Disusun Oleh :
NIM : 0801513061
Kelas : HI 13 B
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2
memberitakan.4 Pada dasarnya media massa dijadikan alat sebagai
komunikasi politik. Komunikasi ini berupa penyampaian informasi, ide,
emosi, keterampilan, dan lain-lain, melalui penggunaan simbol kata, gambar,
angka, grafik, dan sebagainya.5
Hubungan antara media dengan politisi atau pemerintah sudah berjalan
sekian lama, dan hubungan itu bisa dikatakan tidak bisa dipisahkan antara
keduanya, bukan saja wartawan membutuhkan politisi atau pejabat
pemerintah sebagai sumber informasi (maker of news), tetapi juga para politisi
maupun pejabat pemerintah memerlukan media untuk menyampaikan pikiran-
pikirannya maupun kebijakan yang mereka ambil untuk kepentingan orang
banyak.6 Namun, di sisi lain hubungan it cukup rawan jika para pekerja media
tidak hati-hati menjalankan tugas kewartawanannya secara profesional sebab
hal itu bisa menimbulkan delik hukum.7
Perkembangan teknologi komunikasi, globalisasi, libealisasi, dan
komersialisasi telah memunculkan pergeseran.8 Media massa tumbuh tidak
hanya menjadi kekuatan pengontrol kekuasaan tetapi telah menjadi kekuatan
politik, ekonomi dan budaya.9 Pergesran ini terjadi karena adanya para elit
politik yang ingin merauk keuntungan materil dari perusahaan media dan juga
adanya kebutuhan non-materil yang berusaha dia penuhi. Dengan adanya
para penguasa elit politik dalam media membuat segala pemberitaan media itu
sendiri bisa dikategorikan sebagai settingan dari para pemiliknya.
4
Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi. (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2009), 147.
5
Subiakto, 14, Op.cit.
6
Cangara, 127-128, Op.cit.
7
Ibid, 47.
8
Subiakto, 104, Op.cit.
9
Ibid.
3
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, tujuan penulisan makalah
ini untuk mengetahui seberapa penting peran media massa dalam politik di
Indonesia, dan juga mengetahui dampak dari penggunaan media massa
sebagai alat untuk berpolitik.
4
Bab ini berisi mengenai kesimpulan penulisa atas semua
penjelasan yang telah di paparkan dalam bab sebelumnya.
5
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
Media massa saat ini sudah dijadikan sebagai alat komunikasi politik.
Dimana banyaknya para politisi yang menggunakan media massa sebagai alat
kekuassan. Perkembangan teknologi kominikasi, liberalisasi, dan
komersialisasi telah memunculkan pergeseran.10 Pergeseran tersebut
dipengaruhi beberapa hal, namun hal yang sangat dominan dimana media
massa dijadikan alat kekuasaan yaitu dengan kepemilikan media massa oleh
para politisi atau elit-elit politik.
Gejala ini sangat kentara dan nyata terlihat pada model pemberitaan
atau program current issue di televisi swasta, yang mengkhususkan pada
berita.12 Pemberitaan tentang si pemilik media yang sedang bersaing dalam
pemilihan umun, pasti akan diberitakan positif. Beda halnya dengan rival
politiknya, yang bisanya diberitakan secara biasa bahkan tak kadang dijelek-
jelekan oleh warta bertita. Dari hal tersebut terlihat perbedaan yang sangat
menonjol, dan media massa saat ini sudah tidak bersikap netral dalam
pemberitaan yang disampaikannya.
10
Subiakto, 104. Op.cit.
11
Ibid.
12
Ibid, 109
6
khalayak.13 Kepemilikan media massa oleh para elit politik pada akhinrya
mengancam demokrasi sitem politik. Adanya kepetingan dan ideologi
pemiilik sedikit banyak mempengaruhi terhadap cara media mengupas
fenomena dan realitas sosial politik yang terjadi.14 Maka demi memuaskan
kepentingan para pemilik media massa, saat ini media massa sudah mulai
kehilangan esensi dan fungsi media massa yang sesungguhnya.
13
Ibid, 140
14
Subiakto, “Pengertian Media Massa,” 153. Op.cit.
7
BAB III
ISI
15
Tabroni, 16, Op.cit.
16
Anwar Arifin, Komunikasi Politik ( Jakarta: PT Balai Pustaka, 2003), 12.
17
Tabroni, 25, Op.cit.
18
Arifin, 108, Op.cit.
19
Ibid, 27.
8
trias politika dari Montesqueu, yaitu legistalif, eksekutif, dan yudikatif.
Dengan adanya proses pembentukan citra politik dan pendapat umum dari
media massa, semuanya berakhir dengan tujuan akan menarik partisipasi
politik masyarakat yang tinggi dalam menentukan kehidupan politiknya
dimasa depan.
