Anda di halaman 1dari 55

ANALISIS KUALITAS AIR PADA SISTEM

PENGOLAHAN AIR DI PDAM


PALASARI KOTA BOGOR

LAPORAN KERJA PRAKTIK


DI LABORATORIUM PDAM TIRTA PAKUAN

Oleh:

DARMAINI HARDIYANTI
41204720116026

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NUSA BANGSA
2020
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS NUSA BANGSA
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Judul : Analisis Kualitas Air Pada Sistem Pengolahan Air di PDAM
Palasari Kota Bogor
Nama : Darmaini Hardiyanti
NPM : 41204720116026
Program Studi : Kimia

Diterima sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memenuhi tugas akhir pada
Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Nusa Bangsa, Bogor.

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ruly Satriadi

Ade Ayu Oksari, S.Si., M.Si

Mengetahui,

Dekan Ketua Program Studi

Dr.Ridha Arizal,M.Sc Dian Arrisujaya, S.Pd.,M.Si


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrohim
Alhamdulillah, penulis mengucapkan puji dan syukur yang sebesar-
besarnya atas kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karuniaNya yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan
laporan kerja praktik ini dengan baik. Laporan kerja praktik ini berjudul “Analisis
Kualitas Air pada Sistem Pengolahan Air di PDAM Palasari Kota Bogor.”
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada bapak Dr. Ridha Arizal,M.Sc selaku Dekan Fakultas MIPA
Universitas Nusa Bangsa, bapak Dian Arrisujaya, S.Si.,M.Si selaku ketua
program studi, Ibu Ade Ayu Oksari, S.Si., M.Si selaku pembimbing I atas saran
dan masukkannya, bapak Ruly Satriadi selaku Asistem Manajer Laboratorium dan
pembimbing instansi serta staf laboratorium, Bapak Taufik, Bapak Ade, Bapak
Jenar, Bapak Mangku, Bapak Andri, Kak Rama dan Ibu Tuti atas bantuan, saran,
kritik dan masukan yang berarti selama di laboratorium.
Akhir kata, penulis berharap laporan kerja praktik ini dapat bermanfaat
bagi mahasiswa Universitas Nusa Bangsa pada khususnya dan masyarakat luas
pada umumnya.
Bogor, Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan dan Manfaat 2
II. KEADAAN UMUM INSTITUSI
A. Sejarah PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor 4
B. Visi dan Misi 6
C. Struktur Organisasi 6
D. Fasilitas PDAM Tirta Pakuan Bogor 7
III. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kualitas Air . 8
B. Sistem Pengolahan Air 19
IV. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian 26
B. Bahan dan Alat 26
C. Metode Analisis 28
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Parameter Fisika 46
B. Parameter Kimia 46
C. Parameter Biologi 46
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan 50
B. Saran 50
DAFTAR PUSTAKA 51
LAMPIRAN 54
DAFTAR TABEL

Halaman
1. Hasil Analisis Kualita Air berdasarkan Parameter Fisika..................................46
2. Hasil Analisis Kualitas Air Berdasarkan Parameter Kimia...............................46
3. Hasil Analisis Kualitas Air Berdasarkan Parameter Biologi.............................46
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Logo PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor...............................................................4
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Diagram Alir......................................................................................................54
2. Parameter Fisika.................................................................................................55
3. Parameter Kimia................................................................................................57
4. Parameter Biologi..............................................................................................63
5. Perhitungan........................................................................................................64
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air memiliki peranan yang sangat penting, diantaranya adalah sebagai
pelarut umum, digunakan oleh organisme untuk reaksi- reaksi kimia dalam proses
metabolisme serta menjadi media transportasi nutrisi dan hasil metabolisme. Saat
ini, banyak permasalahan yang timbul mengenai persediaan air bersih untuk
kelangsungan hidup manusia Sehingga, keterbatasan persediaan air untuk
pemenuhan kebutuhan tersebut menjadi pemicu timbulnya konflik sosial di
masyarakat (Wiryono, 2013).
Saat ini, kualitas dan kuantitas air semakin menurun serta mengalami
penyimpangan tatanan sebagai dampak dari eksploitasi secara berlebihan dan
perilaku mahluk hidup terutama aktivitas manusia yang tidak memperhatikan
aspek lingkungan, sehingga tidak mencapai peruntukan dan mutunya bagi
berbagai segi kehidupan. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan air bersih oleh
manusia semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk(Sulistyorini et al.,2016).
Pola hidup masyarakat yang kurang memperhatikan aspek lingkungan
seperti membuang sampah tidak pada tempatnya, membuang limbah berbahaya,
serta alih fungsi kawasan hutan yang dapat meningkatkan potensi erosi dan
seringkali menyebabkan sedimentasi pada dasar perairan memberikan dampak
negatif baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan alami
terutama sumber air. Hal ini akan menimbulkan dampak yang buruk, baik bagi
kesehatan manusia maupun lingkungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
perlindungan dan pelestarian terhadap sumber daya air tersebut (Sulistyorini et
al.,2016).
Perlindungan dan pelestarian sumberdaya air harus menjadi salah satu
prioritas utama manusia. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan
memperhatikan parameter-parameter kualitas air sesuai baku mutu yang sudah
ditetapkan. Tingkat kualitas air yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan tertentu
memiliki baku mutu yang berbeda, sehingga harus dilakukan pengujian untuk
mengetahui kesesuaian kualitas dengan peruntukannya. Berdasarkan latar
belakang diatas, maka perlu dilakukan analisa kualitas air dengan berdasarkan
beberapa parameter yaitu parameter fisika, kimia dan biologi. Hasil dari analisis
parameter ini akan dibandingkan dan disesuaikan dengan baku mutu yang sudah
ditentukan.

B. Tujuan dan Manfaat


1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Tujuan dari kerja praktik ini adalah
1. Menganalisis kualitas air tersebut berdasarkan parameter fisika, kimia, dan
mikrobiologi.
2. Mengetahui proses pengolahan air, dan pengaruh setiap proses terhadap
kualitas air.
C. Manfaat dari kerja praktik ini adalah
1. Mengetahui kualitas air pada sistem pengolahan air di PDAM Palasari Kota
Bogor
2. Memberikan informasi kepada pihak PDAM mengenai kualitas air nya
sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil
keputusan untuk meningkatkan kualitas air tersebut.
II. KEADAAN UMUM INSTITUSI
-
A. Sejarah PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor
Kota Bogor telah mempunyai sistem pelayanan air minum sejak tahun
1918, yang dibangun oleh pemerintah Belanda. Nama perusahaan air minum pada
waktu itu adalah Gemeente Waterleiding Buitenzorg yang memanfaatkan sumber
mata air Kota Batu sebagai sumber air utama dengan kapasitas produksi sebanyak
70 liter per detik. Sumber mata air Kota Batu ini merupakan cikal bakal
keberadaan PDAM Kota Bogor dan dimulainya pelayanan air minum di Kota
Bogor.
Jumlah penduduk Kota Bogor yang semakin meningkat telah membuat
pelayanan air minum di kota hujan ini mengalami perkembangan. Pada tahun
1935 untuk mencukupi kebutuhan penduduk Kota Bogor dilakukan penambahan
kapasitas air sebanyak 30 liter per detik yang berasal dari sumber air Kebon
Salada (milik PAM DKI Jaya).

