Anda di halaman 1dari 5

Muhammad Nabil Hilmi

19410008

Psikologi Konseling D

UTS

1. Konseling adalah suatu layanan profesional yang dilakukan konselor terlatih terhadap
klien (konseli) yang bertujuan untuk klien dapat dilihat dari harapan-harapan dan
kebutuhan klien yang melatarbelakangi mengapa klien datang untuk mendapatkan
layanan konseling perlu diperhatikan dan dipertimbangkan juga.

2. Leona E taylor prinsip prinsip konseling terlahir dari lima karakteristik. Yaitu : Konseling
tidak sama dengan pemberian nasihat, sebab didalam pemberian nasihat proses berfikir
ada dan diberikan oleh penasihat, sedangkan dalam konseling proses berfikir dan
penyelesaian masalah di temukan oleh klien sendiri. Konseling mengusahakan
perubahan-perubahan yang bersifat fundamental yang berkenaan dengan pola-pola
hidup.  Konseling lebih menyangkut sikap daripada perbuatan atau tindakan. Konseling
lebih berkenaan dengan penghayatan emosional daripada pemecahan
intelektual, Konseling menyangkut juga hubungan klien dengan orang lain. Konseling
dan Psikoterapi merupakan suatu usaha profesional untuk membantu/ memberikan
layanan pada individu-individu mengenai permasalahan yang bersifat psikologis. Dengan
kata lain Konseling dan Psikoterapi bertujuan memberikan bantuan kepada klien untuk
suatu perubahan tingkah (behauvioral change), kesehatan mental positif (positive
mental health), pemecahan masalah (problen solution), keefektifan pribadi (personal
effectiveness), dan pembuatan keputusan (decision making). Dengan demikian seorang
konselor perlu didukung oleh pribadi dan keterampilan yang dapat menunjang
keefektifan konseling. Pada dasarnya antara konseling dan psikoterapi dalam hal tujuan
sama-sama ingin membantu agar klien dapat menemukan permasalahan untuk
kemudian dapat dipecahkan bersama-sama, namun semua itu hanya dapat terlaksana
dengan baik manakala klien dapat membuka diri dan mau diajak kerjasama. Adapun
perbedaannya lebih kepada pendekatan dan cara penanganannya, dimana konselor
sebagai mitra yang dapat memberikan masukkan dan membantu untuk memunculkan
suatu permasalahan yang dirasakan klien baik masalah yang disadari maupun yang tidak
disadari, sedangkan  psikoterapis selain menggunakan tehnik konseling ia juga
menggunakan therapy yang sifatnya lebih kepada perubahan pada prilaku yang sangat
substantib.

3. Prinsip-prinsip konseling secara umum berkaitan dengan sasaran pelayanan, masalah


klien, progam, layanan, pelaksanaan layanan, dan prinsip konseling di sekolah. Prinsip
yang berkaitan dengan sasaran layanan yaitu : (1) Konseling melayani semua individu,
(2) Konseling berurusan dengan sikap dan tingkah laku individu, karena itu, konseling
perlu menjangkau keunikan setiap individu dengan berbagai kekuatan, kelemahan.
Prinsip yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri konseling yaitu : (1) Konseling
merupakan bagian dari integral dari proses pendidikan dan pengembangan, karena itu
progam konseling harus disusun dan dipadukan sejalan dengan progam pendidikan dan
pengembangan mayarakat secara menyeluruh, (2) Progam konseling harus fleksibel,
disesuaikan dengan kondisi sekolah, kebutuhan individu, dan masyarakat. Prinsip yang
berkaitan dengan pelaksanaan layanan antara lain (1) Tujuan akhir konseling adalah
kemandirian setiap individu, karena itu layanan konseling harus diarahkan untuk
mengembangkan konseling agar mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi
setiap kesulitan atau permasalahan, (2) Dalam Konseling, keputusan diambil dan
dilakukan konseling harus ditangani oleh oleh tenaga ahli yang relevan. aksanaan
konseling yang sedang atau telah berjalan. Prinsip-prinsip konseling di sekolah
ditegaskan oleh Biklen (2012) sebagai berikut: (1) Konselor harus mulai kariernya sejak
awal dengan progam kerja yang jelas dan memiliki persiapan yang tinggi untuk
melaksanakan progam tersebut, (2) Konselor harus selalu mempertahankan sikap
profesional tanpa mengganggu hubungan antara konselor dengan personel sekolah
lainnya dan siswa.

