Anda di halaman 1dari 20

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Wilayah Kecamatan Jambon terletak pada ketinggian antara 119 meter

sampai dengan 175 meter di permukaan air laut. Berdasarkan hasil Evaluasi

Penggunaan Tanah (EPT) dalam rangka pelaksanaan Sensus Pertanian 1993

tercatat luas kecamatan sebesar 5748 Km2. Batas fisik wilayah Kecamatan

Jambon yaitu :

Sebelah Utara : Kecamatan Sampung.

Sebelah Timur : Kecamatan Kauman.

Sebelah Selatan : Kabupaten Pacitan.

Sebelah Barat : Kecamatan Badegan.

Wilayah Kecamatan Jambon terdiri dari 13 desa, diantaranya Krebet,

Jonggol, Poko, Bringinan, Sendang, Karanglokidul, Bululor, Jambon, Blembem,

Pulosari, Menang, Srandil dan Sidoharjo. Berdasarkan dari 13 desa tersebut,

dibagi menjadi 282 Rukun Tetangga (RT), 76 Rukun Warga (RW) dan 44 Dusun

(Data kependudukan, 2014).

5.2 Distribusi Karakteristik Individu Responden

Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, dapat diketahui gambaran

karakteristik individu responden di wilayah kerja Puskesmas Jambon sebagai

berikut :

64
SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
65

5.2.1 Distribusi usia responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia responden paling muda yaitu 26

tahun dan usia responden paling tua yaitu 57 tahun. Distribusi frekuensi usia

responden berdasarkan kelompok usia responden di wilayah kerja Puskesmas

Jambon Kabupaten Ponorogo dapat dilihat pada Tabel 5.1 sebagai berikut :

Tabel 5.1 Distribusi Usia Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Jambon


Kabupaten Ponorogo, Desember 2015.

Usia Frekuensi (n) Persentase (%)


≤ 35 tahun 16 16,0
36 – 49 tahun 57 57,0
≥ 50 tahun 27 27,0
Total 100 100,0

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 36 – 49

tahun yaitu berjumlah 57 orang (57%). Jumlah responden paling sedikit yaitu

pada usia ≤ 35 tahun berjumlah 16 orang (16%).

5.2.2 Distribusi tingkat pendidikan responden

Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pendidikan responden di wilayah

kerja Puskesmas Jambon Kabupaten Ponorogo dikategorikan menjadi 3 yaitu

pendidikan rendah yaitu tidak tamat SD/tamat SD, pendidikan sedang yaitu tamat

SMP/tamat SMA/SMK dan pendidikan tinggi yaitu tamat akademi/perguruan

tinggi, dapat dilihat pada Tabel 5.2 sebagai berikut :

Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Pendidikan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas


Jambon Kabupaten Ponorogo, Desember 2015.

Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)


Pendidikan Rendah 43 43,0
Pendidikan Sedang 47 47,0
Pendidikan Tinggi 10 10,0
Total 100 100,0

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada

tingkat pendidikan sedang yaitu pendidikan tamat SMP/tamat SMA/SMK

berjumlah 47 orang (47%). Jumlah responden paling sedikit pada tingkat

pendidikan tinggi yaitu pendidikan tingkat akademi/perguruan tinggi berjumlah 10

orang (10%).

5.2.3 Distribusi status ekonomi responden

Distribusi frekuensi berdasarkan status ekonomi responden di wilayah

kerja Puskesmas Jambon dikategorikan menurut UMK Kabupaten Ponorogo yaitu

≤ UMK dan ≥ UMK. Kisaran nilai UMK Kabupaten Ponorogo sebesar Rp

1.150.000,00. Tabel 5.3 sebagai berikut :

Tabel 5.3 Distribusi Status Ekonomi Responden di Wilayah Kerja Puskesmas


Jambon Kabupaten Ponorogo, Desember 2015.

