Oleh:
DARMAINI HARDIYANTI
41204720116026
Diterima sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memenuhi tugas akhir pada
Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Nusa Bangsa, Bogor.
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Ruly Satriadi
Mengetahui,
Bismillahirrahmaanirrohim
Alhamdulillah, penulis mengucapkan puji dan syukur yang sebesar-
besarnya atas kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karuniaNya yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan
laporan kerja praktik ini dengan baik. Laporan kerja praktik ini berjudul “Analisis
Kualitas Air pada Sistem Pengolahan Air di PDAM Palasari Kota Bogor.”
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada bapak Dr. Ridha Arizal,M.Sc selaku Dekan Fakultas MIPA
Universitas Nusa Bangsa, bapak Dian Arrisujaya, S.Si.,M.Si selaku ketua
program studi, Ibu Ade Ayu Oksari, S.Si., M.Si selaku pembimbing I atas saran
dan masukkannya, bapak Ruly Satriadi selaku Asistem Manajer Laboratorium dan
pembimbing instansi serta staf laboratorium, Bapak Taufik, Bapak Ade, Bapak
Jenar, Bapak Mangku, Bapak Andri, Kak Rama dan Ibu Tuti atas bantuan, saran,
kritik dan masukan yang berarti selama di laboratorium.
Akhir kata, penulis berharap laporan kerja praktik ini dapat bermanfaat
bagi mahasiswa Universitas Nusa Bangsa pada khususnya dan masyarakat luas
pada umumnya.
Bogor, Februari 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan dan Manfaat 2
II. KEADAAN UMUM INSTITUSI
A. Sejarah PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor 4
B. Visi dan Misi 6
C. Struktur Organisasi 6
D. Fasilitas PDAM Tirta Pakuan Bogor 7
III. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kualitas Air . 8
B. Sistem Pengolahan Air 19
IV. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian 26
B. Bahan dan Alat 26
C. Metode Analisis 28
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Parameter Fisika 46
B. Parameter Kimia 46
C. Parameter Biologi 46
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan 50
B. Saran 50
DAFTAR PUSTAKA 51
LAMPIRAN 54
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Hasil Analisis Kualita Air berdasarkan Parameter Fisika..................................46
2. Hasil Analisis Kualitas Air Berdasarkan Parameter Kimia...............................46
3. Hasil Analisis Kualitas Air Berdasarkan Parameter Biologi.............................46
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Logo PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor...............................................................4
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Diagram Alir......................................................................................................54
2. Parameter Fisika.................................................................................................55
3. Parameter Kimia................................................................................................57
4. Parameter Biologi..............................................................................................63
5. Perhitungan........................................................................................................64
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air memiliki peranan yang sangat penting, diantaranya adalah sebagai
pelarut umum, digunakan oleh organisme untuk reaksi- reaksi kimia dalam proses
metabolisme serta menjadi media transportasi nutrisi dan hasil metabolisme. Saat
ini, banyak permasalahan yang timbul mengenai persediaan air bersih untuk
kelangsungan hidup manusia Sehingga, keterbatasan persediaan air untuk
pemenuhan kebutuhan tersebut menjadi pemicu timbulnya konflik sosial di
masyarakat (Wiryono, 2013).
Saat ini, kualitas dan kuantitas air semakin menurun serta mengalami
penyimpangan tatanan sebagai dampak dari eksploitasi secara berlebihan dan
perilaku mahluk hidup terutama aktivitas manusia yang tidak memperhatikan
aspek lingkungan, sehingga tidak mencapai peruntukan dan mutunya bagi
berbagai segi kehidupan. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan air bersih oleh
manusia semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk(Sulistyorini et al.,2016).
Pola hidup masyarakat yang kurang memperhatikan aspek lingkungan
seperti membuang sampah tidak pada tempatnya, membuang limbah berbahaya,
serta alih fungsi kawasan hutan yang dapat meningkatkan potensi erosi dan
seringkali menyebabkan sedimentasi pada dasar perairan memberikan dampak
negatif baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan alami
terutama sumber air. Hal ini akan menimbulkan dampak yang buruk, baik bagi
kesehatan manusia maupun lingkungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
perlindungan dan pelestarian terhadap sumber daya air tersebut (Sulistyorini et
al.,2016).