Pada tahun 1966, jumlah pelanggan tercatat sekitar 7.000 Sambungan


Langganan (SL) dengan tingkat kehilangan air mencapai 50 persen. Persentase
kehilangan air tersebut akibat kurang baiknya mutu pipa dinas (meter air) dan
kondisi pipa distribusi
Gambar 1.yang
Logosudah
PDAMtua.
TirtaSaat itulah
Pakuan mulai
Kota Bogordirasakan adanya
kekurangan air minum. Melihat kondisi tersebut, maka dilakukan survei dan
perencanaan strategis untuk meningkatkan pelayanan dan pengembangan
kapasitas jumlah air bersih.
Untuk menambah kembali kapasitas air, pada tahun 1967 sumber air
ditambah dengan mengambil dari mata air Bantar Kambing melalui reservoir
Cipaku. Namun, rencana ini terhambat masalah pendanaan karena untuk
memasang pipa transmisi dibutuhkan dana investasi yang cukup besar. Bantuan
dana pun diperoleh dari pemerintah Australia, berupa hibah dengan nama proyek
Colombo Plan. Bentuk bantuan yang diperoleh berupa pipa dan aksesorisnya,
feasibility study, perencanaan dan supervise dengan nilai total bantuan sebesar
A$1.736.000 atau US$2.456.449. Proyek seluruhnya dilakukan oleh Valentine
Laurie and Davies Consulting Engineers dari Sydney, Australia. Kemudian pada
tahun 1973, dilakukan kembali penambahan kapasitas air melalui sumber mata air
Tangkil. Dengan berfungsinya tambahan kapasitas produksi tersebut, maka pada
tanggal 3 Juli 1975 dilakukan penghentian atau pemutusan atas koneksi pipa PAM
DKI Jaya.
Pada tanggal 31 Maret 1977 dikeluarkan Peraturan Daerah No. 5 Tahun
1977 yang menyatakan perubahan status Dinas Daerah menjadi Perusahaan
Daerah. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat No.
300/HK.011/SK/1977, PDAM Kota Bogor mulai didirikan. Modal dasar
perusahaan terdiri dari kekayaan daerah yang berasal dari kekayaan perusahaan
air minum pada waktu kedudukannya sebagai Dinas Daerah. PDAM Kota Bogor
pada tahun 1988 mulai melakukan studi kelayakan dengan berencana
memanfaatkan air permukaan sebagai sumber air lainnya. PDAM berhasil
menambah kapasitas produksinya dengan membangun Instalasi Pengelolaan Air
(IPA) dengan instalasi atau Water Treatment Plant (WTP) yang berlokasi di
Cipaku dan Dekeng. Sumber air bakunya memanfaatkan air sungai Cisadane.
Dengan penambahan sumber air tersebut, kapasitas produksi air meningkat yang
pada awal tahun 2007 mencapai 1.130 liter per detik berasal dari empat sumber air
utama. Empat sumber air tersebut adalah mata air Kota Batu, mata air Bantar
Kambing, mata air Tangkil dan sungai Cisadane (WTP Cipaku dan WTP
Dekeng).
Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Nomor 011.45-75 Tahun 2002
tanggal 29 April 2002 tentang penetapan logo baru PDAM Kota Bogor dan
penambahan nama Tirta Pakuan, maka nama PDAM Kota Bogor berubah menjadi
PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor. PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor berupaya
untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan misi dan tujuan
perusahaan. Salah satunya adalah penerapan manajemen melalui sistem informasi
yang ditunjang dengan komputerisasi, jaringan terpadu yang mampu
melaksanakan pemantauan di semua bagian dan otomatisasi semua data
administrasi dan penagihan pelanggan secara cepat dan tepat.
B. Visi dan Misi
Visi PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor adalah mejadi perusahaan terdepan
di bidang pelayanan air minum. Misinya yaitu memberikan kepuasan pelayanan
air minum secara berkesinambungan kepada masyarakat sesuai standar kesehatan
yang ada dengan mempertimbangkan keterjangkauan masyarakat dan berperan
sebagai penunjang otonomi daerah serta meningkatkan sumber daya manusia
secara maksimal. Adapun penjabaran misi PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor
sebagai berikut :
1. Menyelenggarakan sistem pelayanan air minum yang unggul
berkesinambungan memenuhi mutu yang berlaku untuk menjamin
tercapainya kepuasan pelayanan kepada pelanggan.
2. Mengembangkan bidang usaha sistem pelayanan air minum yang efisien,
efektif dan tepat guna sehingga produk dan kinerja yang dihasilkan dapat
dipasarkan dalam jangkauan masyarakat pelanggannya dengan
memperhatikan undang-undang perlindungan konsumen.
3. Mewujudkan penyelenggaraan perusahaan milik daerah yang dapat
menunjang otonomi daerah secara maksimal.
4. Menyelesaikan aspek teknik, aspek manajemen dan aspek kewirausahaan
dalam penyelenggaraan sistem pelayanan yang berorientasi pada manfaat
dan perlindungan sumber daya lingkungan.
5. Mengembangkan penelitian dan kegiatan inovatif serta peningkatan SDM
yang dapat menopang tuntutan pertumbuhan kebutuhan perusahaan dan
pembangunan nasional pada umumnya.

C. Struktur Organisasi
Berdasarkan peraturan Walikota No. 54 tahun 2018, pengelolaan
Perusahaan dipimpin oleh Direksi yang terdiri dari Direktur Utama yang
membawahi Direktur Umum dan Direktur Teknik yang bertanggung jawab
kepada Walikota melalui badan pengawas. Direktur Umum dan Direktur Teknik
membawahi beberapa Manajer yang membawahi beberapa Asisten Manajer.
PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor mempunyai dua fungsi umum, yaitu
fungsi ekonomi dan fungsi sosial. Tugas pokok PDAM adalah mengusahakan
penyediaan air bersih untuk kebutuhan masyarakat secara memadai, merata, dan
berkesinambungan. PDAM juga diharapkan dapat meningkatkan pelayanan dan
memberikan sumbangan kepada pemerintah. Selain itu, PDAM juga merupakan
salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).

D. Fasilitas PDAM Tirta Pakuan


PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor memiliki fasilitas pendukung yang
memadai. Beberapa fasilitas pendukung PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor yaitu
sebagai berikut:
1. Reservoir
a. Reservoir yang terletak di Cipaku dengan kapasitas 9000 m3.
b. Reservoir yang terletak di Rancamaya dengan kapasitas 3000 m3.
c. Reservoir yang terletak di Jl. Pajajaran dengan kapasitas 12000 m3.
d. Reservoir yang terletak di Kota Batu dengan kapasitas 2000 m3.
e. Reservoir yang terletak di Palasari dengan kapasitas 2000 m3.
f. Reservoir Merdeka yang berkapasitas 3.000 m3.
2. Water Intake Station Sungai Cisadane yang terletak di Ciherang Pondok,
Cikereteg, Palasari dan Cipaku.
3. Sarana dan prasarana yang terdapat di instalasi pengolahan air Cipaku
diantaranya:
a. Bangunan Pengolahan Air
b. Bangunan Ruang Operator
c. Bengkel Meter
d. Laboratorium

III. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kualitas Air
Air merupakan bahan alam yang diperlukan untuk kehidupan manusia,
hewan dan tanaman sebagai media pengangkutan zat-zat makanan, juga
merupakan sumber energi serta berbagai keperluan lainnya (Arsyad, 1989).
Pada kondisi standar, air memiliki sifat tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak berasa. Ditinjau dari segi kualitas, ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi, diantaranya kualitas fisik yang terdiri atas bau, warna dan rasa,
sedangkan kualitas kimia yang terdiri atas pH, kesadahan dan sebagainya serta
kualitas biologi dimana air terbebas dari mikroorganisme penyebab penyakit.
Agar kelangsungan hidup manusia dapat berjalan lancar, air bersih juga harus
tersedia dalam jumlah yang memadai sesuai dengan aktifitas manusia pada tempat
tertentu dan kurun waktu tertentu (Gabriel, 2001).
Kriteria kualitas air merupakan batas konsentrasi parameter-parameter
kualitas airyang diinginkan bagi kelayakan kualitas air untuk penggunaan tertentu.
Sedangkan baku mutu air merupakan peraturan menurut undang-undang yang
ditetapkan oleh pemerintah yang mencantumkan pembatasan konsentrasi berbagai
parameter kualitas air ( Rushayati,1999).
Parameter kualitas air dibagi menjadi tiga, yaitu parameter fisika, kimia,
dan biologi. Parameter fisika terdiri dari total dissolve solid, bau, temperature,
kekeruhan, dan daya hantar listrik. Parameter kimia terdiri dar pH, nitrat, nitrit,
mangan, aluminium, besi, zat organik, kalsium, ammonia, florida, sianida, sulfat,
kesadahan, karbondioksida, bikarbonat, dan klorida. Parameter biologi terdiri dari
Escherichia Coli dan total coliform.
1. Parameter Fisika
a. Bau
Bau pada air dapat disebabkan karena benda asing yang masuk ke dalam
air seperti bangkai binatang, bahan buangan, ataupun disebabkan karena proses
penguraian senyawa organik oleh bakteri. Pada peristiwa penguraian senyawa
organik yang dilakukan oleh bakteri tersebut dihasilkan gas – gas berbau
menyengat dan bahkan ada yang beracun. Pada peristiwa penguraian zat organik
berakibat meningkatkan penggunaan oksigen terlarut di air (BOD = Biological
Oxighen Demand) oleh bakteri dan mengurangi kuantitas oksigen terlarut (DO =
Disvolved Oxigen) di dalam air. Bau pada air minum dapat dideteksi dengan
menggunakan hidung. Tujuan deteksi bau pada air minum yaitu untuk mengetahui
ada bau atau tidaknya bau yang berasal dari air minum yang disebabkan oleh
pencemar. Apabila air minum memiliki bau maka dapat dikategorikan sebagai air
minum yang tidak memenuhi syarat dan kurang layak untuk di manfatkan sebagai
air minum (Quddus, 2014).
b. Total Dissolve Solid (TDS)
Jumlah garam terlarut dapat ditentukan dengan pengukuran Total Dissolve
Solid karena jumlah konsentrasi garam dalam air sangat tinggi. TDS pada air
dideteksi menggunakan alat TDS scan yang berupa stik yang bekerja secara
otomatis dan mampu menunjukkan jumlah polutan didalam air. Semakin tinggi
nilai TDS maka akan semakin tinggi nilai salinitas dan daya hantar listrik
(Gusman et al., 2018)
c. Daya Hantar Listrik (DHL)
Konduktivitas (Daya Hantar Listrik/ DHL) adalah gambaran numerik dari
kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik. Oleh karena itu, semakin banyak
garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL.
Pengukuran daya hantar listrik bertujuan mengukur kemampuan ion-ion dalam air
untuk menghantarkan listrik serta memprediksi kandungan mineral dalam air
(Gusman et al., 2018)
d. Kekeruhan
Kekeruhan adalah efek optik yang terjadi jika sinar membentuk material
tersuspensi di dalam air. Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan -
bahan organik dan anorganik seperti lumpur dan buangan, dari permukaan tertentu
yang menyebabkan air sungai menjadi keruh. Kekeruhan walaupun hanya sedikit
dapat menyebabkan warna yang lebih tua dari warna sesungguhnya (Quddus, 2014)
Air yang mengandung kekeruhan tinggi akan mengalami kesulitan bila
diproses untuk sumber air bersih. Kesulitannya antara lain dalam proses
penyaringan. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa air dengan
kekeruhan tinggi akan sulit untuk didisinfeksi, yaitu proses pembunuhan terhadap
kandungan mikroba yang tidak diharapkan. Tingkat kekeruhan dipengaruhi oleh pH
air, kekeruhan pada air minum umumnya telah diupayakan sedemikian rupa
sehingga air menjadi jernih (Quddus, 2014).
2. Parameter Kimia
a. pH
pH adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas
keadaan asam atau basa suatu larutan. pH merupakan satu faktor yang harus
dipertimbangkan mengingat bahwa derajat keasaman dari air akan sangat
mempengaruhi aktivitas pengolahan yang akan dilakukan, misalnya dalam
melakukan koagulasi kimiawi, desinfeksi, pelunakan air (water softening) dan
dalam pencegahan korosi. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada
penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal pH ini yakni bahwa pH yang
lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan dapat menyebabkan korosi pada
pipa-pipa air, dan dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi
racun yang mengganggu kesehatan (Sutrisno, 2006).
b. Aluminium
Aluminium merupakan salah satu logam anorganik yang dijumpai dalam
air minum. Konsentrasi aluminium yang tinggi bisa mengendap sebagai
aluminium hidroksida yang mempengaruhi kehidupan air (Singh, 2006).
Dampak paparan aluminium terrhadap kulit manusia adalah tersumbatnya
pori-pori. Akibatnya kulit tidak bisa mengeluarkan racun secara alami. Jangka
panjang dan konsentrasi tinggi aluminium dapat mengakibatkan efek keehatan
yang serius, seperti kerusakan pada syaraf pusat, kehilangan memori, kelesuan,
gemetaran.
c. Ammonia
Amonia merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH4+ pada pH rendah.
Amonia dalam air berasal dari air seni, tinja serta penguraian zat organik secara
mikrobiologis yang berasal dari air alam atau air buangan industri ataupun limbah
domestik. Senyawa amonia dapat menyebabkan korosi pada pipa dan tembaga dan
dapat menyebabkan penyakit cyanosis terutama pada bayi ( Said et al., 2001)
Makin tinggi pH air, daya racun amonia semakin meningkat, sebab
sebagian besar berada dalam bentuk NH3, sedangkan amonia dalam bentuk
molekul (NH3) lebih beracun daripada yang berbentuk ion (NH4+). Amonia dalam
bentuk molekul dapat menembus bagian membran sel lebih cepat daripada ion
NH4+ (Kordi , 2007).
d. Besi
Besi umumnya tidak terdapat dalam keadaan terlarut. bila kejenuhan
oksigen berada di bawah 50% dan banyak mengandung karbondioksida terlarut
serta mempunyai nilai pH lebih rendah dari 7,5 akan menyebabkan besi (Fe)
terdapat dalam bentuk terlarut di dalam air. Kondisi seperti ini biasanya dijumpai
pada air tanah maupun pada mata air serta pada daerah-daerah yang dalam di
suatu danau. Pada mata air akibat terjadinya kontak dengan udara akan
menyebabkan Fe-2-karbonat terlarut membentuk Fe-3-Hydroksid yang berbentuk
gumpalan. Gumpalan ini akan menghambat pernapasan organisme air yang dapat
menyebabkan kematian organisme tersebut (Barus, 2004).
e. Bikarbonat
Alkalinitas adalah kemampuan air untuk menetralisir asam yang
mencakup semua basa dalam air yang dapat dititrasi. Nilai alkalinitas yang
diperoleh dari hasil pengukuran sangat bervariasi yaitu tergantung pada titik akhir
titrasi atau tergantung pada jenis indikator yang dipakai, alkalinitas air penting
ditetapkan nilainya karena akan dapat menentukan tingkat kelayakan penggunaan
air dan jenis pengolahan air limbah yang diperlukan.
f. Fluorida
Terlalu banyak fluorida dapat memiliki konsekuensi yang drastis. Gejala
awal dari kelebihan fluorida termasuk fluorosis gigi dan tulang. Ini adalah kondisi
di mana kalsium mulai meninggalkan tulang untuk mengakibatkan pH darah yang
terlalu tinggi. Ketika kalsium meninggalkan, itu digantikan oleh fluor. Hal ini
dapat membuat tulang dan gigi terlalu keras dan rapuh, menyebabkan mereka
patah atau pecah lebih mudah. Gejala-gejala ini dapat perlahan-lahan terbalik
dengan memotong fluorida dari makanan. Penyakit-penyakit ini telah
didokumentasikan dalam kasus di mana fluorida dalam air minum berada di atas
10 mg/L.

