Bab V
Bab V
BAB V
HASIL PENELITIAN
sampai dengan 175 meter di permukaan air laut. Berdasarkan hasil Evaluasi
tercatat luas kecamatan sebesar 5748 Km2. Batas fisik wilayah Kecamatan
Jambon yaitu :
dibagi menjadi 282 Rukun Tetangga (RT), 76 Rukun Warga (RW) dan 44 Dusun
berikut :
64
SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ... EMA SURYANINGTIAS
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
65
tahun dan usia responden paling tua yaitu 57 tahun. Distribusi frekuensi usia
Jambon Kabupaten Ponorogo dapat dilihat pada Tabel 5.1 sebagai berikut :
tahun yaitu berjumlah 57 orang (57%). Jumlah responden paling sedikit yaitu
pendidikan rendah yaitu tidak tamat SD/tamat SD, pendidikan sedang yaitu tamat
orang (10%).
(31%).
yaitu ≤ 3 orang, 4 – 5 orang dan ≥ 6 orang dapat dilihat pada Tabel 5.4 sebagai
berikut :
sedikit memiliki jumlah anggota keluarga ≥ 6 orang yaitu sebanyak 6 orang (6%).
Sebagian besar keluarga responden terdiri dari ayah, ibu dan anak.
dikategorikan menjadi 3 yaitu kurang, cukup dan baik dapat dilihat pada Tabel 5.5
sebagai berikut :
pengetahuan yang cukup tentang BAB di jamban yaitu sebanyak 59 orang (59%).
Jumlah paling sedikit pada responden dengan tingkat pengetahuan yang kurang
menjadi 3 yaitu kurang, cukup dan baik dapat dilihat pada Tabel 5.6 :
sikap yang cukup tentang BAB di jamban yaitu sebanyak 70 orang (70%).
Responden pada tingkat sikap yang cukup sudah mampu menerima dan merespon
perilaku BAB di area terbuka menjadi BAB di jamban masih perlu ditingkatkan
kembali. Jumlah responden dengan tingkat sikap baik tentang BAB di jamban
yaitu sebanyak 30 orang (30%) dan tidak ada jumlah responden yang
menunjukkan tingkat sikap yang kurang tentang BAB di jamban. Responden pada
tingkat sikap yang baik sudah mampu bertanggung jawab dan sadar akan perilaku
hidup bersih dan sehat terhadap dirinya sendiri sehingga sudah berperilaku BAB
di jamban.
pernah, kurang dan baik. Berikut dapat dilihat pada Tabel 5.7 sebagai berikut:
desa terkait perilaku buang air besar sembarangan, tetapi nasehat/teguran tersebut
jarang sehingga dukungan sosial dirasa kurang oleh responden. Jumlah paling
sedikit pada responden adalah tidak pernah mendapatkan dukungan sosial seperti
nasehat/teguran dari masyarakat maupun aparat desa terkait perilaku buang air
pernah ada larangan maupun sanksi yang diberikan terkait perilaku buang air
besar sembarangan yaitu berjumlah 89 orang (89%). Jumlah paling sedikit pada
responden dengan sanksi sosial yang kurang yaitu berjumlah 11 orang (11%).
Adanya larangan maupun sanksi yang diberikan terkait perilaku buang air besar
sembarangan tetapi larangan dan sanksi tersebut tidak dijalankan dengan baik
pernah, kurang dan sering. Berikut dapat dilihat pada Tabel 5.9 di bawah ini :
perilaku buang air besar sembarangan di wilayah kerja Puskesmas Jambon adalah
sebagai berikut :
Tabel 5.10 Analisis Perilaku Buang Air Besar Sembarangan di Wilayah Kerja
Puskesmas Jambon Kabupaten Ponorogo, Desember 2015.
buang air besar sembarangan yaitu berjumlah 55 orang (55%). Perilaku BAB
berperilaku buang air besar sembarangan. Selain itu tidak ditemukannya fasilitas
sembarangan
air besar sembarangan dapat dilihat pada Tabel 5.11 sebagai berikut :
Tabel 5.11 Tabulasi Silang Hubungan Usia terhadap Perilaku Buang Air Besar
Sembarangan di Wilayah Kerja Puskesmas Jambon Kabupaten
Ponorogo, Desember 2015.
orang (54,4%). Selain itu sebagian besar responden tidak berperilaku buang air
(45,6%). Hasil uji statistik pada faktor usia responden (p = 0,001) menunjukkan
hubungan secara signifikan dengan perilaku buang air besar sembarangan karena
p < 0,05.
besar sembaranagan
perilaku buang air besar sembarangan dapat dilihat pada Tabel 5. 12 berikut ini :
berperilaku buang air besar sembarangan sebesar 27 orang (57,4%). Hasil uji
hubungan secara signifikan dengan perilaku buang air besar sembarangan karena
p < 0,05.