Perlindungan dan pelestarian sumberdaya air harus menjadi salah satu
prioritas utama manusia. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan
memperhatikan parameter-parameter kualitas air sesuai baku mutu yang sudah
ditetapkan. Tingkat kualitas air yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan tertentu
memiliki baku mutu yang berbeda, sehingga harus dilakukan pengujian untuk
mengetahui kesesuaian kualitas dengan peruntukannya. Berdasarkan latar
belakang diatas, maka perlu dilakukan analisa kualitas air dengan berdasarkan
beberapa parameter yaitu parameter fisika, kimia dan biologi. Hasil dari analisis
parameter ini akan dibandingkan dan disesuaikan dengan baku mutu yang sudah
ditentukan.
C. Struktur Organisasi
Berdasarkan peraturan Walikota No. 54 tahun 2018, pengelolaan
Perusahaan dipimpin oleh Direksi yang terdiri dari Direktur Utama yang
membawahi Direktur Umum dan Direktur Teknik yang bertanggung jawab
kepada Walikota melalui badan pengawas. Direktur Umum dan Direktur Teknik
membawahi beberapa Manajer yang membawahi beberapa Asisten Manajer.
PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor mempunyai dua fungsi umum, yaitu
fungsi ekonomi dan fungsi sosial. Tugas pokok PDAM adalah mengusahakan
penyediaan air bersih untuk kebutuhan masyarakat secara memadai, merata, dan
berkesinambungan. PDAM juga diharapkan dapat meningkatkan pelayanan dan
memberikan sumbangan kepada pemerintah. Selain itu, PDAM juga merupakan
salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).
A. Kualitas Air
Air merupakan bahan alam yang diperlukan untuk kehidupan manusia,
hewan dan tanaman sebagai media pengangkutan zat-zat makanan, juga
merupakan sumber energi serta berbagai keperluan lainnya (Arsyad, 1989).
Pada kondisi standar, air memiliki sifat tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak berasa. Ditinjau dari segi kualitas, ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi, diantaranya kualitas fisik yang terdiri atas bau, warna dan rasa,
sedangkan kualitas kimia yang terdiri atas pH, kesadahan dan sebagainya serta
kualitas biologi dimana air terbebas dari mikroorganisme penyebab penyakit.
Agar kelangsungan hidup manusia dapat berjalan lancar, air bersih juga harus
tersedia dalam jumlah yang memadai sesuai dengan aktifitas manusia pada tempat
tertentu dan kurun waktu tertentu (Gabriel, 2001).
Kriteria kualitas air merupakan batas konsentrasi parameter-parameter
kualitas airyang diinginkan bagi kelayakan kualitas air untuk penggunaan tertentu.
Sedangkan baku mutu air merupakan peraturan menurut undang-undang yang
ditetapkan oleh pemerintah yang mencantumkan pembatasan konsentrasi berbagai
parameter kualitas air ( Rushayati,1999).
Parameter kualitas air dibagi menjadi tiga, yaitu parameter fisika, kimia,
dan biologi. Parameter fisika terdiri dari total dissolve solid, bau, temperature,
kekeruhan, dan daya hantar listrik. Parameter kimia terdiri dar pH, nitrat, nitrit,
mangan, aluminium, besi, zat organik, kalsium, ammonia, florida, sianida, sulfat,
kesadahan, karbondioksida, bikarbonat, dan klorida. Parameter biologi terdiri dari
Escherichia Coli dan total coliform.
1. Parameter Fisika
a. Bau
Bau pada air dapat disebabkan karena benda asing yang masuk ke dalam
air seperti bangkai binatang, bahan buangan, ataupun disebabkan karena proses
penguraian senyawa organik oleh bakteri. Pada peristiwa penguraian senyawa
organik yang dilakukan oleh bakteri tersebut dihasilkan gas – gas berbau
menyengat dan bahkan ada yang beracun. Pada peristiwa penguraian zat organik
berakibat meningkatkan penggunaan oksigen terlarut di air (BOD = Biological
Oxighen Demand) oleh bakteri dan mengurangi kuantitas oksigen terlarut (DO =
Disvolved Oxigen) di dalam air. Bau pada air minum dapat dideteksi dengan
menggunakan hidung. Tujuan deteksi bau pada air minum yaitu untuk mengetahui
ada bau atau tidaknya bau yang berasal dari air minum yang disebabkan oleh
pencemar. Apabila air minum memiliki bau maka dapat dikategorikan sebagai air
minum yang tidak memenuhi syarat dan kurang layak untuk di manfatkan sebagai
air minum (Quddus, 2014).
b. Total Dissolve Solid (TDS)
Jumlah garam terlarut dapat ditentukan dengan pengukuran Total Dissolve
Solid karena jumlah konsentrasi garam dalam air sangat tinggi. TDS pada air
dideteksi menggunakan alat TDS scan yang berupa stik yang bekerja secara
otomatis dan mampu menunjukkan jumlah polutan didalam air. Semakin tinggi
nilai TDS maka akan semakin tinggi nilai salinitas dan daya hantar listrik
(Gusman et al., 2018)
c. Daya Hantar Listrik (DHL)
Konduktivitas (Daya Hantar Listrik/ DHL) adalah gambaran numerik dari
kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik. Oleh karena itu, semakin banyak
garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL.