g. Kesadahan
Kesadahan dapat disebakan oleh garam-garam bervalensi dua atau lebih
yang terdapat di dalam air. Salah satunya adalah CaCO 3. Kesadahan dianggap
baik jika nilainya antara 50-80 mg/L. Adanya ion kalsium (Ca) dan magnesium
(Mg) di dalam air akan menyebabkan sifat kesadahan terhadap air tersebut. Air
yang mempunyai tingkat kesadahan terlalu tinggi sangat merugikan karena
beberapa hal diantaranya dapat menimbulkan karatan/korosi pada alat-alat yang
terbuat dari besi, menyebabkan sabun kurang membusa sehingga meningkatkan
konsumsi sabun, dan dapat menimbulkan endapan atau kerak-skerak di dalam
wadah-wadah pengolahan (Fardiaz, 1992).
h. Klorida
Konsentrasi klor dalam air terutama dipengaruhi oleh proses perombakan
kimiawi dari substrat. Klor sebagian besar berasal dari substrat tanah dan sedimen
yang mengandung klor, juga berasal dari atmosfer melalui curah hujan dan yang
tak kalah pentingnya adalah klor yang terdapat dalam limbah cair yang juga akan
masuk ke dalam air (Barus, 2004).
i. Mangan
Logam Mangan (Mn) adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang
memilikilambang Mn dan nomor atom 25, berwarna silver metalic, keras dan
sangat rapuh. Logam Mangan mampu menimbulkan keracunan kronis pada
manusia hingga berdampak menimbulkan lemah pada kaki, muka kusam dan
dampak bagi lanjutan bagi manusia yang keracunan Mn adalah bicaranya lambat
dan hyperrefleksi (Nainggolan et al., 2011).
j. Nitrat
Nitrat (NO3) adalah salah satu zat hara berbentuk nitrogen di perairan
alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan biota. Nitrat
sangat mudah terlarut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari
proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi merupakan
proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat dengan bantuan mikroorganisme
adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen (Effendi, 2003).
Senyawa nitrat merupakan zat hara yang dijadikan petunjuk kesuburan
perairan yang dibutuhkan organisme dalam pertumbuhan dan perkembangan
hidupnya. Fosfat dan nitrat dibutuhkan untuk mendukung organisme perairan
terutama fitoplankton. Kadar fosfat dan nitrat yang tinggi dan melebihi kebutuhan
normal organisme akan menyebabkan keadaan lewat subur (eutrofikasi) yang
akan merangsang terjadinya blooming. Sehingga akan menyebabkan kematian
massal pada organisme perairan terutama ikan (Simon, 2013).
k. Sianida
Tingginya sifat toksis (cemar) racun sianida sangat membahayakan
lingkungan dan mahluk hidup disekitarnya akibatnya berdampak pada keracunan
hingga kematian mahkluk hidup. Keracunan kronis menimbulkan malaise dan
iritasi.
l. Sulfat
Sulfat merupakan unsur yang dibutuhkan oleh organisme autotrof dan
bakteri heterotrof serta jamur sebagai susmber nutrisi untuk memenuhi kebutuhan
unsur belerang. Konsentrasi sulfat yang tinggi dalam air (> 250 mg/l) mempunyai
efek patogen terhadap manusia, terutama gangguan dalam proses pencernaan.
Kadar yang dianjurkan 200-400 mg/l, apabila jumlahnya besar dapat bereaksi
dengan ion natrium atau magnesium dalam air sehingga membentuk garam
natrium sulfat atau magnesium sulfat yang dapat menimbulkan rasa mual.
(Barus, 2004)
m. Zat Organik
Apabila terdapat zat organik yang melebihi dari yang diisyaratkan berarti
menunjukkan adanya pencemaran atau pengotoran terhadap air tersebut.
Keberadaan zat organik dapat menurunkan kadar oksigen terlarut dalam air yang
disebabkan oleh terurainya bahan organik menjadi unsur-unsur lain dengan
bantuan oksigen.
Zat organik merupakan makanan mikroorganisme yang menyebabkan
pesatnya pertumbuhan, sehingga membahayakan masyarakat yang
menggunakannya. Zat organik dapat pula mengganggu proses pengolahan, di
samping menyebabkan air menjadi berwarna, memberikan rasa, dan bau yang tak
sedap.
3. Bakteriologis
Mikroorganisme yang terdapat dalam air berasal dari udara, tanah, sampah,
lumpur, tanaman hidup atau mati, hewan hidup atau mati (bangkai), kotoran
manusia atau hewan, bahan organik lainnya, dan sebagainya. Air merupakan
medium pembawa mikroorganisme patogenik yang berbahaya bagi kesehatan.
Jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air dipengaruhi oleh sumber air
tersebut. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik air seperti suhu, pH,
tekanan osmotik, tekanan hidrostatik, aerasi, dan penetrasi sinar matahari
(Fardiaz, 1992).
Escherichia coli jika masuk kedalam saluran pencernaan dalam jumlah
banyak dapat membahayakan kesehatan. Walaupun E.Coli merupakan bagian dari
mikroba normal saluran pencernaan, tapi saat ini telah terbukti bahwa galur-galur
tertentu mampu menyebabkan gastroenteritis taraf sedang hingga parah pada
manusia dan hewan. Sehingga, air yang akan digunakan untuk keperluan sehari-
hari berbahaya dan dapat menimbulkan penyakit infeksius ( Suriaman,2008).

B. Sistem Pengolahan Air


1. Prasedimentasi
Proses ini berfungsi untuk memisahkan air baku dari pengotor-pengotor
seperti sampah, kayu, plastik dan bahan-bahan lainnya yang sulit untuk
diendapkan sehingga penyumbatan yang mengakibatkan kerusakan pada pipa
dapat dihindari.
2. Koagulasi
Partikel-partikel tersuspensi dalam air berukuran sangat kecil sulit dipisahkan,
serta partikel-partikel tersebut bermuatan negatif dan sulit bergabung membentuk
agregat yang lebih besar yang dapat terendapkan. Untuk memisahkan partikel-
partikel tersebut dengan pengendapan, perlu penetralan terlebih dahulu. Proses
penetralan ini dilakukan dengan membubuhkan suatu zat kimia yang disebut
koagulan. Sehingga proses netralisasi muatan-muatan partikel tersebut disebut
dengan koagulasi ( Suprihatin dan Suparno, 2013).
3. Flokulasi
Padatan tersuspensi dan koloid menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut,
dan tidak dapat mengendap secara langsung. Maka gumpalan-gumpalan atau flok-
flok besar pada air yang terbentuk setelah proses koagulasi dialirkan kedalam bak
proses flokulasi. Dimana pada proses flokulasi akan menyempurnakan
pembentukan flok-flok kecil dan mempertahahankan flok-flok besar yang telah
terbentuk.
4. Sedimentasi
Proses sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan flok-flok yang terbentuk
dari proses koagulasi dan flokulasi secara gravitasi dengan menggunakan sekat
yang disebut dengan plat settler dengan kemiringan 45°. Sehingga flok-flok
tersebut terkumpul ketempat pembuangan.
5. Aerasi
Proses aerasi bertujuan untuk memasok atau menambah kadar oksigen untuk
mengoksidasi besi dam mangan, serta untuk menghilangkan bau dan memperbaiki
rasa. Aerasi dapat dilakukan dengan menyemprotkan air keudara, menyemprotkan
udara kedalam air, secara gravitasi dan air mancur ( Suprihatin dan Suparno,
2013).
6. Filtrasi
Filtrasi merupakan proses penyaringan untuk mendapatkan air yang jernih.
Air dilewatkan pada suatu media penyerap dengan kecepatan yang relatif tinggi.
Selama proses tersebut akan terjadi penyisihan koloid dan sebagian materi yang
tersuspensi, pengurangan jumlah materi dan organisme lainnya.
7. Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses untuk membunuh bakteri-bakteri pathogen dalam air
sehingga diperoleh air yang sehat. Metode desinfeksi secara umum ada dua yaitu
secara fisika dan secara kimiawi. Secara fisika adalah perlakukan fisik terhadap
mikroorganisme, contohnya dengan proses pemanasan atau penggunaan suhu
yang tinggi dan penggunaan sinar UV dari sinar matahari. Sedangkan desinfeksi
secara kimiawi adalah memberikan bahan kimia kedalam air sehingga terjadi
kontak dengan bahan kimia ( Asmadi et al., 2011).

IV. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan di Laboratorium PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor
selama 2 bulan dari bulan Juli sampai September 2019
B. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan adalah diphenyl carbazone, HNO3 2,1%,
Hg(NO3)2 0,01 N, indikator SM, H2SO4 0,05N, KMnO4 0,01 N, H2C2O4 0,01 N,
H2SO4 4N, buffer pH 10, Erichrom Black T (EBT), asam etilen diamin tetra asetat
(EDTA) 0,01M, NaOH 1%, murexide, indikator PP, NaOH 0,01 N, CaCO 3,
C6H8O6, buffer asetat, eriokromsianin-R, sulfanilamid, N-(1-Naphthyl)
ethylnediamine, HCl 1N, BaCl2, ammonia salicylate reagent powder, ammonia
cyanurate reagent powder, cyaniVer 3, cyaniVer 4, cyaniVer 5, dan SPADNS .
Alat-alat yang digunakan adalah botol sampel, alat gelas, , pipet, labu
ukur, buret, konduktometer, kolorimeter model Hach DR 890, pH meter model
Seven Compact S210 Metler Toledo, Portable turbidity Turbo 430T-WTW ,
spektrofotometer SHIMADZU Pharmaspec UV-1700, Spektrofotometer Serapan
Atom model SarvantAA, hot plate, vacum filter holder,laminar air flow dan kertas
saring.

