Anda di halaman 1dari 5

MATEMATIKA: MESKI BERJARAK

TETAP BERGERAK
 Rabu, 11 November 2020
 Kategori : Artikel
 891 kali dibaca
FacebookTwitterEmailLINEWhatsAppMore
Oleh Romlah, S.Pd.
Guru pada MTs Negeri 2 Tangerang

Memasuki delapan bulan sejak Maret lalu, masa pandemi Covid-19


yang melanda berbagai belahan dunia telah mengubah kebiasaan
berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali pendidikan formal di sekolah.
Oleh karena itu, saat ini metode pembelajaran konvensional dengan
tatap muka menjadi sebuah kerinduan bagi semua peserta didik yang
selama ini dianggap model pembelajaran andalan dan paling efektif di
sekolah. Namun, kini mendadak harus berganti dan berubah drastis
dengan model pembelajaran jarak jauh (PJJ) sebagai
alternatif physical distancing di tengah pandemi.

Di antara guru berbagai mata pelajaran di sekolah, guru mata


pelajaran eksak khususnya matematika mengalami hambatan yang
cukup berarti. Mulai dari cara penyampaian materi kepada peserta
didik yang sedikit rumit, hingga selama ini persepsi sebagian besar
peserta didik yang menganggap matematika sulit, terlalu banyak
angka, segudang rumus yang harus diingat, dan konten yang terlalu
abstrak sehingga kurang diminati oleh banyak peserta didik, sekalipun
pembelajaran sudah dilakukan dalam berbagai metode yang
menyenangkan. Dengan pembelajaran tatap muka biasa ditemukan
banyak peserta didik mengalami kesulitan, apalagi jika dilaksanakan
dalam skema PJJ. Namun, guru yang hebat adalah guru yang mampu
mengubah mindset dan menepis anggapan bahwa matematika itu sulit
dipelajari.

Menyikapi hal tersebut, seorang guru matematika tentu perlu berpikir


kreatif, terus bergerak dan bekerja keras dalam mendesain
pembelajaran matematika yang menarik dan menyenangkan bagi
peserta didik, tetapi tetap dalam skema PJJ.  Leli Sugiarti pada
Webinar Olimpiade Matematika (OPTIKA 20) dengan tema: “Peran
Teknologi dalam Pengembangan Keterampilan Belajar dan Mengajar
untuk Mencapai Berpikir Tingkat Tinggi”, menyebutkan, empat
keterampilan yang sebaiknya dimiliki tenaga pendidik. Pertama,
kesabaran dan kegigihan, dalam hal ini guru harus memiliki kesabaran
dan kegigihan dalam menghadapi aneka ragam sifat dan kepribadian
peserta didik. Karena peserta didik memiliki jiwa petualang dan sikap
keingintahuan yang besar, hal itu kadang mendorong mereka
bertindak di luar jalur. Kedua, memahami perkembangan IPTEK,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu pesat, hal ini
berlaku secara global. Penggunaan internet dan media sosial tak luput
mengimbas peserta didik. Sehingga guru harus mampu menyikapinya
dalam pembelajaran. Guru harus mampu mendesain pembelajaran
secara virtual. Ketiga, berpikir kreatif dan inovatif, seorang guru yang
berpikir kreatif akan mampu menemukan inovasi baru dalam
pembelajaran. Sehingga, guru tersebut memiliki berbagai metode
pembelajaran menarik yang dapat dilakukan dalam mentransfer
ilmu. Keempat, manajemen dunia maya, saat ini, hampir semua guru
aktif bermedia sosial. Guru juga harus terampil menyaring dan
membagikan informasi, Mampu memanfaatkan media sosial, sebagai
sarana pembelajaran. Ketika empat keterampilan mengajar tersebut
sudah dikuasai dan diaplikasikan oleh seorang guru, maka kita akan
memiliki peserta didik yang :

1. Berakhlak
2. Terampil Teknologi dan manajemen informasi
3. Terampil belajar, berpikir dan berinovasi
4. Mampu bersaing di era global

Menyadari matematika merupakan ilmu yang abstrak dan memiliki


karakteristik yang kompleks, mengharuskan guru matematika
memperhatikan metode atau gaya penyampaian materi secara tepat
kepada peserta didik, lebih-lebih dalam pembelajaran tanpa tatap
muka sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.
Diawali dengan menyusun rencana pembelajaran ringkas sebagai
persiapan PJJ merupakan hal penting dan sangat membantu bagi guru
matematika dalam mengoptimalkan pembelajaran. Sekalipun tidak
bertatap muka dengan peserta didik, guru sejatinya tetap menghindari
pembelajaran yang mengambang. Karena jika tidak, pembelajaran
akan berlangsung tanpa adanya organisasi yang baik yang bermuara
pada tidak efektifnya pembelajaran. Dalam penerapan pembelajaran
yang efektif setidaknya membutuhkan beberapa hal yang mampu
mengakomodir semua aspek yang ada dalam pembelajaran
matematika, seperti tujuan pembelajaran, materi yang disampaikan,
metode pembelajaran yang sesuai di mana tidak membosankan dan
tidak terkesan membebankan peserta didik, forum diskusi, dan bentuk
penugasan peserta didik. Demi mengkonkretkan konsep yang abstrak
dalam pembelajaran matematika, guru dapat mengintegrasikan media
teknologi dalam pembuatan bahan ajar berbasis multimedia yang
sesuai dengan gaya belajar peserta didik. Bahan ajar dapat disusun
berupa teks atau video dengan menarik, ringkas, jelas, dan memuat
penjelasan materi, contoh soal beserta penyelesaian, serta latihan
mandiri secara bertingkat (mudah, sedang, hingga sulit).