Pengukuran daya hantar listrik bertujuan mengukur kemampuan ion-ion dalam air
untuk menghantarkan listrik serta memprediksi kandungan mineral dalam air
(Gusman et al., 2018)
d. Kekeruhan
Kekeruhan adalah efek optik yang terjadi jika sinar membentuk material
tersuspensi di dalam air. Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan -
bahan organik dan anorganik seperti lumpur dan buangan, dari permukaan tertentu
yang menyebabkan air sungai menjadi keruh. Kekeruhan walaupun hanya sedikit
dapat menyebabkan warna yang lebih tua dari warna sesungguhnya (Quddus, 2014)
Air yang mengandung kekeruhan tinggi akan mengalami kesulitan bila
diproses untuk sumber air bersih. Kesulitannya antara lain dalam proses
penyaringan. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa air dengan
kekeruhan tinggi akan sulit untuk didisinfeksi, yaitu proses pembunuhan terhadap
kandungan mikroba yang tidak diharapkan. Tingkat kekeruhan dipengaruhi oleh pH
air, kekeruhan pada air minum umumnya telah diupayakan sedemikian rupa
sehingga air menjadi jernih (Quddus, 2014).
2. Parameter Kimia
a. pH
pH adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas
keadaan asam atau basa suatu larutan. pH merupakan satu faktor yang harus
dipertimbangkan mengingat bahwa derajat keasaman dari air akan sangat
mempengaruhi aktivitas pengolahan yang akan dilakukan, misalnya dalam
melakukan koagulasi kimiawi, desinfeksi, pelunakan air (water softening) dan
dalam pencegahan korosi. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada
penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal pH ini yakni bahwa pH yang
lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan dapat menyebabkan korosi pada
pipa-pipa air, dan dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi
racun yang mengganggu kesehatan (Sutrisno, 2006).
b. Aluminium
Aluminium merupakan salah satu logam anorganik yang dijumpai dalam
air minum. Konsentrasi aluminium yang tinggi bisa mengendap sebagai
aluminium hidroksida yang mempengaruhi kehidupan air (Singh, 2006).
Dampak paparan aluminium terrhadap kulit manusia adalah tersumbatnya
pori-pori. Akibatnya kulit tidak bisa mengeluarkan racun secara alami. Jangka
panjang dan konsentrasi tinggi aluminium dapat mengakibatkan efek keehatan
yang serius, seperti kerusakan pada syaraf pusat, kehilangan memori, kelesuan,
gemetaran.
c. Ammonia
Amonia merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH4+ pada pH rendah.
Amonia dalam air berasal dari air seni, tinja serta penguraian zat organik secara
mikrobiologis yang berasal dari air alam atau air buangan industri ataupun limbah
domestik. Senyawa amonia dapat menyebabkan korosi pada pipa dan tembaga dan
dapat menyebabkan penyakit cyanosis terutama pada bayi ( Said et al., 2001)
Makin tinggi pH air, daya racun amonia semakin meningkat, sebab
sebagian besar berada dalam bentuk NH3, sedangkan amonia dalam bentuk
molekul (NH3) lebih beracun daripada yang berbentuk ion (NH4+). Amonia dalam
bentuk molekul dapat menembus bagian membran sel lebih cepat daripada ion
NH4+ (Kordi , 2007).
d. Besi
Besi umumnya tidak terdapat dalam keadaan terlarut. bila kejenuhan
oksigen berada di bawah 50% dan banyak mengandung karbondioksida terlarut
serta mempunyai nilai pH lebih rendah dari 7,5 akan menyebabkan besi (Fe)
terdapat dalam bentuk terlarut di dalam air. Kondisi seperti ini biasanya dijumpai
pada air tanah maupun pada mata air serta pada daerah-daerah yang dalam di
suatu danau. Pada mata air akibat terjadinya kontak dengan udara akan
menyebabkan Fe-2-karbonat terlarut membentuk Fe-3-Hydroksid yang berbentuk
gumpalan. Gumpalan ini akan menghambat pernapasan organisme air yang dapat
menyebabkan kematian organisme tersebut (Barus, 2004).
