Anda di halaman 1dari 29

TUGAS

CATATAN TEORI BILANGAN

Oleh:
Adriana Eltresno
4518103015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BOSOWA

2020
TEORI BILANGAN
A. STRATEGI PEMBUKTIAN
Teknik pembuktian ada 3 yakni:
1. Pembuktian Langsung
Misalkan P dan Q merupakan pernyataan-pernyataan. Pernyataan bahwa P apat
mengambil pernyataan P sebagai pernyataan yang diketahui dan pernyataan Q yang akan
dibuktikan.
Contoh:
Jika n suatu bilangan bulat genap maka n2 suatu bilangan bulat genap!
Bukti:
Bilangan bulat genap = 2,4,6,8,10,…
= 2k
k ={1,2,3…}

Maka n = 2k

n2 = (2k)2 = 4k2 → 4.1 = 4

→ 4.4 = 16

Jadi, misalkan n bulat genap, yaitu n = 2k, maka karena k bilngan bulat, maka n bilngan
bulat.

2. Pembuktian Tidak Langsung


a. Pembuktian dengan kontraposisi
Kontraposisi (kebalikan) misalkan saya dosen berarti kontraposisinya saya bukan
dosen. Dalam pembuktian P → Q kita akan membuktikan dengan kontraposisinya
yaitu: ~ Q → ~ P
Contoh:
Jika n suatu bilngan bulat dan n2 adalah ganjil, maka n adalah ganjil!
Pembuktian:
Bilangan bulat n = 1,2,3,4,5,6,…
n2 adalah ganjil maka kontaposisinya adalah n2 = genap
b. Pembuktian dengan kontadiksi (berlawanan arah)
Metode pembuktian ini menggunakan pernyataan bahwa jika c suatu kontadiksi,
maka pernyataan P ᴧ ~ Q ekuivalen dengan P → Q.
Ket:
ᴧ = dan
~ = kontaposisi
→= maka
Contoh:
Misalkan a > 0 merupakan bilangan real.
Jika a > 0, maka ⅟a > 0!
Pembuktian:
Dik:
=> a > 0 = 1,2,..
= > ⅟a > 0
Maka ⅟a < 0 maka ⅟a negative
Maka pernyataan tersebut kontradiksi dengan a > 0
3. Induksi Matematika
Induksi matematika merupakan metode yang digunakan untuk membangun kevalian
pertnyataan yang diberikan alam istilah-istilah bilngan asli. Prinsip induksi matematika
menyatakan bahwa:
Misalkan S ∈ N yang mempunyai sifat-sifat:
1) 1 ∈ S
2) K ∈N, maka K+1∈S
Ket:
∈ = elemen
S = semester

Contoh:

2+4+…+2n = n (1+N)!

Pembuktian

2/1 + 4/2 + …/3 + 2n = n (1+n)


Bukti:

u/ n = 1 → 2 = 1 (1+1) → 2 = 2 (terbukti)

u/ n = 2 → 2+4 = 2 (1+2) → 6 = 6 ( terbukti)

u/ n = 3 → 2+4+6 = 3 (1+3) → 12 = 12 (terbukti)

u/ n = 4 → 2+4+6+8 = 4 (1+4) → 20=20 (terbukti)

u/ n = 5 →2+4+6+8+10 = 5 (1+5) → 30 = 30 terbukti

maka, diasumsikan n = k

2+4+…+2k = k (1 + k)

Maka

n = k+1

2+4+…+2k+2 (k+1) = k(1+k) + 2 (k+1)

= k + k2+ 2k + 1

= k2 + 3 k + 1

Difaktorkan = (k+1) (k+2)

= (k+1) [(k+1) + 1)]

= n (n+1) → terbukti

KETERBAGIAN

Jika a dan b adalah bilangan bulat a ≠ 0, dikatakan a membagi ( habis) b jika terdapat
bilngan bulat c sedemikian hingga b = ac. Bilanagn a disebut pembagi atau factor dari b dan
dinotasikan a│b . Sebaliknya a tidak membagi habis b diberi notasi a⸡b .

Misalnya:

a│b = 27/3 = 9 => u/ a⸡b = 28/3 = 9(hasil bagi), sisa 1, yang dibagi 28, pembagi 3
maka b= a.c = 27 = 3.9

Sifat-sifat ketebagian:

1. a│a (sifat refleksif)→membagi habis dirinya sendiri


misalnya 1│1, 2│2, 3│3,…(biasa disebut identitas perkalian).
2. a│b an b│c maka a│c (sifat transitif)
contohnya: 2│4 dan 4│8 → 2│8
3. a│b maka a│mb, untuk setiap bilangan bulat m.
Contohnya: a│b = 2│8
a│mb = 2│3.8
4. a│b dan a│c maka a│b+c, a│b-c atau a│bc
Contohnya : a│b = 2│4
a│b = 2│8
a│b+c = 2│12
a│b-c = 2│-2
5. ab│c maka b│c dan a│c
Contohnya: ab│c = 6.4│2
b│c = 4│2
a│c = 6│2
6. a│b dan a│c maka a│(bx+by) untuk setiap bilangan bulat x dan y.
Contohnya: a│b = 2│4
a│c = 2│8
a│(bx+by) = 2│(4+8)
= 2│12

KETERBAGIAN OLEH 2n

Suatu bilangan habis dibagi oleh 2 n jika n digit terakhir bilangan tersebut habis dibagi
oleh 2n.