Status Ekonomi Frekuensi (n) Persentase (%)


≤ UMK 69 69,0
≥ UMK 31 31,0
Total 100 100,0

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki status

ekonomi pada tingkat penghasilan ≤ UMK sebesar Rp 1.150.000,00 yaitu

berjumlah 69 orang (69%), sedangkan responden dengan status ekonomi pada

tingkat penghasilan ≥ UMK sebesar Rp 1.150.000,00 yaitu berjumlah 31 orang

(31%).

5.2.4 Distribusi jumlah anggota keluarga responden

Distribusi frekuensi berdasarkan jumlah anggota keluarga responden di

wilayah kerja Puskesmas Jambon Kabupaten Ponorogo dikategorikan menjadi 3

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
67

yaitu ≤ 3 orang, 4 – 5 orang dan ≥ 6 orang dapat dilihat pada Tabel 5.4 sebagai

berikut :

Tabel 5.4 Distribusi Jumlah Anggota Keluarga Responden di Wilayah Kerja


Puskesmas Jambon Kabupaten Ponorogo, Desember 2015.

Jumlah Anggota Keluarga Frekuensi (n) Persentase (%)


≤ 3 orang 58 58,0
4 – 5 orang 36 36,0
≥ 6 orang 6 6,0
Total 100 100,0

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah

anggota keluarga ≤ 3orang yaitu sebanyak 58 orang (58%), sedangkan paling

sedikit memiliki jumlah anggota keluarga ≥ 6 orang yaitu sebanyak 6 orang (6%).

Sebagian besar keluarga responden terdiri dari ayah, ibu dan anak.

5.2.5 Distribusi pengetahuan responden tentang BAB di jamban

Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pengetahuan responden tentang

BAB di jamban di wilayah kerja Puskesmas Jambon Kabupaten Ponorogo

dikategorikan menjadi 3 yaitu kurang, cukup dan baik dapat dilihat pada Tabel 5.5

sebagai berikut :

Tabel 5.5 Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang BAB di Jamban


di Wilayah Kerja Puskesmas Jambon Kabupaten Ponorogo, Desember
2015.

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)


Kurang 4 4,0
Cukup 59 59,0
Baik 37 37,0
Total 100 100,0

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat

pengetahuan yang cukup tentang BAB di jamban yaitu sebanyak 59 orang (59%).

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
68

Jumlah paling sedikit pada responden dengan tingkat pengetahuan yang kurang

tentang BAB di jamban yaitu sebanyak 4 orang (4%).

5.2.6 Distribusi sikap responden tentang BAB di jamban

Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat sikap responden tentang BAB di

jamban di wilayah kerja Puskesmas Jambon Kabupaten Ponorogo dikategorikan

menjadi 3 yaitu kurang, cukup dan baik dapat dilihat pada Tabel 5.6 :

Tabel 5.6 Distribusi Tingkat Sikap Responden Tentang BAB di Jamban di


Wilayah Kerja Puskesmas Jambon Kabupaten Ponorogo, Desember
2015.

Tingkat Sikap Frekuensi (n) Persentase (%)


Kurang - -
Cukup 70 70,0
Baik 30 30,0
Total 100 100,0

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat

sikap yang cukup tentang BAB di jamban yaitu sebanyak 70 orang (70%).

Responden pada tingkat sikap yang cukup sudah mampu menerima dan merespon

tentang BAB di jamban namun belum secara maksimal, sehingga perubahan

perilaku BAB di area terbuka menjadi BAB di jamban masih perlu ditingkatkan

kembali. Jumlah responden dengan tingkat sikap baik tentang BAB di jamban

yaitu sebanyak 30 orang (30%) dan tidak ada jumlah responden yang

menunjukkan tingkat sikap yang kurang tentang BAB di jamban. Responden pada

tingkat sikap yang baik sudah mampu bertanggung jawab dan sadar akan perilaku

hidup bersih dan sehat terhadap dirinya sendiri sehingga sudah berperilaku BAB

di jamban.