C. Metode Analisis
1. Pengambilan Sampel
a. Pengambilan Sampel untuk Parameter Biologi
Keran air dibuka dan air dibiarkan mengalir selama 5 menit. Setelah itu,
keran ditutup dan keran dipanaskan dengan nyala dari pembakar hingga
menghasilkan uap air. Lalu, keran dibuka kembali dan biarkan air mengalir ± 1
menit. Botol sampel yang telah disteril dibuka dan mulut botol dipanaskan,
kemudian botol diisi dengan sampel air.
b. Pengambilan Sampel untuk Paramter Fisika dan Kimia
Keran air dibuka dan air dibiarkan mengalir selama 5 menit. Botol sampel
yang sudah bersih dibilas dengan air sampel sebanyak 3 kali sambil dikocok.
Kemudia isi botol dengan sampel air.

2. Parameter Fisika
a. Pengukuran Suhu (SNI 06-6989.23-2005)
Sampel sebanyak 50 mL dimasukkan kedalam piala gelas 100 mL yang
telah dibilas dengan akuades lalu dibilas dengan sampel yang akan dianalisis,
kemudian elektroda dicelupkan kedalam sampel tersebut kemudian tekan tombol
cond lalu tekan tombol read maka nilai suhu akan diketahui.
b. Pengukuran Kekeruhan (SNI 06-6989.25-2005)
Kuvet turbidimeter dibilas dengan akuades kemudian dibilas dengan
sampel yang akan dianalisis, sampel dimasukkan k edalam kuvet turbidimeter
hingga batas tera. Lalu, bagian luar kuvet dibersihkan menggunakan tisu dan
dimasukkan kedalam alat. Nilai konstan yang tertera pada layar merupakan nilai
kekeruhan.
c. Pengukuran Total Dissolved Solid (SNI 06-6989.27-2005)
Sampel sebanyak 50 mL dimasukkan kedalam piala gelas 100 mL yang
telah dibilas dengan akuades lalu dibilas dengan sampel yang akan dianalisis,
kemudian elektroda dicelupkan kedalam sampel tersebut kemudian tekan tombol
TDS maka nilai TDS akan diketahui.
d. Pengukuran Daya Hantar Listrik (SNI 06-6989.1-2004)
Sampel yang akan dianalisis dimasukkan kedalam piala gelas 100 mL.
Lalu, elektroda konduktometer yang telah dibilas dengan akuades dicelupkan ke
dalam piala gelas yang berisi sampel. Lalu sampel akan diukur dengan
konduktometer.
3. Parameter Kimia
a. Derajat Keasaman (SNI 06-6989.11-2004)
pH meter dikalibrasi dengan buffer pH dan 7. Kemudian, elektroda pH
meter dibilas dengan air suling dan diseka dengan tisu. Sampel dimasukkan
kedalam piala gelas 100 mL, kemudian elektroda dicelupkan ke dalam sampel dan
ditekan tombol read.
b. Kadar Klorida (Cl-)
Sampel sebanyak 50 mL dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 mL lalu
ditambahkan beberapa tetes indikator diphenil carbazone, kemudian ditambahkan
beberapa tetes HNO3 2.1% hingga larutan berwarna hijau. Kemudian larutan
dititar dengan Hg(NO3)2 0,01 N hingga larutan berwarna biru.
Kadar Cl- mg/L = x 1000

Normalitas Hg(NO3)2 =

N penitar : Normalitas penitar


BM : Berat Molekul
Fp : Faktor Pengencer
c. Kadar Kalsium Karbonat (SNI 06-6989.12-2004.)
Sampe sebanyak 50 mL dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 mL lalu
ditambahkan 25 mL air suling, kemudian ditambahkan 1 mL buffer pH 10 lalu
ditambahkan indikator EBT seujung sudip hingga larutan berwarna merah anggur.
Kemudian larutan dititar dengan EDTA 0,01 M hingga larutan berwarna biru.

Kadar CaCO3 = x 1000

Molaritas EDTA =

N penitar : Normalitas penitar


BM : Berat Molekul
Fp : Faktor Pengencer
d. Kadar Karbon Dioksida (APHA 4500CO2-C)
Sampel sebanyak 100 mL dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 mL dan
ditambahkan beberapa tetes indikator PP kemudian larutan dititrasi dengan NaOH
0,01 N hingga larutan berwarna merah muda seulas.

Kadar CO2 mg/L = X 1000

Normalitas NaOH =
N penitar : Normalitas penitar
BM : Berat Molekul
Fp : Faktor Pengencer
BE : Berat Ekivalen

e. Kadar Bikarbonat (APHA 2320 B)


Sampel sebanyal 50 mL dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 mL lalu
ditambahkan 2-3 tetes indikator SM. Kemudian larutan dititar dengan H2SO4 0,05
N hingga larutan berwarna sindur (pH=4,35).

Kadar HCO3-=

Normalitas H2SO4 =

N penitar : Normalitas penitar


BM : Berat Molekul
Fp : Faktor Pengencer
BE : Berat Ekivalen
f. Kadar Kalsium (SNI 06-6989.13-2004)
Sampel sebanyak 25 mL dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 mL lalu
ditambahkan 25 mL air suling. Kemudian ditambahkan 1- 2 mL NaOH 1% dan
dihomogenkan. Setelah dihomogenkan, diamkan larutan selama 3-5 menit
kemudian ditambahkan seujung sudip indikator murexide dan larutan dititar
dengan EDTA 0,01 M hingga larutan berwarna ungu.

Kadar kalsium mg/L =

Molaritas EDTA =
M penitar : Molaritas penitar
BM : Berat Molekul
Fp : Faktor Pengencer
g. Kadar Besi (SNI 06.6989.4-2004)
Larutan standar Fe 1000 ppm dipipet sebanyal 1 mL dan dimasukkan
kedalam labu ukur 100 mL (10 ppm). Selanjutnya larutan standar Fe 10 ppm
diencerkan untuk membuat deret standar 0,10-1,00 ppm ( 1,00; 0,10; 0,20; 0,40;
0,60; 0,80; 1,00 ppm) kedalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan 1 mL CaCO 3
lalu dihimpitkan. Sampel yang akan dianalisis dipipet 100 mL kedalam labu ukur
100 mL. Lalu sampel dan deret standar akan diukur dengan AAS.

Kadar besi mg/L =

h. Kadar Nitrit (SNI 06-6989.9-2004)


Larutan standar nitrit 1000 ppm dipipet 5 mL dan dimasukkan kedalam
labu ukur 100 mL (50 ppm). Selanjutnya larutan standar 50 ppm dipipet 2 mL dan
dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL (1 ppm). Lalu larutan standar 1 ppm
diencerkan untuk membuat deret standar 0,00-2,00 ppm ( 0,00; 0,01; 0,02; 0,05;
0,10; 0,15; 0,20 ppm) kedalam labu ukur 100 mL. Lalu sampel yang akan
dianalisis dipipet 50 mL dan dimasukkan kedalam piala gelas 100 mL. Lalu
larutan sampel dan deret standar ditambahkan dengan 1 mL sulfanilamida dan
diamkan selama 8 menit. Selanjutnya ditambahkan 1 mL larutan NED dan
diamkan selama 10 menit lalu homogenkan. Selanjutnya sampel dan deret standar
diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 542 nm.

Kadar Nitrit mg/L =

i. Kadar Nitrat (APHA 4500B)


a) Deret Standar
Deret standar dibuat dengan konsentrasi 0; 0,05; 1,00; 2,00; 3,00; 4,00;
5,00 (ppm) dalam labu ukur 100 mL. Kemdian larutan ditambahkan 1 mL HCl 1 N
dan dihimpitkan hingga tanda tera. Lalu larutan diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 220 dan 275 nm.
b) Sampel
Sampel sebanyak 100 mL dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL.
Kemudian sampel ditambahkan 1 mL HCl 1N. Lalu larutan diukur absorbansinya
pada panjang gelombang 220 dan 275 nm.

Kadar Nitrat mg/L =

j. Kadar Sulfat (SNI 06-6989.20-2009)


a) Deret standar

b) Sampel

Sampel sebanyak 50 mL dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL.


Kemudian sampel ditambahkan 10 mL buffer sulfat dan satu spatula BaCl2. Lalu
larutan diaduk hingga BaCl2 tidak berbentuk hablur dan diamkan selama 1-2
menit. Selanjutnya sampel diukur absorbansinya pada panjang gelombang 420
nm.