Ket:

2 n = 21 = 2 23 = 8 25 = 32 dstnya.
Sehingga bias ditarik suatu kesimpulan bahwa:

a. Suatu bilangan bulat habis dibagi 2 jika 2 digit terakhir itu habis dibagi 2.
b. Suatu bilnagn habis dibagi 4 jika 2 digit bilangan terakhir habis dibagi 4,
c. Suatu bilngan habis dibagi 8 jika 3 digit bilngan terakhir habis dibagi 8.
d. Suatu bilngan habis dibagi 6 jika jumlah semua digit bilngan habis dibagi 3 dan digit
satuannya genap.
e. Suatu bilangan habis dibagi 12 jika bilngan yang dibentuk dua digit terakhir habis dibagi
4 dan jumlah digitnya hais dibagi 3.

Contoh:

Tentukan apakah 456777788777332 habis dibagi oleh:

a) 2 b) 4 c) 8 d)6 e) 12

Penyelesaian:

a) 2
Bilangan 456777788777332 habis dibagi 2 → digit bilangan terakhirnya habis dibagi 2.
b) 4
Bilangan 456777788777332 habis dibagi 4→ 2 digit terakhirnya yaitu 32 habis dibagi 4.
c) 8
Bilangan 456777788777332 tiak habis dibagi 8 → 3 digit terakhirnya yaitu 332 tidak
habis dibagi 8.
d) 6
Bilangan 4+5+6+7+7+7+7+8+8+7+7+7+3+3+2 = 88
→ tidak habis dibagi 3
e) 12
Bilangan 456777788777332 dua digit terakhirnya habis dibagi 4 yakni 32 : 4 = 8 dan
jumlah digitnya tidak habis dibagi 3.
KETERBAGIAN OLEH 3,9, dan 11

Misalkan bilangan a:

1. Misalkan a habis dibagi 3 jika jumlah angka-angkanya habis dibagi 3.


2. Bilngan a habis dibagi 5 jika digit terkahirnya 5 atau 0.
3. Bilangan a habis dibagi 9 jika jumlah angkah-angkahnyanya habis dibagi 9.
4. Bilangan a habis dibagi 11 jika jumlah silang tanda ganjil angkah-angkahnya habis dibagi
11.
5. Bilangan a habis dibagi 25 jika 2 digit terakhirnya dibagi 25.

Contoh:

1) Tentukan apakah 9123333456789 habis dibagi:


a) 3 b) 9 c) 11
2) Bilangan 6 angka a1989b habis dibagi 72. Tentukan nilai a an b.

Penyelesaian:

1) a. 3
Jumlah bilangan 9+1+2+3+3+3+3+4+5+6+7+8+9 = 63, maka 63/3 = 21.Jadi jumlah
bilangannya habis dibagi 3.

b. 9

Jumlah bilangan 9+1+2+3+3+3+3+4+5+6+7+8+9 = 63, maka 63/9 = 7.Jadi jumlah


bilangannya habis dibagi 9.
c. 11
Jumlah bilangan 9+1-2+3-3+3-3+4-5+6-7+8-9 = 5, maka 5/11 tidak habis.
2) Bilangan 6 angka a1989b habis dibagi 72
Maka KPK 72 adalah 8 dan 9.
 Ciri bilangan yang habis dibagi 8 adalah tiga angka terakhir habis dibagi 8,maka:
89b habis dibagi 8,diganti b-nya menjadi bilangan 6
→ 896/8=112(habis dibagi 8)
 Ciri bilngan yang habis dibagi 9 adalah jumlah angkah-angkahnya habis dibagi
9,maka:
→(a+1+9+8+9+b)habus dibagi 9,ganti b menjadi 6
→ a+1+9+8+9+6
→a+33
Jadi nilai a yang memungkingkan adalah 3, karena 3+33=36(habis dibagi 9).

Jadi nilai a dan b paa bilngan 6 angka a1989b adalah a=3 dan b=6.

ALGORITMA PEMBAGIAN

Jika a,b ∈ B, dengan a > 0 maka

∃!q, r ∈ B ∋ b = qa + r, 0 ≤ r < a

Jika a⸡b, maka r memenuhi ketaksamaan 0 < r < a

Dalam situasi ini,

q dinamakan hasil bagi.

R dinamakan sisa ketika b dibagi a.

Misalnya 33/4= 8, maka:

→33=8.4+1

→r= 1

→q= 8

Bukti

(i) Adib : ∃ q ∈ B ∋ b = qa+r

Untuk a,b ∈ B dan a > 0 dapat dibentuk barisan aritmatika

b – na, n ∈ B
…, b – 5a, b-4a, b-3a, b-2a, b-a, b, b+a, …

Yang mempunyai bentuk umum suku adalah b-na.

Ambil himpunan S yang anggotanya adalah suku-suku yang tiak negative, yaitu:

S = {b-na│(b-na) ≥ 0, n ∈ B}

Menurut prinsip urutan, S mempunyai anggota terkecil yaitu r ∈ S.

Maka r dapat dinyatakan dalam bentuk

r = b-qa, q ∈ B ↔ b = qa + r

Jadi terbukti ∃ q ∈ B ∋ b = qa+r

(ii) Adib: 0 ≤ r < a

Andaikan 0 ≤ r < a tidak benar.

Karena r ∈ S ( r tiak negative), maka r ≥ a

r≥a↔r–a≥0

dipihak lain, r = b-qa

r-a = (b-qa) – a

= b- (q+1) a= b-na, untuk n = q+1

Karena r – a ≥ 0 dan r-a = b-na, r-a ∈ S, a>0

Maka r-a<r sehingga (r-a) merupakan anggota S yang lebih kecil dari r.