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
69

5.3 Distribusi Lingkungan Sosial Responden

Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, dapat diketahui gambaran

lingkungan sosial responden di wilayah kerja Puskesmas Jambon sebagai berikut :

5.3.1 Distribusi dukungan sosial

Distribusi frekuensi berdasarkan dukungan sosial di wilayah kerja

Puskesmas Jambon Kabupaten Ponorogo dikategorikan menjadi 3 yaitu tidak

pernah, kurang dan baik. Berikut dapat dilihat pada Tabel 5.7 sebagai berikut:

Tabel 5.7 Distribusi Dukungan Sosial di Wilayah Kerja Puskesmas Jambon


Kabupaten Ponorogo, Desember 2015.

Dukungan Sosial Frekuensi (n) Persentase (%)


Tidak Pernah 9 9,0
Kurang 79 79,0
Baik 12 12,0
Total 100 100,0

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa kurang

mendapatkan dukungan sosial yaitu berjumlah 79 orang (79%). Responden pernah

mendapat dukungan sosial seperti nasehat/teguran dari masyarakat maupun aparat

desa terkait perilaku buang air besar sembarangan, tetapi nasehat/teguran tersebut

jarang sehingga dukungan sosial dirasa kurang oleh responden. Jumlah paling

sedikit pada responden adalah tidak pernah mendapatkan dukungan sosial seperti

nasehat/teguran dari masyarakat maupun aparat desa terkait perilaku buang air

besar sembarangan yaitu berjumlah 9 orang (9%).

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
70

5.3.2 Distribusi sanksi sosial

Distribusi frekuensi berdasarkan sanksi sosial di wilayah kerja Puskesmas

Jambon Kabupaten Ponorogo dikategorikan menjadi 3 yaitu tidak pernah, kurang

dan baik. Dapat dilihat pada Tabel 5.8 sebagai berikut :

Tabel 5.8 Distribusi Sanksi Sosial di Wilayah Kerja Puskesmas Jambon


Kabupaten Ponorogo, Desember 2015.

Sanksi Sosial Frekuensi (n) Persentase (%)


Tidak Pernah 89 89,0
Kurang 11 11,0
Baik - -
Total 100 100,0

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa tidak

pernah ada larangan maupun sanksi yang diberikan terkait perilaku buang air

besar sembarangan yaitu berjumlah 89 orang (89%). Jumlah paling sedikit pada

responden dengan sanksi sosial yang kurang yaitu berjumlah 11 orang (11%).

Adanya larangan maupun sanksi yang diberikan terkait perilaku buang air besar

sembarangan tetapi larangan dan sanksi tersebut tidak dijalankan dengan baik

sehingga di rasa kurang oleh responden.

5.3.3 Distribusi pembinaan petugas

Distribusi frekuensi berdasarkan pembinaan petugas di wilayah kerja

Puskesmas Jambon Kabupaten Ponorogo dikategorikan menjadi 3 yaitu tidak

pernah, kurang dan sering. Berikut dapat dilihat pada Tabel 5.9 di bawah ini :

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
71

Tabel 5.9 Distribusi Pembinaan Petugas di Wilayah Kerja Puskesmas Jambon


Kabupaten Ponorogo, Desember 2015.

Pembinaan Petugas Frekuensi (n) Persentase (%)


Tidak Pernah 13 13,0
Kurang 78 78,0
Sering 9 9,0
Total 100 100,0

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa sebagian besar responden pernah

mendapatkan pembinaan petugas dari tenaga kesehatan maupun aparat desa di

lingkungan tempat tinggal terkait penyuluhan jamban sehat maupun masalah

kesehatan lingkungan, tetapi kegiatan tersebut jarang dilakukan sehingga

pembinaan petugas di rasa kurang yaitu berjumlah 78 orang (78%). Responden

yang sering mendapatkan pembinaan petugas berjumlah 9 orang (9%).