e. Bikarbonat
Alkalinitas adalah kemampuan air untuk menetralisir asam yang
mencakup semua basa dalam air yang dapat dititrasi. Nilai alkalinitas yang
diperoleh dari hasil pengukuran sangat bervariasi yaitu tergantung pada titik akhir
titrasi atau tergantung pada jenis indikator yang dipakai, alkalinitas air penting
ditetapkan nilainya karena akan dapat menentukan tingkat kelayakan penggunaan
air dan jenis pengolahan air limbah yang diperlukan.
f. Fluorida
Terlalu banyak fluorida dapat memiliki konsekuensi yang drastis. Gejala
awal dari kelebihan fluorida termasuk fluorosis gigi dan tulang. Ini adalah kondisi
di mana kalsium mulai meninggalkan tulang untuk mengakibatkan pH darah yang
terlalu tinggi. Ketika kalsium meninggalkan, itu digantikan oleh fluor. Hal ini
dapat membuat tulang dan gigi terlalu keras dan rapuh, menyebabkan mereka
patah atau pecah lebih mudah. Gejala-gejala ini dapat perlahan-lahan terbalik
dengan memotong fluorida dari makanan. Penyakit-penyakit ini telah
didokumentasikan dalam kasus di mana fluorida dalam air minum berada di atas
10 mg/L.
g. Kesadahan
Kesadahan dapat disebakan oleh garam-garam bervalensi dua atau lebih
yang terdapat di dalam air. Salah satunya adalah CaCO 3. Kesadahan dianggap
baik jika nilainya antara 50-80 mg/L. Adanya ion kalsium (Ca) dan magnesium
(Mg) di dalam air akan menyebabkan sifat kesadahan terhadap air tersebut. Air
yang mempunyai tingkat kesadahan terlalu tinggi sangat merugikan karena
beberapa hal diantaranya dapat menimbulkan karatan/korosi pada alat-alat yang
terbuat dari besi, menyebabkan sabun kurang membusa sehingga meningkatkan
konsumsi sabun, dan dapat menimbulkan endapan atau kerak-skerak di dalam
wadah-wadah pengolahan (Fardiaz, 1992).
h. Klorida
Konsentrasi klor dalam air terutama dipengaruhi oleh proses perombakan
kimiawi dari substrat. Klor sebagian besar berasal dari substrat tanah dan sedimen
yang mengandung klor, juga berasal dari atmosfer melalui curah hujan dan yang
tak kalah pentingnya adalah klor yang terdapat dalam limbah cair yang juga akan
masuk ke dalam air (Barus, 2004).
i. Mangan
Logam Mangan (Mn) adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang
memilikilambang Mn dan nomor atom 25, berwarna silver metalic, keras dan
sangat rapuh. Logam Mangan mampu menimbulkan keracunan kronis pada
manusia hingga berdampak menimbulkan lemah pada kaki, muka kusam dan
dampak bagi lanjutan bagi manusia yang keracunan Mn adalah bicaranya lambat
dan hyperrefleksi (Nainggolan et al., 2011).
j. Nitrat
Nitrat (NO3) adalah salah satu zat hara berbentuk nitrogen di perairan
alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan biota. Nitrat
sangat mudah terlarut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari
proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi merupakan
proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat dengan bantuan mikroorganisme
adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen (Effendi, 2003).
Senyawa nitrat merupakan zat hara yang dijadikan petunjuk kesuburan
perairan yang dibutuhkan organisme dalam pertumbuhan dan perkembangan
hidupnya. Fosfat dan nitrat dibutuhkan untuk mendukung organisme perairan
terutama fitoplankton. Kadar fosfat dan nitrat yang tinggi dan melebihi kebutuhan
normal organisme akan menyebabkan keadaan lewat subur (eutrofikasi) yang
akan merangsang terjadinya blooming. Sehingga akan menyebabkan kematian
massal pada organisme perairan terutama ikan (Simon, 2013).
k. Sianida
Tingginya sifat toksis (cemar) racun sianida sangat membahayakan
lingkungan dan mahluk hidup disekitarnya akibatnya berdampak pada keracunan
hingga kematian mahkluk hidup. Keracunan kronis menimbulkan malaise dan
iritasi.
l. Sulfat
Sulfat merupakan unsur yang dibutuhkan oleh organisme autotrof dan
bakteri heterotrof serta jamur sebagai susmber nutrisi untuk memenuhi kebutuhan
unsur belerang. Konsentrasi sulfat yang tinggi dalam air (> 250 mg/l) mempunyai
efek patogen terhadap manusia, terutama gangguan dalam proses pencernaan.
