Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ayu Safira Utami

Nim : 0503182136
Prodi : Perbankan Syariah 4H
Matkul : Lembaga Keuangan Bukan Bank
Jawaban Soal UAS
1. Lembaga Pembiayaan Syariah
a) Pengertian Lembaga Pembiayaan Syariah
Pembiayaan Syariah adalah penyedia uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan
bagi hasil..
b) Pendanaan dan Pernyertaan dalam Lembaga Keuangan Syariah
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang/tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan pesetujuan/kesepakatan antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak yang dibiayai dengan imbalan atau bagi hasil. Pembiayaan yang
dipersamakan dengan kredit berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian imbalan atau bagi
hasil. Pembiayaan dalam perbankan syariah atau istilah teknisnya aktiva produktif, menurut
ketentuan Bank Indonesia adalah penanaman dana bank syariah baik dalam rupiah maupun
valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah, penempatan,
penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontinjensi pada rekening
administratif serta Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). Kegiatan pembiayaan syariah
melibatkan tiga subjek yaitu pihak pemberi pendanaan, perusahaan pembiayaan syariah, dan
terakhir konsumen. Pihak pemberi pendanaan merupakan sumber pendanaan bagi
perusahaan pembiayaan syariah, di mana nantinya perusahaan pembiayaan syariah
memberikan pembiayaan syariah kepada konsumen dengan beberapa jenis pembiayaan
seperti pembiayaan jual beli, investasi, dan jasa.
c) Strategi Pengembangan Perusahaan Pembiayaan Syariah
1. Pemasaran
Pemasaran antara lain membangun kerja sama dengan dealer, sinergi bisnis dengan
grup atau induk perusahaan, untuk membangun captive market.
2. Produk
Produk antara lain menciptakan produk yang sederhana dimata konsumen dan dari
mitigasi resiko masih tetap aman
3. Keuangan
Keuangan antara lain bila tidak memungkinkan funding mayoritas dari bank, ada
keterbatasan untuk menambah jumlah funding yang diperoleh. Oleh karena itu, perlu
dipertimbangkan untuk memperoleh pendanaan dari berbagai sumber.
4. Permodalan
Permodalan antara lain secara bertahap perusahaan perlu melakukan pemupukan
modal atau berusaha mendapatkan penambahan modal disetor dari para pemegang
saham
5. Sumber Daya Insani
Sumber daya insani antara lain diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas
agar dapat melakuka marketing, menganalisis resiko, dan melakukan perjanjian jika
terjadi resiko gagal bayar dari konsumen.

2. Pegadaian Syariah
a) Pengertian Pegadaian Syariah Dan Status Hukumnya
Pegadaian Syariah adalah suatu lembaga keuangan non-bank yang dimiliki oleh
pemerintah yang mempunyai hak memberikan hak suatu pembiayaan kepada masyarakat
berdasarkan hukum gadai yang terdapat didalam syariat Islam dan peraturan undang-
undang yang berkaitan dengan pegadaian syariah.
Hukum Gadai berdasarkan syariat Islam dan peraturan undang-undang yang sesuai
dengan pegadaian syariah. Landasan hukumnya yaitu :
1. Al-Qur’an

“ Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya” . (QS. Al-
muddasir : 38)