5.4 Analisis Perilaku Buang Air Besar (BAB) Sembarangan

Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, dapat diketahui analisis

perilaku buang air besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Jambon adalah

sebagai berikut :

Tabel 5.10 Analisis Perilaku Buang Air Besar Sembarangan di Wilayah Kerja
Puskesmas Jambon Kabupaten Ponorogo, Desember 2015.

Analisis Perilaku BAB


Frekuensi (n) Persentase (%)
sembarangan
Ya 55 55,0
Tidak 45 45,0
Total 100 100,0

Tabel 5.10 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berperilaku

buang air besar sembarangan yaitu berjumlah 55 orang (55%). Perilaku BAB

sembarangan sebagian besar di sungai. Sedangkan sebanyak 45 orang (45%) tidak

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
72

berperilaku buang air besar sembarangan. Selain itu tidak ditemukannya fasilitas

jamban umum di area pemukiman warga.

5.5 Analisis Hubungan Karakteristik Individu terhadap Perilaku Buang Air

Besar (BAB) Sembarangan

Analisis hubungan antara setiap faktor karakteristik individu terhadap

perilaku buang air besar sembarangan adalah sebagai berikut :

5.5.1 Analisis hubungan usia terhadap perilaku buang air besar

sembarangan

Data responden berdasarkan hubungan antara usia terhadap perilaku buang

air besar sembarangan dapat dilihat pada Tabel 5.11 sebagai berikut :

Tabel 5.11 Tabulasi Silang Hubungan Usia terhadap Perilaku Buang Air Besar
Sembarangan di Wilayah Kerja Puskesmas Jambon Kabupaten
Ponorogo, Desember 2015.

Perilaku Buang Air Besar


Sembarangan Jumlah
Usia
Ya Tidak
n % n % N %
≤ 35 tahun 3 18,8 13 81,2 16 100,0
36 – 49 tahun 31 54,4 26 45,6 57 100,0
≥ 50 tahun 21 77,8 6 22,2 27 100,0
Total 55 55,0 45 45,0 100 100,0

Tabel 5.11 menunjukkan bahwa sebagian besar responden pada kelompok

usia 36 – 49 tahun berperilaku buang air besar sembarangan yaitu berjumlah 31

orang (54,4%). Selain itu sebagian besar responden tidak berperilaku buang air

besar sembarangan pada kelompok usia 36 – 49 tahun yaitu berjumlah 26 orang

(45,6%). Hasil uji statistik pada faktor usia responden (p = 0,001) menunjukkan

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
73

hubungan secara signifikan dengan perilaku buang air besar sembarangan karena

p < 0,05.

5.5.2 Analisis hubungan tingkat pendidikan terhadap perilaku buang air

besar sembaranagan

Data responden berdasarkan hubungan antara tingkat pendidikan terhadap

perilaku buang air besar sembarangan dapat dilihat pada Tabel 5. 12 berikut ini :

Tabel 5.12 Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pendidikan terhadap Perilaku


Buang Air Besar Sembarangan di Wilayah Kerja Puskesmas Jambon
Kabupaten Ponorogo, Desember 2015.

Perilaku Buang Air Besar


Sembarangan Jumlah
Tingkat Pendidikan
Ya Tidak
n % n % N %
Pendidikan Rendah 35 81,4 8 18,6 43 100,0
Pendidikan Sedang 20 42,6 27 57,4 47 100,0
Pendidikan Tinggi 0 0 10 100,0 10 100,0
Total 55 55,0 45 45,0 100 100,0

Tabel 5.12 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan tingkat

pendidikan rendah yaitu responden tidak tamat SD/tamat SD yang berperilaku

buang air besar sembarangan berjumlah 35 orang (81,4%). Responden dengan

tingkat pendidikan sedang yaitu responden tamat SMP/tamat SMA/SMK tidak

berperilaku buang air besar sembarangan sebesar 27 orang (57,4%). Hasil uji

statistik pada faktor tingkat pendidikan responden (p = 0,000) menunjukkan

hubungan secara signifikan dengan perilaku buang air besar sembarangan karena

p < 0,05.

