lingkungan, yaitu lingkungan sosial budaya, fisik dan biologi dimana


masyaraka berkembang.

2. Perilaku, yaitu perilaku dari tiap individu, keluarga maupun masyarakat


pada suatu daerah tertentu.

3. Pelayanan kesehatan, pelayanan keperawatan komunitas bagian integral


dari upaya pelayan kesehatan yang beorientasi pada pelayanan masyarakat
disuatu daerah.

4. Keturunan, yaitu sifat genetika yang ada dan diturunkan kepada keluarga
dan masyarakat di daerah tertentu.
Sasaran keperawatan komunitas adalah individu, keluarga dan
masyarakat sebagai suatu kesatuan sistem.

Pengaruh Migrasi Terhadap Perkembangan Keperawatan Komunitas

Proses migrasi berlangsung cepat dibandingkan dengan proses-proses


demografi lainnya. Segingga mempunyai pengaruh yang besar terhadap gejala
kependudukan. Akibatnya terjadi perubahan komposisi penduduk di daerah itu.
Selain itu dengan bercampurnya penduduk migran dan penduduk asli akan
mengakibatkan terjadinya pergeseran kebudayaan dan norma-norma sosial pada
masyarakat itu. Dengan terjadinya pergeseran tersebut maka keperawatan
komunitas juga akan menjadi berkembang sesuai dengan sosial-budaya pada
masyarakat tersebut. Contoh sederhana budaya penduduk asli menganggap
penyakit malaria adalah kena wisa (bisa) maka dengan adanya migran yang
lebih berpendidikan anggapan tersebut berangsur-angsur akan berubah sesuai
dengan pengetahuan yang berkembang. Keperawatan komunitaspun akan
bergeser pula, dulunya pendekatan utama pada kuratif setelah perbauran
tersebut maka pendekatan promotif dan preventif lebih diutamakan tanpa
mengabaikan pendekatan kuratif.

Migrasi umumnya bersifat selektif, artinya bahwa yang pindah atau


menempati tempat tinggal baru atau meninggalkan tempat asalnya mempunyai
karakteristik kependudukan yang khas mengenai umur, pendidikan, status sosil,
kebudayaan dan sebagainya. Pada transmigrasi yang berangkat yang kuat-kuat
dan tergolog usia produktif, sedangkan yang lanjut usia tidak diperkenankan
ikut, maka komposisi penduduk pada daerah yang ditinggalkan prosentasi
penduduk usia lanjutnya meningkat. Di daerah ini perkembangan keperawatan
komunitas akan lebih diutamakan pada pelayanan keperawatan usia lanjut
dengan bentuk partisipasi masyarakat pada kegiatan Posyandu Usila.

Migrasi dari desa ke kota pada umumnya lebih banyak laki-laki dari
pada wanita, akibatnya rasio sek dipedesaan berkurang dan dikota bertambah.
Banyak penduduk usia muda dari daerah luar pulau Jawa bersekolah ke Pulau
jawa. Akan tetapi setelah tamat tidak mau kembali ke daerah asal, sehingga
komposisi penduduk yang berpendidikan tinggi di pulau Jawa meningkat
dengan menyolok, sedangkan di luar pulau Jawa tidak terlalu menyolok. Di
daerah dengan komposisi penduduk berpendidikan tinggi ini akan lebih baik
keperawatan komunitasnya berorientasi pada peran serta dengan kegiatan
pembentukan kader-kader kesehatan.

Di daerah yang komposisi penduduknya mayoritas tenaga kerja, maka


keperawatan komunitas yang dilakukan adalah kesehatan di area kerja dalam
bentuk kegiatan keselamatan kerja.

Ada juga yang bermigrasi karena menginginkan standar kehidupan


yang lebih baik untuk diri mereka sendiri dan keluarga mereka, termasuk
pekerjaan yang memberikan penghasilan yang lebih besar, pekerjaan yang
layak, keamanan manusia, dan perlindungan hak-hak dan kebebasan-kebebasan
dasar.