Pengemasan bahan ajar dapat menggunakan berbagai aplikasi


multimedia yang mendukung yang mampu menyajikan presentasi
secara menarik, menampilkan konten dengan cara lebih modern, serta
menghasilkan video pembelajaran yang memadukan tema, animasi,
dan efek sehingga dapat mewujudkan pencapaian hasil belajar yang
komprehensif meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Bahan
ajar tersebut bisa didapatkan secara gratis dari media pembelajaran
yang sudah tersedia seperti Rumah Belajar, seTARA Daring,
Ruangguru, Quipper, Zenius, Kelas Pintar, Google Suite for Education,
Kipin School, Meja Kita, SekolahMu, Cisco Webex, dan lainnya.
Pembelajaran matematika yang menarik juga harus tersedianya forum
diskusi antara guru dan peserta didik. Forum diskusi ini bisa
menggunakan media popular seperti WhatsApp, Line, Google
Classroom, Microsoft Teams, Shcoology, atau forum diskusi lainnya
yang disiapkan Learning Management System (LMS). Forum diskusi
ini bertujuan untuk menghidupkan belajar daring sehingga terjalinnya
proses komunikasi aktif dan interaktif secara virtual antara guru dan
peserta didik dalam pembelajaran.

Selain itu, pengecekan kehadiran peserta didik secara online juga


diusahakan bervariasi agar menghadirkan suasana pembelajaran yang
berbeda setiap pertemuannya. Pengecekan kehadiran dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai fitur seperti Google Form, Zoho Form,
Mentimeter, dan lainnya. Mengisi presensi kehadiran oleh setiap
peserta didik menjadi amat penting dikarenakan hal ini sebagai
penentu kehadiran mereka dalam setiap kelas daring, juga hal ini
sebagai bagian dari ikhtiar guru untuk melibatkan peserta didik secara
aktif dalam pembelajran.
Penting bagi guru untuk mewujudkan pembelajaran yang interaktif. Hal
ini bertujuan untuk mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan
sehingga tujuan pembelajaran juga dengan sendirinya dapat tercapai.
Terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan guru untuk
mencapai hal tersebut. Pertama, melakukan apersepsi di awal
pembelajaran karena hal ini merupakan nadi keberhasilan suatu
pembelajaran. Munif Chatib (2011) menyatakan bahwa menit-menit
pertama dalam proses belajar adalah waktu berharga untuk satu jam
pembelajaran selanjutnya. Apersepsi yang tepat membuat peserta
didik merasa relaks dan senang, kondisi ini disebut sebagai
kondisi zona alfa yang artinya tahap paling cemerlang proses kreatif
otak seseorang. Sehingga sangat disayangkan jika guru tidak
melakukan apersepsi di awal pembelajaran, hal ini akan berakibat
pada ketidaksiapan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran pada
tahapan selanjutnya. Kedua, hindari penggunaan rentang waktu yang
lama saat memberikan informasi karena akan berakibat pada
kejenuhan yang dialami peserta didik sehingga menghilangkan
konsentrasi mereka dalam belajar. Ketiga, usahakan selalu
memberikan apresiasi dan reward dalam bentuk kata kepada setiap
peserta didik yang sudah merespons diskusi pembelajaran dengan
baik. Keempat, sebutkan nama peserta didik yang kurang terlihat di
bilik chat dengan tujuan untuk memberikan rasa peduli, sehingga
mereka merasa dihargai keberadaannya sekalipun dalam kelas non
tatap muka. Kelima, memberikan instruksi atau informasi dengan jelas,
menggugah pembaca untuk meresponsnya, dan tidak menggunakan
kalimat singkat yang terkesan kaku. Ada baiknya saat mengomentari
respons peserta didik hendaknya dibarengi dengan kalimat humoris,
candaan, dan lain sebagainya sehingga terkesan seperti pembelajaran
tatap muka biasanya di kelas. Keenam, berikan waktu jeda sekitar 5-
10 menit untuk peserta didik menenangkan diri di tengah
pembelajaran, tetapi tetap menekankan kedisiplinan waktu
sebagaimana yang telah diatur di awal pembelajaran.

Terakhir, hal yang tak kalah penting dalam pembelajaran adalah


penilaian yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk
penilaian kognitif dapat diperoleh dari hasil kuis, latihan, ulangan
harian dan PAS yang bisa dilakukan melalui platfoam digital seperti
Quizizz, Kahoot, Google Classroom dan lain sebagainya. Untuk
penilaian afektif, guru bisa melihat kedisiplinan siswa baik dalam
kehadiran maupun dalam mengumpulkan tugas-tugas yang diberikan,
serta partisipasi mereka dalam mengikuti proses pembelajaran secara
daring dari awal hingga akhir. Sementara penilaian psikomotorik dapat
dilihat dari keaktifan peserta didik dalam mengutarakan pendapatnya
melalui bilik komentar, kreativitas peserta didik dalam mengerjakan
tugas bersifat keterampilan seperti pembuatan mind mapping
atau poster pembelajaran dari sebuah konsep matematika yang telah
dipelajari.

Mengingat pandemi yang belum menunjukkan tanda-tanda akan


berakhir, maka persiapan belajar bagi seluruh peserta didik sangat
penting untuk dirumuskan dengan tepat oleh guru demi mewujudkan
pembelajaran berkualitas bagi setiap peserta didik. Untuk para guru,
teruslah bergerak dan tetap semangat dalam mendesain pembelajaran
secara PJJ. Yakinlah kerja keras, keikhlasan, dan doa kita bersama
akan menentukan kualitas generasi masa depan yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai