Anda di halaman 1dari 35

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manusia Sebagai Makhluk Individu

Kata individu berasal dari bahasa latin yaitu individuum, artinya yang

tidak terbagi. Dalam bahasa inggris kata individu berasal dari kata in dan divided.

Kata in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan kata divided

artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi atau suatu kesatuan (Setiadi et

al., 2013).

Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani,

unsur raga dan jiwa, unsur fisik dan psikis. Seseorang dikatakan sebagai manusia

individu jika unsur tersebut menyatu dalam dirinya, jika unsur tersebut sudah

tidak menyatu lagi maka seseorang tidak bisa disebut sebagai individu. Manusia

sebagai makhluk individu mengandung arti bahwa unsur yang ada dalam diri

individu tidak terbagi, yaitu satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Individu adalah

manusia yang memiliki kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia

“perseorangan” atau “orang seorang” yang memiliki keunikan kesatuan (Setiadi et

al., 2013).

Seorang individu adalah perpaduan antara faktor genotipe dan fenotipe.

Faktor genotipe adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir yang disebut

faktor keturunan. Seseorang dengan ciri fisik dan karakter atau sifat yang dibawa

sejak lahir maka seseorang tersebut juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat

yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan ikut berperan dalam

10
SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11

pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk

pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik seperti kondisi

alam sedangkan lingkungan sosial merujuk pada lingkungan di mana seorang

individu melakukan interaksi sosial (Setiadi et al., 2013).

Karakteristik yang khas dari seseorang sering disebut dengan kepribadian.

Nursyid Sumaatmadja (1996) dalam bukunya Setiadi et al., (2013) menyatakan

bahwa “kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil

interaksi antara potensi biopsikofisikal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir

dengan rangkaian situasi lingkungan, terungkap pada tindakan dan perbuatan serta

reaksi mental psikologisnya jika mendapat rangsangan dari lingkungan”.

2.2 Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Dalam konteks sosial yang disebut masyarakat, setiap orang akan

mengenal orang lain melalui perilaku manusia tersebut selalu terkait

dengan orang lain. Perilaku manusia dipengaruhi orang lain, ia melakukan

sesuatu dipengaruhi faktor dari luar dirinya, seperti tunduk pada aturan,

tunduk pada norma masyarakat dan keinginan mendapat respon positif

dari orang lain.

Manusia dikatakan sebagai mahkluk sosial karena pada diri manusia ada

dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain. Ada kebutuhan sosial

(social need) untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Selain itu, manusia

dikatakan sebagai makhluk sosial karena manusia tidak bisa hidup sebagai

manusia kalau tidak hidup di tengah manusia (Setiadi et al., 2013).

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena beberapa

alasan, antara lain :

1. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.

2. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.

3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.

4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah manusia.

2.3 Karakteristik Individu

Manusia marupakan salah satu unsur di dalam lingkungan hidup ini.

Secara biologis manusia tergolong Homo sapiens. Manusia merupakan makhluk

hidup yang paling canggih yang termasuk salah satu unsur alam. Kecanggihannya

ini di dapat manusia karena kemampuannya mengembangkan budaya.

Perkembangan budaya dapat terjadi pada manusia karena dilengkapi dengan

bentuk fisik, fungsi tubuh serta karakteristik perkembangan tubuhnya yang

berbeda dengan hewan (Slamet, 2002).

Perbedaan sifat atau keadaan karakteristik individu secara tidak langsung

dapat memberikan perbedaan pada sifat atau keadaan keterpaparan dan reaksi

individu terhadap setiap keadaan keterpaparan. Perbedaan tersebut salah satunya

dipengaruhi oleh (Noor, 2008):

2.3.1 Usia

Usia sebagai salah satu sifat karakteristik yang cukup penting

karena cukup banyak penyakit ditemukan dengan berbagai variasi

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13

frekuensi yang disebabkan oleh usia. Peranan variabel usia menjadi cukup

penting dengan alasan antara lain:

1. Studi tentang hubungan variasi suatu penyakit dengan usia dapat

memberikan gambaran tentang faktor penyebab penyakit tersebut

2. Usia merupakan faktor sekunder yang harus diperhitungkan dalam

mengamati perbedaan frekuensi penyakit terhadap variabel lainnya.

Hubungan antara kejadian frekuensi penyakit dengan usia

biasanya dinyatakan dalam bentuk age specific incidence atau prevalence

(angka kejadian usia khusus) yaitu jumlah kejadian suatu penyakit pada

kelompok usia tertentu, yang harus diperhatikan dalam analisis peristiwa

penyakit dengan kelompok usia tertentu adalah jumlah penderita yang ada

di pelayanan kesehatan tertentu tanpa mengetahui keadaan populasi pada

usia tersebut sehingga yang didapatkan adalah gambaran proporsi

penyakit menurut usia dan bukan gambaran risiko menurut usia.