Hal ini kontraiksi dengan pengambilan r sebagai anggota terkecil S.

Jadi terbukti bahwa 0 ≤ r < a

(iii) Adib: q dan r tunggal

Andaikan q dan r tidak tunggal, yaitu q1, q2, r1, r2 ∈ B dan memenuhi:
b = q1a + r1, 0 ≤ r1 < a

b = q2a + r2, 0 ≤ r2 < a

Sehingga:

q1a + r1 = q2a + r2

(q1-q2)a + (r1- r2) = 0

(r1- r2) = (q1-q2) a

Yang berarti q│(r1- r2)

Dipihak lain 0 ≤ r1, < a dan 0 ≤ r2 < a.

Berakibat │ r1- r2│< a atau –a < r1- r2 < a.

Dengan demikian a │ r1- r2 berakibat r1- r2 = 0, sehingga r1= r2

Dari (r1- r2) = a (q1-q2) diperoleh a (q1-q2) = 0

Karena a>0 maka q1-q2 = 0 atau q1= q2

Jadi terbukti bahwa q dan r tunggal.

Dari (i), (ii), dan (iii) maka terbukti algoritma pembagian.

Contoh:

1. Tunjukkan bahwa 2│n ( n+1), ∀n ∈ B!

2. Tunjukkan bahwa 3 2n – 1 habis dibagi 8, ∀n ∈ B!

Penyelesaian:

1. 2│n ( n+1), ∀n ∈ B

Maka:

u/n = 1 → 2│1 (1+1) = 2│1 (2) => 2│2 (terbukti)


u/n = 2 → 2│2 (2+1) = 2│2 (3) => 2│6 (terbukti)

u/n = 3 → 2│3 (3+1) = 2│3 (4) => 2│12 (terbukti)

u/n = 4 → 2│4 (4+1) = 2│4 (5) => 2│20 (terbukti)

u/n = 5 → 2│5 (5+1) = 2│5 (6) => 2│30 (terbukti)

2. 3 2n – 1 habis dibagi 8, ∀n ∈ B

Maka u/n = 1 → 3 2(1) – 1 = 9-1 = 8 (terbukti )

u/ n = k → 3 2k – 1 = 8k

= 3 2k = 8k + 1

= 9k = 8k + 1 (terbukti)

u/n = k+1 → 3 2(k+1) - 1 = 3 (2k+2) - 1

= 3 2k . 32 -1

= 9k.9-1

= (8k +1) 9-1

= 72k + 9-1

= 72k+8 (terbukti)

BILANGAN BULAT

Bilangan bulat terdiri atas bilangan negative (Z -), bilangan nol (0) dan bilngan positif (Z+)
dilambangkan Z = n.

Sifat-sifat bilangan bulat:

1. Misalkan a dan b adalah dua buah bilngan bulat dengan syarat a ≠ 0. Kita menyatakan
bahwa a habis membagi b ( a divides b) jika terdapat bilngan bulat c sedemikian b = a.c
Ket: a│b => a membagi habis b, b = a.c
Misalnya 2│6
Maka b = a.c => 6= 2.3
2. Notasi a│b jika b = ac,c, Z dan a ≠ 0.
(Z = himpunan bil.bulat). kadang-kadang pernyataan “a habis membagi b” ditulis juga “ b
kelipatan a”.
Misalnya => 6 = 2.3 (6 kelipatan 2) berarti 2,4,6,8,10,..

Definisi urutan bilangan bulat untuk a – b ∈ Z, a < b berarti b-a>0 atau b-a bilngan bulat positif.
Jadi a – b } b – a > 0

a < b} b – a = positif

misalnya 2 < 3 → 3-2 = 1

sifat urutan dalam bilangan bulat:

a. Ketertutupan Z+ (bilangan bulat positif)


Ketertutupan pada bilangan bulat dicontohkan paa tambah Z+ + Z+ = Z+ dan kali Z+ x Z+ =
Z+.
b. Hukum Trichotomy ∀ a ∈ Z berlaku salah satu hubungan berikut:
 a>0
 a=0
 a<0
1. Well Oldery Property (sifat pengurutan wajar)
Setiap himpunan bilangan bulat positif (Z+) yang tidak kosong (Z+= ∅) mempunyai elemen
terkecil, yaitu ∀ b ⸦ Z+, ∃ a ∈ S ∋ a ≤ x, ∀ x S
Ket:
∅ = himpunan tidak kosong
b ⸦ Z+ = 1,2,3,…
∃ a ∈ S ∋ a ≤ x, ∀ x S
Contohnya :
S = {1, 2, 3, 4, 5}
a=2
 2 ∈ S ∋ 2 ≤ x, ∀ x S
Maka x = 2,1
2. Sifat Archimedes
Jika a dan b sembarang bilangan bulat positif maka = ∃n ∈ N ∋ ∀ a, b ∈ Z+ ∃n ∈ N ∋ na zb
Contohnya:
 2.3 < 4 = 6 < 4 (pernyataan salah)
4-2. 3 > 0 = -2 > 0
Maka
2.3 -4 > 0 => 2 > 0 (pernyataan benar)
3. Teorema Euclidean
Teorema 1 ( teorema eucliean). Misalkan m dan n adalah dua buah bilngan dengan syarat n >
0. Jika m dibagi dengan n maka terdapat dua buah bilngan bulat unik q (quotient) dan
r(remainder), sedemikian sehingga m = nq + r
Ket:
m dan n ∈ Z+ } m = nq + r
n > 0 positif } n│m = q+ r
contoh:
21/6 = 3
Maka 21 = 6 x 3
Atau m = n q+ r
21 = 6.3 + 3