Kadar yang dianjurkan 200-400 mg/l, apabila jumlahnya besar dapat bereaksi
dengan ion natrium atau magnesium dalam air sehingga membentuk garam
natrium sulfat atau magnesium sulfat yang dapat menimbulkan rasa mual.
(Barus, 2004)
m. Zat Organik
Apabila terdapat zat organik yang melebihi dari yang diisyaratkan berarti
menunjukkan adanya pencemaran atau pengotoran terhadap air tersebut.
Keberadaan zat organik dapat menurunkan kadar oksigen terlarut dalam air yang
disebabkan oleh terurainya bahan organik menjadi unsur-unsur lain dengan
bantuan oksigen.
Zat organik merupakan makanan mikroorganisme yang menyebabkan
pesatnya pertumbuhan, sehingga membahayakan masyarakat yang
menggunakannya. Zat organik dapat pula mengganggu proses pengolahan, di
samping menyebabkan air menjadi berwarna, memberikan rasa, dan bau yang tak
sedap.
3. Bakteriologis
Mikroorganisme yang terdapat dalam air berasal dari udara, tanah, sampah,
lumpur, tanaman hidup atau mati, hewan hidup atau mati (bangkai), kotoran
manusia atau hewan, bahan organik lainnya, dan sebagainya. Air merupakan
medium pembawa mikroorganisme patogenik yang berbahaya bagi kesehatan.
Jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air dipengaruhi oleh sumber air
tersebut. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik air seperti suhu, pH,
tekanan osmotik, tekanan hidrostatik, aerasi, dan penetrasi sinar matahari
(Fardiaz, 1992).
Escherichia coli jika masuk kedalam saluran pencernaan dalam jumlah
banyak dapat membahayakan kesehatan. Walaupun E.Coli merupakan bagian dari
mikroba normal saluran pencernaan, tapi saat ini telah terbukti bahwa galur-galur
tertentu mampu menyebabkan gastroenteritis taraf sedang hingga parah pada
manusia dan hewan. Sehingga, air yang akan digunakan untuk keperluan sehari-
hari berbahaya dan dapat menimbulkan penyakit infeksius ( Suriaman,2008).
C. Metode Analisis
1. Pengambilan Sampel
a. Pengambilan Sampel untuk Parameter Biologi
Keran air dibuka dan air dibiarkan mengalir selama 5 menit. Setelah itu,
keran ditutup dan keran dipanaskan dengan nyala dari pembakar hingga
menghasilkan uap air. Lalu, keran dibuka kembali dan biarkan air mengalir ± 1
menit. Botol sampel yang telah disteril dibuka dan mulut botol dipanaskan,
kemudian botol diisi dengan sampel air.
b. Pengambilan Sampel untuk Paramter Fisika dan Kimia
Keran air dibuka dan air dibiarkan mengalir selama 5 menit. Botol sampel
yang sudah bersih dibilas dengan air sampel sebanyak 3 kali sambil dikocok.
Kemudia isi botol dengan sampel air.
2. Parameter Fisika
a. Pengukuran Suhu (SNI 06-6989.23-2005)
Sampel sebanyak 50 mL dimasukkan kedalam piala gelas 100 mL yang
telah dibilas dengan akuades lalu dibilas dengan sampel yang akan dianalisis,
kemudian elektroda dicelupkan kedalam sampel tersebut kemudian tekan tombol
cond lalu tekan tombol read maka nilai suhu akan diketahui.
b. Pengukuran Kekeruhan (SNI 06-6989.25-2005)
Kuvet turbidimeter dibilas dengan akuades kemudian dibilas dengan
sampel yang akan dianalisis, sampel dimasukkan k edalam kuvet turbidimeter
hingga batas tera. Lalu, bagian luar kuvet dibersihkan menggunakan tisu dan
dimasukkan kedalam alat. Nilai konstan yang tertera pada layar merupakan nilai
kekeruhan.
c. Pengukuran Total Dissolved Solid (SNI 06-6989.27-2005)
Sampel sebanyak 50 mL dimasukkan kedalam piala gelas 100 mL yang
telah dibilas dengan akuades lalu dibilas dengan sampel yang akan dianalisis,
kemudian elektroda dicelupkan kedalam sampel tersebut kemudian tekan tombol
TDS maka nilai TDS akan diketahui.
d. Pengukuran Daya Hantar Listrik (SNI 06-6989.1-2004)
Sampel yang akan dianalisis dimasukkan kedalam piala gelas 100 mL.