2. Al-Hadits
Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berkata :
“Barang yang digadaikan itu tidak boleh ditutup dari pemilik yang
menggadaikannya. Baginya adalah keuntungan, dan tanggung jawabnya adalah jika
ada kerugian (biaya)”. ( HR. Syafi’I dan Daruqutni)
b) Ketentuan yang berlaku dalam hukum Gadai Syariah berdasarkan POJK dan Fatwa
DSN-MUI
Dalam kegiatan operasionalnya pegadaian syariah nenggunakan beberapa peraturan
yang mendukung usaha pergadaian tersebut diantara regulasi tersebut yaitu Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31/POJK/2016 tentang usaha pergadaian.
Berdasarkan Menurut fatwa DSN –MUI No. 25/DSN –MUI / III/ 2002 gadai syariah
harus memenuhi ketentuan umum berikut :
1. Murtahin mempunyai hak untuk menahan barang sampai semua utang terlunasi.
2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahn.
3. Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban rahn,
namun dapat dilakukan juga oleh murtahin.
4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan
berdasarkan jumlah pinjaman.
5. Penjualan marhun yaitu : apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahn
untuk segera melunasi utangnya. Apabila rahn tetap tidak melunasi utangnya, serta
hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi utang.
Menurut fatwa DSN- MUI No,. 26 / DSN-MUI /III / 2002 gadai mas syariah harus
memenuhi ketentuan umum berikut :
1. Rahn emas dibolehkan berdasrkan prinsip rahn .
2. Ongkos dan biaya penyimpanan barang ditangung oleh penggadai ( rahn ).
3. Ongkos penyimpanan besarnya didasarkan pada pengeluaran yang nyata diperlukan.
4. Biaya penyimpanan barang dilakukan berdasarkan akad ijarah.
c) Perbedaan mendasar Penggadaian Syariah dengan Pegadaian Konvensional
• Pegadaian Syariah
1. Biaya administrasi menurut ketetapan berdasarkan golongan barang.
2. 1 hari dihitung 5 hari.
3. Jasa simpanan berdasarkan taksiran.
4. Apabila pinjaman tidak dilunasi, barang jaminan akan dijual kepada masyarakat.
5. Uang pinjaman (UP) gol A 90 % dari taksiran.
Uang pinjaman (UP) gol BCD 90 % dari taksiran.
6. Penggolongan nasabah D-K-M-I-L.
7. Jasa simpanan dihitung dengan konstanta x taksiran.
8. Maksimal jangka waktu 3 bulan.
9. Uang kelebihan (UK) = hasil penjualan – (uang pinjaman + jasa penitipan + biaya
penjualan)
10. Bila dalam satu tahun uang kelebihan tidak diambil diserahkan kepada Lembaga ZIS.
• Pegadaian Konvensional
1. Biaya administrasi menurut prosentase berdasarkan golongan barang.
2. 1 hari dihitung 15 hari.
3. Sewa modal berdasarkan uang pinjaman.
4. Apabila pinjaman tidak dilunasi, barang jaminan dilelang kepada masyarakat.
5. Uang pinjaman (UP) gol A 92 % dari taksiran.
Uang pinjaman (UP) gol BCD 88%- 86 %
6. Penggolongan nasabah P-N-I-D-L.
7. Sewa modal dihitung dengan prosentase x uang pinjaman.
8. Maksimal jangka waktu 4 bulan.
9. Uang kelebihan (UK) = hasil lelang – (uang pinjaman + sewa modal + biaya lelang)
10. Bila dalam satu tahun uang kelebihan tidak diambil maka uang kelebihan tersebut
menjadi milik pegadaian.

3. Lembaga Pengelolaan Zakat, Infak, dan Sedekah


a) Pengertian Pasar Modal Syariah
Pasar modal syariah dapat diartikan sebagai kegiatan dalam pasar modal sebagaimana
yang diatur dalam UUPM yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
b) Nisab harta perdagangan atau perniagaan dan cara menghitungnya
Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) menyebutkan bahwa zakat yang
diperdagangkan ini dikenakan dengan cara dihitung dari aset lancar usaha dikurangi utang
jangka pendek, dengan ketentuan utang tersebut jatuh temponya hanya setahun. Andai
selisihnya memenuhi syarat nisab, maka sudah wajib dikeluarkan zakat. Nisab zakat
perdagangan ini sebesar 85 gram emas. Dengan asumsi harga emas adalah Rp 903.000,
maka jumlah nisab untuk zakat perdagangan yakni jika mencapai senilai Rp 76.755.000.
Berikutnya, nilai tersebut dikalikan 2,5 persen sesuai dengan tarif zakat.
c) Harta warisan yang dikategorikan sebagai harta yang harus dikeluarkan zakatnya dan
jumlah kadar zakatnya
Menurut ulama fiqih, harta warisan tidak termasuk obyek zakat. Hal itu disebabkan
dalam hadis-hadis Rasulullah ataupun keterangan para sahabat tidak ditemukan dalil-
dalil kewajiban zakat pada harta warisan. Untuk itu, tidak ada yang disebut dengan zakat
warisan. Akan tetapi, setelah dimiliki penuh oleh ahli waris, harta tersebut bisa dikenai
zakat apabila telah memnuhi ketentuan zakat mal, seperti nisab (batas minimal harta) dan
haul (waktu kepemilikan). Jenis zakat yang dikeluarkan pun bukan zakat warisan,
melainkan zakat mal seperti emas, tabungan, dll.