PEMBAGI PERSEKUTUAN TERBESAR


(FPB)

Definisi:
Suatu bilangan bulat b dikatakan dapat dibagi oleh bilngan bulat a ≠ b jika ada suatu bilangan
bulat c sedemikian hibgga b = ac. Dinotasikan a│b. Notasi a < b diartikan b tidak dapat dibagi
oleh a. jika a│b dikatakan a pembagi dari b, atau a factor dari b atau b kelipatan a.
Teorema
Untuk bilangan bulat a, b, c berlaku:
1) a│0, 1│a, a│a
Contohnya:
 a│0 => 0/a = 0
 1│a => a/1 = a
 a│a => a/a = 1
2) a│1 jika dan hanya jika a = ± 1 ( 1 dan -1)
Bukti:
 1│1} habis
 1│-1} habis
3) Jika a│ b dan c│ d maka ac│ bd
Contoh:
 2│4 dan 3 9
 2.3│4.9
 6 │36 (habis)
4) Jika a│b dan b│c maka a c
Contoh:
 2│4 dan 4│8
 2│8 (habis
5) a │b dan b│ a jika dan hanya jika a = ± b (b dan –b)
Bukti:
 b│ b } habis
 b │-b} habis
6) Jika a│ b dan b ≠ 0 then │a│ ≤│ b│
a<b
7) Jika a│b dan a│ c maka a │(bx dan by) untuk sebarang x,y ∈ z
Maka
2 │4 } 2 │4.4 + 6.5
2 │6} 2 │16 + 30
 2 │46 (habis)
Bukti :
6) a│b => ∃ c ∈ z ∋ b = ac.
Karena b ≠ 0, maka b = ac
Diperoleh │b│ = │ac│ = │a │c│
Karena c ≠ 0, maka c ≥ 1, akibatnya │b│ = │a││ c│ ≥│ a│
7) a│b , a│c => ∃ r.s ∈ z ∋ b = ar dan c = as.
∀x,y ∈ z berlaku bx + cy = ar x +asy = a(rx+sy)
karena rx+sy ∈ z, berarti a│(bx+cy)
sifat (7) dapat diperluas menjadi :
jika a│bk untuk k = 1,2,..,n, maka a│(b1 x1 + b2 x2 + …+ bnxn) ∀ n1,n2,…,nk ∈ z.
Pembagi Persekutuan Terbesar
Jika a, b ∈ z sebarang, maka d ∈ z dikatakan pembagi persekutuan dari a dan b jika d│ a dan
d│b.
Contoh:
 1 pembagi setiap bilngan bulat , maka 1 pembagi persekutuan dari a dan b.
 Himpunan pembagi persekutuan positif tiak kosong.
 Setiap bilngan bulat membagi 0. Jika a = b = 0, maka setiap bilangan bulat aalah pembagi
persekutuan dari a dan b.
Diberikan a, b ∈ z, a dan b tidak keduanya 0. Pembagi persekutuan terbesar dari a dan b
adalah d ∈ N yang memenuhi:
1) d│ a dan d│b
Contohnya:
 8 dan 16
 2│ 8 dan 2│ 16
 2 = ppb (8,16)
2) Jika c│ a dan c│b maka c ≤ d.
Dinotasikan d = ppb (a,b)
Contoh:
 Pembagi positif dari -12 adalah 1,2,3,4,6,12.
 Pembagi positif dari 30 adalah 1,2,3,5,6,10,15,30.
 Pembagi persekutuan dari -12 an 30 adalah 1, 2,3,6,
Ppb (-12, 30) = 6
 Ppb (-5, 5) = 5
5 = 1,5
5 = 1, 5
 Ppb (8, 17) = 1
8 = 1, 2, 4, 8
17 = 1, 17
 Ppb (-8, -36) = 4
8 = 1, 2, 4, 8
36 = 1, 2, 3, 4, 6, 9, 12, 36

ALGORITMA PEMBAGIAN
Jika a dan b bilangan-bilangan bulat engan b > 0, maka ada dengan tunggal pasangan
bilangan-bilangan bulat q dan r yang memenuhi q = qb + r, dengan a ≤ r ≤ b. Selanjutnya FPB
dari a dan b dapat dicari dengan mengulang-ulang a logaritma pembagian ini.
Contoh:
1) Tentukan (4840,1512)
Jawab
4840 = 3 x 1512 + 304
1512 = 4 x 304 + 296
304 = 1 x 296 + 8
296 = 37 x 8 + 0
Jadi FPB dari (4840, 1512) = 8

BILANGAN PRIMA

Bilangan prima adalah bilangan bulat positif yang lebih besar lebih besar dari 1 dan tidak
mempunyai faktor bilangan bulat positif kecuali 1 dan bilangan bulat itu sendiri.

 2,3,4,5,6,7,8,9,10,..., (bilangan bulat positif lebih dari 1)


 2,3,5,7,11,13,17,19,...,
- 2 = 1,2
- 3 = 1,3
- 5 = 1,5
- 7 = 1,7
Bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1dan bukan bilangan prima disebut bilangan
komposit (tersusun). (4,6,8,9,10,...,).

LEMMA 1.1

Setiap bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1 dapat dibagi oleh suatu bilangan
prima.