5.5.3 Analisis hubungan status ekonomi terhadap perilaku buang air besar
sembarangan
perilaku buang air besar sembarangan dapat dilihat pada Tabel 5. 13 berikut ini :
Tabel 5.13 Tabulasi Silang Hubungan Status Ekonomi terhadap Perilaku Buang
Air Besar Sembarangan di Wilayah Kerja Puskesmas Jambon
Kabupaten Ponorogo, Desember 2015.
rumah tangga dan beberapa responden bekerja sebagai kayawan maupun pegawai
negeri sehingga memiliki tingkat penghasilan yang berbeda. Hasil uji statistik
signifikan dengan perilaku buang air besar sembarangan karena p < 0,05.
terhadap perilaku buang air besar sembarangan dapat dilihat pada Tabel 5.14
berikut ini :
yaitu berjumlah 32 orang (55,2%), selain itu pada responden dengan jumlah
sembarangan yaitu berjumlah 26 orang (44,8%). Hasil uji statistik pada faktor
secara signifikan dengan perilaku buang air besar sembarangan karena p > 0,05.
buang air besar sembarangan dapat dilihat pada Tabel 5.15 berikut ini :
Tabel 5.15 Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan terhadap Perilaku Buang Air
Besar Sembarangan di Wilayah Kerja Puskesmas Jambon Kabupaten
Ponorogo, Desember 2015.
berperilaku buang air besar sembarangan yaitu berjumlah 23 orang (62,2%). Hasil
hubungan secara signifikan dengan perilaku buang air besar sembarangan karena
p < 0,05.
Tabel 5.16 Tabulasi Silang Hubungan Sikap terhadap Perilaku Buang Air Besar
Sembarangan di Wilayah Kerja Puskesmas Jambon Kabupaten
Ponorogo, Desember 2015.
yaitu berjumlah 41 orang (58,6%). Sedangkan responden pada tingkat sikap yang
cukup pula, menunjukkan bahwa responden cenderung tidak berperilaku buang air
besar sembarangan yaitu berjumlah 29 orang (41,4%). Tingkat sikap yang cukup
dilihat dari adanya responden yang mampu menerima dan merespon terkait BAB
yang berperilaku BAB sembarangan. Hasil uji statistik pada tingkat sikap
pada faktor usia, pendidikan, status ekonomi dan pengetahuan sehingga dapat
dilanjutkan ke analisis multivariat regresi linier berganda karena p-value < 0,25.
hubungan secara signifikan dengan perilaku buang air besar sembarangan karena
p < 0,05. Nilai exp(B) 0,021 menunjukkan status ekonomi dengan penghasilan per
bulan ≤ UMK akan memiliki peluang lebih tinggi berperilaku buang air besar
sembarangan 0,021 kali lebih besar jika dibandingkan dengan responden memiliki
besar sembarangan
buang air besar sembarangan dapat dilihat pada Tabel 5.18 berikut ini :
Tabel 5.18 Tabulasi Silang Hubungan Dukungan Sosial terhadap Perilaku Buang
Air Besar Sembarangan di Wilayah Kerja Puskesmas Jambon
Kabupaten Ponorogo, Desember 2015.
dan aparat desa sehingga masih ditemukan perilaku buang air besar sembarangan
yaitu berjumlah 42 orang (53,2%). Selain itu pada dukungan sosial kurang,
terdapat 37 orang (46,8%) tidak berperilaku buang air besar sembarangan. Hasil
uji statistik pada dukungan sosial (p = 0,076) menunjukkan tidak ada hubungan
secara signifikan dengan perilaku buang air besar sembarangan karena p > 0,05.
5.6.2 Analisis hubungan sanksi sosial terhadap perilaku buang air besar
sembarangan
buang air besar sembarangan dapat dilihat pada Tabel 5.19 berikut ini :
Tabel 5.19 Tabulasi Silang Hubungan Sanksi Sosial terhadap Perilaku Buang Air
Besar Sembarangan di Wilayah Kerja Puskesmas Jambon Kabupaten
Ponorogo, Desember 2015.
berperilaku buang air besar sembarangan karena tidak pernah adanya sanksi sosial
di lingkungan tempat tinggal yaitu berjumlah 48 orang (53,9%). Selain itu tidak
orang (46,1%) cenderung tidak berperilaku buang air besar sembarangan. Selain
itu tidak ditemukannya slogan maupun peraturan tertulis tentang larangan BAB
menunjukkan tidak ada hubungan secara signifikan dengan perilaku buang air
besar sembarangan
perilaku buang air besar sembarangan dapat dilihat pada Tabel 5.20 berikut ini :
pembinaan petugas di rasa kurang dan masih ditemukan perilaku buang air besar
buang air besar sembarangan. Hasil uji statistik pada pembinaan petugas (p =
0,730) menunjukkan tidak ada hubungan secara signifikan dengan perilaku buang
signifikan antara variabel lingkungan sosial terhadap variabel perilaku buang air
0,035) ada hubungan secara signifikan dengan perilaku buang air besar
peluang lebih tinggi berperilaku buang air besar sembarangan 0,071 kali lebih
hubungan secara signifikan dengan perilaku buang air besar sembarangan karena
p < 0,05. Nilai exp(B) 0,022 menunjukkan status ekonomi dengan penghasilan per
bulan ≤ UMK akan memiliki peluang lebih tinggi berperilaku buang air besar
sembarangan 0,022 kali lebih besar jika dibandingkan dengan responden memiliki