4. Lembaga Pengelolaan Wakaf


a) Pengertian lembaga pengelolaan wakaf
Lembaga pengelolaan wakaf adalah lembaga negara independen yang dibentuk
berdasarkan UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Badan ini dibentuk dalam rangka
mengembangkan dan memajukan perwakafan di Indonesia.
b) Tanah yang bisa diwakafkan untuk keperluan tertentu yang dialih fungsikan untuk
keperluan lain
Setiap mazdhab memperbolehkan adanya alih fungsi tanah wakaf untuk kepentingan
umum dengan syarat masing-masing:
1. Tanah wakaf harus diganti tanah wakaf yang baru dengan fungsi yang sama, begitu
juga bangunan yang berdiri di atasnya.
2. Hukum yang mengikat aset wakaf pertama secara otomatis berpindah kepada aset
wakaf penggantian.
3. Jika sengketa tidak dapat diselesaikan juga, maka diserahkan kepada Qodhi (Hakim)
dan akibat hukumnya mengikuti keputusan Hakim.
4. Secara hukum Islam tidak disyaratkan adanya dokumen-dokumen yang mengikat
harta wakaf. Jadi, seluruh hal di atas berdasarkan akad/shighoh wakaf dan mengikat
hukumnya setelah akad dilakukan.
c) Strategi dalam pengembangan pengelolaan wakaf yang bermanfaat
1. Melakukan pembinaan terhadap nazhir dalam mengelola dan mengembangkan harta
benda wakaf.
2. Melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala nasional dan
internasional.
3. Memperkuat ekosistem wakaf.
4. Investasi dan Pengembangan Harta Wakaf

5. Kritik dan saran terhadap pengelolaan zakat, infaq dan sadaqah serta pengelolaan wakaf
di Indonesia
Zakat merupakan salah satu kewajiban bagi umat muslim di negara islam terutama
Indonesia. Sedekah, infaq, dan wakaf merupakan hal yang tidak wajib, namun sebaiknya
harus tetap dilakukan. Indonesia harus lebih baik kedepannya agar ZISWAF di Indonesia
berjalan mulus. Dikarenakan ZISWAF di Indonesia tidak berjalan dengan baik. Salah satu
langkah strategis untuk meningkatkan kesejahteraan umum di Indonesia, perlu
meningkatkan peran wakaf sebagai pranata keagamaan yang tidak hanya bertujuan
menyediakan berbagai sarana ibadah dan sosial, tetapi juga memiliki kekuatan ekonomi
yang pemanfaatannya sesuai dengan prinsip syariah. Hal ini merupakan bentuk
keseriusan pemerintah dalam mengelola bidang wakaf. Islam sebagai ajaran yang lengkap,
mempunyai konsep ekonomi untuk mensejahterakan umat. Salah satu sistem ekonomi
Islam yang mempunyai peranan penting bagi pengembangan kesejahteraan masyarakat
adalah wakaf. Kekhasan wakaf juga sangat terlihat dibandingkan dengan instrumen zakat
yang ditujukan untuk menjamin keberlangsungan pemenuhan kebutuhan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat mustahiq. Wakaf merupakan salah satu dari instrumen ekonomi
Islam. Wakaf mempunyai ciri khas tersendiri dam berpotensi untuk berkembang tanpa
mengurangi pokok harta yang diwakafkan. Harta benda yang telah diwakafkan tidak akan
habis atau hilang begitu saja. Ciri khas yang dimiliki oleh wakaf berpeluang untuk
memanfaatkannya sebesar-besarnya untuk kesejahteraan umat muslim pada khususnya
dan umat manusia pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai