Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN PADA An.

K DI BANGSAL AROFAH

DENGAN DIAGNOSA DIARE CAIR AKUT

Disusun oleh:

Nama : Julkifli Ladiku

Nim : 04.17.4590

Kelas : D/KP/VIII

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA

2021
LAPORAN PENDAHULUAN DIARE CAIR AKUT

A. Pengertian
Nursalam (2012), mengatakan diare pada dasarnya adalah frekuensibuang air besar yang lebih
sering dari biasanya dengan konsistensiyang lebih encer. Diare merupakan gangguan buang air besar
atauBAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensitinja cair, dapat disertai
dengan darah dan atau lender (Riskesdas,2013).

Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensifeses. Seseorang
dikatakan menderita diare bila feses lebih berair daribiasanya, dan bila buang air besar lebih dari tiga
kali, atau buang airbesar yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes,2016).WHO
(2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan buang air besar(BAB) dengan konsistensi lembek
hingga cair dan frekuensi lebih daritiga kali sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari,
sedangkandiare persisten terjadi selama ≥ 14 hari.

B. Etiologi
Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh berbagaiinfeksi, selain penyebab
lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnyamerupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem
gastrointestinalatau penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebihdikenal dengan
“penyakit diare”, karena dengan sebutan penyakit diareakan mempercepat tindakan
penanggulangannya. Penyakit diareterutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya
karenadapat membawa bencana bisa terlambat.

Faktor penyebab diare, antara lain :

a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yangmerupakan penyebab utama diare
pada anak. Meliputi infeksienteral sebagai berikut :
a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella,Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dan sebagainya.
b) Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie,Poliomyelitis) Adeno-virus,
Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain.
c) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris,Strongyloides); protozoa
(Entamoeba histolytica, Giardialamblia, Trichomonas hominis); jamur (Candida
albicans)
2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makananseperti: otitis media akut
(OMA) , tonsilitis/ tonsilofaringitis,bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan
initerutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2tahun.
b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa,maltosa dan sukrosa);
monosakarida (intoleransi glukosa,fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
terpentingdan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak.
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadipada anak yang lebih
besar).Selain kuman, ada beberapa perilaku yang dapat meningkatan resikoterjadinya diare,
yaitu :
a) Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama darikehidupan.
b) Menggunakan botol susu.
c) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar.
d) Air minum tercemar dengan bakteri tinja.
e) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuangtinja, atau sebelum
menjamaah makanan

C. Patofisiologi
Paramita (2017), mengatakan proses terjadinya diare dapat disebabkanoleh berbagai
kemungkinan faktor diantaranya :

