DISUSUN OLEH :
DOSEN
WIDARTI,SE.,MSi
1. MARGIN KONTRIBUSI
Margin Kontribusi (contribution margin) merupakan selisih antara hasil penjualan dan
seluruh komponen biaya variabel (produksi, administrasi, dan penjualan). Margin
Kontribusi positif menunjukkan bahwa hasil penjualan dapat digunakan untuk menutup
biaya variabel dan seluruh atau sebagian biaya tetap. Apabila margin kontribusi melebihi
jumlahbiaya total, maka kelebihannya merupakan laba. Berikut contoh bahwa margin
kontribusi total PT. BagusBudi berjumlah Rp. 1.900.000, adapun biaya tetap totalnya
berjumlah Rp. 760.000, sehingga laba bersih totalnya adalah Rp. 1.140.000.
Tabel 2
PT. BAGUSBUDI
Laporan Laba – rugi Tahun 2014
Perhatikanlah bahwa margin kontribusi per unit pada tabe adalah Rp. 190 dan
mengandung arti bahwa setiap unit barang yang terjual memberi kontribusi Rp. 190 untuk
menutup biaya tetap, biaya tetap total pada contoh diatas menunjukkan jumlah Rp.760.000
dengan memperhatikan makna contribution margin per unit, maka kita dapat dengan cepat
mengetahui berap unit barang harus yetjual agar seluruh biaya tetap menjadi tertutup. Agar
seluruh biaya tetap tertutup tanpa memperoleh laba (disebut titik impas atau break event
point), maka jumlah margin kontribusi total harus sebesar Rp. 760.000.Titik impas tercapai
apabila produk yang terjual 4.000 unit yakni biaya tetap total dibagi margin kontribusi per
unit (760.000 : 190).
Tabel 3
PERUSAHAAN ABC
Laporan Laba – rugi Tahun 2014
Dengan memperhatikan makna titik impas dan margin kontribusi per unit, maka kita
dapat menganalisis lebih lanjut bahwa setiap penjualan satu unit iatas titik impas akan
memberi laba sebesar margin kontribusi per unit tersebut. Analisi seperti ini memudahkan
manager untuk mencapai jumlah laba tertentu. Seandainya manager merencana laba
Rp.1.900, maka manager akan mentargetkan penjualan 10 unit diatas titik impas. Dengan
kata lain, target penjualannya ditetapkan sebanyak 4.010 unit sebagaimana pada tabel
berikut :
Tabel 4
PERUSAHAAN ABC
Laporan Laba – rugi Tahun 2014
Tabel 5
Dua Perusahaan Yang Berbeda Struktur Biayanya
Jumlah % Jumlah %
Struktur biaya yang baik bergantung pada banyak faktor, termasuk tren jangka
panjang dalam penjualan, fluktulasi tahunan dalam tingkat penjualan, dan sikap managemen
resiko. Untuk kasus diatas, jika penjualan dimasa mendatang diharapkan cenderung
meningkat dari jumlah semula (Rp. 5 Juta), maka struktur biaya PT. GANDANENAK
mungkin lebih baik, karena resiko margin kontribusinya lebih tinggi dan, oleh karena itu,
labanya menigkat lebih cepat ketika penjualan meningkat. Misalnya, jika masing – masing
perusahaan memperoleh peningkatan penjualan 10% dari semula, maka laba Gandanenak
mencapai Rp. 1.400.000. sedangkan Rasanesip hanya mencapai Rp. 1.200.000. Perhatikanlah
tabel berikut menyajikan pengaruh kenaikan pernjualan terhadap laba bersih pada dua
perusahaan diatas yang struktur biayanya berbeda. Sebagaimana dapat diharapkan, untuk
kenaikan penjualan yang sama, Gandanenak memperoleh peningkatan laba bersih tinggi
daripada Rasanesip sebab resiko margin kontribusinya lebih tinggi.
Tabel 6
Pengaruh Kenaikan Penjualan Terhadap Laba Bersih Pada
Dua Perusahaan Yang Struktur Biayanya Berbeda
Jumlah % Jumlah %
Tabel 7
Pengaruh Penurunan Penjualan Terhadap Laba Bersih Pada
Dua Perusahaan Yang Struktur Biayanya Berbeda
Jumlah % Jumlah %
Dari angka – angka ditabel tampak bahwa dalam hal ada penurunan penjualan
yang sama, PT. RASANESIP memiliki struktur biaya terbaik. Jika terjadi penurunan
penjualan dimasa yang akan datang, maka perusahaan tersebut lebih baik stabilitasnya
karena biaya tetapnya relatif lebih rendah.
3. OPERATING LAVERAGE
Operating Laverage adalah ukuran besarnya penggunaan biaya tetap dalam
sebuah perusahaan. Semakin tinggi biaya tetap, semakin tinggioperating leverage dan
semakin besar pula sensitivitas laba bersih terhadap perubahan penjualan. Perusahaan
yang mempunyai operating laverage tinggi akan mengalami peningkatan dalam
persentase yang besar dalam labanya jika terjadi sedikit saja peningkatan dalam
penjualan. Sebaliknya, perusahaan yang mempunyai operating laverage rendah akan
mengalami peningkatan dalam penjualan. Derajat besar – kecilnya operating laverage
atau Degree Of operating Leverage (DOL) umumnya diukur pada tingkat penjualan
tertentu.
Rumusnya sebagai berikut :
Margin Kontribusi
DOL =
Laba Bers ih
DOL adalah ukuran, pada tingkat penjualan tertentu, besarnya pengaruh perubahan
persentase dalam voluma penjualan terhadap laba. Berikut adalah contoh menghitung DOL
untuk PT. RASANESIP dan PT. GANDANENAK.
Tabel 8
Perhitungan DOL
Jumlah % Jumlah %
2.000.000 4.000.000
DOL = DOL =
1.000.000 1.000.000
DOL = 2x DOL = 4x
Pada tingkat penjualan Rp.5 Juta, Dol untuk Rasanesip adalah 2 kali sedangkan untuk
Gandanenak adalah 4 kali. DOL Rasanesip yang besarnya 2 kali menunjukkan bahwa setiap
tambahan 1% penjualan akan menambah laba bersih 2%. Jika penjualan untuk masing –
masing perushaan diatas naik 10%, maka laba bersih Rasanesip naik 20%, sedangkan laba
bersih Gandanenak naik 40%.
Tabel 9
Kenaikan Laba Bersih Sesuai DOL
Jumlah % Jumlah %
Persentase Kenaikan
Laba Bersih dari laba bersih
Semula (bxa) x 100% 20% 40%
Perlu diperhatikan lagi dengan seksama bahwa DOL selalu dihitung pada tingkat
penjualan tertentu. Pada contoh diatas, DOL dihitung pada tingkat penjualan Rp. 5 Juta.Jika
pada tingkat penjualan berada di titik impas, maka besarnya DOL semakin kecil, sedangkan
pada tingkat penjualan persis dititik impas, maka besarnya DOL adalah tak terhingga.