Bukti :

Lemma dibuktikan dengan kontradiksi, diasumsikan bahwa ada bilangan bulat posotif
yang lebih besar dari 1 tetapi tidak punya pembagi berupa bilangan prima. Maka himpunan dari
bilangan-bilangan bulat yang lebih besar dari 1 dengan pembagi bukan bilangan prima tidak
kosong. Berdasarkan sifat wellordering himpunan tersebut mempunyai elemen tersebut disebut
n. Bilangan n bukan prima, sebab n|n dan n tidak mempunyai pembagi prima. Maka dapat ditulis
n = a.b dengan 1 < a > n. karena a < n,dan n terkecil tidak mempunyai pembagi prima, maka a
mempunyai pembagi prima disebut p. Sehingga a = k.p dengan k bingan bulat positif

Ket:

n = n|n  bukan bingan prima

n = a.b

l < a > n  a = p  p.k

l < b < n  b = p  p.p

TEORIMA EUCLIDES

Banyaknya bilangan prima tak hingga (2,3,5,7,11,13).

Bukti:

Mempertimbangkan bilangan bulat Qn = n!+1, n > 1 menurut lemma 1.1, menjelaskan


bahwa Qn mempunyai paling tidak 1 prima,disebut qn. Maka qn pasti lebih besar dari pada n.
Pada pembuktian teorema euclides tersebut yang menarik adalah pembentukan bilangan
bulat positif Qn sebagai hasil kali semua bingan prima ditambah 1.

Ket:

Qn = n!+1 n + > 1

Misalkan:

 Qn = 1! + 1 = 2
 Q2 = 2! + 1 = 2.1 = 1=3
 Q3 = 3! + 1 = 3.2.1 + 1 = 7
 Q4 = 4! + 1 = 5.3.2.1 + 1 = 31
 Q5 = 5! + 1 = 5.4.3.2.1 + 1 = 121

TEOREMA

Untuk setiap bingan komposit n,maka terdapat binlangan prima p sehingga p| n dan p ≤
√n. Jadi jika tidak ada bilangan prima p yang dapat membagi n dengan p ≤ √n, maka n adalah
bilangan prima.

Contoh :

a) 157 b) 579 c) 221 d) 237

Pembuktian :

a) 157 = n
√157 = 12,5299
p ≤ √157
p ≤ 12, 5299
11 (merupakan bilangan prima karena tidak ada bilangan prima yang habis membaginya)
b) n = 221
p ≤ √221
p ≤ 14,866
p ≤ 13 (ke bawah )
(merupakan bilangan komposit karena bisa dibagi bilangan prima (13)

c) n = 579
p ≤ √579
p ≤ 24,062
p ≤ 23 (ke bawah)
(merupakan bilangan koposit karena bisa dibagi bil.prima (3)
d) n = 237
p ≤ √237 = 11,704
p = 7 (ke bawah)
(merupakan bilangan komposit kerena bisa dibagi bilangan prima (3)

DUGAAN GOLDBACH’S BAHKAN SETIAP BILANGAN BULAT POSITIF YANG


LEBIH BESAR SAMA DENGAN 10, MAKA DUA DAPAT DITULIS SEBAGAI
JUMLAH DARI DUA
BILANGAN PRIMA

n adalah bilangan bulat positif, sehingga n dapat ditulis sebagai n = a+b atau n = c+d,
dengan a,b,c,d adalah bilangan prima.

Contoh :

a) 10 b) 24 c) 100 d) 150

Penyelesaian:

a) 10 = 3 + 7 ( dua bilangan prima)


5 +7
b) 24 = 11 + 3 (dua bilangan prima)
17 + 7
c) 100 = 11 + 89 ( dua bilangan prima)
29 + 71
d) 150 = 61 + 89 ( dua bilangan prima )
53 + 97
TEOREMA DASAR ARITMATIKA

Teorema dasar aritmatika sangat penting untuk menunjukkan bilangan prima yang
dibangun dari bilangan bulat.

Di sini teorinya berbunyi teorema teori dasar aritmatika. Setiap bilangan positif yang
lebih besar dari satu dapat dituliskan dari hasil bilangan prima dengan faktor prima dalam bentuk
yang tidak turun.

Contoh :