4. Teori dapat mempengaruhi keberhasilan dan keefektifan pada proses konseling.


Menurut Gladding (1990), teori adalah fondasi dari konseling yang baik. Teori
menantang konselor untuk lebih kreatif dan peduli batasan-batasan hubungan sangat
pribadi yang terstruktur demi kemajuan dan pencerahan. Dengan adanya teori, dapat
diketahui bagaimana konsep dari komuniaksi yang terjalin antara konselor dan konseli,
bagaimana hubungan antar pribadi dapat berkembang, bagaimana penerapan etika
profesional konselor, dan bagaimana konselor dapat melihat dirinya sebagai seorang
yang prosfesional. Adanya berbagai teori dalam Konseling adalah untuk memahami
parameter dalam membantu hubungan. Parameter ini dapat mencakup model untuk
melihat perkembangan kepribadian; menjelaskan perilaku masa lalu, memprediksi
perilaku masa depan, memahami perilaku klien saat ini, mendiagnosis dan
merencanakan pengobatan, menilai motivasi klien, kebutuhan, dan masalah yang belum
terselesaikan, dan mengidentifikasi strategi dan intervensi untuk digunakan selama
proses konseling dan psikoterapi. Menurut Brammer dkk (1993) yang menekankan nilai
pragmatis dari teori yang diformulasikan secara solid bagi konselor, teori dapat
Membantu menjelaskan apa yang terjadi dalam suatu hubungan konseling, Membantu
konselor meramalkan, mengevaluasi, dan meningkatkan hasil dari proses konseling,
Memberikan kerangka kerja dalam membuat observasi ilmiah mengenai konseling,
Meningkatkan koherensi gagasan mengenai konseling dan menghasilkan gagasan-
gagasan baru.

5. Tahap Awal Konseling, Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien,


Memperjelas dan mendefinisikan masalah, Membuat penafsiran dan penjajakan,
Menegosiasikan kontrak. Tahap Pertengahan Konseling (Tahap Kerja), Penjelajahan
masalah klien; Bantuan apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apa-apa
yang telah dijelajah tentang msalah klien. Adapun tujuan-tujuan dari tahap pertengahan
ini, Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah, isu, dan kepedulian klien lebih jauh.
Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara. pengembangan diri. Proses
konseling agar berjalan sesuai kontrak. Tahap Akhir Konseling (Tahap
Tindakan)Memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang memadai, Terjadinya
transfer of learning pada diri klien, Melaksanakan perubahan perilaku, Mengakhiri
hubungan konseling. Perbedaan konseling kelompok dan konseling individual tampak
dalam hal-hal sebagai berikut: Dalam konseling kelompok terdapat kesempatan luas
untuk berkomunikasi dengan teman-teman sebaya mengenai segala apa yang
merisaukan hati. Dalam konseling indivual, komunikasi terbatas pada interaksi dengan
konselor. Dalam konseling kelompok para anggota tidak hanya menerima bantuan
psikologis, tetapi mereka juga saling memberikan bantuan. Suasana usaha koperatif
dapat sangat berkesan bagi orang muda yang jarang mengalaminya, dan akan
berdampak positif terhadap perkembangan kepribadiannya. Dalam konseling individual
unsur saling memberikan tidak ada. Dalam memimpin suatu kelompok konseling,
konselor mengemban tugas yang lebih berat karena harus membagi perhatiannya dan
mengikuti jalannya pembicaraan bersama secara seksama, supaya proses konseling
berjalan sesuai dengan tuntutan suatu proses konseling. Dalam konseling individual,
tugas konselor lebih ringan. Dalam konseling kelompok para konseli ikut bertanggung
jawab terhadap pembinaan persatuan kelompok (group maintenance role) dan
terhadap kelancaran proses konseling (group task oriented role). Dengan demikian,
motivasi para konseli mendapat orientasi tambahan, dibanding dengan konseling
individual di mana konseli hanya menghadapi diri sendiri. Bahan pembicaraan atau
materi diskusi dalam konseling kelompok dan individual sama-sama menyangkut ragam
bimbingan akademik, bimbingan jabatan, atau ragam bimbingan pribadi-sosial, namun
ada pula persoalan yang lebih cocok ditangani dalam konseling individual. Terdapat
masalah pilihan antara beberapa alternatif (a choice case), yang membutuhkan
peninjauan terhadap keuntungan dan kerugian berkaitan dengan situasi kehidupan
seseorang. Lebih tepat ditangani melalui konseling individual. Sebaliknya, masalah yang
mengandung aneka unsur yang dialami atau mudah dirasakan oleh anggota kelompok
yang lain, kiranya lebih cocok dibahas dalam konseling kelompok. Contohnya dalam
penggalian nilai-nilai kehidupan sebagai dasar perencanaan masa depan, masalah
semacam ini merupakan kasus penyesuaian diri (a change case), yang menuntut
perubahan dalam sikap dan pandangan. Konseling kelompok dan konseling individual
dapat sangat bermanfaat bagi seseorang, namun yang satu lebih tertolong dalam
konseling individual dan yang lain lebih tertolong dalam konseling kelompok. Clarence
A. Mahler, yang pendapatnya diuraikan dalam buku Shertzer dan Stone,
Fundamentalsof Guidance(1981), mengemukakan bahwa konseling individual kiranya
lebih cocok bagi siswa dan mahasiswa yang sedang mengalami krisis, yang mempunyai
masalah di bidang seksual, dan yang cenderung mencari perhatian dari orang lain.
Konseling kelompok dianggap lebih sesuai bagi siswa dan mahasiswa yang
membutuhkan untuk belajar memahami orang lain dan menghargai kepribadian orang
lain, yang membutuhkan bertukar pikiran dan berbagi perasaan dengan orang lain, yang
mudah berbicara tentang dirinya sendiri, yang dapat mengambil manfaat dari umpan
balik yang diberikan oleh seorang teman serta merasa tertolong dengan umpan balik
itu, dan yang lebih suka melibatkan diri dalam proses konseling secara perlahan-lahan.
Selain perbedaan, antara konseling kelompok dan konseling individual terdapat
persamaan, yaitu: Tujuan yang ingin dicapai yaitu konseli lebih memahami diri sendiri
dan lebih mampu mengatur kehidupannya sendiri. Suasana dalam berkomunikasi dan
berinteraksi, yaitu suasana yang memungkinkan keterbukaa, pengungkapan pikiran dan
perasaan secara bebas dan leluasa, serta saling menerima berdasarkan saling
menghargai. Kompetensi konselor berakar pada corak kepribadian dan untuk sebagian
lagi bersumber pada keterampilan konselor membina suasana kebersamaan
(maintenance function) dan mengarahkan proses konseling supaya efisien dan efektif
(task function), antara lain dengan menggunakan tekni-teknik konseling yang verbal dan
nonverbal. Taraf kesehatan mental konseli, yaitu tergolong kelompok orang normal
yang menghadapi tuntutan dan tantangan serta bisa mengalami berbagai kesulitan
dalam usahanya mengembangkan diri secara optimal. Jaminan akan kerahasiaan
pembicaraan dalam wawancara konseling, baik yang individual maupun secara
kelompok. Bahan pembicaraan menyangkut bidang akademik, bidang jabatan, dan
bidan pribadi-sosial.

6. a. Menetapkan waktu dan tempat.


Misal, Addin mau melakukan konseling pasti harus menentukan waktu dan tempatnya.
Mau dimana dan kapan. Seperti, Di sekolah A dan dihari senin, jam 09.00
b. Mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan. Misal, Addin memilih menggunakan
teknik sosio drama sekiranya apa aja yg dibutuhkan apa perlu mengenakan kostum atau
cara lainnya. Dan tahap kedua yaitu Tahap Pembentukan Ketika sudah sampai di sekolah
A, Maka di lapangan dapat dilakukan salam dan doa. Dan dilanjutkan mensosialisasikan
tujuan dari konseling, asas-asas nya apa aja. Dan di tahap peralihan mempertgaskan
kembali seperti asas-asas tadi dan sesi tanya jawab antara konselor dan konseli.
Misal,Addin menanyakn beberapa hal yang ingin diketahui dari konseli supaya
mengetahui juga langkah apa yang akan diambil selanjutnya. Kelebihan dalam
konseling kelompok adalah sebagai berikut: Efisien. Konselor dapat menyediakan
layanan untuk klien dalam jumlah yang banyak. Konseling kelompok menyediakan
konteks interpersonal sosial. Klien memiliki kesempatan untuk mempraktekkan tingkah
laku yang baru. Memungkinkan klien untuk menempatkan permasalahan mereka dalam
perspektif dan untuk memahami bagaimana persamaan dan perbedaannya satu sama
lain. Klien membentuk sistem yang mendukung untuk satu sama lain. Klien dapat
mempelajari kemampuan komunikasi interpersonal. Klien diberi kesempatan untuk
memberikan bantuan sebanding dengan ia menerima bantuan. Konseling kelompok
juga memiliki beberapa kekurangan, yakni sebagai berikut: Setiap klien perlu
berpengalaman konseling individual, baru bersedia memasuki konseling kelompok.
Konselor akan menghadapi masalah lebih kompleks pada konseling kelompok dan
konselor secara spontan harus dapat memberi perhatian kepada setiap klien. Kelompok
dapat berhenti karena masalah “proses kelompok”. Kekurangan informasi individu yang
mana yang lebih baik ditangani dengan konseling kelompok dan yang mana yang
sebaiknya ditangani dengan konseling individual. Seseorang sulit percaya kepada
anggota kelompok, akhirnya perasaan, sikap, nilai, dan tingkah laku tidak dapat
di”bawa” ke situasi kelompok.

Anda mungkin juga menyukai