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
74

5.5.3 Analisis hubungan status ekonomi terhadap perilaku buang air besar

sembarangan

Data responden berdasarkan hubungan antara status ekonomi terhadap

perilaku buang air besar sembarangan dapat dilihat pada Tabel 5. 13 berikut ini :

Tabel 5.13 Tabulasi Silang Hubungan Status Ekonomi terhadap Perilaku Buang
Air Besar Sembarangan di Wilayah Kerja Puskesmas Jambon
Kabupaten Ponorogo, Desember 2015.

Perilaku Buang Air Besar


Sembarangan Jumlah
Status Ekonomi
Ya Tidak
n % n % N %
≤ UMK 54 78,3 15 21,7 69 100,0
≥ UMK 1 3,2 30 96,8 31 100,0
Total 55 55,0 45 45,0 100 100,0

Tabel 5.13 menunjukkan bahwa sebagian besar responden pada status

ekonomi dengan penghasilan ≤ UMK (Rp 1.150.000,00) cenderung berperilaku

buang air besar sembarangan yaitu berjumlah 54 orang (78,3%), sedangkan

responden pada status ekonomi dengan penghasilan ≥ UMK (Rp 1.150.000,00)

cenderung tidak berperilaku buang air besar sembarangan yaitu berjumlah 30

orang (96,8%). Sebagian besar responden adalah pedagang, petani, mengurus

rumah tangga dan beberapa responden bekerja sebagai kayawan maupun pegawai

negeri sehingga memiliki tingkat penghasilan yang berbeda. Hasil uji statistik

pada faktor status ekonomi responden (p = 0,000) menunjukkan hubungan secara

signifikan dengan perilaku buang air besar sembarangan karena p < 0,05.

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
75

5.5.4 Analisis hubungan jumlah anggota keluarga terhadap perilaku buang

air besar sembarangan

Data responden berdasarkan hubungan antara jumlah anggota keluarga

terhadap perilaku buang air besar sembarangan dapat dilihat pada Tabel 5.14

berikut ini :

Tabel 5.14 Tabulasi Silang Hubungan Jumlah Anggota Keluarga terhadap


Perilaku Buang Air Besar Sembarangan di Wilayah Kerja
Puskesmas Jambon Kabupaten Ponorogo, Desember 2015.

Perilaku Buang Air Besar


Jumlah Anggota Sembarangan Jumlah
Keluarga Ya Tidak
n % n % N %
≤ 3 orang 32 55,2 26 44,8 58 100,0
4 – 5 orang 18 50,0 18 50,0 36 100,0
≥ 6 orang 5 83,3 1 16,7 6 100,0
Total 55 55,0 45 45,0 100 100,0

Tabel 5.14 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan jumlah

anggota keluarga ≤ 3 orang cenderung berperilaku buang air besar sembarangan

yaitu berjumlah 32 orang (55,2%), selain itu pada responden dengan jumlah

anggota keluarga ≤ 3 cenderung orang tidak berperilaku buang air besar

sembarangan yaitu berjumlah 26 orang (44,8%). Hasil uji statistik pada faktor

jumlah anggota keluarga responden (p = 0,315) menunjukkan tidak ada hubungan

secara signifikan dengan perilaku buang air besar sembarangan karena p > 0,05.

5.5.5 Analisis hubungan pengetahuan tentang BAB di jamban terhadap

perilaku buang air besar sembarangan

Data responden berdasarkan hubungan pengetahuan terhadap perilaku

buang air besar sembarangan dapat dilihat pada Tabel 5.15 berikut ini :

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
76

Tabel 5.15 Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan terhadap Perilaku Buang Air
Besar Sembarangan di Wilayah Kerja Puskesmas Jambon Kabupaten
Ponorogo, Desember 2015.