a) 240 = 2.2.2.2.3.5 = 24 .3 . 5
b) 289 = 17. 17 = 172
c) 1010 = 7 . 11. 13
d) 10 = 2.5
ARIMETIKA MODULO
 Misalkan a dan m bilangan bulat (m > 0). Operasi a mod m (dibaca ‘’a modulo m’’)
memberikan sisa jika a dibagi dengan m.
(m>0) → { 1,2,3,...}
 Notasi :
a mod m = r sedemikian sehingga
a = mq + r, dengan 0 ≤ r < m.
Ket :
r = sisa
misalkan → 5 mod 2 = 1
→ 5 = 2.2 + 1
ket :
5=a
2=m
r=1
q = 2.2
 m disebut modulus atau modulo, dan hasil aritmatika modulo m terletak di dalam himpunan
{ 0,1,2,... m-1}
Contoh 11
Beberapa hasil operasi dengan operator modulo :
(i) 23 mod 5 = 3 ( 23 = 5.4 + 3)
(ii) 27 mod 3 = 0 ( 27 = 3.9 + 0)
(iii) 6 mod 8 = 6 ( 6 = 8.0 + 6)
(iv) 0 mod 12 = 0 ( 0 = 12.0 + 0)
(v) -41 mod 9 = 4 ( -41 = 9(-5) + 4)
(vi) -39 mod 13 = 0 ( -39 = 13(-3) + 0)
 Penjelasan untuk (v) : karena a negatif, bagi |a| dengan m mendapatkan sisa r’. Maka a mod
m = m – r’ bila r’≠ 0. Jadi |-41| mod 9 = 5, sehingga -41 mod 9 = 9 – 5 = 4
Kongruen
 Misalnya 38 mod 5 = 3 dan 13 mod 5 = 3, maka dikatakan 38 = 13 (mod 5)
→ 38 mod 5 = 3 ( 38 = 5.7 + 3)
→ 13 mod 5 = 3 ( 13 = 5.2 + 3)
( dibaca : 38 kongruen dengan 13 dalam modulo 5 )
 Misalkan a dan b dengan bilangan bulat dan m adalah bilangan > 0, maka a ≡ b
(mod m) jika m habis membagi a – b .
Misalkan
38 = 5.7 + 3→ 38- 13
13 = 5.2 + 3 → = 25/5 → habis (kongruen)
 Jika a tidak kongruen dengan b dalam modulus m, maka ditulis a b (mod m)
Contoh 12
(i) 17 ≡ 2 ( mod 3) ( 3 habis membagi 17-2 = 15 )
(ii) – 7 ≡ 15 ( mod 11) ( habis membagi – 7 – 15 = - 22)
(iii) 12 __ 2 ( mod 7 ) ( 7 tak habis membagi 12 – 2 = 10 )
(iv) – 7 __ 15 ( mod 3 ) ( 3 tidak habis membagi – 7 – 15 = - 22 )
 a ≡ ( mod 3) dalam bentuk “sama dengan” dapat dituliskan sebagai
a = b + km ( k adalah bilangan bulat )
Contoh 13
 17 ≡ 2 ( mod 3) → 17 = 2 + 5.3
 - 7 ≡ 15 ( mod 11) → - 7 = 15 + (-2) 11
 a mod m = r dapat juga ditulis sebagai a ≡ r ( mod m )

Contoh 14
(i) 23 mod 5 = 3 → 23 ≡ 3 (mod 5)
(ii) 27 mod 3 = 0 → 27 ≡ 0 (mod 3)
(iii)6 mod 8 = 6 → 6 ≡ 6 (mod 8)
(iv) 0 mod 12 = 0 → 0 ≡ 0 (mod 12)
(v) – 41 mod 9 = 4 → - 41 ≡ 4 (mod 9)
(vi) – 39 mod 13 = 0 → - 39 ≡ 0 (mod 13

Teorema 4
Misalkan m adalah bilangan bulat positif
1) Jika a ≡ b ( mod m) dan c adalah sembarang bilangan bulat maka
(i) (a + c) ≡ (b + c) (mod m)
(ii) a c ≡ b c (mod m)
(iii) ap ≡ bp (mod m), p bilangan bulat tak negatif
2) Jika a ≡ b (mod m) dan c ≡ d (mod m), maka
(i) (a + c) ≡ (b + d) (mod m)
(ii) a c ≡ b d (mod m)
Bukti (hanya untuk I (ii) dan 2 (i) saja)
1. (ii) a ≡ b (mod m) berarti :
 a = b + km
 a – b = km
 (a – b) c = c km
 a c = bc + km
 ac ≡bc (mod m)
2. (i) a ≡ b (mod m) => a = b + k1 m
- c ≡ d (mod m) => c = d + k2m
- ( a + c) = (b + d) + (k1 + k2) m
- a + c = (b + d) + km ( k = k1 + k2 )
 ( a + d) = (b + d) (mod m)
Contoh 15
Misalkan 17 ≡ 2 (mod 3) dan 10 ≡ 4 (mod 3) maka menurut teorema 4:
 17 + 5 = 2 + 5 (mod 3) => 22 = 7(mod 3)
 17.5 = 5.2 (mod 3) => 85 = 10 (mod 3)
 17 + 10 = 2 + 4 (mod 3) => 27 = 6 (mod 3)
 17 . 10 = 2. 4 (mod 3) => 170 = 8 (mod 3)
 Teorema 4 tidak memasukkan operasi pembagian pada aritmatika modulo karena jika kedua
ruas dibagi dengan bilangan bulat maka kekongruenan tidak selalu dipenuhi
Contoh 16
 10 ≡ 4 (mod 3) dapat dibagi dengan 2 karena 10/2 = 5 dan 4/2 = 2 dan 5 ≡ 2 (mod 3)
 14 ≡ 8 (mod 6) tidak dapat dibagi dengan 2, karena 14/2 = 7 dan 8/2 =4, tetapi 7___ 4
(mod6)
(Latihan)
Jika a ≡ b (mod m) dan c ≡ d (mod m) adalah sembarang bilangan bulat maka buktikan bahwa a
c ≡ bd (mod m).