Kadar sulfat mg/L =

k. Kadar Zat Organik (SNI 06-6989.22-2004)


Sampel sebanyak 100 mL dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 mL lalu
ditambhakan 10 mL larutan H2SO4 4 N, kemudian Ditambahkan 10 mL KMnO 4
0,01 N. Lalu dipanaskan selama 5 menit dihitung dari mendidih lalu ditambahkan
10 mL larutan asam oksalat 0,01 N. Kemudian larutan dititrasi dengan KMnO 4
0,01 N sampai terbentuk warna merah muda seulas.

Normalitas KMnO4 =

Zat Organik =
Keterangan:
a = Volume KMnO4 0,01N (ml)
b = Normalitas KMnO4
c = Normalitas asam oksalat
l. Kadar Mangan (SNI 6989.5:2009)
a) Deret standar

Standar induk Mn 1000 ppm dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan


kedalam labu ukur 100 mL (10 ppm ). Kemudian deret standar dibuat dengan
konsentrasi 0,00; 0,10; 0,20; 0,40; 0,60; 0,80; 1,00 (ppm) didalam labu ukur 100
mL. Kemudian larutan ditambahkan 1 mL larutan CaCO3. Selanjutnya larutan
diukur menggunakan AAS.

b) Sampel

Sampel sebanyak 100 mL dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL.


Kemudian sampel ditambahkan 1 mL CaCO3 dan dihomogenkan. Kemudian
larutan diukur menggunakan AAS.

Kadar Mangan mg/L =

m. Aluminium ( SNI-06.6989.35-2005)
a) Deret standar

b) Sampel

Sampel sebanyak 25 mL dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL kemudian


sampel ditambahkan H2SO4, 1 mL asam askorbat, 10 mL buffer asetat dan 5 mL
larutan pewarna. Kemudian larutan didiamkan selama 5-10 menit. selanjutnya
sampel diukur menggunakan spktrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang
535 nm.

n. Ammonia (NH3)
Tabung I diisi dengan 10 mL sampel dan tabung II diisi dengan 10 mL air
suling. Kedua tabung ditambahkan ammonia salisilat dan dihomogenkan. Tabung
I dimasukkan kedalam alat dan disetting timer untuk 3 menit. Kemudian tabung I
ditambahkan ammonia sianurat dan dihomogenkan. Tabung I dimasukkan
kedalam alat dan disetting timer untuk 15 menit. Kemudian tabung II dimasukkan
kedalam alat dan ditekan tombol zero. Setelah itu, tabung I dimasukkan kembali
kedalam alat dan ditekan tombol read.
o. Fluorida (F-)
Tabung I diisi dengan 10 mL sampel dan tabung II diisi dengan 10 mL air
suling. Kemudian kedua tabung ditambahkan 2 mL pereaksi SPADNS dan
dihomogenkan. Lalu tabung I dimasukkan kedalam alat dan disetting timer untuk
1 menit. Setelah itu tabung II dimasukkan kedalam alat dan ditekan tombol zero.
Kemudian tabung I dimasukkan kembali kedalam alat dan ditekan tombol read.
p. Sianida (CN-)
Sampel sebanyak 10 mL dimasukkan kedalam tabung. Kemudian sampel
ditambahkan pereaksi cyaniVer3 dan dihomogenkan. Kemudian tabung
diletakkan didalam alat dan disetting timer untuk 30 detik. Kemudian sampel
ditambahkan pereaksi cyaniVer4 dan dihomogenkan. Kemudian tabung
diletakkan didalam alat dan disetting timer untuk 10 detik. Selanjutnya sampel
ditambahkan pereaksi cyaniVer 5 dan dihomogenkan. Kemudian tabung
diletakkan didalam alat dan disetting timer untuk 30 menit. Kemudian air suling
sebanyak 10 mL dimasukkan kedalam tabung yang berbeda dan setelah timer
4. Parameter Biologi
a. Sterilisasi
Laminar air flow disterilisasi menggunakan sinar UV sedangkan vacuum
filter holder disterilisasi dengan cara memanaskan alat dengan nyala api selama
beberapa menit.
b. Persiapan Media
Air suling 1 mL dipipet dan diteteskan diatas media petrifilm. Kemudian
air suling diratakan keseluruh bagian media. Lalu media ditutup dan diamkan
selama 1 jam.
c. E. Colli
Kertas saring diletakkan diatas holder menggunakan pinset. Sampel
dimasukkan kedalam corong stainless sebanyak 100 mL. Kemudian sampel
disaring menggunakan vacuum. Selanjutnya kertas saring diangkat dan
dimasukkan kedalam media. Kemudian media diinkubasi pada suhu 36°C selama
24 jam.
d. Total Coliform
Kertas saring diletakkan diatas vacuum filter holder menggunakan pinset.
Sampel dimasukkan kedalam corong stainless sebanyak 100 mL. Kemudian
sampel diaring menggunakan vacuum. Selanjutnya kertas saring diangkat dan
dimasukkan kedalam media. Kemudian media diinkubasi pada suhu 36°C selama
48 jam.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Parameter Fisika
Hasil uji fisika meliputi
No Parameter Satuan Kadar Maksimum Hasil Analisis
1 Kekeruhan NTU 25 0,57
2 Total Dissoleve Solid mg/L 1000 62,15
3 Bau Tidak Berbau Tidak Berbau
4 Rasa Tidak Berasa Tidak Berasa
5 Suhu °C Suhu udara ± 3 23,1
6 Daya Hantar Listrik S/cm 124,05
Tabel I Hasil Analisis Kualitas Air berdasarkan Parameter Fisika
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 32
Tahun 2017 menunjukkan bahwa analisis paramter fisika telah memenuhi baku
mutu air. Jika air melebihi baku mutu yang telah ditetapkan maka air tersebut
tidak dapat digunakan sebagaimana peruntukannya karena dapat menimbulkan
bahaya.
Warna pada air dapat disebabkan karena adanya bahan organik, bahan
anorganik, adanya plankton, humus dan ion-ion logam. Adanya oksidasi besi
menyebabkan air berwarna kemerahan sedangkan oksidasi mangan dapat
menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman ( Fardiaz, 1992).
Air yang memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi akan meningkatkan
resiko bahwa orang mungkin terkena gangguan pencemaran. Terutama masalah
kekebalan tubuh, karena kontaminan seperti virus atau bakteri dapat melekat pada
padatan tersuspensi. Selain itu, kekeruhan akan membentuk endapan pada pipa-
pipa maupun unit-unit pada Water Treatment Plant. Akibatnya kerja sistem
pengolahan akan mengalami gangguan.
Total Dissolve Solid dapat menghasilkan air dengan kesadahan tinggi,
yang meninggalkan endapan pada peralatan rumah tangga, pipa air dan lain-lain.
Hal ini juga dapat dibuktikan pada sabun dan detergen yang tidak akan
menghasilkan busa yang banyak apabila kandungan TDS. terlalu tinggi pada air
yang digunakan. Kadar TDS yang tinggi juga merupakan indikator bahwa
terdapat kontaminan berbahaya, seperti zat sulfat dan bromida arsenik di dalam
air tersebut.
Daya hantar listrik sangat erat kaitannya dengan nilai pH air. Semakin
kecil pH maka akan semakin besar nilai DHL pada air tersebut. Pada konduktor
elektrolit, elektron mengalir dibawa oleh ion-ion, sedangkan yang dapat
menghasilkan ion antara lain asam, basa dan garam. Asam terdiri asam kuat yang
banyak menghasilkan banyak ion sedangkan asam lemah menghasilkan sedikit ion
dimana semakin asam air maka semakin kecil nilai pHnya, demikian pula semakin
lemah tingkat keasaman air maka pH akan semakin besar. Sehingga apabila air
memiliki tingkat keasaman tinggi (pH kecil) maka semakin banyak ion yang
dihasilkan sehingga konduktivitas (DHL) akan semakin besar (Purnomo,2010).