“Migrasi perburuhan” adalah istilah yang digunakan untuk


mendeskripsikan pergerakan / migrasi yang dilakukan oleh orang-orang, dari
sebuah tempat ke tempat lain, dengan tujuan bekerja atau menemukan
pekerjaan. Ketika mereka melakukan hal tersebut, umumnya mereka
diklasifikasikan sebagai “pekerja migran”. Migrasi perburuhan mencakup
berbagai jenis pekerja migran, mulai dari pekerja kontrak yang kurang terampil
sampai migran yang semi-terampil dan migran yang sangat terampil.

Dalam konteks migrasi perburuhan, umumnya negara-negara tempat migran-


migran tersebut berasal disebut sebagai “negara pengirim” dan negara-negara
yang mereka tuju disebut sebagai “negara tujuan” atau “negara tuan rumah”.

Pekerja migran bukan produk dari abad ke-dua puluh. Perempuan dan
laki-laki telah meninggalkan tanah air mereka untuk mencari kerja di tempat
lain sejak konsep bayaran sebagai ganti atas pekerjaan diperkenalkan. Sekarang
ini, perbedaannya adalah bahwa terdapat lebih banyak pekerja migran
dibandingkan dengan periode yang mana pun sepanjang sejarah manusia. Tidak
ada benua, atau kawasan di dunia ini, yang tidak memiliki kontingen pekerja
migran.

Asuhan Keperawatan Rural, Urban Dalam Konteks Keperawatan


Komunitas
di rw 003 keluarahan balonggandu dilakukan pengkajian sejumlah warga, didapatkan
pasien rata-rata dikeluarahan balonggandu menderita penyakit diabetes militus,
masalah yang sering terjadi pada masyarakat urban yaitu pola makan dan pola hidup
yang tidak sehat, dari masalah tersebut banyak dialami kalangan rentan atau tua,
setelah dilakukan pengkajian masalah tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang bahaya penyakit diabetes militus, serta disebabkan oleh faktor
genetik dan kurang edukasi dari orang sekitar.

Pengkajian

Data lingkungan fisik :

Sebagian besar status kepemilikan rumag dikelurahan balonggandu milik sendiri.


Biasanya warga kelurahan balonggandu menerapkan pola makan dan pola hidrp
kurang sehat sehingga rentan terkena penyakit diabetes militus.

Pelayanan kesehatan dan sosial :

Dikelurahan balonggandu terdapat pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan klinik


swasta.

Ekonomi :

Kebanyakan warga kelurahan balonggandu berekonomi menengah, sehingga ada


kendala untuk memenuhi kebutuhan kehidupan yang sehat.

Keamanan dan transfortasi :

Kebanyakan warga balonggandu tidak bisa menanfaatkan fasilitas umum dengan


baik, dan kebanyakan mengerndarai kendaraan sendiri.

Pendidikan :
Para warga kelurahan balonggandu mendaptkan ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan kesehatannya juga setra warga mempunyai rasa ingin hidup dengan pola
hidup sehat.

Masalah kesehatan :

Fisik : warga tidak sering melakukan kegiatan olahraga dan kebanyakan warga lebih
memilih beridiam diri dirumah masing-masing

Biologi : kebanyakan warga sering meneraopkan pola makan yang tidak sehat dan
lebih ering mengkomsumi gula berlebih.

Psikologis :

Kebanyakan warga merasa tidak tahu tentang penerapan pola hidup yang sehat dan
pola mkan yang sehat.

Diagnosis keperawatan

1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko


2. Resiko terjadinya diabetes dibuktikan dengan dengan pola hidup yang tidak
sehat
3. Ketidakefektifan kesehatan komunitas

Intervensi keperawatan :

1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko


Pencegahan primer :
a. Memberikan informasi dan promosi kesehatan tentang bahaya penyakit
diabetes militus

Pencegahan sekunder :

a. Menganjurkan para warga kelurahan balonggandu untuk hidup sehat,


dengan mengurangi mengkomsumsi gula berlebih.
b. Menganjurkan warga untuk mengkomsumsi makanan yang bergizi