20
Arifin, 96
21
Ibid, 11.
9
Kebutuhan masyarakat akan informasi dalam berbagai hal, terutama
masalah politik dalam negerinya, membuat media massa berusaha untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga tidak jarang media tunduk pada
politik demi memuaskan kebutuhan masayarat yang nantinya menjadi nilai
komersial untuk media itu sendiri. Sistem media mempunyai korelasi terhadap
sistem sosial politik, yang berlaku di negara di mana media beroprasi, maka
kendali politik dan ekonomi (baca: pasar) selalu menjadi faktor signifikan
yang berpengaruh terhadap operasi media.22
Kepemilikan media massa saat ini, tidak hanya dimiliki oleh pelaku
bisnis semata, namun lebih dari itu. Para politisi yang memilki modal dan
kekuassan mencoba untuk menjadi pemilik media massa demi memenuhi dan
memperlancar kebutuhan politiknya. Adanya kongkalinkong media di era
kapitalis liberal, gejalanya terlihat ketika bisnis media mulai diatur oleh
tokoh-tokoh yang punya kekuatan politik dan uang.23 Adanya pengaturan
dalam isi dari media itu sendiri, demi memuaskan kepentingan pemiliknya. Di
Indonesia sendiri sudah mulai marak media yang kepemilikannya berasal dari
elit politik.
Tabel 1
10
Koran Seputar Indonesia
Aburizal Bakri Ketua umum partai Golkar PT Visi Media Asia Tbk
atau disebut VIVA
stasiun televisi ANTV
TVOne dan Sport One
portal berita online
VIVA.co.id
Surya Paloh Ketua Umum Partai Nasdem Pemilik Media Grup
Harian Media Indonesia,
Lampung Post
Statsiuan tv swasta
MetroTV
Chairul Manta menteri perekeonomian Pemilik CT Corp dengan
Tanjung (periode 2009-2014) Trans Corp sebagai
Ketua Komite Ekonomi perusahaan medianya,
Nasional (KEN) memiliki TransTV,
Trans7 dan Portal Berita
Detik.com
Dahlan Iskan Mantan menteri BUMN Jawa Post Grup
(periode 2009-2014) Harian Radar dan
RadarTV
(Sumber: https://akuindonesiana.wordpress.com/2014/03/26/daftar-media-tv-dan-online-di-indonesia-yang-berpihak-dan-sembunyikan-kebenaran/)
Kehadiran para pemilik media dalam partai politik, sudah pasti akan
memaikan perannya sebagai pemilik media dan politisi dengan cara mengontrol isi
pemberitaan demi memuaskan kepentingan sang pemilik. Hal ini terjadi di pemilihan
presiden 2014. Dimana ada dua kandidat presiden yaitu Jokowi Dodo-Jusuf Kalla,
24
Henry Subiakto, 94, Op.cit
11
dan Prabowo-Hatta Rajasa. Kedua kandidat tersebut, memiliki tim kualisi yang salah
satu anggotanya merupakan pemilik media massa. Di kualisi Indonesia Hebat yaitu
kubu Jokowi-Jusuf Kalla yaitu adanya Surya Paloh yang diketahui sebagai pemilik
Media Grop, sedangkan di kubu Prabowo-Hatta Rajasa ada Aburizal Bakrie yang
bergabung di kualisi Merah Putih dan beliau adalah pemilik perusahaan media PT
Visi Media Asia Tbk dan juga Harry Tanoesudibjo sebagai CEO MNC Grup.25
Foto: (Heru/Okezone)
tersebut merupakan milik dari salah
satu anggota kualisi Prabowo-Hatta
Rabu, 9 Juli 2014 - 16:31 wib | Arief Setyadi – Okezone
yaitu Hary Tanoesudibjo. Pemberitaan
Sujud Syukur Warnai Kemenangan Prabowo-Hatta tersebut muncul setelah adanya
JAKARTA - Tarian kemenangan dan sujud syukur tampak deklarasi dari kubu lawan yaitu Jokowi-
di rumah yang pernah ditinggali oleh orang tua Prabowo
Subianto, Soemitro Djodjohadikusumo sore ini, setelah
Jusuf Kalla bahwa mereka adalah
capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa pemenang pemilhan presiden 2014.
Sumber pemilu.okezone.com
25
Saskia Yuli, Koalisi Pemilik Media Dalam Pilpres 2014, diakses pada 21 Desembern 2014, dalam
(http://news.detik.com/read/2014/05/21/112917/2588071/103/koalisi-pemilik-media-dalam-pilpres-
2014).