B. Parameter Kimia

No Parameter Satuan Kadar Maksimum Hasil Analisis


1 Derajat Keasaman (pH) mg/L 6,5 - 8,5 7,05
3+)
2 Aluminium (Al mg/L - 0,002
3 Amonia (NH3) mg/L - 0,11
4 Besi (Fe2+) mg/L 1 0,01818
5 Bikarbonat ( HCO3-) mg/L - 64,94
6 Calsium (Ca2+) mg/L - 11,9168
7 Carbondioksida (CO2) mg/L - 7,2072
8 Clorida (Cl-) mg/L - 13,304
9 Fluorida (F) mg/L 1,5 0
10 Alkalinitas (CaCO3) mg/L 500 56,056
11 Mangan (Mn2+) mg/L 0,5 0,0024
12 Nitrat (NO3-) mg/L 10
13 Nitrit (NO2-) mg/L 1 0,1514
-
14 Sianida (CN ) mg/L 0,1 0,005
15 Sulfat (SO42-) mg/L 400 9,1713
16 Zat Organik ( KMnO4) mg/L 10 4,46192
Tabel II Hasil Analisis Kualitas Air berdasarkan Parameter Kimia
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 32
Tahun 2017 menunjukkan pH air telah memenuhi baku mutu air untuk air bersih
yakni pada kisaran 6,5-8,5. Apabila pH kurang dari 6,5 atau lebih besar dari 8,5
akan mengakibatkan pipa air yang terbuat dari logam dapat mengalami korosi
sehingga pada akhirnya air tersebut akan menjadi racun bagi manusia
( Sutrisno,2004).
Syarat konsentrasi besi yang dianjurkan dalam air adalah 1,0 mg/L.
Apabila konsentrasi besil terlarut dalam air melebihi baku mutu maka akan
menyebabkan korosi pada pipa dan akan mengendap pada saluran pipa. Selain itu,
adanya besi terlarut dalam air yang tinggi menimbulkan warna, rasa dan bau pada
air. Apabila air dengan kadar besi terlarut yang tinggi dikonsumsi maka akan
menyebabkan iritasi pada kulit dan rusaknya dinding usus.
Kadar klorida yang tinggi yang diikuti oleh kadar kalsium yang juga tinggi
dapat meningkatkan korosifitas air. Air yang demikian nudah mengakibatkan
terjadinya pengkaratan pada peralatan yang terbuat dari logam (Effendi, 2003).
Senyawa nitrat dalam air yang melebihi baku mutu dapat menyebabkan
metahemoglobinameia yaitu kondisi dimana haemoglobin didalam darah berubah
menjadi methaemoglobin sehingga darah kekurangan oksigen.
Fluorida adalah senyawa kimia yang secara alami ada dalam air. Tetapi
pada konsentarsi yang besar (2 mg/L) dapat menyebabkan kerusakan pada gigi.
Pemaparan fluorida pada konsentrasi yang lebih besar lagi (3-6 mg/L) dapat
menyebabkan kerusakan pada struktur tulang (Said,1999).
Amonia dapat bersifat racun pada manusia jika jumlah yang masuk ke
dalam tubuh melebihi jumlah yang dapat didetoksifikasi oleh tubuh yang dapat
mempengaruhi metabolisme dengan mengubah kesetimbangan asam-basa dalam
tubuh. Ammonia dengan konsentrasi 130-200 ppm dalam bentuk gas bersifat
mengiritasi kulit, mata dan saluran pernafasan. Pada konsentrasi yang lebih tinggi
yaitu 400-700 ppm dapat mengakibatkan kerusakan permanen akibat iritasi pada
organ mata dan pernafasan (Effendi, 2003).
Kesadahan air berkaitan erat dengan kemampuan air membentuk
busa.Semakin besar kesadahan air, semakin sulit bagi sabun untuk membentuk
busa karena terjadi presipitasi. Busa tidak akan terbentuk sebelum semua
kation pembentuk kesadahan mengendap. Pada kondisi ini, air mengalami
pelunakan atau penurunan kesadahan yang diakibatkan sabun. Endapan yang
terbentuk dapat menyebabkan pewarnaan pada bahan yang dicuci. Air sadah
memiliki kandungan sulfat, kalsium, magnesium, dan kabonat yang tinggi. Jika air
sadah dipanaskan maka akan terbentuk deposit atau kerak (Effendi, 2003).
Adanya zat sianida dalam lingkungan perairan dapat mengakibatkan
kerugian, apabila berada dalam jumlah yang melebihi batas baku
mutu. Konsentrasi CN dalam air yang melebihi baku mutu yang ditetapkan akan
dapat mengganggu metabolisme oksigen, sehingga jaringan tubuh tidak mampu
mengubah oksigen.Selain itu, sianida dapat pula meracuni hati (Polii & Sonya,
2002).
Mikroba Nitrosomanas yang berikatan dengan amonium dan oksigen dapat
menyebabkan terbentuk senyawa nitrit. Nitrit sangat berbahaya bagi tubuh
terutama bayi dibawah umur 3 bulan, karena dapat menyebabkan
methaemoglobinemia yaitu keadaan dimana nitrit akan mengikat hemoglobin
(Hb) darah dan menghalangi ikatan Hb dengan oksigen ( Sukar et.al, 1991).
Sulfat adalah salah satu anion yang banyak terjadi pada air alam. Ia
merupakan senyawa yang penting dalam penyediaan air karena pengaruuh
pencucian perut yang terjadi pada manusia apabila ada dalam konsentrasi yang
cukup besar. Batas yang boleh digunakan adalah 400 mg/L. Kadar sulfat yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan bau dan masalah korosi pada perpipaan yang
diakibatkan dari reduksi sulfat menjadi hidrogen sulfida dalam kondisi anaerobik
(Sutrisno,2006).
Zat organik dalam air berasal dari alam seperti tumbuhan, selulosa, gula
dan pati. Adanya bahan organik dalam air akan menyebabkan timbulnya warna,
bau dan rasa dan kekeruhan dalam air. Pengaruh terhadap kesehatan dengan ada
zat organik dalam air adalah dapat menyebabkan sakit perut (Sutrisno, 2006).
Logam Mangan (Mn) adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang
memiliki lambang Mn dan nomor atom 25, berwarna silver metalic, keras dan
sangat rapuh. Logam Mangan mampu menimbulkan keracunan kronis pada
manusia hingga berdampak menimbulkan lemah pada kaki, muka kusam dan
dampak bagi lanjutan bagi manusia yang keracunan Mn adalah bicaranya lambat
dan hyperrefleksi. Endapan MnO2 akan memberikan noda-noda pada
bahan/benda-benda yang berwarna putih. ( Nainggolan et.al, 2011 ).
Aluminium merupakan salah satu logam anorganik yang dijumpai dalam
air minum. Konsentrasi aluminium yang tinggi bisa mengendap sebagai
aluminium hidroksida yang mempengaruhi kehidupan air (Singh, 2006).
No Parameter Satuan Kadar Maksimum Hasil Analisis
1 Total Colliform CFU/100 mL 50
2 E.Coli CFU/100 mL 0
Dampak paparan aluminium terhadap manusia dapat terjadi melalui
minuman, makanan, pernapasan, dan kontak dengan kulit. Dampak apabila
terkena kulit asalah tersumbatnya pori-pori kulit. Akibatnya kulit tidak bisa
mengeluarkan racun secara alami. Jangka panjang dan konsentrasi tinggi
aluminium dapat mengakibatkan efek kesehatan yang serius, seperti kerusakan
pada sistem syaraf pusat, kehilangan memori, kelesuan, gemetaran.
C. Parameter Biologi

Tabel III Hasil Analisis Kualitas Air berdasarkan Parameter Biologi

Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang pendek


yang memiliki panjang sekitar 2 µm, diameter 0,7 µm, lebar 0,4-0,7µm dan
bersifat anaerob fakultatif. E. coli membentuk koloni yang bundar, cembung, dan
halus dengan tepi yang nyata (Greenwood et al., 2007).
Bakteri E. coli dalam jumlah yang berlebihan dapat mengakibatkan diare, dan
bila bakteri ini menjalar kesistem/organ tubuh yang lain, maka akan dapat
menyebabkan infeksi. Jika bakteri E. coli sampai masuk ke saluran kencing maka
dapat mengakibatkan infeksi pada saluran kemih/kencing (Zhu et al., 1994).
VI. SMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap parameter fisika yang
meliputi suhu; bau; rasa dan kekeruhan, parameter kimia yang meliputi pH; kadar
klorida; kadar kalsium karbonat; kadar besi; kadar mangan; kadar nitrit; kadar
nitrat; kadar sulfat; kadar alumunium; dan kadar zat organik serta parameter
mikrobiologi yang meliputi total Coli dan E. coli,dapat disimpulkan bahwa air
bersih Palasari memenuhi standar air bersih berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 32 Tahun 2017 tentang Kualitas Air Bersih.