Usia merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang

sangat utama karena usia mempunyai hubungan erat dengan keterpaparan.

Usia mempunyai hubungan dengan besarnya risiko terhadap penyakit

tertentu dan sifat resistensi pada berbagai kelompok usia tertentu. Di

samping itu usia mempunyai hubungan erat dengan berbagai sifat

karakteristik tentang orang lain, seperti pekerjaan, status perkawinan dan

sebagainya. Penyebaran kelompok usia dalam masyarakat biasanya

mudah didapatkan berdasarkan kurva atau piramida penduduk dari hasil

sensus penduduk. Dalam hal penggunaan usia untuk nilai insiden dan

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14

prevalensi harus memperhatikan struktur usia penduduk, demikian pula

bila ingin menggunakan usia secara merata agar memperhatikan

standarisasi, mengingat komposisi usia penduduk tidak semuanya sama

(Noor, 2008).

2.3.2 Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang termasuk faktor predisposisi

terhadap perilaku kesehatan.

Cara pendidikan dapat dilakukan secara formal maupun tidak

formal untuk memberi pengertian dan mengubah perilaku. Dengan

adanya pendidikan yang menunjang, maka masyarakat akan mengerti

mengapa mereka harus berubah. Selain itu mereka tidak perlu untuk

diawasi bahkan akan ikut serta melakukan kontrol sosial (Slamet, 2002).

Walaupun dalam beberapa penelitian tidak menunjukkan adanya

hubungan dengan perilaku, namun tingkat pendidikan mempermudah

untuk terjadinya perubahan perilaku. Semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang, maka semakin mudah orang tersebut untuk menerima

informasi baru yang bersifat membangun (Murwati, 2012).

2.3.3 Status ekonomi

Faktor sosial ekonomi erat hubungannya dengan berbagai variabel

lain, sehingga faktor sosial ekonomi merupakan salah satu karakteristik

tentang orang yang perlu mendapatkan perhatian tersendiri. Status sosial

ekonomi sangat erat hubungannya dengan pekerjaan dan jenis pekerjaan

serta besarnya pendapatan keluarga juga berhubungan dengan lokasi

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15

tempat tinggal, kebiasaan hidup keluarga termasuk kebiasaan makan,

jenis rekreasi keluarga dan sebagainya. Status sosial ekonomi erat pula

hubungannya dengan faktor psikologi individu dan keluarga dalam

masyarakat (Noor, 2008).

Dilihat dari tingkat ekonomi (penghasilan) seseorang terhadap

pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan, seseorang kurang

memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak

mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transport dan

lain sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

2.3.4 Jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota keluarga berhubungan dengan kebutuhan

kapasitas fasilitas sanitasi. Semakin banyak jumlah anggota keluarga

maka semakin besar pula kapasitas yang dibutuhkan. Secara umum

diketahui bahwa balita merupakan segmen populasi yang paling rentan

terhadap penyakit yang berhubungan dengan air (water borne disease),

kebersihan diri dan lingkungan. Dengan demikian, rumah tangga yang

memiliki balita akan memiliki risiko lebih tinggi terhadap masalah

sanitasi dibandingkan rumah tangga yang tidak memiliki balita (Dinkes

Kabupaten Ponorogo, 2013).

Jumlah anak yang banyak pada keluarga dengan keadaan sosial

ekonominya cukup, akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan

kasih sayang yang diterima anak maupun sesama anggota keluarga,

apalagi jika jarak anak terlalu dekat. Adapun pada keluarga dengan

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16

keadaan sosial ekonomi yang kurang, jumlah anak yang banyak akan

mengakibatkan kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak, juga

kebutuhan primer seperti makanan, sandang dan perumahan pun tidak

terpenuhi (Adriani, 2012).

2.4 Lingkungan Sosial

Kemajuan kehidupan sosial yang tercermin dalam lingkungan

sosial yang khas pada tempat tertentu merupakan faktor penentu utama

terhadap lingkungan biologis, kimiawi, fisik, yang dapat menimbulkan

pemaparan terhadap penduduk. Lingkungan sosial merupakan penentu

sifat dan jumlah flora fauna yang ada di lingkungan tersebut, adanya

reservoir serta vektor yang menyebarkan penyakit, adanya pencemaran

serta jenis dan tingkat pencemaran fisik dan kimiawi pada udara dan air.

Hal tersebut merupakan hasil kegiatan manusia yang mencerminkan

tingkat frekuensi dan adanya bermacam kontak antar manusia yang terjadi

setempat. Sifat kehidupan sosial masyarakat pada suatu daerah tertentu

dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan yang berhubungan

dengan status kesehatan dan pola penyakit setempat (Noor, 2008).