Lalu, elektroda konduktometer yang telah dibilas dengan akuades dicelupkan ke
dalam piala gelas yang berisi sampel. Lalu sampel akan diukur dengan
konduktometer.
3. Parameter Kimia
a. Derajat Keasaman (SNI 06-6989.11-2004)
pH meter dikalibrasi dengan buffer pH dan 7. Kemudian, elektroda pH
meter dibilas dengan air suling dan diseka dengan tisu. Sampel dimasukkan
kedalam piala gelas 100 mL, kemudian elektroda dicelupkan ke dalam sampel dan
ditekan tombol read.
b. Kadar Klorida (Cl-)
Sampel sebanyak 50 mL dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 mL lalu
ditambahkan beberapa tetes indikator diphenil carbazone, kemudian ditambahkan
beberapa tetes HNO3 2.1% hingga larutan berwarna hijau. Kemudian larutan
dititar dengan Hg(NO3)2 0,01 N hingga larutan berwarna biru.
Kadar Cl- mg/L = x 1000
Normalitas Hg(NO3)2 =
Molaritas EDTA =
Normalitas NaOH =
N penitar : Normalitas penitar
BM : Berat Molekul
Fp : Faktor Pengencer
BE : Berat Ekivalen
Kadar HCO3-=
Normalitas H2SO4 =
Molaritas EDTA =
M penitar : Molaritas penitar
BM : Berat Molekul
Fp : Faktor Pengencer
g. Kadar Besi (SNI 06.6989.4-2004)
Larutan standar Fe 1000 ppm dipipet sebanyal 1 mL dan dimasukkan
kedalam labu ukur 100 mL (10 ppm). Selanjutnya larutan standar Fe 10 ppm
diencerkan untuk membuat deret standar 0,10-1,00 ppm ( 1,00; 0,10; 0,20; 0,40;
0,60; 0,80; 1,00 ppm) kedalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan 1 mL CaCO 3
lalu dihimpitkan. Sampel yang akan dianalisis dipipet 100 mL kedalam labu ukur
100 mL. Lalu sampel dan deret standar akan diukur dengan AAS.
b) Sampel
Normalitas KMnO4 =
Zat Organik =
Keterangan:
a = Volume KMnO4 0,01N (ml)
b = Normalitas KMnO4
c = Normalitas asam oksalat
l. Kadar Mangan (SNI 6989.5:2009)
a) Deret standar
b) Sampel
m. Aluminium ( SNI-06.6989.35-2005)
a) Deret standar
b) Sampel
n. Ammonia (NH3)
Tabung I diisi dengan 10 mL sampel dan tabung II diisi dengan 10 mL air
suling. Kedua tabung ditambahkan ammonia salisilat dan dihomogenkan. Tabung
I dimasukkan kedalam alat dan disetting timer untuk 3 menit. Kemudian tabung I
ditambahkan ammonia sianurat dan dihomogenkan. Tabung I dimasukkan
kedalam alat dan disetting timer untuk 15 menit. Kemudian tabung II dimasukkan
kedalam alat dan ditekan tombol zero. Setelah itu, tabung I dimasukkan kembali
kedalam alat dan ditekan tombol read.
o. Fluorida (F-)
Tabung I diisi dengan 10 mL sampel dan tabung II diisi dengan 10 mL air
suling. Kemudian kedua tabung ditambahkan 2 mL pereaksi SPADNS dan
dihomogenkan. Lalu tabung I dimasukkan kedalam alat dan disetting timer untuk
1 menit. Setelah itu tabung II dimasukkan kedalam alat dan ditekan tombol zero.
Kemudian tabung I dimasukkan kembali kedalam alat dan ditekan tombol read.
p. Sianida (CN-)
Sampel sebanyak 10 mL dimasukkan kedalam tabung. Kemudian sampel
ditambahkan pereaksi cyaniVer3 dan dihomogenkan. Kemudian tabung
diletakkan didalam alat dan disetting timer untuk 30 detik. Kemudian sampel
ditambahkan pereaksi cyaniVer4 dan dihomogenkan. Kemudian tabung
diletakkan didalam alat dan disetting timer untuk 10 detik. Selanjutnya sampel
ditambahkan pereaksi cyaniVer 5 dan dihomogenkan. Kemudian tabung
diletakkan didalam alat dan disetting timer untuk 30 menit. Kemudian air suling
sebanyak 10 mL dimasukkan kedalam tabung yang berbeda dan setelah timer
4. Parameter Biologi
a. Sterilisasi
Laminar air flow disterilisasi menggunakan sinar UV sedangkan vacuum
filter holder disterilisasi dengan cara memanaskan alat dengan nyala api selama
beberapa menit.