26
Henry Subiakto, 109, Op.cit
12
semacam ini juga karena adanya keterlibatan pemilik perusahaan media yang ikut
bergabung dalam koalisinya. Adanya iklan-iklan dan pemberitaan yang dibuat oleh
koalisi Prabowo-Hatta seakan-akan menggambarkan bhwa Prabowo-Hatta adalah
pasangan yang paling tepat untuk menjadi Presiden Indonesia.
Berbanding terbalik dengan pemberitaan dari portal berita online milik Surya
Paloh (Metrotvnews.com) yang merupakan anggota kualisi Jukowi-JK yang melansir
bahwa kemenangan pemilu presiden 2014 ada di pihak Jokowi-JK. Artikel ini
sebenarnya lebih dahulu muncul sebelum Jokowi-JK Pemenang Pemilu Menurut Netizen
Dari dua artikel tersebut dapat terlihat bahwa para pemilik media mencoba
untuk mengontrol pemikiran masyarakat tentang siapa yang menjadi pemenang dalam
pemilihan presiden 2014, dengan dasar pemberitaan tersebut. Padahal pemberitaan-
13
pemberitaan tersebut hanyalah hasil perhitungan cepat, dan bukan hasil resmi yang
dari KPU. Dengan pemberitaan-pemberitaan yang sebenarnya belum pasti
kebenarannya, hanya akan memicu konflik diantara para pendukung masing-masing
calon presiden. Sampai saat ini konflik antara kedua pendukung Prabowo dan Jokowi
masing sering terjadi. Sulit untuk mengharapkan pemilu yang independen ketika
media tidak menjalankan fungsinya dalam mendidik masyarakat dan menjaga
netralitas.27 Seperti penjelasan dalam bab dua tadi bahwa para elit politik yang
memiliki perusahaan media massa mencoba untuk menjadikan media massa sebagai
alat untuk meraih kekuasaan dalam politik dengan menciptakan pemberitaan yang
mendukung segala tindakannya.
27
Andylala Waluyo, Media Berpotensi Picu Konflik Dalam Pemilu 2014, diakses pada 19 November
2014, dalam (http://www.voaindonesia.com/content/media-picu-konflik-dalam-pemilu-/1861611.html)
14
BAB IV
KESIMPULAN
Dalam penyajian berita di media dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya
oleh politik. pemerintah yang merupakan salah satu unsur dalam politik, memiliki
wewenang untuk membembatasi dan memilih berita mana yang layak untuk di
siarkan atau diterbitkan kepada masyarakat memalui Lembaga Sensor. Adanya
kebutuhan masayarakat akan informasi dalam kehidupannya sehar-hari, terutama dala
Namun hadirnya media massa sebagai alat komunikasi politik tidak jarang
dijadikan sebagai alat untuk mendapatkan kekusaan. Saat ini tidak jarang lagi ditemui
para elit politik yang memiliki perusahaan media. Para pemilik media yang berasal
dari ranah politik, mencampurkan kepentingan politiknya kedalam perusahaan media
yang mereka miliki. Demi untuk mendapatkan perhatian dan kepercayaan dari para
masyarakat, para elit politik mencoba mengontrol pemeberitaan serta tayangan dari
perusahaan medianya. Terkadang tidak jarang adanya intimidasi atau menjelek-
jelekan elit politik lain dalam pemberitaan di media massa yang dimiliki oleh elit
politik, hanya untuk membuat citra lawanya buruk dan mendapatkan simpati dari
masyarakat.
15
Adanya peran politik yang mempengaruhi dalam media massa, dapat dilihat
dari kasus yang sudah paparkan di bab pembahasan. Dari kasus tersebut terlihat
bahwa saat ini media massa sangat terpengaruh oleh politik dari sisi isi pemberitaan
dan informasi media itu sendiri. Dari banyaknya kasus lain yang menggunakan media
massa sebagai alat komunikasi politik, sebaiknya para elit politik bisa menjadikannya
sebagai saranan yang benar-benar efektif dan efisien dalam pengguanaanya. Serta
masayarakat dituntuk untuk lebih bisa menyaring segala pemberitaan yang
diberitakan oleh media massa, karena banyak sekali pemberitaan yang dibuat hanya
untuk kepentingan salah satu pihak yang merugikan pihak yang lainnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Subiakto, Henry & Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media, & Demokrasi, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup, 2012)
Website:
Romli, ASM “Pengertian Media Massa”, diakses pada 28 September 2014, dalam
(http://komunikasi.uingd.ac.id/pengertian-media-massa/)
Yuli, Saskia “Koalisi Pemilik Media Dalam Pilpres 2014”, diakses pada 21
Desember 2014, dalam
(http://news.detik.com/read/2014/05/21/112917/2588071/103/koalisi-pemilik-
media-dalam-pilpres-2014).
17
(http://www.voaindonesia.com/content/media-picu-konflik-dalam-
pemilu-/1861611.html)
18