Lingkungan sosial menentukan norma di masyarakat, jadi perilaku

masyarakat termasuk perilaku terhadap lingkungan. Kualitas lingkungan

dipengaruhi oleh pendapat dan sikap masyarakat terhadapnya.

Lingkungan sosial yang menentukan norma serta perilaku orang

berpengaruh terhadap (Slamet, 2002):

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17

1. Penularan penyakit secara langsung dari orang ke orang, seperti halnya

penularan penyakit kelamin, penyakit kulit, penyakit pernafasan dan

sebagainya

2. Penularan penyakit secara fekal-oral seperti halnya pada penyakit saluran

percernaan, disebabkan karena tidak terbiasa mencuci tangan setelah buang

air dan tidak mementingkan penyediaan fasilitas cuci tangan

3. Penularan lewat media air, udara, tanah, makanan dan vektor juga ditentukan

oleh perlakuan dan etik masyarakat terhadap lingkungan hidupnya.

2.4.1 Dukungan sosial

Dukungan sosial dapat berasal dari keluarga, tokoh masyarakat

dan tokoh agama. Dukungan aparat desa, kader posyandu dan LSM

meningkatkan 2,7 kali masyarakat untuk menggunakan jamban (Pane,

2009).

Pada penelitian lain menunjukkan bahwa dukungan sosial berhubungan

dengan perilaku BAB, dalam penelitian kualitatif bahwa salah satu faktor yang

berhubungan dengan keberhasilan daerah menjadi Open Defecation Free setelah

dilakukan pemicuan CLTS di Jawa Timur adalah karena adanya kegiatan sosial

kemasyarakatan yang baik, pemimpin yang terpercaya, adanya gotong–royong

dan kebersamaan (Mukherjee, 2011).

Keberadaan community leader di masyarakat memicu terjadinya

perubahan perilaku. Faktor yang berhubungan dengan keberhasilan daerah

menjadi Open Defecation Free setelah dilakukan CLTS karena adanya dukungan

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18

sosial di masyarakat yang baik, seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, kader

kesehatan maupun ketua RT (Meiridhawati, 2012).

2.4.2 Sanksi sosial

Pengelolaan lingkungan sosial dapat dilakukan dengan cara

pendekatan administratif yaitu membuat peraturan beserta sanksinya.

Cara ini akan memberikan hasil yang cepat, tetapi perlu dilakukan

pengawasan karena masyarakat masyarakat tidak mengerti mengapa

mereka harus mengikuti peraturan dan berubah perilaku (Slamet, 2002).

Sanksi sosial adalah sanksi yang dapat diberikan kepada seseorang

yang berbuat kesalahan (selain sanksi yang bersifat administratif seperti

sanksi hukum pidana/perdata). Sanksi sosial tidak berupa tulisan hitam di

atas putih dan seringkali bersifat implisit atau tidak dinyatakan secara

terbuka (Gunadi, 2012).

2.4.3 Pembinaan petugas

Latar belakang sosial, struktur sosial dan ekonomi mempunyai

pengaruh terhadap perilaku kesehatan masyarakat. Petugas kesehatan

perlu mendalami aspek sosial masyarakat sehingga mereka harus

menguasai sosiologi terutama sosiologi kesehatan. Perilaku manusia

dipengaruhi oleh lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan

sosial budaya. Untuk melakukan pendekatan perubahan perilaku

kesehatan, petugas kesehatan harus menguasai berbagai macam latar

belakang sosio budaya masyarakat yang bersangkutan, khususnya

anthropologi kesehatan. Psikologi adalah dasar dari ilmu perilaku.

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19

Memahami perilaku individu, kelompok maupun masyarakat tidak

terlepas dari psikologi sosial. Oleh sebab itu, petugas kesehatan harus

menguasai psikologi, terutama psikologi sosial (Notoatmodjo, 2003).

Adanya penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat

dalam menggunakan jamban dapat memberikan kontribusi dalam

perubahan perilaku BAB masyarakat. Hal ini dapat ditunjukkan dalam

penelitian bahwa dengan adanya pembinaan petugas Puskesmas memiliki

hubungan yang bermakna dalam penggunaan jamban (p = 0,0005) (Pane,

2009).

2.5 Perilaku

Perilaku manusia merupakan salah satu faktor yang banyak

memegang peranan dengan menentukan derajat kesehatan suatu

masyarakat. Bahkan menurut Bloom, faktor perilaku memberikan

kontribusi terbesar dalam menentukan status kesehatan individu maupun

masyarakat. Mengingat bahwa faktor penyebab penyakit lebih bersifat

kompleks, sehingga dalam epidemiologi lebih banyak dilakukan

pendekatan faktor risiko. Adanya faktor risiko perilaku individu maupun

masyarakat seperti kebiasaan hidup sehat individu dan kepercayaan

masyarakat tentang sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan banyak

memberikan nilai risiko yang sering muncul dalam analisis epidemiologi

tentang kejadian penyakit dalam masyarakat. Perilaku sangat erat

hubungannya dengan umur dan jenis kelamin, suku dan ras, pekerjaan,

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20

status sosial ekonomi serta berbagai aspek kehidupan lainnya (Noor,

2008).

2.5.1 Konsep perilaku kesehatan

1. Konsep perilaku

Secara pandangan biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau

aktivitas organisme yang bersangkutan. Pada hakikatnya, perilaku

manusia adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Perilaku

manusia memiliki bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan,

berbicara, bereaksi, berpakaian dan lain sebagainya. Kegiatan internal

(internal activity) seperti berfikir, persepsi dan emosi juga merupakan

perilaku manusia. Dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang

dikerjakan oleh organisme tersebut, baik yang dapat diamati secara

langsung maupun secara tidak langsung.

Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan

organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik dan

lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan

lingkungan itu merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup

termasuk perilaku manusia. Hereditas atau faktor keturunan adalah

konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk

hidup itu untuk selanjutnya. Lingkungan adalah kondisi atau lahan

untuk perkembangan perilaku tersebut. Suatu mekanisme pertemuan

antara kedua faktor dalam rangka terbentuknya perilaku disebut

proses belajar (learning process) (Notoatmodjo, 2011).

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21

2. Perilaku kesehatan

Pada dasarnya perilaku kesehatan adalah suatu respon

seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit

dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta

lingkungan. Batasan ini mempunyai dua unsur pokok, yaitu respon

dan stimulus atau perangsangan.

Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan,

persepsi dan sikap), maupun bersifat aktif (tindakan nyata atau

praktis). Stimulus atau rangsangan di sini terdiri empat unsur pokok,

yaitu sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan.

Secara lebih rinci perilaku kesehatan mencakup (Notoatmodjo, 2011):

a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana

manusia berespon, baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan

mempersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan di

luar dirinya), maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan

dengan penyakit dan sakit tersebut.

b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon

seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem

pelayanan kesehatan modern maupun tradisional. Perilaku ini

menyangkut respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan,

petugas kesehatan dan penyediaan obat yang terwujud dalam

pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas.

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22

c. Perilau terhadap makanan (nutrition behavior), yaitu respon

seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi

kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan

praktik seseorang terhadap makanan serta unsur yang terkandung

di dalamnya (zat gizi), pengolahan makanan dan sebagainya.

d. Perilaku terhadap kesehatan lingkungan (environmental health

behavior) adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai

determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas

lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri. Perilaku ini antara lain

mencakup:

1) Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk di dalamnya

komponen, manfaat dan penggunaan air bersih untuk

kepentingan kesehatan.

2) Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang

menyangkut segi hygiene pemeliharaan teknik dan

penggunaannya.

3) Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat

maupun limbah cair. Termasuk di dalamnya sistem

pembuangan sampah dan air limbah serta dampak

pembuangan limbah yang tidak baik.

4) Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, meliputi

ventilasi, pencahayaan, lantai dan lain sebagainya.

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23

5) Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang nyamuk

(vektor) dan sebagainya.

Menurut Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai

suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini

berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang

diperlukan untuk menimbulkan reaksi yang disebut rangsangan.

Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap adalah suatu kecenderungan

untuk mengadakan tindakan terhadap suatu obyek dengan suatu cara

yang menyatakan adanya tanda untuk menyenangi atau tidak

menyenangi obyek tertentu. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku

manusia (Notoatmodjo, 2011).

Dalam proses pembentukan dan atau perubahan, perilaku

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari

luar individu. Faktor tersebut antara lain susunan syaraf pusat,

persepsi, motivasi, emosi, proses belajar, lingkungan dan sebagainya.

Susunan syaraf pusat memegang peranan penting dalam perilaku

manusia, karena merupakan sebuah bentuk perpindahan dari

rangsangan yang masuk menjadi tindakan tertentu. Perubahan

perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi.

Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca

indra. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun

mengamati obyek yang sama. Motivasi yang diartikan sebagai suatu

dorongan untuk bertindak mencapai suatu tujuan juga dapat terwujud

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24

dalam bentuk perilaku. Perilaku dapat pula timbul karena emosi.

Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan erat

dengan keadaan jasmani, yang pada hakikatnya merupakan faktor

turunan (bawaan).

Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku yang

dihasilkan dari tindakan dalam lingkungan kehidupan. Belajar adalah

suatu perubahan perilaku yang disadari oleh perilaku terdahulu,

sehingga perilaku tersebut dibentuk melalui suatu proses dan

berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Faktor

yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi dua,

yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern mencakup

pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya

yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Faktor ekstern

meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik yang

meliputi iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.