b. Persiapan Media
Air suling 1 mL dipipet dan diteteskan diatas media petrifilm. Kemudian
air suling diratakan keseluruh bagian media. Lalu media ditutup dan diamkan
selama 1 jam.
c. E. Colli
Kertas saring diletakkan diatas holder menggunakan pinset. Sampel
dimasukkan kedalam corong stainless sebanyak 100 mL. Kemudian sampel
disaring menggunakan vacuum. Selanjutnya kertas saring diangkat dan
dimasukkan kedalam media. Kemudian media diinkubasi pada suhu 36°C selama
24 jam.
d. Total Coliform
Kertas saring diletakkan diatas vacuum filter holder menggunakan pinset.
Sampel dimasukkan kedalam corong stainless sebanyak 100 mL. Kemudian
sampel diaring menggunakan vacuum. Selanjutnya kertas saring diangkat dan
dimasukkan kedalam media. Kemudian media diinkubasi pada suhu 36°C selama
48 jam.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Parameter Fisika
Hasil uji fisika meliputi
No Parameter Satuan Kadar Maksimum Hasil Analisis
1 Kekeruhan NTU 25 0,57
2 Total Dissoleve Solid mg/L 1000 62,15
3 Bau Tidak Berbau Tidak Berbau
4 Rasa Tidak Berasa Tidak Berasa
5 Suhu °C Suhu udara ± 3 23,1
6 Daya Hantar Listrik S/cm 124,05
Tabel I Hasil Analisis Kualitas Air berdasarkan Parameter Fisika
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 32
Tahun 2017 menunjukkan bahwa analisis paramter fisika telah memenuhi baku
mutu air. Jika air melebihi baku mutu yang telah ditetapkan maka air tersebut
tidak dapat digunakan sebagaimana peruntukannya karena dapat menimbulkan
bahaya.
Warna pada air dapat disebabkan karena adanya bahan organik, bahan
anorganik, adanya plankton, humus dan ion-ion logam. Adanya oksidasi besi
menyebabkan air berwarna kemerahan sedangkan oksidasi mangan dapat
menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman ( Fardiaz, 1992).
Air yang memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi akan meningkatkan
resiko bahwa orang mungkin terkena gangguan pencemaran. Terutama masalah
kekebalan tubuh, karena kontaminan seperti virus atau bakteri dapat melekat pada
padatan tersuspensi. Selain itu, kekeruhan akan membentuk endapan pada pipa-
pipa maupun unit-unit pada Water Treatment Plant. Akibatnya kerja sistem
pengolahan akan mengalami gangguan.
Total Dissolve Solid dapat menghasilkan air dengan kesadahan tinggi,
yang meninggalkan endapan pada peralatan rumah tangga, pipa air dan lain-lain.
Hal ini juga dapat dibuktikan pada sabun dan detergen yang tidak akan
menghasilkan busa yang banyak apabila kandungan TDS. terlalu tinggi pada air
yang digunakan. Kadar TDS yang tinggi juga merupakan indikator bahwa
terdapat kontaminan berbahaya, seperti zat sulfat dan bromida arsenik di dalam
air tersebut.
Daya hantar listrik sangat erat kaitannya dengan nilai pH air. Semakin
kecil pH maka akan semakin besar nilai DHL pada air tersebut. Pada konduktor
elektrolit, elektron mengalir dibawa oleh ion-ion, sedangkan yang dapat
menghasilkan ion antara lain asam, basa dan garam. Asam terdiri asam kuat yang
banyak menghasilkan banyak ion sedangkan asam lemah menghasilkan sedikit ion
dimana semakin asam air maka semakin kecil nilai pHnya, demikian pula semakin
lemah tingkat keasaman air maka pH akan semakin besar. Sehingga apabila air
memiliki tingkat keasaman tinggi (pH kecil) maka semakin banyak ion yang
dihasilkan sehingga konduktivitas (DHL) akan semakin besar (Purnomo,2010).
B. Parameter Kimia
B. Saran
PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor diharapkan dapat menambah parameter
uji sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan sehingga dapat terus
meningkatkan jaminan kualitas air dan memperluas jaringan distribusi air minum
sehingga seluruh masyarakat Kota Bogor dapat menggunakan air yang terjamin
kualitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta : Kanisinus
Nainggolan et al., 2011. Pengolahan LOmbah Cair Industry Perkebunan dan Air
Gambut Menjadi Air Bersih. Medan: Penerbit Usu-Press.