a. Faktor infeksi
1) Virus Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan infeksirotavirus. Setelah
terpapar dengan agen tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh bersama dengan
makanan dan minumanyang masuk ke dalam saluran pencernaan yang
kemudianmelekat pada sel-sel mukosa usus, akibatnya sel mukosa ususmenjadi rusak
yang dapat menurunkan daerah permukaan usus.Sel-sel mukosa yang rusak akan
digantikan oleh sel enterositbaru yang berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang
belummatang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus. Hal inimenyebabkan
vili-vili usus halus mengalami atrofi dan tidakdapat menyerap cairan dan makanan
dengan baik. Selanjutnya,terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya
mengakibatkangangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit.Atau juga
dikatakan adanya toksin bakteri atau virus akanmenyebabkan sistem transpor aktif
dalam usus sehingga selmukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan
danelektrolit akan meningkat.
2) Bakteri Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu kedalam
mukosa, terjadi perbanyakan diri sambil membentuktoksin. Enterotoksin ini dapat
diresorpsi ke dalam darah danmenimbulkan gejala hebat seperti demam tinggi, nyeri
kepala,dan kejang-kejang. Selain itu, mukosa usus yang telah dirusakmengakibatkan
mencret berdarah berlendir. Penyebab utamapembentukan enterotoksin ialah bakteri
Shigella sp, E.coli.diare ini bersifat self-limiting dalam waktu kurang lebih lima hari
tanpa pengobatan, setelah sel-sel yang rusak digantidengan sel-sel mukosa yang baru
(Wijoyo, 2013).
b. Faktor malabsorpsi,
1) Gangguan osmotikCairan dan makanan yang tidak dapat diserap akan terkumpuldi
usus halus dan akan meningkatkan tekanan osmotik ususAkibatnya akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam ronggausus meningkat. Gangguan
osmotikmeningkat menyebabkanterjadinya pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus.Hal ini menyebabkan banyak cairan ditarik ke dalam lumenusus dan
akan menyebabkan terjadinya hiperperistaltik usus.Cairan dan makanan yang tidak
diserap tadi akan didorongkeluar melalui anus dan terjadilah diare (Nursalam, 2012).
2) Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding
ususakan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalamrongga usus dan
selanjutnya timbul diare karena terdapatpeningkatan isi rongga usus (Nursalam,
2012).
3) Gangguan motilitas ususHiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatanusus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare.Sebaliknya bisa
peristaltik usus menurun akan mengakibatkanbakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya
timbul diare pula.Akibat dari diare yaitu kehilangan air dan elektrolit yang
dapatmenyebabkan cairan ekstraseluler secara tiba-tiba cepat hilang,terjadi
ketidakseimbangan elektrolit yang mengakibatkan syokhipovolemik dan berakhir
pada kematian jika tidak segeradiobati (Nursalam, 2012).
c. Faktor makanan, ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidakmampu diserap dengan baik.
Sehingga terjadi peningkatanperistaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan
untukmenyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare (Hidayat,2008). Diare akut
berulang dapat menjurus ke malnutrisi energiprotein, yang mengakibatkan usus halus
mengalami perubahan yang disebabkan oleh PEM tersebut menjurus ke defisiensi enzimyang
menyebabkan absorpsi yang tidak adekuat dan terjadilahdiare berulang yang kronik. Anak
dengan PEM terjadi perubahanrespons imun, menyebabkan reaksi hipersensitivitas
kulitterlambat, berkurangnya jumlah limfosit dan jumlah sel T yang beredar. Setelah
mengalami gastroenteritis yang berat anak mengalamimalabsorpsi. Malabsorpsi juga terdapat
pada anak yang mengalamimalnutrisi, keadaan malnutrisi menyebabkan atrofi mukosa
usus,faktor infeksi silang usus yang berulang menyebabkanmalabsorpsi, enteropati dengan
kehilangan protein. Enteropati inimenyebabkan hilangnya albumin dan imunogobulin
yangmengakibatkan kwashiorkor dan infeksi jalan nafas yang berat(Paramita, 2017).
d. Faktor psikologis, faktor ini dapat mempengaruhi terjadinyapeningkatan peristaltik usus yang
akhirnya mempengaruhi prosespenyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare.
Prosespenyerapan terganggu (Paramita, 2017).
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
Anak yang mengalami diare akibat infeksi bakteri mengalami kramperut, muntah, demam,
mual, dan diare cair akut. Diare karena infeksi bakteri invasif akan mengalami demam tinggi, nyeri
kepala, kejang-kejang, mencret berdarah dan berlendir (Wijoyo, 2013).

Ngastiyah (2014), mengatakan anak yang mengalami diare mula-mulaakan cengeng, gelisah,
suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang.BAB cair, mungkin disertai lendir dan darah. Warna
tinja makin lamaberubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerahsekitarnya
akan lecet karena sering defekasi dan tinja makin lamamakin asam sebagai akibat makin banyak asam
laktat yang berasal darilaktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat
timbul sebelum atau sesudah diare dan dapatdisebabkan karena lambung turut meradang atau akibat
gangguankeseimbangan asam basa dan elektrolit. Jika anak telah banyakkehilangan cairan dan
elektrolit, serta mengalami gangguan asam basadapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan
hipokalemia,hipovolemia. Gejala dari dehidrasi yang tampak yaitu berat badanturun, turgor kulit
kembali sangat lambat, mata dan ubun-ubun besarmenjadi cekung, mukosa bibir kering. Dehidrasi
merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapatmenyebabkan hipovolemia, kolaps
kardiovaskuler dan kematian bilatidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut
tonisitasplasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik(hipernatremik) atau dehidrasi
hipotonik. Menurut derajat dehidrasinyabisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau
dehidrasiberat (Sinaga 2018).