Setiap individu dari lahir terkait dengan suatu kelompok,

terutama kelompok keluarga. Adanya keterkaitan antara individu

dengan kelompok keluarga ini membuka kemungkinan untuk

dipengaruhi dan mempengaruhi antar anggota dalam kelompok. Oleh

karena itu pada setiap kelompok senantiasa berlaku adanya suatu

aturan dan norma sosial tertentu, maka perilaku setiap individu

anggota kelompok berlangsung dalam suatu jaringan normatif.

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25

Demikian pula perilaku individu terhadap masalah kesehatan

(Notoatmodjo, 2011).

Lingkungan
umum

Lingkungan
terbatas

Lingkungan
keluarga

Individu

Gambar 2.1 : Interaksi Perilaku Kesehatan.

Keterangan :

1) Perilaku kesehatan individu ; sikap dan kebiasaan individu yang erat

kaitannya dengan lingkungan.

2) Lingkungan keluarga ; kebiasaan setiap anggota keluarga mengenai

kesehatan.

3) Lingkungan terbatas ; tradisi, adat-istiadat dan kepercayaan masyarakat

sehubungan dengan kesehatan.

4) Lingkungan umum ; kebijakan pemerintah di bidang kesehatan. Undang-

undang kesehatan, program kesehatan dan sebagainya.

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26

2.5.2 Domain perilaku kesehatan

Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup

yang luas. Seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku dalam

tiga doamin (ranah/kawasan), meskipun hal tersebut tidak mempunyai

batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk

kepentingan tujuan pendidikan. Tujuan suatu pendidikan adalah

mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut,

yang terdiri dari ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective

domain) dan ranah psikomotor (psychomotor domain) (Notoatmodjo,

2011).

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan,

untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan ketiga domain diukur

dari :

1. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan

(knowledge).

2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang

diberikan (attitude).

3. Praktik atau tindakan yang dilakukan peserta didik sehubungan dengan materi

pendidikan yang diberikan (practice).

Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa

dimulai pada domain kognitif, dalam arti subyek tahu terlebih dahulu

terhadap stimulus yang berupa materi atau obyek di luarnya. Setelah itu

menimbulkan pengetahuan baru pada subyek dan menimbulkan respon

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27

batin dalam bentuk sikap terhadap obyek yang diketahui tersebut.

Rangsangan terhadap obyek yang sudah diketahui dan disadari

sepenuhnya akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa

tindakan. Di sisi lain tindakan seseorang terhadap suatu hal tidak harus

didasari oleh pengetahuan atau sikap (Notoatmodjo, 2011).

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang. Perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan

lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif

mempunyai enam tingkat, yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari

rangsangan yang telah diterima. Tingkat “tahu” ini merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28

lain, yaitu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikannya secara benar. Orang yang telah paham

terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum,

rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi

yang lain.

d. Analisis (analysis)

Merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek ke dalam komponen tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih saling berkaitan.

Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

seperti menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29

e. Sistesis (synthesis)

Sistesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Sistesis dapat diartikan suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi yang sudah ada., misalnya dapat

menyusun, dapat merencakan, dapat meringkaskan, dapat

menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan

yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

jastifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

Penilaian tersebut berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan

sendiri maupun menggunakan kriteria yang sudah ada, seperti

membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang

kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare di

suatu tempat dan sebagainya.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur

dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan

dapat diukur sesuai dengan tingkatan tersebut.

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah (Wawan, 2010):

a. Faktor internal

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan terhadap perkembangan

seseorang yang menentukan manusia untuk berbuat dan

mengisi kehidupan dalam mencapai kebahagiaan dan

keselamatan, yang mana bimbingan tersebut diberikan oleh

orang lain. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan

informasi dalam peningkatan hidup seseorang. Pendidikan

dapat mempengaruhi seseorang termasuk perilaku seseorang

untuk sikap berperan serta dalam pembangunan, pada

umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin

mudah menerima informasi.

2) Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak

merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang

dan banyak tantangan. Bekerja umumnya merupakan kegiatan

yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu rumah tangga akan

mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31

3) Usia

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai berulang tahun. Dari segi kepercayaan masyarakat

seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum

tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai dari pengalaman dan

kematangan jiwa.

b. Faktor eksternal

1) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku seseorang.

2) Sosial budaya

Sistem sosio budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi

dari sikap dalam menerima informasi.

Kriteri tingkat pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu (Wawan, 2010):

a. Baik : hasil persentase 76% - 100%

b. Cukup : hasil persentase 56% - 75%

c. Kurang : hasil persentase <56%

2. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap stimulus atau obyek. Suatu sikap tidak dapat dilihat

langsung melainkan hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32

perilaku yang tertutup. Sikap yang nyata menunjukkan konotasi

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu.

Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat

emosional terhadap stimulus sosial. Tingkatan sikap terdiri dari :

a. Menerima (receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan. Misalnya sikap orang terhadap gizi

dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian terhadap ceramah

tentang gizi.

b. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap. Suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan

tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah berarti

orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi

sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu mengajak ibu lain untuk

mendiskusikan tentang gizi di posyandu, merupakan salah satu

bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif

terhadap gizi anak.

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Secara langsung dapat dilakukan dengan menanyakan

bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek.

Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan hipotesis

kemudian ditanyakan pendapat responden.

3. Tindakan atau praktik (practice)

Suatu sikap belum terwujud dalam suatu tindakan (overt

behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,

seperti fasilitas.

Selain itu juga dibutuhkan faktor dukungan dari pihak lain.

Tingkatan praktik atau tindakan antara lain, yaitu:

a. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.

Misalnya, seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi bagi

anaknya.

b. Respons terpimpin (guided response)

Mampu melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar

sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat kedua.

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34

Misalnya, seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar mulai

dari cara mencuci, memotong sayuran, lamanya memasak sayuran

dan sebagainya.

c. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang sudah melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis atau sesuatu tersebut sudah merupakan kebiasaan maka

orang tersebut sudah mencapai praktik tingkat tiga. Misalnya,

seorang ibu yang sudah biasa mengimunisasikan bayi pada umur

tertentu tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.

d. Adaptasi (adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Artinya, tindakan tersebut sudah

dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya

tersebut. Misalnya, seorang ibu mampu memilih dan memasak

makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan yang murah dan

sederhana.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung,

yaitu dengan wawancara terhadap sesuatu yang telah dilakukan

beberapa waktu lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan secara

langsung, yaitu dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan

responden.

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35

2.5.3 Bentuk perubahan perilaku

Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan

konsep yang digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap

perilaku. Bentuk perubahan perilaku dikelompokkan menjadi tiga, yaitu

(Notoatmodjo, 2011):

1. Perubahan alamiah (natural change)

Perilaku manusia selalu berubah, sebagian perubahan tersebut

disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat

sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya

dan ekonomi, maka anggota masyarakat di dalamnya juga akan

mengalami perubahan.

2. Perubahan rencana (planned change)

Perubahan perilaku ini terjadi karena sudah direncanakan sendiri oleh

subyek.

3. Kesediaan untuk berubah (readiness to change)

Apabila terjadi suatu inovasi atau program pembangunan di dalam

masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat

cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut (berubah

perilakunya). Tetapi sebagian orang lagi sangat lambat untuk

menerima inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini disebabkan karena

pada setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-

beda meskipun kondisinya sama.

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36

Pada program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang

sesuai dengan norma kesehatan sangat diperlukan usaha konkret dan

positif. Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku tersebut

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (Notoatmodjo, 2011):

1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan

Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan pada sasaran atau

masyarakat sehingga ia mau melakukan (berperilaku) seperti yang

diharapkan. Cara ini dapat ditempuh dengan adanya peraturan,

Undang-undang atau intimidasi yang harus dipatuhi oleh masyarakat.

Cara ini akan menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, akan

tetapi perubahan tersebut belum tentu akan berlangsung lama karena

perubahan perilaku yang terjadi tidak atau belum berdasarkan

kesadaran sendiri.

2. Pemberian informasi

Pemberian informasi tentang sesuatu hal akan meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut, selanjutnya dengan

pengetahuan tersebut akan menimbulkan kesadaran masyarakat dan

akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan

pengetahuan yang dimilikinya itu. Perubahan perilaku dengan cara ini

akan memakan waktu lama, tetapi perubahan yang dicapai akan

bersifat langgeng karena didasari pada kasadaran mereka sendiri

(bukan karena paksaan).

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37

3. Diskusi dan partisipasi

Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua. Di mana dalam

memberikan informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja

melainkan dua arah. Hal ini bahwa masyarakat tidak hanya pasif

menerima informasi tetapi juga harus aktif berpartisipasi melalui

diskusi tentang informasi yang diterimanya. Dengan demikian

pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku diperoleh secara

mantap dan lebih mendalam dan akhirnya perilaku yang mereka

peroleh akan lebih mantap juga, bahkan merupakan referensi perilaku

orang lain. Cara ini akan memakan waktu lebih lama dari cara kedua

dan jauh lebih baik dari cara pertama. Diskusi partisipasi adalah salah

satu cara yang baik dalam rangka memberikan informasi dan pesan

kesehatan.

2.6 Buang Air Besar Sembarangan

2.6.1 Pengertian buang air besar sembarangan

Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS/Open Defecation)

termasuk salah satu contoh perilaku yang tidak sehat, yaitu suatu tindakan

membuang kotoran atau tinja di ladang, hutan, semak-semak, sungai,

pantai maupun area terbuka lainnya dan dibiarkan menyebar

mengkontaminasi lingkungan, tanah, udara dan air (Notoatmodjo, 2011).