B. Saran
PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor diharapkan dapat menambah parameter
uji sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan sehingga dapat terus
meningkatkan jaminan kualitas air dan memperluas jaringan distribusi air minum
sehingga seluruh masyarakat Kota Bogor dapat menggunakan air yang terjamin
kualitasnya.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Asmadi, Khayan, Kasjono H.S. 2011. Teknologi Pengolahan Air Minum.


Yogyakarta: Gosyen Publishing

Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan.


Medan: USU Press.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta : Kanisinus

Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kasinius.

Gabriel, J. F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Hiprokrates

Greenwood, D.,et al.,2007. Medical Microbiology. Elsevier, China.

Kordi, K. 2007. Pengolahan Kualitas Air. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Nainggolan et al., 2011. Pengolahan LOmbah Cair Industry Perkebunan dan Air
Gambut Menjadi Air Bersih. Medan: Penerbit Usu-Press.

Polii J. B & Sonya N. D. 2002. Pendugaan Kandungan Merkuri dan Sianida


didaerah Aliran Sungai (DAS) Buyat Minahasa. Hasil Penelitian. ISSN
1412-3487. EKOTON Vol. 2, No. 1: 3137.

RI, B. S. 2004. Air dan limbah-Bagian 1: Cara uji daya hantar listrik (DHL)
dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 06-6989.1-2004. Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional RI.

RI, B. S. 2004. Air dan limbah-Bagian 11: Cara uji derajat keasaman (pH)
dengan menggunakan alat pH meter dalam Standarisasi Nasional
Indonesia (SNI) No. 06-6989.11-2004. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional
RI.

RI, B. S. 2004. Air dan limbah-Bagian 12: Cara uji kesadahan total kalsium (Ca)
dan magnesium (Mg) dengan metode titrimetri dalam Standarisasi Nasional
Indonesia (SNI) No. 06-6989.12.2004 . Jakarta: Badan Standarisasi Nasional
RI.

RI, B. S. 2004. Air dan limbah-Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode
titrimetri dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 06-6989.13-2004.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional RI.
RI, B. S. 2004. Air dan limbah-Bagian 20: Cara uji sulfat (SO 42-) secara
turbidimetri dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 06-6989.20-2004.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional RI.

RI, B. S. 2004. Air dan limbah-Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara
titrimetri dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 06-6989.22-2004.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional RI.

RI, B. S. 2004. Air dan limbah-Bagian 9: Cara uji nitrit (NO2-N) secara
spektrofotometri dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 06-6989.9-
2004. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

RI, B. S. 2005. Air dan limbah-Bagian 23: Cara uji suhu dengan terrmometer
dalam Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) No. 06-6989.23-2005. Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional RI.

RI, B. S. 2005. Air dan limbah-Bagian 24: Cara uji warna secara perbandingan
visual dalam Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) No. 06-6989.24-2005.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional RI.

RI, B. S. 2005. Air dan limbah-Bagian 25: Cara uji kekeruhan dengan
nefelometer dalam Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) No. 06-6989.25-
2005 . Jakarta: Badan Standarisasi Nasional RI.

RI, B. S. 2005. Air dan limbah-Bagian 35: Cara uji kadar aluminium (Al) terlarut
dengan spektrofotometer secara eriokromsianin R dalam Standar Nasional
Indonesia (SNI) No. 06-6989.35-2005. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional
RI.

RI, B. S. 2009. Air dan limbah-Bagian 4: Cara uji besi (Fe) secara
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) - nyala dalam Standarisasi Nasional
Indonesia (SNI) No. 6989.4:2009. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional RI.

RI, B. S. 2009. Air dan limbah-Bagian 5: Cara uji mangan (Mn) secara
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) - nyala dalam Standarisasi Nasional
Indonesia (SNI) No. 6989.5:2009. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional RI.

Rushayati, SB. 1999. Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap


Kandungan Bahan Organik dan Sedimen Tersuspensi di Daerah Aliran
Sungai Ciliwung Hulu-Tengah. (Tesis). Institut Pertanian Bogor, Program
Pasca Sarjana. Bogor.

Said, N.I dan Heru, D.W. 1999. Teknologi Pengolahan Air Limbah Tahu-Tempe
Dengan Proses Biofilter Anaerob dan Aerob. Jakarta: Badan Pengkajian
Dan Penerapan Teknologi.
Said, N.I dan Rina,T. 2001. Penghilangan Amonia didalam Air Baku Air Minum
dengan Proses Biofilter Tercelup Menggunakan Media Plastik Sarang
Tawon. Jurnal Teknik Lingkungan. 2: 11- 27

Simon I. 2013. Kadar Fosfat, Nitrat dan Oksigen Terlarut di Perairan Pulau Talise,
Jurnal Ilmiah Platax, ISSN No. 2303-3589.

Singh, R. 2006. Introduction to Basic Manufacturing Processes and Workshop


Technology. New Delhi: New Age International.

Sulistyorini, S.I., Mulli,E dan Adriana. S.A. 2016. Analisis Kualitas Air Pada
Sumber Mata Air Di Kecamatan Karangan Dan Kaliorang Kabupaten Kutai
Timur. Jurnal Hutan Tropis. 4: 64-76

Suprihatin dan Suparno, O. 2013. Teknologi Proses Pengolahan Air Untuk


Mahasiswa dan Praktisi Industri. Bogor: IPB-Press.

Sutrisno, C. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih Edisi Kelima. Jakarta :


Rineka Cipta.

Quddus, R. 2014. Teknik Pengolahan Air Bersih dengan Sistem Saringan Pasir
Lambat (Downflow) yang Bersumber dari Sungai Musi. Jurnal Teknik Sipil
dan Lingkungan. 4: 669-675

Wiryono. 2013. Pengantar Ilmu Lingkungan. Bengkulu : Pertelon Media .

Zhu, C., J. Harel., M. Jacques., C. Desautels., M.S.Donnenberg., M. B. and J. M.


F. (1994). Virulence Properties and Attaching Effacing Activity of E.Coli
O45 Associated from Swine Post Weaning Diarrhea. Infection and Immunity,
(62), 4153–4259.
LAMPIRAN

1. Diagram Alir Penelitian


2. Parameter Fisika
1. Pengukuran Suhu

2. Pengukuran Total Dissolved Solid


3. Pengukuran Kekeruhan

4. Pengukuran Daya Hantar Listrik


3. Parameter Kimia
1. pH

2. Kadar Klorida

3. Kadar Kesadahan
4. Kadar Karbondioksida

5. Kadar Bikarbonat

6. Kadar Kalsium
7. Kadar Besi

8. Kadar Nitrit
9. Kadar Nitrat

10. Kadar Sulfat


11. Kadar Zat Organik

12. Kadar Mangan

13. Kadar Fluorida


14. Kadar Sianida
15. Kadar Ammonia

16. Kadar Aluminium


4. Parameter Biologi
4. Perhitungan
A. Penetapan Kadar Klorida

B. Penetapan Kadar HCO3

Kadar HCO3 =

Kadar HCO3 =

Kadar HCO3 =

Kadar HCO3 = 64,94


C. Penetapan Kadar Zat Organik

Kadar Zat Organik =

Kadar Zat Organik =

D. Penetapan Kadar CaCO3

Kadar CaCO3 = x 1000

Kadar CaCO3 = x 1000


Kadar CaCO3 = x 1000

Kadar CaCO3 = 56,056 mg/L


E. Penetapan Kadar Ca2+

Kadar kalsium =

Kadar kalsium =

Kadar kalsium =

Kadar kalsium = 11,9168 mg/L

F. Penetapan Kadar CO2

Kadar CO2 =

Kadar CO2 =

Kadar CO2 =

Kadar CO2 =

G. Penetapan Kadar Besi

Kadar besi =

Kadar besi =

Kadar besi = 0,01818


H. Penetapan Kadar Mangan
Kadar Mangan =

Kadar Mangan =

Kadar Mangan = 0,0024


I. Penetapan Kadar Aluminium

J. Penetapan Kadar Nitrit

Kadar Nitrit =

Kadar Nitrit =

Kadar Nitrit = 0,1514


K. Penetapan Kadar Nitrat

Kadar Nitrat =

L. Penetapan Kadar Sulfat

Kadar sulfat =

Kadar sulfat =

Kadar sulfat = 9,1713

Anda mungkin juga menyukai