BALIKAN MODULO (Modulo Invers)


 Di dalam aritemtika bilangan real, inversi (inverse) dari perkalian adalah pembagian
(penjumlahan)
Contoh : Inversi 4 adalah 1/4 , sebab 4 X ¼ = 1
 Di dalam aritemtika modulo, masalah menghitung inversi modulo lebih sukar.
 Jika a dan m relatif prima dan m > 1, maka balikan ( invers ) dari a modulo m ada.
 Balikan dari a modulo m adalah bilangan bulat x sedemikian sehingga xa ≡ 1 (mod m),
misalnya a mod m inversi.
 Dalam notasi lainnya a-1 (mod m) = x
Bukti:
 a dan m relatif prima, jadi PBB (a, m) = 1 dan terdapat bilangan bulat X dan y
sedemikian sehingga :
xa + ym =1
yang mengimplikasikan bahwa
xa + ym ≡ 1
Karena ym = 0 (mod m), maka
xa ≡ 1 (mod m)
Kekongruenan yang terakhir ini berarti bahwa x adalah balikan dari a modulo m.
 Pembuktian di atas juga menceritakan bahwa untuk mencari balikan dari a modulo m,
kita harus membuat kombinasi lanjar dari a dan m sama dengan 1.
 Koefisien a dari kombinasi belajar tersebut merupakan balikan dari a modulo m.
Contoh 17
Tentukan balikan dari 4 (mod 9), 17(mod 7) dan 18 (mod 10)
Solusi :
a) Karena PBB (4,9) = 1, maka balikan dari 4 (mod 9) ada. Dari algoritma evclidean diperoleh
bahwa 9 = 2.4 +1 (1.9 + (-2 x 4)) = 9 – 8 = 1.
Susun persamaan terakhir ini kita peroleh -2 adalah balikan dari 4 modulo 9.
Periksa bahwa -2 .4 ≡ 1 (mod 9)
Catatan : setiap bilangan yang kongruen dengan -2 (mod 9) juga adalah inversi dari 4,
misalnya 7,-11,16 dan seterusnya karena
7 ≡ -2 (mod 9) ( 9 habis membagi 7- (-2) = 9)
-11 ≡ -2 (mod 9) ( 9 habis membagi -11-(-2) = -9)
16 ≡ -2 (mod 9) ( 9 habis membagi 16-(-2) = 18)
b) Karena PBB (17,7) = 1 maka balikan dari 17 (mod 7)ada. Dari algoritma euclideb diperoleh
rangkaian pembagi berikut:
(i) 17 = 2.7 +3
(ii) 7 = 2.3 +1 ( yang berarti PBB 17,7 = 1)
(iii) 3 = 3.1 + 0
Susun (ii) menjadi
(iv) 1 = 7 – 2.3
Susun (i) menjadi
(v) 3 = 17 – 2.7
Sulihkan (v) ke dalam (iv) :
1 = 7 – 2 . (17 – 2.7) = 1.7 – 2.17 + 4.7 = 5.7 – 2. 17
Atau
-2 . 17 + 5. 7 =1
 Dari persamaan terakhir doperoleh -2 adalah balikan dari 17 (mod 7)
-2 . 17 ≡ 1 (mod 7) (7 habis membagi -2 . 17 -1 = -35)
c) Karena PBB (18, 10) = 2 ≠ 1, maka balikan dari 18 (mod 10) tidak ada.

CARA LAIN MENGHITUNG BALIKAN


 Ditanya : balikan dari a (mod m)
 Misalkan x adalah balikan dari a (mod m), maka ataudalam notasi ‘sama dengan’ :
ax = 1 + km
atau
x = (1 + km ) / a
Cobakan untuk k = 0,1,2,... dan k = -1,-2,...
Solusinya adalah semua bilangan bulat yang memenuhi.

Contoh 18
Balikan dari 4 (mod 9) dalh x sedemikian sehingga 4x ≡1 (mod 9)
4x ≡ (mod 9)  4x = 1 + 9k  x = (1 + 9k) /4
Untuk k = 0  x tidak bulat 1/4
k = 1  x tidak bulat 5/2
k = 2  x tidak bulat 19/4
k = 3  x = (1 + 9.3) / 4 = 7
k = -1  x = (1 + 9 . -1) /4 = 7.
Balikan dari 4 (mod 9) adalah 7 (mod 9), -2 (mod 9).

Latihan
Tentukan semua balikan dari 9 (mod 11).
Penyelesaian:
misalkan 9-1 (mod 11) = x
maka 9x = 1 (mod 11) atau 9x = 1 + 11k atau
x = (1 + 11k) /9
mencoba semua nilai k yang bulat (k = 0,-1,-2,...,1,2,...)
maka diperoleh :
x = 5, semua bilangan lain yang kongruen dengan 5 (mod 11) juga merupakan solusi, yaitu -
6,16,27,...dst.

KEKONGRUENAN LANJAR
 Kekongruenan lanjar berbentuk :
ax ≡ b (mod m)
(m > 0, a dan b sembarang bilangan bulat, dan x adalah perubah bilangan bulat ).
Pemecahan : ax = b + km  x = b + km / a
( Cobakan untuk k = 0,1,2,.. dan k = -1, -2,... yang menghasilkan x sebagai bilangan bulat )

Contoh 19
Tentukan solusi 4x ≡ 3 (mod 9) dan 2x ≡ 3 (mod 4)
(i) 4x ≡ 3 (mod 9)
k = 0  x = (3 + 0. 9)/4 = ¾ (bukan solusi)
k = 1  x = (3 + 1. 9)/4 = 3
k = 2  x = ( 3 + 2. 9)/4 (tidak menghasilkan solusi)
k = 5  x = ( 3 + 5 . 9)/4 = 123
...
k = -1  x = (3 – 1. 9) /4 = -6/4) (bukan solusi)
k = -2  x = (3 – 2 . 9) /4 = -15/4 (bukan solusi)
k = -3  x = (3 – 3. 9) /4 = -6
...
k = -6  x = (3 – 6 .9) /4 = -15
Nilai – nilai x yang memenuhi 3,12... dan -6,-15
CARA LAIN MENGHITUNG SOLUSI ax ≡ b (mod m)