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38

2.6.2 Pembuangan kotoran manusia

Semua makanan yang masuk ke dalam tubuh manusia akan

diserna oleh organ pencernaan. Selama proses pencernaan makanan

dihancurkan mejadi zat sederhana yang dapat diserap dan digunakan oleh

sel dan jaringan tubuh kemudian sisa pembuangan akan dikeluarkan oleh

tubuh berupa tinja, urine maupun gas kardondioksida. Akhir dari proses

pencernaan yang dikeluarkan berupa tinja di sebut Buang Air Besar

(BAB). Seseorang yang mempunyai kebiasaan BAB teratur akan

melakukan kebiasaan tersebut pada waktu yang sama setiap hari. Hal

tersebut dikarenakan adanya refleks gastro kolika yang biasanya bekerja

sesudah sarapan pagi. Makanan yang sudah sampai lambung akan

merangsang peristaltic di dalam usus, merambat ke kolon sisa makanan

yang dari hari sebelumnya, yang waktu malam mencapai sekum, mulai

bergerak isi kolon dan terjadi perasaan di daerah perineum. Tekanan intra

abdominal bertambah dengan penutupan glottis, kontraksi diafragma dan

otot abdominal, spinter anus mengendor dan kerjanya berakhir. Kerja

defekasi dipengaruhi oleh faktor kebiasaan (Notoatnodjo, 2003).

Seseorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja sekitar

330 gram sehari. Tinja ini berisi bakteri, lepasan epithelium usus,

nitrogen, gram, zat besi, selulosa dan sisa zat makanan lain yang tidak

larut dalam air (Notoatmodjo, 2007).

Permasalahan pembuangan kotoran manusia menjadi perhatian

kesehatan lingkungan adanya pertambahan penduduk yang tidak

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39

sebanding dengan area pemukiman. Pembuangan tinja yang tidak sanitasi

dapat menyebabkan berbagai penyakit, sehingga perilaku Buang Air

Besar (BAB) sembarangan harus dihentikan. Keluarga masih banyak

yang berperilaku tidak sehat dengan melakukan BABS, selain

mengganggu udara segar karena bau yang tidak sedap juga menjadi

peluang awal tempat berkembangnya vektor penyebab penyakit akibat

kebiasaan perilaku manusia sendiri. Kurangnya perhatian terhadap

pengelolaan pembuangan tinja dengan disertai percepatan pertambahan

penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran penyakit yang ditularkan

melaui tinja. Pencegahan mengurangi kontaminasi tinja terhadap

lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus disuatu tempat

tertentu yang tertutup atau jamban yang sehat (Notoatnodjo, 2003).

Penyebaran penyakit yang bersumber pada faeces dapat melalui

berbagai macam jalan atau cara. Hal ini dapat diilustrasikan seperti pada

gambar berikut (Notoatmodjo, 2011).

Air
Manusia
Mati
(host)
TINJA Makanan,
Tangan
(sumber minuman,
infeksi) sayur
Serangga
/Tikus
Sakit

Tanah

Gambar 2.2 Transmisi Penyakit Melalui Tinja

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40

Dari skema tersebut bahwa peranan tinja dalam penyebaran

penyakit sangat besar. Di samping dapat langsung mengontaminasi

makanan, minuman, sayuran dan sebagainya termasuk air, tanah,

serangga (lalat, kecoa dan sebagainya) serta bagian tubuh kita dapat

terkontaminasi oleh tinja tersebut. Benda yang telah terkontaminasi oleh

tinja dari seseorang yang sudah menderita suatu penyakit tertentu, sudah

tentu akan menjadi penyebab bagi orang lain. Beberapa penyakit yang

dapat disebarkan oleh tinja manusia yaitu tifus, disentri, kolera dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2011).

Faktor yang mendorong kegiatan pembuangan tinja secara

sembarangan antara lain tingkat sosial ekonomi yang rendah, pengetahuan

di bidang kesehatan lingkungan yang kurang dan kebiasaan buruk dalam

pembuangan tinja yang diturunkan dari generasi ke generasi (Chandra,

2007).

2.6.3 Pengelolaan pembuangan kotoran manusia

Untuk mencegah atau mengurangi kontaminasi tinja terhadap

lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan

baik, pembuangan kotoran manusia harus di suatu tempat tertentu atau

jamban yang sehat. Suatu jamban yang sehat untuk daerah pedesaan harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut (Notoatmodjo, 2011):

1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut

2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya

3. Tidak mengotori air tanah di sekitarnya

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41

4. Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat, kecoa maupun binatang

lainnya

5. Tidak menimbulkan bau

6. Mudah digunakan dan dipelihara

7. Sederhana desainnya

8. Murah

9. Dapat diterima oleh pemakainya

Agar persyaratan tersebut dapat dipenuhi, maka perlu diperhatikan

hal berikut, yaitu (Notoatmodjo, 2011):

1. Jamban harus tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari panas

dan hujan, serangga dan binatang lainnya, terlindung dari pandangan

orang (privacy) dan sebagainya

2. Bangunan jamban sebaiknya memiliki lantai yang kuat, tempat

berpijak yang kuat dan sebagainya

3. Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang

tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau dan

sebagainya

4. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas

pembersih

2.6.4 Teknologi pembuangan kotoran manusia secara sederhana

Teknologi pembuangan kotoran manusia untuk daerah pedesaan

sudah tentu berbeda dengan teknologi jamban di daerah perkotaan.