RI, B. S. 2004. Air dan limbah-Bagian 1: Cara uji daya hantar listrik (DHL)
dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 06-6989.1-2004. Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional RI.
RI, B. S. 2004. Air dan limbah-Bagian 11: Cara uji derajat keasaman (pH)
dengan menggunakan alat pH meter dalam Standarisasi Nasional
Indonesia (SNI) No. 06-6989.11-2004. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional
RI.
RI, B. S. 2004. Air dan limbah-Bagian 12: Cara uji kesadahan total kalsium (Ca)
dan magnesium (Mg) dengan metode titrimetri dalam Standarisasi Nasional
Indonesia (SNI) No. 06-6989.12.2004 . Jakarta: Badan Standarisasi Nasional
RI.
RI, B. S. 2004. Air dan limbah-Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode
titrimetri dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 06-6989.13-2004.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional RI.
RI, B. S. 2004. Air dan limbah-Bagian 20: Cara uji sulfat (SO 42-) secara
turbidimetri dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 06-6989.20-2004.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional RI.
RI, B. S. 2004. Air dan limbah-Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara
titrimetri dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 06-6989.22-2004.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional RI.
RI, B. S. 2004. Air dan limbah-Bagian 9: Cara uji nitrit (NO2-N) secara
spektrofotometri dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 06-6989.9-
2004. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
RI, B. S. 2005. Air dan limbah-Bagian 23: Cara uji suhu dengan terrmometer
dalam Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) No. 06-6989.23-2005. Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional RI.
RI, B. S. 2005. Air dan limbah-Bagian 24: Cara uji warna secara perbandingan
visual dalam Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) No. 06-6989.24-2005.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional RI.
RI, B. S. 2005. Air dan limbah-Bagian 25: Cara uji kekeruhan dengan
nefelometer dalam Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) No. 06-6989.25-
2005 . Jakarta: Badan Standarisasi Nasional RI.
RI, B. S. 2005. Air dan limbah-Bagian 35: Cara uji kadar aluminium (Al) terlarut
dengan spektrofotometer secara eriokromsianin R dalam Standar Nasional
Indonesia (SNI) No. 06-6989.35-2005. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional
RI.
RI, B. S. 2009. Air dan limbah-Bagian 4: Cara uji besi (Fe) secara
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) - nyala dalam Standarisasi Nasional
Indonesia (SNI) No. 6989.4:2009. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional RI.
RI, B. S. 2009. Air dan limbah-Bagian 5: Cara uji mangan (Mn) secara
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) - nyala dalam Standarisasi Nasional
Indonesia (SNI) No. 6989.5:2009. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional RI.
Said, N.I dan Heru, D.W. 1999. Teknologi Pengolahan Air Limbah Tahu-Tempe
Dengan Proses Biofilter Anaerob dan Aerob. Jakarta: Badan Pengkajian
Dan Penerapan Teknologi.
Said, N.I dan Rina,T. 2001. Penghilangan Amonia didalam Air Baku Air Minum
dengan Proses Biofilter Tercelup Menggunakan Media Plastik Sarang
Tawon. Jurnal Teknik Lingkungan. 2: 11- 27
Simon I. 2013. Kadar Fosfat, Nitrat dan Oksigen Terlarut di Perairan Pulau Talise,
Jurnal Ilmiah Platax, ISSN No. 2303-3589.
Sulistyorini, S.I., Mulli,E dan Adriana. S.A. 2016. Analisis Kualitas Air Pada
Sumber Mata Air Di Kecamatan Karangan Dan Kaliorang Kabupaten Kutai
Timur. Jurnal Hutan Tropis. 4: 64-76
Quddus, R. 2014. Teknik Pengolahan Air Bersih dengan Sistem Saringan Pasir
Lambat (Downflow) yang Bersumber dari Sungai Musi. Jurnal Teknik Sipil
dan Lingkungan. 4: 669-675
2. Kadar Klorida
3. Kadar Kesadahan
4. Kadar Karbondioksida
5. Kadar Bikarbonat
6. Kadar Kalsium
7. Kadar Besi
8. Kadar Nitrit
9. Kadar Nitrat
Kadar HCO3 =
Kadar HCO3 =
Kadar HCO3 =
Kadar kalsium =
Kadar kalsium =
Kadar kalsium =
Kadar CO2 =
Kadar CO2 =
Kadar CO2 =
Kadar CO2 =
Kadar besi =
Kadar besi =
Kadar Mangan =
Kadar Nitrit =
Kadar Nitrit =
Kadar Nitrat =
Kadar sulfat =
Kadar sulfat =