Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kejadian penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)
di Indonesia masih tinggi terutama pada balita, kasus kesakitan tiap tahun
mencapai 260.000 balita. Pada akhir tahun 2000, ISPA mencapai enam
kasus di antara 1000 bayi dan balita. Tahun 2003 kasus kesakitan balita
akibat ISPA sebanyak lima dari 1000 balita, salah satu penyebab ISPA
pada balita yaitu sanitasi rumah yang tidak sehat (Supraptini, 2006).
Menurut data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun
2004, di Indonesia rumah sehat dibagi menjadi tiga kategori yaitu kategori
baik, kategori sedang dan kategori kurang. Persentase rumah sehat di
Indonesia kategori baik mencapai 35,3%, kategori sedang 39,8% dan
kategori kurang 24,9%. Target rumah sehat di Indonesia sebesar 80%, dari
kategori rumah sehat di atas tidak ada yang memenuhi target, sehingga
rumah sehat di Indonesia belum tercapai (Depkes RI, 2000).
Berdasarkan profil Puskesmas Buduran (2018), angka kejadian
ISPA di Desa Wadungasih sejak bulan januari sampai juni 2018 sebanyak
91 kasus pada balita dengan Prevalance Rate (PR) sebesar 9,47 % dimana
kasus ISPA di desa wadungasih merupakan kasus terbanyak di Kecamatan
Buduran. Desa Wadungasih termasuk desa yang memiliki kasus ISPA
cukup tinggi, sedangkan Puskesmas Buduran terletak di Desa Wadungasih
yang memungkinkan warga desa mudah mengakses pelayanan kesehatan.
Untuk kecamatan Buduran total kasus ISPA pada bulan januari sampai
juni tahun 2018 sebanyak 960 kasus. (Puskesmas Buduran 2018).

Tabel 1. Data pasien balita dengan ISPA (PKM Buduran)


No Desa Total PR No Desa Total PR
1. Entalsewu 28 2,9% 9. Damarsih 77 8,02%

2. Pagerwojo 79 8,2% 10 Dukuh tengah 34 3,5%

3. Sidokerto 76 7,9% 11. Banjarsari 57 5,9%

1
2

4. Buduran 57 5,9% 12. Wadungasih 91 9,47%

5. Siwalan 81 8,4% 13. Banjarkemantr 106 11,04%


panji en
6. Sidomulyo 45 4,6% 14. Sukorejo 47 4,89%

7. Prasung 74 7,7% 15. Sidokepung 84 8,75%

8. Sawohan 24 2,5% 16. TOTAL 960 100%

Menurut Notoatmodjo (2003), rumah yang luas ventilasinya tidak


memenuhi syarat kesehatan akan mempengaruhi kesehatan penghuni
rumah, hal ini disebabkan proses pertukaran aliran udara dari luar ke
dalam rumah tidak lancar, sehingga bakteri penyebab penyakit ISPA yang
ada di dalam rumah tidak dapat keluar. Ventilasi juga menyebabkan
peningkatan kelembaban ruangan karena terjadinya proses penguapan
cairan dari kulit, oleh karena itu kelembaban ruangan yang tinggi akan
menjadi media yang baik untuk perkembangbiakan bakteri penyebab
penyakit ISPA. Sanitasi rumah dan lingkungan erat kaitannya dengan
angka kejadian penyakit menular, terutama ISPA (Taylor, 2002). Beberapa
hal yang dapat mempengaruhi kejadian penyakit ISPA pada balita adalah
sanitasi lingkungan rumah indoor misalnya, kondisi fisik rumah,
kebersihan rumah, kepadatan penghuni, dan ventilasi (Iswarini dan
Wahyu, 2006). Selain itu juga faktor dari outdoor yaitu kelembaban,
pencemaran udara, suhu dan pencahayaan (Ambarwati dan Dina, 2007).
ISPA merupakan salah satu penyakit yang sering diderita oleh balita.
Kecamatan Buduran merupakan wilayah yang dimana terdapat
banyak perindustrian, sehingga memungkinkan terjadi pencemaran udara
akibat limbah perindustrian. Dimana polusi udara atau pencemaran udara
tersebut menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya infeksi saluran
pernapasan atas.

B. Rumusan Masalah
3

Apakah ada hubungan sanitasi lingkungan rumah indoor atau


outdoor dengan kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) pada usia
balita di desa Wadungasih pada bulan januari sampai juni tahun 2018?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan sanitasi lingkungan rumah indoor atau
outdoor dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Wadungasih,
Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo pada bulan januari sampai
juni tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik keluarga balita dengan ISPA di
Desa Wadungasih, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo.
b. Mengidentifikasi karakteristik lingkungan rumah indoor atau
outdoor dengan ISPA di Desa Wadungasih, Kecamatan Buduran,
Kabupaten Sidoarjo.
c. Mengidentifikasi kejadian ISPA pada balita di Desa Wadungasih,
Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo.
d. Menganalisis hubungan antara sanitasi lingkungan rumah indoor
atau outdoor dengan kejadian ISPA pada balita di Desa
Wadungasih, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo.

D. Manfaat Penelitian
1. Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat yang mempunyai balita yang menderita ISPA tentang
faktor polusi udara menjadi penyebab terjadi ISPA.
2. Puskesmas Buduran
Sebagai masukan dan memberikan informasi agar dapat dijadikan
pedoman dalam pengambilan kebijakan pada program kepedulian pada
balita yang terkena ISPA di Puskesmas Buduran.
4

3. Peneliti Lain
Untuk menambah wawasan dan pengalaman serta dijadikan
sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut misalnya mengenai
hubungan antara asap dapur di rumah dengan kejadian ISPA pada
balita.

Anda mungkin juga menyukai