Pencegahan tersier :

a. Menganjurkan kepada para warga untuk lebih memperhatikan pla makan


dan pola hifupnya
b. Membantu para remaja untukk melakukan kegiatan yang lebih sehat.
2. Resiko terjadinya diabetes dibuktikan dengan pola hidup yang tidak sehat
Pencegahan primer :
a. Melakukan penyuluhan tentang pola hidup sehat melalui program
penurunan BB,latihan jasmani
b. Melakukan pendekatan yang beresiko tinggi di kelurahan balonggandu

Pencegahan sekunder :

a. Melakukan deteksi dini adanya penyulit dan program penyuluhan yang


memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan dalam menjalani
pengobatan sehingga mencapai target yang diharapkan.
b. Melakukan tes skiring di warga balonggandu bertujuan untuk mendeteksi
penyakit diabetes sedini mungkin

Pencegahan tersier :

a. Melalukan upaya rehabilitasi kepada penduduk balonggandu yang sudah


mengalami diabetes sedini mungkin sebelum timbul kecacatan menetap.
b. Menganjurkan warga balonggandu untuk berolahraga , mengatur pola
makan.
3. Ketidakefektifan kesehatan komunitas
Pencegahan primer :
a. Memberikan informasi tentang resiko kesehatan
b. Melakukan penyuluhan pada warga balonggandu untuk pencegahan
penyakit
c. Memberikan edukasi untuk menjaga perilaku kesehatan

Pencegahan sekunder :

a. Memantau tanda dan gejala penyakit diabetes


b. Melakukan pencegahan kebiasaan yang dapat meningkatkan kekambuhan
penyakit
c. Memotivasi warga balonggandu yang rentan terhadap perlunya perubahan
perilaku
d. Melakukan diit DM
e. Melakukan check rutin di fasilitas puskesmas desa

Pencegahan tersier :

a. Mendorong warga yang memiliki riwayat penyakit untuk patuh mengikuti


program yang sudah diberikan.
BAB III

PENUTUPAN

KESIMPULAN

 Komunitas desa adalah, sekumpulan orang yang tinggal jauh dari daerah
perkotaaan yang jumlah penduduknya kurang dari 2500 jiwa dan sebagian
besar bermatapencaharian bertani karena masih sangat bergantung pada alam.
 Masyarakat perkotaan sering juga disebut urban community. Pengertian
masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat-sifat kehidupan serta ciri-ciri
kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Masyarakat kota
memiliki tatanan yang heterogen sehingga kelompoknya lebih dinamis.
Masyarakat kota mempunyai daya tarik bagi masyarakat desa untuk
melakukan urbanisasi.
 Urban culture, secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu sistem dari
nilai, norma, dan hubungan sosial yang melibatkan aspek historis serta
pembentukan organisasi dan transformasi tertentu.

 Jenis pekerjaan dipedesaan sangat bergantung pada alam, karena sebagian


besar penduduknya melakukan aktifitas pertanian seperti berkebun dan
menanam tanaman pangan untuk mereka sendiri dan orang lain. beberapa dari
mereka selain bertani ada juga yang berternak hewan seperti ayam, kambing
dan sapi. Dan ada pula beberapa yang melakukan aktifitas pertambangan.
 Terdapat perbedaan antara komunitas urban dan rural.
Migrasi akan menyebabkan terjadinya perubahan komposisi penduduk
baik secara biologis, sosial, ekonomi. Perubahan tersebut terjadi pada daerah
asal dan tujuan. Perubahan yang terjadi sangat mempengaruhi terhadap
perkembangan keperawatan komunitas. Di mana perubahan tersebut terjadi
tidak lain adalah adaptasi / penyesuaian situasi yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

https://dapatkanyangandacari.blogspot.com/2011/12/komunitas-urban-dan-
komunitas-rural.html?m+1=

http://keperawatankomunitas.blogspot.com/2009/08/pengaruh-migrasi-terhadap-
perkembangan.html?m=1

https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-
jakarta/documents/publication/wcms_117195.pdf

Anda mungkin juga menyukai