Teknologi jamban di daerah pedesaan di samping harus memenuhi

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42

persyaratan jamban sehat juga harus didasarkan pada sosiobudaya dan

ekonomi masyarakat pedesaan. Tipe jamban yang sesuai dengan

teknologi pedesaan antara lain (Notoatmodjo, 2011):

1. Jamban cemplung, kakus (pit latrine)

Jamban cemplung ini sering dijumpai di daerah pedesaan di jawa.

Tetapi sering dijumpai jamban cemplung yang kurang sempurna,

misalnya tanpa rumah jamban dan tanpa tutup sehingga serangga

mudah masuk dan bau tidak bisa dihindari. Di samping itu, karena

tidak ada rumah jamban maka bila musim hujan tiba jamban tersebut

akan penuh oleh air. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kakus

cemplung tidak boleh terlalu dalam, karena akan mengotori air tanah

di bawahnya. Dalamnya pit latrine berkisar antara 1,53 meter saja.

Sesuai dengan daerah pedesaan maka rumah kakus tersebut dapat

dibuat dari bambu, dinding bambu dan atap daun kelapa ataupun daun

padi. Jarak dari sumber air minum minimal sejauh 15 meter.

2. Jamban cemplung berventilasi (ventilasi improved pit latrine)

Jamban ini hampir sama dengan jamban cemplung, bedanya lebih

lengkap yaitu menggunakan ventilasi pipa. Untuk daerah pedesaan

pipa ventilasi ini dapat dibuat dengan bambu.

3. Jamban empang (fishpond latrine)

Jamban ini dibangun di atas empang ikan. Dalam sistem jamban

empang ini disebut daur-ulang yaitu tinja dapat langsung dimakan

ikan, ikan dimakan orang dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43

yang dimakan, demikian seterusnya. Jamban empang ini mempunyai

fungsi yaitu di samping mencegah tercemarnya lingkungan oleh tinja

juga dapat menambah protein bagi masyarakat (menghasilkan ikan).

4. Jamban pupuk (the compost privy)

Prinsip jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih dangkal

galiannya. Di samping itu jamban ini juga untuk membuang kotoran

binatang dan sampah serta dedaunan. Prosedurnya adalah:

a. Mulanya membuat jamban cemplung biasa

b. Pada lapisan paling bawah ditaruh sampah dedaunan

c. Diatasnya ditaruh kotoran binatang

d. Setelah ± 20 inci ditutup lagi dengan sampah, dedaunan

selanjutnya ditaruh kotoran lagi

e. Demikian selanjutnya sampai penuh, setelah penuh ditimbun

tanah dan membuat jamban baru. Lebih kurang 6 bulan kemudian

dipergunakan pupuk tanaman.

5. Septic tank

Latrine jenis septic tank ini merupakan cara yang paling memenuhi

persyaratan, sehingga pembuangan tinja semacam ini yang

dianjurkan. Septic tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air,

di mana tinja dan air buangan masuk dan mengalami dekomposisi.

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44

Dalam tangki ini tinja akan berada selama beberapa hari, selama

waktu tersebut tinja akan mengalami dua proses, yaitu :

a. Proses kimiawi

Akibat penghancuran tinja akan direduksi dan sebagian besar (60-

70%) zat padat akan mengendap dalam tangki sebagai “sludge”.

Zat yang tidak dapat hancur bersama lemak dan busa akan

mengapung membentuk lapisan yang menutup permukaan air

dalam tangki. Lapisan ini disebut “scum” yang berfungsi

mempertahankan suasana anaerob dari cairan di bawahnya, yang

memungkinkan bakteri anaerob dan fakultatif anaerob dapat

tumbuh subur yang akan berfungsi pada proses berikutnya.

b. Proses biologis

Pada proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri

anaerob dan fakultatif anaerob yang memakan zat organik dalam

sludge dan scum. Hasilnya selain terbentuk gas dan zat cair

lainnya juga pengurangan volume sludge, sehingga

memungkinkan septic tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan

“enfluen” sudah tidak mengandung bagian tinja dan mempunyai

BOD yang relatif rendah. Cairan “enfluen” ini akhirnya dialirkan

keluar melalui pipa dan masuk ke dalam tempat perembesan.

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS

Anda mungkin juga menyukai