Perilaku Buang Air Besar


Sembarangan Jumlah
Pengetahuan
Ya Tidak
n % n % N %
Kurang 4 100,0 0 0 4 100,0
Cukup 37 62,7 22 37,3 59 100,0
Baik 14 37,8 23 62,2 37 100,0
Total 55 55,0 45 45,0 100 100,0

Tabel 5.15 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan tingkat

pengetahuan cukup tentang BAB di jamban, cenderung berperilaku buang air

besar sembarangan yaitu berjumlah 37 orang (62,7%). Responden pada tingkat

pengetahuan baik tentang BAB di jamban menunjukkan cenderung tidak

berperilaku buang air besar sembarangan yaitu berjumlah 23 orang (62,2%). Hasil

uji statistik pada tingkat pengetahuan responden (p = 0,011) menunjukkan ada

hubungan secara signifikan dengan perilaku buang air besar sembarangan karena

p < 0,05.

5.5.6 Analisis hubungan sikap tentang BAB di jamban terhadap perilaku

buang air besar sembarangan

Data responden berdasarkan hubungan sikap terhadap perilaku buang air

besar sembarangan dapat dilihat pada Tabel 5.16 berikut ini :

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
77

Tabel 5.16 Tabulasi Silang Hubungan Sikap terhadap Perilaku Buang Air Besar
Sembarangan di Wilayah Kerja Puskesmas Jambon Kabupaten
Ponorogo, Desember 2015.

Perilaku Buang Air Besar


Sembarangan Jumlah
Sikap
Ya Tidak
n % n % N %
Cukup 41 58,6 29 41,4 70 100,0
Baik 14 46,7 16 53,3 30 100,0
Total 55 55,0 45 45,0 100 100,0

Tabel 5.16 menunjukkan bahwa sebagian besar responden pada tingkat

sikap cukup memiliki kecenderungan berperilaku buang air besar sembarangan

yaitu berjumlah 41 orang (58,6%). Sedangkan responden pada tingkat sikap yang

cukup pula, menunjukkan bahwa responden cenderung tidak berperilaku buang air

besar sembarangan yaitu berjumlah 29 orang (41,4%). Tingkat sikap yang cukup

dilihat dari adanya responden yang mampu menerima dan merespon terkait BAB

di jamban namun belum secara maksimal, sehingga masih ditemukan responden

yang berperilaku BAB sembarangan. Hasil uji statistik pada tingkat sikap

responden (p = 0,380) menunjukkan tidak ada hubungan secara signifikan dengan

perilaku buang air besar sembarangan karena p > 0,05.

5.5.7 Analisis multivariate hubungan karakteristik individu terhadap

perilaku buang air besar sembarangan

Berdasarkan hasil uji statistik bivariat, yaitu diketahuinya hubungan secara

signifikan antara variabel karakteristik individu terhadap variabel perilaku buang

air besar sembarangan. Hubungan secara signifikan tersebut diantaranya adalah

pada faktor usia, pendidikan, status ekonomi dan pengetahuan sehingga dapat

dilanjutkan ke analisis multivariat regresi linier berganda karena p-value < 0,25.

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
78

Tabel 5.17 Analisis Multivariate Hubungan Karakteristik Individu terhadap


Perilaku Buang Air Besar Sembarangan di Wilayah Kerja
Puskesmas Jambon Kabupaten Ponorogo, Desember 2015.

Variabel Bebas B Sig. Exp(B)


Status Ekonomi
1. ≤ UMK -3,878 0,001 0,021
2. ≥ UMK

Tabel 5.17 menunjukkan bahwa status ekonomi ≤ UMK (p = 0,001) ada

hubungan secara signifikan dengan perilaku buang air besar sembarangan karena

p < 0,05. Nilai exp(B) 0,021 menunjukkan status ekonomi dengan penghasilan per

bulan ≤ UMK akan memiliki peluang lebih tinggi berperilaku buang air besar

sembarangan 0,021 kali lebih besar jika dibandingkan dengan responden memiliki

penghasilan per bulan ≥ UMK.