Menurut Lidia, 2018 :

1. Anak cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensitinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat
banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan
mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat,
pasien sangatlemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat
hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam.
F. Klasifikasi
Pedoman dari laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak, Universitas Airlangga dalam
Nursalam (2012), diare dapat dikelompokkan menjadi:

a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-5 hari.
b. Diare yang berkepanjangan bial diare berlangsung lebih dari 7 hari.
c. Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik bukan suatu kesatuan
penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab dan patogenisisnya multikompleks.
Mengingat banyaknya kemungkinan penyakit yang dapat mengakibatkan diare kronik dan
banyak pemeriksaan yang harus dikerjakan maka dibuat tinjauan pustaka ini untuk dapat
melakukan pemeriksaan lebih terarah.
Sedangkan menurut Wong (2008), diare dapat diklasifikasikan, sebagai berikut:
a. Diare akut Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare akut didefinisikan
sebagai peningkatan atau perubahan frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agens
infeksius dalam traktus Gastroenteritis Infeksiosa (GI). Keadaan ini dapat menyertai infeksi
saluran pernapasan atas (ISPA) atau infeksi saluran kemih (ISK). Diare akut biasanya sembuh
sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika
dehidrasi tidak terjadi.
b. Diare kronis Didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi atau kandungan
air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14 hari. Kerap kali diare kronis
terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom malabsorpsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi
kekebalan, alergi makanan, intoleransi latosa atau diare nonspesifik yang kronis, atau sebagai
akibat dari penatalaksanaan diare akut yang tidak memadai.
c. Diare intraktabelYaitu diare membandel pada bayi yang merupakan sindrompada bayi dalam
usia minggu pertama dan lebih lama dari 2 minggu tanpa ditemukannya dari mikroorganisme
pathogen sebagai penyebabnya dan bersifat resisten atau membandel terhadap terapi.
Penyebabnya yang paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani secara
memadai.
d. Diare kronis nonspesifikDiare ini juga dikenal dengan istilah kolon iritabel pada anak atau
diare toddler, merupakan penyebab diare kronis yang sering dijumpai pada anak-anak yang
berusia 6 hingga 54 minggu. Feses pada anak lembek dan sering disertai dengan partikel
makanan yang tidak dicerna, dan lamanya diare lebih dari 2 minggu. Anak-anak yang
menderita diare kronis nonspesifikini akan tumbuh secara normal dan tidak terdapat gejala
malnutrisi, tidak ada daearh dalam fesesnya serta tidak tampak infeksi enteric.
G. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan tinja
a) Markoskopik dan mikroskopik
b) Ph dan kadar gula tinja
c) Biakan dan resistensi feces (color )
b. Analisa gas dada apabila didapatkan tanda-tanda gangguankeseimbangan asam basa
(pernafasan kusmaoul
c. Pemeriksaan kadar ureum kreatif untuk mengetahui faal ginjal
d. Pemeriksaa elektrolitterutama kadar Na,K,Kalsium dan fosfat

H. Komplikasi
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada
elektro kardiagram).
d. Hipoglikemia.
e. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili
mukosa, usus halus.
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.
Derajat dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
 Kehilangan berat badan
 Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
 Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
 Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%

I. Pengobatan
Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal pentingyang perlu diperhatikan
a. Jenis cairan
1) Oral : pedialyte atau oralit, Ricelyte
2) Parenteral : NaCl, Isotonic, infusb)Jumlah cairan Jumlah cairan yang diberikan sesuai
dengan cairan yangdikeluarkan.
3) Jalan masuk atau cara pemberian
a) Cairan per oral, pada pasien dengan dehidrasi ringan dansedang cairan diberikan
per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3, KCL dan glukosa.
b) Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) selalu tersedia di
fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenaiseberapa banyak cairan yang
diberikan tergantung dari berat ingannya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan
kehilangancairan sesuai dengan umur dan berat badannya.

J. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian
PENGKAJIAN DATA
a. Identitas klien
Nama, jenis kelamin, alamat, pekerjaan. Terdapat identitas lengkap penderita
CKR
b. Keluhan utama
Sering terjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan tergantung
seberapa jauh dampak dari trauma kepala disertai penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang
Adanya riwayat trauma yang mengenai kepala yang akibat dari kecelakaan lalu
lintas, jatuh dari ketinggian, trauma langsung ke kepala. Pengkajian yang didapat,
meliputi tingkat kesadaran menurun, konfulse, muntah, sakit kepala, lemah,
liquor dari hidung dan telinga serta kejang.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu dipertanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi, riwayat
cidera sebelumnya, DM, dan penggunaan obat-obatan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya anggota generasi terdahulu yang menderita hipertensi dan DM

PENGKAJIAN POLA AKTIFITAS SEHARI-HARI


a. Pola nutrisi
Kaji pola nutrisi sebelum MRS dan saat MRS biasanya pada klien CKR timbul mual
dan muntah serta mengalami selera makan
b. Pola istirahat tidur
Kaji perubahan pola tidur sebelum dan saat sakit. Biasanya klien mengalami
perubahan pada pola istirahat tidur karena nyeri dan ansietas
c. Pola eliminasi
Kaji bagaimana pola defekasi sebelum dan saat sakit Pola aktifitas dan latihan klien
dengan CKR biasanya mengalami kelemahan, letih, dan terkadang terjadi perubahan
kesadaran.
d. Pola presepsi dan konsep diri
Kaji bagaimana klien mamandang dirinya serta penyakit yang dideritanya
e. Pola peran hubungan
Kaji bagaimana peran dan fungsi serta hubungan dengan masyarakat
f. Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap penyakit yang dialami klien
Pola kebersihan diri
g. Kaji bagaimana tidankan klien dalam menjaga kebersihan dirinya.
PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan umum penurunan kesadaran pada CKR umumnya GCS 13-15.
2) Breathing
Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama jantung, sehingga
terjadi perubahan pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun iramanya, bisa berupa
Cheyne Stokes atau Ataxia breathing. Nafas berbunyi, stridor, ronkhi, wheezing (
kemungkinana karena aspirasi), cenderung terjadi peningkatan produksi sputum pada jalan
napas.
3) Blood
Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah bervariasi. Tekanan
pada pusat vasomotor akan meningkatkan transmisi rangsangan parasimpatik ke jantung
yang akan mengakibatkan denyut nadi menjadi lambat, merupakan tanda peningkatan
tekanan intrakranial. Perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi
dengan bradikardia, disritmia)
4) Brain
Cidera kepala menyebabkan berbagai defisit neurologis terutama akibat pengaruh
peningkatan TIK yang disebakan adanya perdarahan.
 Pengkajian tingkat kesadaran : tingkat keterjagaan klien dan respon terhadap
lingkungan.
 Pengkajian fungsi cerebral : status mental,fungsi intelektual,lobus frontalis, hemisfer.
 Pengkajian saraf kranial :
a) Saraf I : kelainam pada penciuman
b) Saraf II : kelainan pada lapang pandang
c) Saraf III,IV,VI : gangguan mengangkat kelopak mata
d) Saraf V : gangguan penurunan kemampuan kordinasi gerakan mengunyah
e) Saraf VII : presepsi pengecapan mengalami perubahanSaraf VIII : perubahan
fungsi pendengaran
f) Saraf IX dan X : kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka
mulut
g) Saraf XI : mobilitas leher tidak ada gangguan
h) Saraf XII : indra pengecapan mengalami perubahan.
5) Blader
Pada cidera kepala sering terjadi gangguan berupa retensi, inkontinensiauri,
ketidakmampuan menahan miksi.
6) Bowel
Terjadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah, mual, muntah (mungkin
proyektil), kembung dan mengalami perubahan selera. Gangguan menelan (disfagia) dan
terganggunya proses eliminasi alvi.
7) Bone
Pasien cidera kepala sering datang dalam keadaan parese, paraplegi. Pada kondisi
yang lama dapat terjadi kontraktur karena imobilisasi dan dapat pula terjadi spastisitas atau
ketidakseimbangan antara otot-otot antagonis yang terjadi karena rusak atau putusnya
hubungan antara pusat saraf di otak dengan refleks pada spinal selain itu dapat pula terjadi
penurunan tonus otot.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbs
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO. DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI
1 I Setelah dilakukan tindakan Monitor nuttrisi :
keperawatn selama 2X24 jsm, 1) Kaji adanya alergi makanan
diharapkan status nutrisi pasien 2) Anjurkan pasien untuk
seimbang dengan kriteria hasil: meningkatkan intake fe
1) Mempertahankan BB atau 3) Ketahui makanan kesukaan
pertambahan klien
2) Mampu mengidentifikasi 4) Kolaborasi dengan ahli gizi
kebutuhan nutrisi tidak ada untuk menentukan jumlah
tanda-tanda malnutrisi kalori dan nutrisi yang
3) Tidak terjadi penurunan BB dibutuhkan pasien
yang berarti 5) Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan
vitamin A
6) Berikan substansi gula
7) Yakinkan diit yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
8) Berikan makanan yang
terpilih (sudah
dikonsulkan dengan ahli
gizi)