 Sepeti dalam persamaan biasa


4x = 12  kalikan setiap ruas dengan ¼ (yaitu invers 4), maka ¼ . 4x = 12.¼  x = 3
 4x ≡ 3 (mod 9)  kalikan setiap ruas dengan balikan dari 4 (mod 9) (dalam hal ini sudut kita
hitung yaitu -2) (-2). 4x ≡ (-2). 3 (mod 9)  -8x ≡ -6 (mod 9)
Karena -8 ≡ 1 (mod 9), maka x ≡ -6 (mod 9). Semua bilangan bilangan bulat yang kongruen
dengan -6 (mod 9) adalah solusinya yaitu 3,12 ... dan -6,-15...
 2x ≡ 3 (mod 4)
x = 3 + k. 4
2
Karena 4k genap dan 3 ganjil 1 maka penjumlahannya menghasilkan ganjil, sehingga hasil
penjumlahan tersebut jika dibagi 2 tidak menghasilkan bilangan bulat. Dengan kata lain,
tidak ada nilai – nilai x yang memenuhi 2x ≡ 3 (mod 5)
Latihan
Sebuah bilangan bulat jika dibagi dengan 3 bersisa 2 dan jika ia dibagi dengan 5 bersisa 3.
Berapakah bilangan bulat tersebut ?
Jawab :
Misal : bilangan bulat = x
x mod 3  x = 2 ( mod 5) (i)
x mod 5  x = 3 (mod 5) (ii)
Terdapat sisa kongruen pertama :
x = 2 + 3 k, (iii)
Subtitusikan (iii) ke dalam (ii) :
2 + 3k = 3 (mod 5)  3k = 1 (mod 5)
diperoleh
k1 = 2 (mod 5) atau k1 + 2 + 5k2
maka,
x = 2 + 3 k1
= 2 + 3 (2 + 5k2)
= 8 + 15 k2
Semua nilai x yang kongven dengan 8 (mod 15) adalah solusinya yaitu
x = 8, x = 23, x = 38,... x = -7 dts.

KRIPTOLOGI

Karakter Cipher

Dari zaman kuno, pesan sekarang rahasia telah dikirim. Klasik, kebutuhan untuk
komunakasi rahasia telah terjadi di dalam urusan diplomasi dan militer. Sekarang, dengan
komunikasi elektronik yang masuk ke digunakan secara luas, kerahasiaan telah menjadi isu
penting. Baru – baru ini dengan munculnya perbankan elektronik, kerahasiaan telah menjadi
diperlukan bahkan untuk transaksi keuangan. Oleh karena itu, ada banyak kepentingan dalam
teknik pembuatan pesan dimengerti untuk semua orang kecuali penerima yang dimaksud.
Sebelum membahas sistem kerahasiaan khusus, kami menyajikan beberapa terminologi.
Disiplin yang ditunjukkan untuk sistem kerahasiaan disebut kriptologi. Kriptolografi merupakan
bagian dari kriptologi yang berhubungan dengan desain dan implementasi sistem kerahasiaan
sedangkan kriptonalisis bertujuan melanggar sistem ini. Sebuah pesan yang akan diubah menjadi
bentuk rahasia disebut plaintext. Cipher adalah metode untuk mengubah pesan palintext menjadi
ciphertext dengan mengubah huruf dari plaintext dengan menggunakan tranformasi. Kuncinya
menentukan tranformasi tertentu dari satu set transformasi mungkin. Proses mengubah plaintext
menjadi ciphertext disebut enskrpsi atau enciphering sedangkan proses kebalikan dari mengubah
ciphertext kembali ke plaintext oleh penerima yang dituju, memiliki pengetahuan tentang metote
melakukan hal ini, disebut deskripsi atau mengartikan. Ini, tentu saja bebeda dari proses
seseorang selain penerima yang dimaksudkan digunakan untuk membuat pesan dipahami melalui
pembacaan sandi.
Sebuah cipher, yang digunakan oleh Julius caesar, didasarkan pada subtitusi dimana
setiap huruf digantikan dengan huruf 3 bagian bawah abjad, dengan tiga huruf terakhir begeser
ke tiga huruf pertama dan alfabet. Untuk menggambarkan chipher ini menggunakan aritmetika
modular, biarkan P menjadi setara numerik surat dalam plaintext dan c secara numerik dari huruf
cipherteks yang sesuai.
Tabel 1
Korespondensi antara plaintext dan chipertext
C ≡ P + 3 (mod 26), 0 ≤ C ≤ 25 )
Plaintext A B C D E F G H I J K L M
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ciphertext 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
D E F G H I J K L M N O P
Plaintext N O P Q R S T U V W X Y Z
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Ciphertext 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 0 1 2
Q R S T U V W X Y Z A B C

Contoh:

1. P = SAYA SEORANG DOSEN


C = VDBD VHRUDQJ GRVHQ
2. P = SAYA SEORANG MAHASISWA
C = VDBD VHRUDQJ PDVLVZD

Contoh lain:

“This message is top secret”

Plaintext A B C D E F G H I J K L M
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ciphertext 10 17 24 5 12 19 0 7 14 21 2 9 16
K R Y F M T A H O V C J Q
Plaintext N O P Q R S T U V W X Y Z
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Ciphertext 23 4 11 18 25 6 13 20 1 8 15 22 3
X E S S Z G N U B I P W D

“This message is top secret”

“NHOG QMGGKAM OG NES GMYZMN”

Anda mungkin juga menyukai