5.6 Analisis Hubungan Lingkungan Sosial terhadap Perilaku Buang Air

Besar (BAB) Sembarangan

Analisis hubungan antara setiap faktor lingkungan sosial terhadap perilaku

buang air besar sembarangan adalah sebagai berikut :

5.6.1 Analisis hubungan dukungan sosial terhadap perilaku buang air

besar sembarangan

Data responden berdasarkan hubungan dukungan sosial terhadap perilaku

buang air besar sembarangan dapat dilihat pada Tabel 5.18 berikut ini :

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
79

Tabel 5.18 Tabulasi Silang Hubungan Dukungan Sosial terhadap Perilaku Buang
Air Besar Sembarangan di Wilayah Kerja Puskesmas Jambon
Kabupaten Ponorogo, Desember 2015.

Perilaku Buang Air Besar


Sembarangan Jumlah
Dukungan Sosial
Ya Tidak
n % n % N %
Tidak Pernah 8 88,9 1 11,1 9 100,0
Kurang 42 53,2 37 46,8 79 100,0
Baik 5 41,7 7 58,3 12 100,0
Total 55 55,0 45 45,0 100 100,0

Tabel 5.18 menunjukkan bahwa sebagian besar responden kurang

mendapatkan dukungan sosial berupa teguran maupun nasehat dari masyarakat

dan aparat desa sehingga masih ditemukan perilaku buang air besar sembarangan

yaitu berjumlah 42 orang (53,2%). Selain itu pada dukungan sosial kurang,

terdapat 37 orang (46,8%) tidak berperilaku buang air besar sembarangan. Hasil

uji statistik pada dukungan sosial (p = 0,076) menunjukkan tidak ada hubungan

secara signifikan dengan perilaku buang air besar sembarangan karena p > 0,05.

5.6.2 Analisis hubungan sanksi sosial terhadap perilaku buang air besar

sembarangan

Data responden berdasarkan hubungan sanksi sosial terhadap perilaku

buang air besar sembarangan dapat dilihat pada Tabel 5.19 berikut ini :

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
80

Tabel 5.19 Tabulasi Silang Hubungan Sanksi Sosial terhadap Perilaku Buang Air
Besar Sembarangan di Wilayah Kerja Puskesmas Jambon Kabupaten
Ponorogo, Desember 2015.

Perilaku Buang Air Besar


Sembarangan Jumlah
Sanksi Sosial
Ya Tidak
n % n % N %
Tidak Pernah 48 53,9 41 46,1 89 100,0
Cukup 7 63,6 4 36,4 11 100,0
Total 55 55,0 45 45,0 100 100,0

Tabel 5.19 menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung

berperilaku buang air besar sembarangan karena tidak pernah adanya sanksi sosial

di lingkungan tempat tinggal yaitu berjumlah 48 orang (53,9%). Selain itu tidak

pernah adanya sanksi sosial di lingkungan tempat tinggal menunjukkan bahwa 41

orang (46,1%) cenderung tidak berperilaku buang air besar sembarangan. Selain

itu tidak ditemukannya slogan maupun peraturan tertulis tentang larangan BAB

sembarangan. Hasil uji statistik pada tingkat sikap responden (p = 0,773)

menunjukkan tidak ada hubungan secara signifikan dengan perilaku buang air

besar sembarangan karena p > 0,05.

5.6.3 Analisis hubungan pembinaan petugas terhadap perilaku buang air

besar sembarangan

Data responden berdasarkan hubungan pembinaan petugas terhadap

perilaku buang air besar sembarangan dapat dilihat pada Tabel 5.20 berikut ini :

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
81

Tabel 5.20 Tabulasi Silang Hubungan Pembinaan Petugas terhadap Perilaku


Buang Air Besar Sembarangan di Wilayah Kerja Puskesmas Jambon
Kabupaten Ponorogo, Desember 2015.