2 II Setelah dilakukan tindakan Fluid management :


keperawatan selama 2x24 jam 1) Timbang popok/pembalut
diharapkan status cairan pasien jika diperlukan
seimbang dengan kriteria hasil: 2) Monitor status hidrasi
1) Mempertahankan urine output (kelembaban membran
sesuai dengan usia dan BB, mukosa, nadi adekuat,
BJ urine normal, HT normal tekanan darah ortostatik ),
2) Tekana darah, nadi, suhu jika diperlukan
tubuh dalam batas normal 3) Monitor vital sign
3) Tidak ada tanda-tanda 4) Monitor masukan makanan
dehidrasi, elastisitas turgor / cairan kalori harian
kulit baik, membran mukosa 5) Kolaborasikan pemberian
lembab, tidak ada rasa haus cairan IV
yang berlebihan. 6) Monitor status nutrisi
7) Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
Tawarkan snack ( jus buah,
buah segar )
8) Kolaborasi dengan dokter
jika tanda cairan berlebih
muncul atau meburuk
DAFTAR PUSTAKA

Lidia, 2018. Asuhan keperawatn pada anak diare diruang 2 ibu dan anak rs reksodiwiryo
padang. Diakses pada tgl 16 april 2021 http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/KTI_LIDIA_.pdf
Paramita, 2017. Asuhan keperawatn pada anak DCA di ruang bayi. Diakses pada tanggal 16
April 2021 http://repositoryuin-pdg.ac.id/repository/KTI__PARAMITA.pdf
Nursalam, 2012. Riset keperawatan. Jakarta
Sinaga, 2018. asuhan keperawatan anak pada anak c pasien diare ruang rawat nginap di
puskesmas puuwatu tahun 2018. Diakses pada tanggal 16 april 2021
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/530/1/KTI%20ESMI%20SINAGA.pdf
Dinkes, 2016. Diare cair akut buku panduan. Diakses pada tanggal 16 april 2021
http://bukupanduandiarecair.ac.id/530/1/dinkespdf

Anda mungkin juga menyukai