Perilaku Buang Air Besar


Sembarangan Jumlah
Pembinaan Petugas
Ya Tidak
n % n % N %
Tidak Pernah 8 61,5 5 38,5 13 100,0
Kurang 43 55,1 35 44,9 78 100,0
Sering 4 44,4 5 55,6 9 100,0
Total 55 55,0 45 45,0 100 100,0

Tabel 5.20 menunjukkan bahwa sebagian besar responden pernah

mendapatkan pembinaan petugas dari tenaga kesehatan maupun aparat desa di

lingkungan tempat tinggal terkait penyuluhan jamban sehat maupun masalah

kesehatan lingkungan, tetapi kegiatan tersebut jarang dilakukan sehingga

pembinaan petugas di rasa kurang dan masih ditemukan perilaku buang air besar

sembarangan yaitu berjumlah 43 orang (55,1%). Selain itu kurang mendapat

pembinaan petugas menunjukkan bahwa 35 orang (44,9%) tidak berperilaku

buang air besar sembarangan. Hasil uji statistik pada pembinaan petugas (p =

0,730) menunjukkan tidak ada hubungan secara signifikan dengan perilaku buang

air besar sembarangan karena p > 0,05.

5.6.4 Analisis multivariat hubungan lingkungan sosial terhadap perilaku

buang air besar sembarangan

Berdasarkan hasil uji statistik bivariat, yaitu diketahuinya hubungan secara

signifikan antara variabel lingkungan sosial terhadap variabel perilaku buang air

besar sembarangan. Hubungan signifikan tersebut pada faktor dukungan sosial

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
82

dan selanjutnya dilanjutkan ke analisis multivariat regresi linier berganda karena

p-value < 0,25.

Tabel 5.21 Analisis Multivariate Hubungan Lingkungan Sosial terhadap Perilaku


Buang Air Besar Sembarangan di Wilayah Kerja Puskesmas Jambon
Kabupaten Ponorogo, Desember 2015.

Variabel Bebas B Sig. Exp(B)


Dukungan Sosial
1. Tidak pernah
2. Kurang -2,643 0,035 0,071
3. Baik

Tabel 5.21 menunjukkan bahwa kurang mendapatkan dukungan sosial (p =

0,035) ada hubungan secara signifikan dengan perilaku buang air besar

sembarangan karena p < 0,05. Nilai exp(B) 0,071 menunjukkan kurang

mendapatkan dukungan sosial di lingkungan tempat tinggal akan memiliki

peluang lebih tinggi berperilaku buang air besar sembarangan 0,071 kali lebih

besar jika dibandingkan dengan responden yang mendapatkan dukungan sosial

baik di lingkungan tempat tinggal.

5.7 Analisis Karakteristik Individu dan Lingkungan Sosial terhadap

Perilaku Buang Air Besar (BAB) Sembarangan

Berdasarkan hasil uji statistik bivariat, yaitu diketahuinya hubungan secara

signifikan antara variabel karakteristik individu dan lingkungan sosial terhadap

variabel perilaku buang air besar sembarangan selanjutnya dilanjutkan ke analisis

multivariat regresi linier berganda.

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
83

Tabel 5.22 Analisis Multivariate Hubungan Karakteristik Individu dan


Lingkungan Sosial terhadap Perilaku Buang Air Besar
Sembarangan di Wilayah Kerja Puskesmas Jambon Kabupaten
Ponorogo, Desember 2015.

Variabel Bebas B Sig. Exp(B)


Status Ekonomi
1. ≤ UMK -3,816 0,001 0,022
2. ≥ UMK

Tabel 5.22 menunjukkan bahwa status ekonomi ≤ UMK (p = 0,001) ada

hubungan secara signifikan dengan perilaku buang air besar sembarangan karena

p < 0,05. Nilai exp(B) 0,022 menunjukkan status ekonomi dengan penghasilan per

bulan ≤ UMK akan memiliki peluang lebih tinggi berperilaku buang air besar

sembarangan 0,022 kali lebih besar jika dibandingkan dengan responden memiliki

penghasilan per bulan ≥ UMK.

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS

Anda mungkin juga menyukai